Anda di halaman 1dari 14

2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Mas
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi ikan mas menurut (Saanin (1984) dalam Latifa (2015)) adalah
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprynidae
Genus : Cyprinus
Spesiea : Cyprinus carpio L.

Sumber: Kurniawan, 2020


Gambar 1. Ikan Mas (C. carpio)
Ikan mas merupakan jenis ikan air tawar, badan berbentuk memanjang dan
sedikit pipih ke samping (compresed). Sirip punggung berbentuk memanjang yang
letak bagian permukaannya berseberangan dengan permukaan sirip perut (Susanto
(2002) dalam Latifa (2015)). Mulutnya terletak di ujung tengah (terminal). Bagian
anterior mulut terdapat dua sungut, di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan
(pharyngeal teeth) yang tersusun tiga baris gigi geraham (Khairuman (2002) dalam
Riastina (2016)).
Ikan mas memiliki sirip punggung (dorsal), sirip perut (ventral), sirip dubur
(anal), dan sirip ekor seperti pada Gambar 1. Sirip punggung berbentuk memanjang
terletak di bagian atas permukaan tubuh dan berseberangan dengan permukaan sirip
perut bagian belakang sirip punggung. Sirip dubur ikan mas pada bagian belakang
juga memiliki jari-jari keras, sedangkan pada bagian akhir berbentuk gerigi seperti
sirip punggung. Sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe
sisik berbentuk lingkaran yang terletak beraturan (Khairuman (2008) dalam Pratiwi
(2017)).

2.1.2 Habitat dan Penyebaran


Menurut Susanto dan Rochdianto (1999) di alam aslinya, ikan mas sering
ditemui di pinggiran sungai, danau atau perairan tawar lainnya yang airnya tidak
terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Kemiringan tanah yang baik untuk
pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut (dpl). Kualitas air untuk
pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-
bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Ikan mas dapat berkembang pesat di
kolam, sawah dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang
mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air
untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik, sedangkan untuk pembesaran di kolam air
deras debitnya 100 liter/menit. Keasaman air (pH) yang baik untuk pemeliharaan
adalah antara 7 – 8 (Menegristek (2003) dalam Tatelu (2010)). Ikan mas dapat hidup
pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang- kadang
ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-
30%. (Bramantio (2001) dalam Latifa (2015)).
Djarijah (2005) dalam Tatelu (2010) menyatakan di daerah subtropis, ikan mas
mencapai tingkat kedewasaan pada umur 2 - 5 tahun dan panjang tubuhnya berkisar
antara 25 – 40 cm. Ikan mas jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 2 - 3 tahun
atau panjang tubuhnya berkisar antara 25 - 30 cm. Sedangkan ikan mas betina
mencapai matang kelamin pada umur 4 – 5 tahun atau panjang tubuhnya mencapai 30
– 40 cm. Di wilayah beriklim tropis, ikan mas mencapai tingkat kedewasaan pada
usia muda, yaitu sekitar umur 1 – 2 tahun. Proses matang kelamin ikan mas
berlangsung relatif lamadan pelan-pelan. Perkembangan gametnya sangat
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Tetapi, perkembangan telur dan sperma
induk ikan masyang hidup di daerah tropis relatif lebih cepat dibandingkan dengan
kawasan subtropis.

