4.1. Pendahuluan
Jika dilihat dari fugsinya, bahasa Indonesia sesungguhnya sangat bernilai tinggi
dan bermakna strategis bagi pemakainya. Fungsi bahasa Indonesia ini dapat dilihat
sebagai fungsi internal maupun ekstrnal pemakai bahasanya.
Dilihat dari internal (pemakai bahasanya), bahasa dapat berfungsi sebagai :
1. Alat untuk menyampakan ekspresi diri;
2. Cermin kepribadian diri si pemakai bahasa;
3. Wahana aktualisasi diri; dan
4. Sebagai alat pengembangan intektual
Sedangkan dari segi eksternal (pemakai bahasa), bahasa dapat berfungsi
sebagai :
1. Alat komunikasi sosial;
2. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial;
3. Alat kontrol sosial;
4. Alat pengembangan ilmu pengetahuan ; dan
5. Sebagai alat pengembangan sosial (masyarakat) (Bandingkan dengan Keraf,
1994: 3).
1
budaya oral (oral tradition) dalam masyarakat, dan lemahnya “keberaksaraan”
masyarakat.
Haruslah diakui bahwa pada kenyataanya bahasa tulis jauh lebih efektif
daripada bahasa lisan (Yudiono, 198). Mengapa bahasa tulis lebih efektif daripada
bahasa lisan? Jawaban atas pertanyaan di atas dapat dilihat dari matriks perbedaan
kedua jenis ragam di bawah ini.
2
Dari pembicaraan di atas dapat jelaskan secara garis besar perbedaan antara
ragam tulis dan agam isan dapat dijelaskan sbb :
1. Pada ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman bicara yang berada di
depan pembicara, sedang ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara
berada di depan pembicara secara langsung.
2. Di dalam ragam lisan unsur-unsur bahasa seperti subjek, predikat, objek tidak selalu
dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang ditingalkan (dihilangkan). Hal ini karena
bahasa yang dipakai itu dapat dibantu oleh gerak-gerik, mimik, anggukan atau
intonasi tertentu.
Contoh ragam lisan lainya. Ketika seorang direktur berkata kepada sekretarisnya.
“Kenapa dia, San?”
“Tahu, Tuan, miring kali”.
3. Ragam lisan sangat terbatas oleh kondisi, situasi, ruang dan waktu. Sebagai contoh
apa-apa saja yang dinbicarakan di dalam ruang kuliah, hanya akan didengar dan
diikuti untuk waktu itu saja.
4. Ragam lisan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan pajang pendeknya
suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, huruf
miring dsb.
Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis.
Ragam Lisan
a. Penguaan Bentuk Kata
(1) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
(2) Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan Kosakata
(1) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
(2) Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
(3) Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana.
c. Penggunaan struktur kalimat
3
(1) Rencana itu saya sudah sampaikan pada Direktur.
(2) Dalam acara itu dihadiri juga oleh Gubernur Jawa Tengah.
Ragam Tulis
a. Penggunaan Bentuk kata
(1) Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
(2) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan Kosakata
(1) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
(2) Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
(3) Pekerjaa itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
(1) Rencana itu sudah saya sampaikan kepada Direktur.
(2) Acara itu dihadiri juga oleh Gubernur Jawa Tengah.
4
4.4 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Apa sesungguhnya makna ungkapan, “Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik
dan Benar” itu. Kata “baik” dan “benar” memang sengaja dibedakan dalan ungkapan
itu. Ketentuan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak terlalu
jauh dengan prinsip dasar dalam Bahasa Indonesia baku.
Kata yang “benar” penulisannya adalah kata yang ditulis sesuai dengan kaidah
pembakuan kata. Namun, kata “baik” tidak mengacu juga dengan masalah
kebakuan suatu kalimat, melainkan mengacu pada efektivitas kalimat itu. Dalam hal
“baik” juga memungkinkan kalimat yang memenuhi standar etika, dan disesuaikan
dengan situasi kebahasaan. Jadi, kata “benar” baik dalam masalah penulisan kata
maupun penulisan kalimat didasarkan semata-mata pada kaidah bahasanya.
