http://journal2.um.ac.id/index.php/jsph
Email: jsphum@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian dengan lokus di Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara, bertujuan untuk: (1) menganalisis pola pengelolaan sumber daya pesisir berbasis nilai-nilai
kearifan lokal etnis Tolaki; (2) mengkaji perubahan nilai-nilai kearifan lokal sebagai dampak dari
modernisasi dan kapitalisme; dan (3) menganalisis konsekuensi perubahan nilai-nilai kearifan lokal
terhadap kebertahanan masyarakat sebagai sistem sosial. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Dalam pengumpulan data, peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pola pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasis
pada nilai-nilai kearifan lokal etnis Tolaki seperti tradisi mondonduri, mepuka, meboso, mearano, dan
melupai,; menjadi katup pengaman entitas ekosistem perairan dari eksploitasi yang berlebihan; (2)
Dinamika dan perubahan nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya perairan, menyasar
pada kelompok-kelompok penangkap dan budi daya perikanan yang berorientasi pada akumulasi modal
dan spirit kapitalisme. Mereka adalah jaringan nelayan yang berafiliasi dengan kelompok pemodal kuat
sehingga mengabaikan realitas kearifan lokal; (3) konsekuensi perubahan nilai-nilai kearifan lokal, secara
faktual tidak terjadi secara holistik, karena sistem pranata perikanan etnis lokal mampu menjaga
kebertahanan sistem sosial masyarakat.
16 J S P H
Kearifan Lokal Masyarakat Etnis Tolaki dalam Pengelolaan Sumber Daya Pesisir, Sulsalman Moita
telah digunakan oleh sebagian penduduk untuk oleh sejumlah faktor seperti: modernisasi
membangun kolam besar sebagai sarana wisata perikanan, perkembangan Iptek, heterogenitas
perikanan dan aktivitas pemancingan. Aktivitas masyarakat, dan kebijakan pemerintah yang
meboso yang terbuat dari bahan bambu dan dapat mempengaruhi sistem pranata sosial
batang/daun rumbia (sagu) masih tetap masyarakat pesisir.
dipertahankan oleh sebagian masyarakat etnik Modernisasi perikanan merupakan bentuk
Tolaki di tengah modernisasi perikanan dengan pengejawatahan revolusi biru sebagian bagian
sistem penampungan yang lebih canggih. yang tidak terpisahkan dengan revolusi hijau di
Mearano adalah aktivitas penangkapan ikan hasil bidang agraris. Masyarakat pesisir atau
dengan memanfaatkan rawa-rawa buatan nelayan di masa lalu adalah masyarakat yang
manusia dan di musim hujan air yang tergenang. subsisten dengan karakteristik masyarakatnya
Masyarakat etnik Tolaki biasanya menggali yang miskin dan dibawah standar kesejahteraan.
lobang di sekitar lahan perladangan atau area Kondisi yang sama dialami oleh masyarakat
persawahan untuk menampung air hujan. Air Kecamatan Lalonggasumeeto (dulu Kecamatan
hujan selain berfungsi untuk mengairi sawah dan Soropia). Pada temuan Tarimana (1995)
tanaman pertanian lainnya, juga digunakan untuk mengungkapkan masyarakat etnik tolaki yang
menampung ikan yang dipanen ketika musim bermata pencaharian sebagai nelayan di wilayah-
paceklik tiba. Aktivitas mearano ini banyak wilayah pesisir, hanya mengandalkan aktivitas
dilakukan oleh kaum perempuan dengan penangkapan ikan dengan perahu tanpa mesin
mengundang rekan-rekannya dengan sistem bagi (obangga, onia ), aktivitas memancing biasa
hasil kepada pemiliknya. Aktivitas ini (mondoduri), dan menggunakan pukat biasa
mengelaborasi nilai kearifan lokal dalam konteks (mepuka) dengan hasil tangkapan hanya untuk
medulu/mepokoaso (berkumpul atau bersatu) konsumsi keluarga dan sekali-sekali barter
bagi kaum perempuan, termasuk menjadi wahana dengan petani untuk ditukar dengan beras, sayur,
bagi mereka untuk mengkomunikasikan aktivitas ubi, jagung, dan buah-buahan.
kekeluargaan dan masalah-masalah perempuan Modernisasi perikanan yang ditandai dengan
dalam spektrum yang lebih luas. masuknya investor perikanan yang sebagian
Melupai, merupakan tradisi atau kebiasaan besar adalah etnis Tionghoa dengan memiliki
turun temurun dengan memanfaatkan air sungai kapal penangkap ikan bermesin, telah mengubah
mengalir atau rawa ukuran besar guna meracuni aktivitas warga lokal dari nelayan tradisional
ikan dengan menggunakan tuba dari akar-akar menjadi nelayan buruh yang menjadikan investor
pohon yang mengandung racun. Aktivitas ini menjadi majikan dalam konteks patron-klien.
marak sekitar tahun 70-an hingga 90-an dan Dengan sistem upah dan bagi hasil, masyarakat
biasanya dijadikan wahana pertemuan saudara pesisir relatif menerima sistem itu karena tidak
atau para kerabat sambil bergembira dan hanya penghasilan meningkat secara signifikan,
bercengkrama mencari/mengambil ikan. Namun tetapi membuka jaringan penangkapan yang
seiring dengan pelarangan dan penegakan hukum lebih luas termasuk penguasaan teknologi
yang cukup ketat, aktivitas molupai ini sudah perikanan. Temuan penelitian mengungkapkan,
jarang dilakukan terutama kawasan-kawasan dampak dari modernisasi perikanan telah
aliran sungai yang berhubungan langsung dengan memunculkan investor-investor baru dari etnik
kawasan irigasi penduduk. lokal walaupun masih dalam jumlah yang kecil.
Temuan penelitian ini mengungkapkan di Perkembangan Iptek dalam spektrum
sejumlah desa-desa pesisir di Kecamatan perubahan sosial merupakan realitas yang tak
Lalonggasumeeto, tak jarang masih melakukan terelakkan, karena proses adaptasi manusia yang
aktivitas molupai secara bersama-sama yang relatif mudah untuk diterima juga memberi
secara informal diketahui oleh pemerintah dampak positif bagi kehidupannya. Sejumlah
setempat (Kepala Desa dan Camat), yang indikator perkembangan Iptek dalam aktivitas
tujuannya selain mendapatkan ikan untuk perikanan/perairan seperti penggunaan perahu
konsumsi keluarga juga sebagai wahana bermesin, penggunaan rumpon, budidaya
komunikasi serta kebersamaan warga sebagai teripang, budidaya rumput laut, transportasi
suatu sistem sosial. perikanan, perkembangan parawisata; menjadi
dampak positif perkembangan struktur sosial
Perubahan nilai-nilai kearifan lokal dalam masyarakat pesisir yang lebih baik.
pengelolaan sumber daya pesisir sebagai Temuan penelitian mengungkapkan nilai-
dampak dari modernisasi dan kapitalisme nilai kearifan lokal masyarakat pesisir dalam
Modernisasi perikanan telah mengubah kultur pengelolaan sumber daya, semakin jarang
dan perilaku manusia dalam memanfaatkan dilakukan karena proses adaptasi terhadap Iptek
sumber daya pesisir, dari pola tradisional berubah berlangsung secara cepat. Masyarakat di wilayah
menjadi pola modern. Perubahan ini dipengaruhi ini tidak hanya mengandalkan aktivitas
19 J S P H
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Volume 2, Nomor 1, Juli 2017
21 J S P H
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Volume 2, Nomor 1, Juli 2017
22 J S P H