2.1.3 Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan


Ikan Mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai
jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang yang berukuran
kecil seperti serangga. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang
yang terdapat di dasar dan tepi perairan (Latifa, 2015). Ikan ini juga lahab memakan
berbagai jenis biji- bijian yang dicampurkan sebagai suplemen makanan buatan
(artificial foods). Sumber protein, vitamin, lemak, dan mineral sebagai sumber energi
metabolisme tubuh dan pertumbuhan diperoleh dari makanan renik berupa plankton,
yaitu plankton nabati (phitoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Hewan-
hewan kecil tersebut disedot bersama lumpurnya, diambil yang dapat dimanfaatkan
dan sisanya dikeluarkan melalui mulut (Djarijah (2001) dalam (Affandi (2013)).
Ikan mas sering mencari sumber makanan berupa jasad-jasad renik disekeliling
pematang, oleh sebab itu pematang sering rusak dan longsor karenanya. Ikan mas
juga suka mengaduk-aduk dasar kolam untuk mencari makanan yang bisa
dimanfaatkan seperti larva insecta, cacing-cacingan dan sebagainya. Aktivitas ini
akan membantu kawanan benih mencari makanan karena binatang-binatang di dasar
kolam yang teraduk ke atas dapat menjadi santapan lezat bagi benih (Santoso,1993)
dalam (Affandi (2013)).
Tingkah laku ikan mas biasanya berenang aktif dan ikan sering bergerak ke
permukaan serta ke dasar secara cepat diikuti dengan gerakan operkulum yang
semakin cepat. Ikan mas juga dapat mengalamai perubahan tingkah laku apabila akan
mati seperti dari gerakan normal menjadi gerakan tak menentu, tubuh membentuk
garis vertikal dengan permukaan air, ikan bergerak dengan keadaan ekor di atas dan
kepala ke bawah dengan posisi miring, ikan melompat ke permukaan dan akhirnya
ikan mati. Ikan mas juga memiliki sifat berenang secara gerombolan antara jantan dan
betina tergantung dari kondisi lingkungannya (Simanjuntak, 2018).

2.2 Produksi
2.2.1 Persiapan Wadah dan Media
Persiapan wadah yang dimakasud adalah upaya untuk membersihkan wadah
dari segala bentuk kotoran, sebelum wadah yang akan digunakan diisi dengan air.
Dalam hal ini wadah yang digunakan harus dibersihkan dari segala organisme-
organisme ataupun kotoran yang dapat mempengaruhi pada saat proses budidaya
berlangsung. Wadah biasanya dicuci terlebih dahulu menggunakan pembersih seperti
sabun detergen atau dicuci dengan zat anti hama agar hama penyakit yang ada
didalam wadah mati. Setelah itu wadah dikeringkan kemudian ditambahkan dengan
media air secukupnya.

2.2.2 Penebaran Benih


Penebaran benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu antara pukul
06.00 – 07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat suhu tinggi. Larva
atau benih yang ditebar terlalu siang bisa stress akibat kepanasan. Padat tebar setiap
tahapan pendederan berbeda-beda tergantung dari ukuran dan umur benih. Agar
jumlahnya diketahui, sebelum ditebar larva atau benih dihitung terlebih dahulu. Cara
menghitungnya harus hati-hati, karena kondisi tubuhnya masih lemah dan mudah
terluka (Suseno (1999) dalam (Arisanti dkk., (2013)). Benih ikan yang akan di
budidayakan harus diperiksa terlebih dahulu sebelum disebarkan. Tujuan dari seleksi
benih adalah untuk mendapatkan benih ikan yang sehat dan berukuran seragam agar
pertumbuhanya dapat serempak. Kriteria benih ikan yang sehat menurut (Sapasari,
2014) adalah:
1. Ukuran seragam dan berwarna cerah.
2. Gerakan di dalam air lincah dan gesit.
3. Bebas dari bibit penyakit.
4. Tidak cacat dan luka akibat pengangkutan maupun infeksi pathogen.
5. Posisi tubuh di dalam air normal.
6. Apabila air di dalam wadah di putar, benih ikan akan berenang melawan arus
putaran.
Benih harus berasal dari hatchrey atau pembenihan yang mempunyai cara
pembibitan yang baik serta mempunyai catatan mengenai asal induk, pakan, obat
yang digunakan dan lain-lain, sehingga diperoleh benih yang baik dan sehat dari hasil
melakukan seleksi benih yang baik. Benih yang sakit akan terhambat
pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah ikan ikan tersebut menyebar ke ikan
yang lain didalam wadah budidaya (WWF-Indonesia, 2011).