Misalnya :
Sapi makan rumput
Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah kebahasaan, yaitu memenuhi struktur
kalimat, subjek (kuda), predikat (makan), dan objek (rumput). Lain halnya dengan
kalimat di bawah ini.
Rumput makan kuda.
Dari struktur, kalimat tersebut benar karena terdapat unsur subjek(rumput),
predkat (makan) dan objek (kuda). Akan tetapi, dari segi makna bahasa kalimat itu
tidak benar karena tidak mendukung lahirnya makna kalimat yang baik.
Kata aktifitas tidak benar penulisannya, karena tidak mengikuti kaidah penulisan
unsur serapan yang benar, bahwa f akan menjadi v, jika diikuti akhiran yang
membentuk sifat, dan kata tersebut berasal dari kata aktivity. Maka yang benar
adalah aktivitas. Kata pertanggungan jawabtidak benar enulisannya karena tidak
mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah aalah
pertanggngjawaban.
5
Apa sebetulnya relevansi Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa di
perguruan tinggi? Setiap awal kuliah, mahasiswa selalu bingung menjawab
pertanyaan ini. Jawaban atas pertanyaan di atas sungguh sangat penting diberikan
kepada mahasiswa yang baru memasuki bangku kuliah di perguruan tinggi.
Di kalangan mahasiswa, mata kuliah bahasa Indonesia seringkali dianggap
sebagai mata kuliah kelas kedua. Artinya, bahasa Indonesia dianggap tidak memiliki
signifikansi langsung dengan dunia mahasiswa (perguruan tinggi), sehingga tidak
perlu dipelajari secara serius. Atas dasar anggapan itulah maka mahasiswa tampak
sering mengabaikan tugas-tugas bahasa Indonesia. Akibatnya, di akhir masa studi,
ketika mahasiswa harus menyusun karya tulis ilmiah, ia merasa mendapatkan
kesulitan dalam hal penggunaan bahasa Indonesa yang baik dan benar.
Jadi, relevansi langsung Bahasa Indonesia yang dirasakan di kalangan
mahasiswa adalah bahwa Bahasa Indonesia itu sangat penting artinya bagi
mahasiswa di akhir masa kuliahnya. Hal ini karena bahasa Indonesia memberikan
bekal kepada mahasiswa bagi penulisan karya ilmiah. Kemampuan Ejaan yang
Disempurnakan, tata kalimat efektif, teknik enulisan karya ilmiah, dan penyusunan
kalimat dan alinea yang baik, akan sulit dikuasai mahasiwa tanpa belajar bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Di antara keperluan langsung itu, misalnya untuk
keperluan penulian makalah ilmiah, penulisan skripsi, penulisan laporan
laboratorium, dan laporan hasil kerja lapangan lainnya.
6
4.6.1 Macam-macam Ragam Bahasa
Menurut Surono (1980), ragam bahasa dapat dibedakan menurut sifat
penuturnya, suasananya, jalur yang dipakai, dapat dibedakan atas rincian sbb :
1. Ditinjau dari penuturnya, dibedakan menjadi :
(1) Ragam atas dasar daerah asal : dialek, logat
(2) Ragam atas dasar status penuturnya : ragam pelajar dan
nonterpelajar;
(3) Ragam dari segi sikap penutur : positif dan negatif;
2. Ditinjau dari jalur yang dipakai, dibedakan atas :
(1) Ragam ilmiah
(2) Ragam semiilmiah (ilmiah populer)
(3) Ragam nonilmah :
Ragam ini dapat dibagi ke dalam : ragam sastra, ragam jusnalistk,
ragam militer, dan ragam populer (tulisan nonilmiah untuk konsumsi
umum)
3. Ditinjau dari sifat dan cara penyampaiannya:
(1) Ragam lisan
(2) Ragam Tulisan
4. Ditinjau dari suasananya, dibedakan menjadi :
(1) Ragam resmi dan
(2) Ragam tak resmi
7
2. Logis : dapat diterima akal sehat
3. Empiris : sesuai dengamn pengalaman hidup subjek
4. Konsisten : Tetap mengikuti aturan dan kaidah-kaidah dasar
5. Terukur : dapat diukur secara matematis dan geometris
6. Valid, dan : ada ketepatan informasi antara data dengan kenyataan
7. Nomologis : sesuai dengan hukum-hukum alam
8
Jika tulisan itu berupa ragam ilmiah populer atau semiilmiah, maka dapat kita
lihat pada tulisan-tulisan artikel pada majalah, harian, tabloid atau berbagai
penerbitan untuk umum.
9
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, dalam penulisan karya ilmiah kita harus
memilih kata-kata tertentu untuk menyatakan sesuatu. Dalam hal ini pemiliha kata yang
setepat-tepatnya yang harus dipertimbangkan. Makna kata yang paling tepatlah yang
sangat diperlukan di sini.
Kata yang dipilih secara cermat dan tepat akan sangat membantu seseorang dalam
mengungkapkan maksud sesuai yang ingin diinginkan. Oleh karena itu, setiap penulis
pemula hendaknya mempertimbangkan baik-baik makna kata yang akan dipilih untuk
tulisannya. Ketepatan dan kesesuaian pilihan kata akan sangat menentukan
keberhasilan komunikasi yang dijalin.
10
dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif adalah makna yang lebih bersifat
profesonal dan operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna
yang bersifat umum, sedang makna konotatif adalah makna yang besifat khusus, atau
pribadi. Makna denotaif adalah makna harfiah sautu kata, tanpa adanya satu makna
tambahan yang menyertainya.
Setiap bahasa selalu mengandung aspek bentuk dan aspek isi. Aspek bentuk itu
mengacu kepada bentuk bahasa, atau bunyi bahasa yang dilambangkan, dan aspek isi
mengacu kepada makna bahasa tersebut. Kedua aspek itu akan sealu hadir secara
bersamaan dalam setiap bahasa. Kehadiran bentuk bahasa akan meniscayakan
hadirnya makna bahasa itu. Sebagai contoh, bentuk rumah, akan menghadirkan makna
11
rumah itu, yakni ‘sebuah bangunan permanen yang berfungsi sebagai tempat tinggal
seseorang’.
Hubungan yang kuat antara bentuk dan isi tersebut akan ikut mempengaruhi
kelancaran komunikasi berbahasa. Jika bentuk bahasanya berasa dari kata-kata
konotatif, maka yang hadir isinya atau maknanya adalah makna yang langsung
mengacu kepada makna konotatif itu. Secara otomatis pemakai bahasa akan merespon
makna dari asal bentuknya. Kata pelacur, misalnya, akan menandakan hadirnya
makna (referensial) yang melekat langsung pada kata itu, yakni ‘wanita tuna susila’ atau
‘wanita penghibur’. Akan tidak mungkin kata itu melahirkan kesan dan makna wajar,
misalnya bermakna ‘wanita baik-baik’ atau ‘wanita salihah’. Mengapa demikian? Hal ini
di samping berhubungan dengan sifat dan jenis kata-katanya, juga berhubungan engan
wujud (referen) kongkret pelacur itu tidak mencerminkan ‘wanita baik-baik’.
Hubungan yang sangat kuat antara aspek bentuk¸ aspek isi, dan keharusan
hadirnya wujud dari bentuk itu oleh Keraf disebut sebagai Segitiga Makna. Gambar di
bawah ini menunjukkan hal itu.
12
4.9. Penyusunan Kalimat yang Santun
Yang dimaksud dengan kalimat adalah gagasan lengkap yang terdiri atas beberapa
kata yang dituangkan dalam kesatuan bahasa berupa subjek, predikat dan objek, yang
(kadang) diakhiri dengan sebuah keterangan. Dalam bentuk tulisan kalimat diawali
dengan huruf besar (huruf kapital) dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanda tanya
(?), dan tanda seru (!). Menurut Keraf (1997: 34) kalimat merupakan suatu bentuk
bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang
secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Dengan kata lain, kalimat
adalah bentuk bahasa lengkap yang dipakai untuk menuangkan fakta-fakta, perasaan,
sikap, dan pikiran seseorang secara jelas dan efektif kepada orang lain atau pembaca.
Pendeknya, kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran secara utuh (lihat, Arifin, 2000: 58).