2.2.3 Monitoring Pertumbuhan


Dalam pertumbuhan benih ikan mas menurut Rounsefell dan Everhart (1962)
dalam Syahrir (2013)) adalah pertambahan ukuran baik panjang, berat, maupun
volume sehubungan dengan perubahan waktu. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi
oleh banyak faktor, (Herpher dan Pruginin (1981) dalam Rosmawati dan Muarif
(2010)) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1. Hubungan dengan keadaan ikan itu sendiri seperti genetic dan keadaan
fisiologi (kesehatan dan kematangan gonad).
2. Lingungan tempat hidup ikan seperti sifat kimia air, sifat kimia tanah, suhu
air, sisa metabolisme, ketersediaan oksigen dan pakan.

2.2.4 Pengelolaan Kualitas Air


Dalam kegiatan budidaya perairan, pengelolaan kualitas air meliputi program
kegiatan yang mengarahkan perairan budidaya pada keseimbangan ekosistem
perairan dalam suatu wadah yang terbatas, agar tercipta suatu kondisi perairan yang
menyerupai habitat alami biota air yang dibudidayakan, baik dari segi sifat, tingkah
laku, maupun secara ekologinya (Bartlett, 2013). Untuk itu kualitas air perlu
dipertahankan sesuai dengan peruntukannya, khususnya bagi kehidupan organisme
budidaya perairan (Syafriadiman, 2009). Adapun parameter kualitas air yang akan
diukur menurut Nurdiana (2008) antara lain:
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang memberikan pengaruh terhadap
kehidupan aquatik. Suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan proses
biologi berjalan sangat tinggi sehingga dapat memusnahkan kehidupan
aquatik. Suhu air yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar
antara 25 sampai 32o C, namun suhu permukaan dapat mencapai 35o C atau
lebih sehingga berada di luar batas kehidupan ikan. Suhu berpengaruh
terhadap distribusi organisme, kelarutan gas-gas dan mineral, kecepatan
berbagai reaksi kimiawi serta menentukan kesesuaian air untuk penggunaan
tertentu.
2. pH
Besarnya pH suatu perairan merupakan besarnya konsentrasi ion H yang
terdapat di dalam perairan tersebut. pH yang ideal untuk mendukung
kehidupan ikan dan jasa hidup yang merupakan pakan ikan berkisar antara pH
6,5 – 8,5. Selain itu, nilai pH sangat penting dalam menentukan pemanfaatan
air karena pH air sangat mempengaruhi reaksi enzim dalam proses
metabolisme organisme termasuk manusia. Selain itu ikan dan mahluk-
mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan
diketahuinya nilai pH maka akan diketahui apakah air tersebut sesuai atau
tidak untuk menunjang kehidupan mereka.

2.2.5 Monitoring Kesehatan dan Hama Penyakit


Dalam usaha pemeliharaan ikan, hama dan penyakit merupakan faktor penting
yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kerugian dan kematian bagi ikan
yang dipelihara. Umumnya penyakit ikan timbul karena kondisi lingkungan yang
buruk. Keadaan ini dapat terjadi karena persiapan dan perawatan yang kurang baik.
Selain itu tingginya kadar bahan organik dan anorganik serta banyaknya sisa pakan
yang yang tidak habis dimakan oleh ikan. Adapun penyakit ikan mas yang sering
menyerang pada umumnya gejala dan cara pengobatannya menurut Razy (2019)
adalah sebagai berikut:
1. White spot (bintik putih)
1) Gejala : pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) terdapat bintik-bintik putih,
pada infeksi berat terdapat lapisan putih yang jelas, megosok-gosokan
badannya pada benda yang ada disekitarnya.
2) Pengobatan kimia : direndam dalam larutan methylene blue 1% (1 gram/100
cc air) larutan ini diambil 2-4 cc kedalam 4 liter air selama 24 jam dan
direndam dalam garam dapur NaCl selama 10 menit dengan dosis 1-3
gram/100 cc air.
3) pengobatan alami : direndam dalam ekstrak sambiloto atau ektrak pare.
2. Bengkak insang dan badan (myxosporesis)
1) Gejala : bagian punggung terjadi pendarahan tutup insang terbuka dan
terdapat titik merah.
2) Pengobatan kimia : pengeringan total lalu tabur kapur tohor 200 gram/m²,
biarkan selama 1-2 minggu.
3) Pengobatan alami : dilakukan perendaman dalam ekstrak daun sirih
3. Cacing insang, sirip dan badan (dactypogyrus dan girodactylogyrus)
1) Gejala : ikan tampak kurus, warna kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok,
ikan sering mengosok-gosokan badannya ke benda-benda yang keras.
2) Pengobatan kimia : direndam dalam larutan formalin dengan dosis 250
gram/m³ selama 15 menit, dan direndam dalam larutan methylene blue 3
gram/m³ selama 24 jam.
3) Pengobatan alami : rendam selama 1 minggu dalam larutan daun miana
dengan dosis 50 lembar/100 liter air.
4. Argulasis (kutu air)
1) Gejala : benih dan induk menjadi kurus karena dihisap darahnya, pada kulit
insang terdapat bercak merah.
2) Pengobatan kimia : direndam dalam garam dapur dengan dosis 20 gram/ liter
air selama 15 menit dan direndamdalam larutan PK 10 ppm (10 ml/m³) selama
30 menit.
3) Pengobatan alami : direndam dalam larutan ekstrak kunyit selama 1 minggu
dengan dosis 1 gram/L air.
5. Jamur (saprolegniasis)
1) Gejala : menyerang kepala, tutup insang, sirip dan lain sebagainya, tubuh ikan
seperti kapas, telur ikan mas seperti berbenang halus seperti kapas.
2) Pengobatan kimia : direndam dalam cairan malactile gren oxalat (MGO) dosis
3 gram/m³ selama 30 menit apabila telur yang tersaerang direndam dalam
larutan MGO 2-3 gram/m³ selama 1 jam.
3) Pengobatan alami : rendam dalam larutan ekstrak kunyit.
6. Bakteri psedomonas flurescens
1) Gejala : pendarahan dan bobok pada kulit, sirirp ekor terkikis
2) Pengobatan kimia : pemberian pakan yang dcampur oxytetracycline 25-30
mg/kg ikan atau sulafa merazine 200 mg/kg ikan selama 7 haru berturut-turut.
3) Pengobatan alami : rendam dalam ekstrak daun miana 10 lembar/100 liter
airselama 1 minggu
7. Bakteri aeromonas punctata
1) Gejala : warna badan suram, tidak cerah, kulit kesat dan melepuh, cara
bernapas megap-megap, kantong empedu gembung, pendarahan dalam organ
hati dan ginjal
2) Pengobatan kimia :penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau
streptomycin 80-100 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
3) Pengobatan alami : pakan dicampur dengan parut kunyit dengan dosis 4-5
gram/kg pakan berikan selama 7 hari berturut-turut.

Sedangkan hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,


membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun
secara bertahap. Secara umum, hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan sifat hidupnya (Lathifah, 2013), yaitu:
1. Predator Predator secara harfiah dirtikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya
predator adalah binatang yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara
memangsa atau menyantap targetnya.
2. Kompetitor Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dalam
mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak. Kompetitor yang sering
menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh pakan adalah ikan mujair
(Tilapia mossambica).
3. Pengganggu/Pencuri Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan
budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu ikan budidaya. Hewan tersebut
dapat merusak pematang (menjadi bocor atau lubang), merobek saringan pada
pintu pemasukan, serta merusak atau melubangi bahan-bahan kayu atau jaring.
4. Insekta atau serangga air Selain hama predator, kompetitor dan
pengganggu/pencuri, terdapat pula sekelompok hewan yang dapat digolongkan ke
dalam insekta air yang membahayakan ikan budidaya yang dikenal dengan istilah
predator kelompok serangga air.

2.2.6 Panen
Ikan mas yang dipelihara pada umumnya dipanen pada ukuran 3-5 ekor/kg.
Ukuran ini merupakan ukuran yang banyak diminati oleh konsumen. Untuk mencapai
ukuran panen tersebut, benih ikan yang berukuran 10-15 gram per ekor umumnya
memerlukan masa pemeliharaan sekitar 3-4 bulan (Utomo, 2003). Sebelum panen
dilaksanakan, perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan mas dengan melakukan
pengecekan ukuran/beratnya. Waktu pelaksanaan panen ikan mas yang tepat adalah
pagi atau sore hari di kala suhu air di dalam tambak rendah sehingga ikan mas tidak
stress (Laila, 2016). Ikan mas yang akan dipanen dipuasakan terlebih dahulu selama
satu hari agar dalam pengangkutan nantinya ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran.
Sesaat menjelang pemanenan peralatan yang diperlukan selama pemanenan dan
selama penanganan hasil juga disiapkan. Peralatan tersebut mencakup peralatan untuk
menangkap ikan, menampung sementara dan menimbang ikan.