13
KD = kata depan
KS = kata sifat
a. Kesatuan Pikiran
14
Hendaknya disadari oleh semua pemakai bahasa bahwa sebuah kalimat yang baik
dan efektif haruslah memperlihatkan adanya kesatun pikiran atau kesatuan gagasan.
Dalam satu kalimat yang baik hendaklah hanya mengandung satu ide pokok, satu
gagasan. Dengan perkataan lain, dalam kalimat yang efektif hendaknya tidak
memberikan peluang bagi pikiran yang ganda. Sebab apabila dua agasan disatukan
dalam satu kalimat, maka akan merusak efektivitas kalimat itu.
Contoh kesatuan gagasan dalam kalimat efektif dapat dilihat dalam kalimat-
kalimat di bawah ini :
1. Semua penduduk desa itu mendapat penjelasan mengenai Program Jaring
Pengaman Sosial (gagasan tunggal).
2. Kita dapat merasakan dalam kehisdupan sehari-hari, betapa emosi seringkali
merupakan tenaga pedorong yang kuat dalam perilaku kehidupan kita (gagasan
tunggal).
3. Hari ini dia telah meningalkan rumahnya jam enam pagi, dan telah berangkat engan
pesawat satu jam yang alu (kesatuan gabungan).
4. Kamu boleh tetap tinggal di sini, atau ikut Bapak berangkat ke Jakarta (kesatuan
pilihan).
5. Pada saat seorang sarjana harus membentuk konsep-konsep menjadi istilah
kadang-kadang terasa adanya kesulitan (kesatuan tunggal).
15
ditekankan adanya isi pikiran, maka dalam koherensi yang lebih ditekankan adalah segi
struktur, atau interrelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini yang rusak koherensinya karena kesalahan
penempatan kata depan dan kata penghubung.
1. Sejak lahir manusia memiliki jiwa untuk melawan kepada kekejaman alam, atau
kepada pihak lain karena merasa dirinya lebih kuat (kalimat yang baik tanpa
kepada).
2. Bagi yang mrasa kehilangan dompet harap menghubungi kantor Tata Usaha
atau Pos Satpam (tanpa bagi).
3. Kita harus senantiasa meningkatkan daripada pembangunan jangka panjang
untuk kemajuan bangsa ke depan (tanpa daripada).
Kerusakan koherensi juga dapat muncul karena pemakaian kata yang tumpang
tindih atau berlebihan. Hal ini tampak dalam contoh kalimat berikut.
1. Sering kita membuat suatu kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari (suatu
kesalahan atau kesalahan-kesalahan).
2. Demi untuk kepentingan Saudara sendiri, Saudara dilarang merokok di ruangan
ini (demi kepentingan atau untuk mkepentingan).
c. Penekanan
Penekanan dalam kalimat dirasakan penting untuk memberikan perhatia tertentu
pada pokok masalahnya. Dalam bahasa lisan penkanan dapat dilakukan dengan
memberikan gerakan-gerakan tertentu, dengan perubahan roman muka, atau dengan
intonasi tertentu. Dalam bahasa tulisan hal ini tidak mungkin dilakukan.Namun
demikian, masih terdapat beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memberikan
penekanan itu dalam bahasa tulisan.
Di anatara cara-cara yang dapat ditempuh ialah sbb :
Merubah posisi dalam kalimat, misalnya menempakan gagasan utama pada awal
kalimat.
Contohnya :
16
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesematan
lain.
2. Pada kesempatan lain kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
3. Soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain, demikian harapan
kami.
4. Kita dapat membicarakan lagi soal ini pada kesempatan lain, demikian
harapan kami.
Mempergunakan repetisi
Yang dimaksud repetisi dalam hal ini adalah pengulangan sebuah kata yang
dianggap penting dalam sebuah kali mat.
Contoh : Kepandaiannya menyangkut kepandaian segala bidang ilmu,
kepandaian dalam bidang komputer, kepandaian dalam bidang elektronika, dan
kepandaian dalam bidang matematika.
Memberikan partikel
Pemberian partikel dalam kalimat biasanya bisa berupa partikrel –lah, -kah,
dan pun. Perhatikan kalimat berikut.
Akulah yang terpandai di kelas itu.