2.3 Probiotik Komersial Bionutren


2.3.1 Kandungan Bakteri Probiotik
Menurut De Schryver et al., (2008) mengatakan bahwa probiotik akuakultur
lebih dikenal sebagai bakteri yang mampu memperbaiki kualitas air, mampu
meningkatkan daya tahan tubuh ikan dan dikenal sebagai bakteri yang mampu
meningkatkan pertumbuhan pada ikan. Dikatakan bahwa probiotik merupakan segala
bentuk preparasi sel mikroba (tidak selalu harus hidup) atau komponen sel-sel
mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan dan kehidupan
inang (saliminen et al (1999) dalam Mansyur and Tangko (2008))Dari definisi
tersebut, (Irianto (2004) dalam Mansyur and Tangko (2008)) mendefinisikan bahwa
probiotik yaitu suplementasi sel mikroba utuh (tidak harus hidup) atau komponen sel
mikroba pada pakan atau lingkungan hidupnya, yang menguntungkan inang.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam budidaya, penelitian mengenai kerja probiotik
baru bersifat empirik atau bersifat dugaan. Ada tiga model kerja probiotik yaitu:
1. Menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi
senyawa-senyawa anti mikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat
pelekatan di dinding intestinum.
2. Merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan
aktivitas enzim.
3. Menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas
makrofag.
Menurut Crab et al., (2007) mengatakan bahwa ikan hanya menyerap sekitar
25% pakan yang diberikan, sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah didalam
air. Limbah dari pakan tersebut akan dimineralisasi oleh bakteri menjadi ammonia.
Akumulasi ammonia dapat mencemari media budidaya bahkan dapat menyebabkan
kematian (Avnimelech (1999) dalam Sumianto dan Chilmawati (2015)). Salah satu
cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan sistem
budidaya yang tepat dan meningkatkan produksi dalam jumlah yang cukup dan
dengan menggunakan probiotik (Ricky (2008) dalam Sumianto dan Chilmawati
(2015)). Ada beberapa produk probiotik yang banyak beredar di pasaran
misalnya Super NB, Super PS, Actizym, Aqua-10 Dry, Aqua Simba, dan EM4
(Effektif Mikroorganisme-4).
Bakteri probiotik? Tujuan kemana aja? Fermentasi dg bakteri probiotik, fungsi?
Berdasarkan judul pada karya tulis ini, probiotik yang digunakan yaitu
bionutren yang merupakan ramuan herbal hasil inovasi terbaru dalam dunia
perikanan da peternakan yang diformulasikan secara khusus untuk mendukung
pertumbuhan dan produktifitas ikan dan ternak. Mengandung ekstrak
temulawak yang memiliki khasiat farmakologi yaitu hepatoprotektor (pencegah
penyakit organ dalam), antioksidan dan anti mikroba serta mengandung enzim
yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh ikan dan ternak. Adapun manfaat
dan kegunaan dari bionutren ini yaitu:
1. Memacu pertumbuhan ikan dan udang
2. Meningkatkan nafsu makan dan efisiensi penggunaan pakan ikan dan
udang
3. Meningkatkan immunostimulan (sistem kekebalan tubuh) terhadap
serangan penyakit oleh bakteri pathogen
4. Meningkatkan bobot dan kualitaa daging ikan dan udang
5. Memperbaiki kualitas lingkungan, menetralisir sisa pakan dan
kotoran ikan
6. Mengurangi biaya produksi dan mengoptimalkan keuntungan
Sedangkan kandungan dalam bionutren ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Bionutren
Kandungan Persentase
C-Organik 6,22 %
N 4,88 %
P2O5 3,23 %
K2O 3,05 %
Ph 4,88 %
Affandi. (2013). Pengaruh Infeksi Aeromonas Hydrophilla Terhadap Nilai Lethal
Dosis 50. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Arisanti, F. D., Arini, E., & Elfitasari, T. (2013). Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda
Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada
Sistem Resirkulasi Dengan Filter Arang. Journal of Aquaculture Management
and Technology, 2(3), 76–85. Retrieved from http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Bartlett, J. &. (2013). Pengelolaan Kualitas Air. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Crab, R., Avnimelech, Y., Defoirdt, T., Bossier, P., & Verstraete, W. (2007).
Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable production.
Aquaculture, 270(1–4), 1–14. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2007.05.006
De Schryver, P., Crab, R., Defoirdt, T., Boon, N., & Verstraete, W. (2008). The
basics of bio-flocs technology: The added value for aquaculture. Aquaculture,
277(3–4), 125–137. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2008.02.019
Laila, R. (2016). Cara Panen dan Penanganan Pascapanen Ikan Mas. 4.
Lathifah. (2013). Hama Ikan Dan Pengendaliannya. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Latifa, A. (2015). Pengendalian Elektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio
L.) Dengan Penambahan Garam Dapur (NaCl) Di Balai benih Perikanan
Plalangan Kalisat Kabupaten Jember. Retrieved from
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul Latifah-
101810401034.pdf?sequence=1
Mansyur, A., & Tangko, A. M. (2008). Probiotik: Pemanfaatannya Untuk Pakan Ikan
Berkualitas Rendah. Media Akuakultur, 3(2), 145.
https://doi.org/10.15578/ma.3.2.2008.145-149
Nurdiana, N. (2008). Perbandingan Metode Analisis Pengukuran Kualitas Air (Suhu,
pH, Oksigen Terlarut, Nitrit, Amoniak) Pada Sistem Resirkulasi Ikan Rainbow.
36.
Pratiwi, A. R. (2017). Identifikasi Ektoparasit Protozoa Pada Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio) di Kolam Milik Petani Ikan Desa Patimuan Kecamatan
Patimuan Kabupaten Cilacap. 1–5.
Razy, F. (2019). Pencegahan dan Pengendalian Hama Penyakit Pada Ikan Mas.
Retrieved February 23, 2021, from
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2019/02/pencegahan-dan-
pengendalian-hama_17.html
Riastina, R. (2016). Pengaruh Pemberian Simplisia Lidah Buaya (Aloe vera)
Terhadap Diferensial Leukosit dan Jumlah Eritrosit Pada Ikan Mas (Cyprinus
carpio). (1984), 6–17.
Rosmawati, & Muarif. (2010). Kelangsungan Hidup Dan pertumbuhan benih Ikan
Lele Dumbo (Clarias sp.) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Kepadatan Berbeda.
Jurnal Sains Akuatik, 13(2), 1–8.
Sapasari, D. (2014). Penebaran Benih Ikan Air Tawar. Retrieved February 23, 2021,
from https://www.viternaplus.com/2015/09/penebaran-benih-ikan-air-tawar.html
Simanjuntak, C. P. H. (2018). Jurnal Iktiologi Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia,
18, 109.
Sumianto, & Chilmawati, D. (2015). Pengaruh Probiotik Komersial Pada Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Dan
Kelulushidupan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramu). Jurnal Saintek
Perikanan, 11(1), 11–16.
Syafriadiman. (2009). Teknik Pengelolaan Kualitas Air Budidaya Perikanan Pada Era
Industrialisasi. 1–90.
Syahrir, M. (2013). Kajian Pertumbuhan Beberapa Jenis Ikan di Perairan Pesisir
Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis, 18(2), 14–20.
Tatelu. (2010). Pembenihan Ikan Mas di Sulawesi Utara. 1–20.
Utomo, N. B. P. (2003). Pembesaran Ikan Karper Di Keramba Jaring Apung. Modul :
Pemanenan dan Pengangkutan Ikan.
WWF-Indonesia. (2011). Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Jaring Apung (p. 32).
p. 32.

Anda mungkin juga menyukai