Saudaralah yang harius bertanggungjawab dalam soal ini.
Kami pun turut dalam kegiatan sosial itu.
d. Pertentangan
Dalam kalimat efektif penekanan dapat pula dipakai bentuk pertentangan untuk
memperjelas suatu gagasan.
Contoh :
1. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sepotong-sepotong, tetapi ia
menghendaki perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu.
2. Gadis itu tidak jelek dan bodoh, tetapi cantik dan pandai.
3. Setiap manusia tidak menghendaki gila dan amoral tetapi berakal sehat dan
berbudi.
4. Ayah bukan tipe laki-laki yang cengeng dan penakut, tetapi dia seorang laki-
laki yang jantan dan pemberani.
17
5. Adik memang anak yang rajin dan suka hemat, bukannya malas dan
pemboros seperti diceritakan orang.
e. Variasi kalimat
Variasi kalimat dalam sebuah kalimat efektif adalah gaya yang bertolak
belakang dengan repetisi. Variasi dalam hal ini adalah langkah strategis penulis
dalam hal menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa untuk menarik perhatian
dan minat pembaca. Variasi ini penting dibuat untuk menghilangkan monotoni dari
sebuah karangan.
Ada beberapa variasi yang dapat dibuat untuk menghidupkan kalimat :
a. Variasi sinonim kata
b. Variasi panjang pendeknya kalimat
c. Variasi pilihan kata (diksi)
d. Variasi susunan kalimat (inversi)
Paralelisme
Paraleisme dimaksud sebagai penempatan gagasan-gagasan yang sama penting
dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur gramatika yang sama. Paralelisme
atau kesejajaran bentuk membantu memberikan penjelasan dalam unsur
gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam
konstruksi yang sama.
Contoh :
a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b) Tahap akhir pembangunan gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan mengatur tata ruang.
Kalimat a) tidak memiliki kesejajaran (paralelisme), karena dua bemntuk kata yang
menduduki predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenakan. Kalima itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk kata
itu.
18
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Begitu pula dalam kalimat b) juga tidak memiliki keseajaran, karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, pengecatan, memasang, pengujian, dan
mengatur. Kalimat itu akan baik jika predikatnya dijadikan predkat nominal, sebagai
berikut.
Tahap trakhir pembangunan gedung itu adalah pengeatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
19
Perhatikan contoh kalimat yang salah dan kalimat yang benar di bawah ini.
20
Dalam komposisi enulisan, paragraf merupakan pencerminan pokok-pokok
pikiran penulis, sesuai dengan topik pembicaraannya. Paragraf biasanya ditandai
dengan cara penulsanya yang menjorok ke dalam dari margin kiri lima atau enam
ketukan. Bagi pembaca, paragraf akan sangat membantu memilah-mila pokok
pembicaraan atau ide-ide dasarnya. Bayangkan, jika sebuah tulisan tanpa diatur
penulisanya atas bebrapa paragraf, maka tentu akan mempersulit pembaca
menangkap gagasan-gagasan yang dituangkanya, atau bahkan membuat bosan
dan jenuh pembacanya.
Di bawah ini contoh sebuah paragraf :
Sampah selamanya selalu memusingkan. Sudah berkali-ali masalahnya
diseminarkan, dan berkalikali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun,
keterbaasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan sampah ebagai
masalah yang tak pernah selesai pemecahanya. Pada waktu eminar itu
berlangsung, di luar, penimbunan sampah terus berlangsung tanpa henti. Hal ini
mengundang keprihatinan kita bersama, karena masalah sampah banyak
sedikitnya berhubungan dengan masalah kesehatan dan banjir. Selama
pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan penglahan sampah masih
belum dapat ditanani dengan baik, selama itu pula sampah tetap mnjadi masalah
yang pelik.
21
“Jateng sukses”. Kata-kata ini meluncur gembira dai bibir pelatih regu Jateng
setelah selesai perandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu mala di
Gedung Jati Diri Semarang. Kota Semarang memang terkenal makanan
khasnya yang bernama lunpia. Pernyataan itu diangap wajar karena apa
yang dimpikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu
medali prak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh terpilihnya
petinju Jateng sebagai petinju terbaik pada kejuaraan ini. Lengkaplah sudah
hasil yang diperole kontingen Jateng tahun ini. Hasil gemilang ini adalah
prestasi terbaik yang pernah diraih Jateng selama mengikuti kejurnas.
Semarang memang kota ATLAS yang indah dan mempesona.
Dalam paragraf di atas, kalimat ketiga dan kalimat terkahir tampak tidak
menunjukkan keutuhan paragraf. Oleh sebab itu, kedua kalimat itu harus
dibuang dari paragraf itu.
b) Kepaduan paragaf (koherensi)
Kepaduan paragraf dapat terlihat mealui penyusunan kalimat secara logis
dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait (penanda hubungan,
Keraf, 1998) antarkalimat. Susunan yang logis akan terlihat dalam susunan
kalimat dalam paragraf itu. Pendekna, dalam paagraf itu tidak ada satu pun
kalimat yang sumang atau menyimpang dari ide pokok paragraf itu.
22
b. Hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, walaupun
demikian, sebaliknya, meskipun
begitu, lain halnya.
c. Hubungan perbandingan : sama halnya, sama dengan iuy, dalam
hal demikian, sehubungan dengan itu.
d. Hubungan akibat : oleh ebab itu, jadi, akibatknya,
oleh karena itu, maka,
2) Kata ganti
Dalam rangka usaha memadukan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf,
kita banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini brguna
untuk menghindari penyebutan nama orang brkali-ali. Kata ganti yang
dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang I), engkau, kamu,
kau, sekalian (kata ganti morang II), dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata
ganti orang III). Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut ini.
23
“Nilna, Amirah, dan Mahmudah adalah teman sekolah sejak SMU hingga
perguruan tinggi. Kini mereka sudah menyandang gelar dokter dari
universitas negeri di Jakarta. Mereka merencanakan mendirikan sebuah
poliklinik lengkap dengan apoteknya. Beberapa waktu yang lalu, mereka
menghubungi saya dan mengajak bekerja sama. Saya diminta menyediakan
tempana, karena kebetulan saya memiliki sebidang tanah yang letaknya
strategis. Tanpa berpikir panjang, saya menyetujui tawaran mereka.
Dalam paragraf tersebut, kata mereka dipakai sebagai pengganti kata
Nilna, Amirah, dan Mahmudah agar nama-nama itu tidak disebut berkali-kali
dalam satu paragraf. Hal ini karena penyebutan nama orang berkali-kali
dalam satu paragraf akan menimbulkan kebosanan.
Di samping kata ganti orang, dapat pula dipakai kata ganti lain yang dapat
menciptakan suatu kepaduan makna dalam paragraf, misalnya, ini, itu, tadi,
begitu, demikian, di sana, di situ, di atas, ke situ dan sebagainya.
3) Kata kunci
Maksud dari kata kunci ini adalah berupa pengulangan kata-kata kunci,
seperti kata sampah pada contoh paragraf yang pertama. Namun hendaknya
perulangan kata-kata kunci ini perlu hati-hati, jangan terlalu sering.
24
Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka
dan paragraf penutup. Paragraf ini bertugas mengembangkan inti pembicaraan,
sehingga masalah yang dibahas akan menjadi tuntas dan jelas terbaca dalam
paragraf ini. Dalam paragraf inilah penulis dapat menuangkan agasan-
gagasannya dengan metode penulisan deskriptif, ekspositoris, naratif atau
argumenatif.
(3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir sebuah karangan.
Dalam paragraf inilah biasanya penulis menyampaikan simpulan hasil kajiannya
secara deskriptif atau secara pointif. Penutup yang baik adalah paragraf yang
mampu memberikan kata simpul atau tesis yang menjawab semua persoalan
yang dibahas.
25
dan majalah, penjual buah-buahan, dan berbagai macam pedagang kaki lima.
Pada bagian belakang kita dapat melihat pedaga ng sayur dan daging yang
masih segar, yang ejak pukul 02.00 dini hari telah ramai diperjualbelikan. Itulah
sekilas pemandangan pasar Johar Semaang.
2) Teknik Ekspositoris
Teknik penulisan atau pengembanan alinea yang kedua adalah ekspositoris.
Teknik penulisan espositoris adalah teknik penulisan yang berusaha
memaparkan objek penulisannya secara jelas. Pengembanganna dapat berupa
urutan kronologis atau urutan ruang (lihat Keraf, 1985; Arifin, 2000; Yudiono,
1990).
Contoh paragraf ekspositoris.
Pasar Johar adalah pasar yang komleks. Di lantai dasar terdapat seratus
dua puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata kain-kain itu terjual lima
ratus meter untuk setiap kios.Dari data ini dapat diperkirakan, berapa uang yang
masuk ke kas Pemkot Semaang dari pasar Johar saja.
3) Teknik argumentatif
Paragraf atau alinea argumenatif adalah metode penulisan yang berusaha
meyakinkan atau membujuk pembaca untuk mengikuti pandangan atau
pendapat penulisnya. Biasanya tulisan argumentatif disertai dengan argumen-
argumen dan bukti-bukti empiris, bahkan menggunakan evidensi (bahan
pembuktian) yang sangat kuat. Tulisan berjenis ini sering juga disebut gaya
persuasif.
26
dengan pesawat yang berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan lebih dari
60 % pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Nyamankah?
Kalau memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya
agar pesawat-pesawat tua itu tetap nyaman dan aman dinaiki.
4) Teknik naratif
Teknik penulisan naratif biasanya dihubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu,
tulisan naratif adalah metode penulisan dengan cara menyampaikan uraian
objeknya dalam bentuk cerita. Tulisan ini banyak dipakai dalam arya sastra,
seperti novel, cerpen, roman, atau hikayat. Di samping jenis karya fiktif, bentuk
narasi juga sering dipaka alam karangan berbentuk otobiografi, biografi, sketsa,
profil atau laporan perjalanan.
Argumentasi Ekspositoris
27
1. Gaya bahasanya meyakinkan Gaya bahasanya informatif
2. Keputusannya ada pada Keputusanna ada pada pembaca
penulis Tujuanya ingin memberikan lukisan
3. Tujuannya ingin mempengaruhi kepada pembaca.
pandangan pembaca Data dalam ekspositoris dipakai
4. Data dalam argumentasi sebagai alat kongkretisasi.
sebagai evidensi (bahan
embuktian)
“David beckham adalah sorang pemain sepak bola yang sukses. Kehidupan
David Beckham selalu bergelimang kekayaan dan kepopuleran. David
Beckham masih terikat kontrak dengan real madrin sampai juni 2007. David
beckham sudah mengumumkan secara resmi kepindahan ke LA Galaxy di
liga Amerika Serikat. David beckham sudah menekan kontrak transfer 250
juta dolar AS. David beckham banyak mendapatkan kritikan dan laporan di
berbagai media masa. Masalah ini tetap membuat nama David beckham
populer dan menjadi buah bibir di jaga persepakbolaan dunia.” (Sumber,
Niknik, 2012. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, Intermedia :
Jakarta)
Paragraf adalah bagian karangan (wacana) yang sistematis, terdiri atas beberapa
kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran.
Secara formal ditandai oleh cara penulisan kalimat pertama agak menjorok ke kanan 5-
Ada tiga persyaratan agar paragraf menjadi padu, yaitu kepaduan, kesatuan,
kelengkapan.
28
Apabila sebuah paragraf itu bukan paragraf deskriptif atau naratif, secara
3. Kalimat penegas
1. Kepaduan paragraf
Persyaratan paragraf yang baik yaitu adanya kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan.
merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu. Bagaimanakah agar
kalimat-kalimat bertahan secara logis dan padu? Gunakanlah kata penghubung dengan
tepat. Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan
29
Contoh penghubung antarkalimat yaitu : karena, sehingga, tetapi, sedangkan,
apabila, jika, maka, dan lain-lain. Contoh kata penghubung antarkalimat yakni oleh
karena itu, jadi kemudian, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan, dan lain-lain.
2. Kesatuan paragraf
Selain kepaduan, persyaratan penulisan paragraf yang baik adalah adanya prinsip
kesatuan. Yang dimaksud kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu
pokok pikiran yang di wujudkan dalam satu kalimat utama. Kalimat utama yang
Terdapat ciri-ciri dalam membuat kalimat utama, yakni kalimat yang dibuat
harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih
lanjut. Ciri-ciri yang lain yaitu; kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri
tanpa memerlukan kata penghubung baik kata penghubung antar kalimat maupun kata
penghubung intrakalimat.
3.Kelengkapan paragraf
Ciri-ciri kalimat penjels berisi penjelasan, berupa rincian, keterangan, contoh, dll.
1. Cara Pertentangan
30
Pengembangan paragraph biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti
2. Cara Perbandingan
ungkapan seperti, serupa dengan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu.
3. Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang di jelaskan dengan objek lain
dengan bantuan kiasan. Kata-kata yang digunakan yaitu: ibaraatnya, seperti, bagaikan.
4. Cara Contoh-Contoh
Kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain- lain adalah ungkapan-ungkapan dalam
mengembangkan paragraph.
Pengembangan pargraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika menerangkan suatu
kejadian , baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan
7. Cara Klasifikasi
32
Jalan2 jalan-jalan
di-besar2-kan dibesar-besarkan
bergerak2 bergerak-gerak
tunggang langgang tunggang-langgang
sayur mayur sayur-mayur
ramah tamah ramah-tamah
terus menerus terus-menerus
berkejar kejaran berkejar-kejaran
33
Duka cita duka cita
Suka rela sukarela
Di samping itu, untuk penulisan kata-kata yang salah satu unsurnya tidak
dapat berdiri sendiri sebagai satu kata ang mengandung arti penuh, maka
penulisan unsur terikat itu harus serangkai dengan unsur lainnya.
Misalnya :
Bentuk tidak baku Bentuk baku
A moral amoral
Antar warga antarwarga
Sub unit subunit
Catur tunggal caturtunggal
Non migas nonmigas
Pasca panen pascapanen
Pasca sarjana pascasajana
Neo modernisme neomodernsme
Catatan :
a) Apabila bentuk terkat itu diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf bsar, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya :
Non-RRC
Non-Indonesia
Pan-Afrikanisme
Pan-Islamisme
b) Unsur kata maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya yang berupa kata dasar. Akan tetapi apabila unsur
maha itu diikuti kata berimbuhan, maka maha ditulis terpisah. Ada
ketentuan kata maha yang dikuti kata esa, maka ditulis terpisah walaupun
dikuti kata dasar.
Misalnya :
34
Yang Mahakuasa
Tuhan Yang Maha Esa
Perilaku
Maha Penyayang
Peri kemanusiaan
Peri keadilan
35
Frequency Frekwensi Frekuensi
Complex Komplek Kompleks
Carier Karir Karier
Analysis Analisa Analisis
November Nopember November
management Managemen Manajemen
Adapun prisip umum yang harus ditaati bagi ara penulis pemula menurut Gorys
Keraf (1997: 180) adalah sbb :
1) Jangan mengadakan perubahan
2) Kutiplah apa adanya
3) Penghilangan bagian kutipan
6.1.2 Cara Membuat Kutipan
a. Kutipan langsung
Kutipan langsung panjangnya tidak lebih dari empat baris ketikan, akan
dimasukkan ke dalam teks dengan cara-cara berikut :
(a) kutipan itu dintegrasikan langsung dengan teks.
(b) Jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(c) Kutipan itu diapit dengan tanda kutip
(d) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas. Atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang (sesuai
nama dalam daftar pustaka), tahun terbit, dan nomor halaman yang
dikutip.
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris ditulis dengan ketentuan
sebagai berikut :
36
(1) kutipan itu dipiaan dari teks dalam jarak 2,5 spasi
(2) jarak antar baris hanya satu spasi
(3) kutipan itu boleh atau tida diapit dengan tanda kuti;
(4) setelah kutipa selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas atau dalam kurung ditempatkan nama pengarang, ahun terbit, dan
nomor halaman buku yang dikutip.
(5) Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5 – 7 ketikan.
b. Kutipan tak langsung
Dalam kutipan tak langsung, biasanya penulis hanya mengambil pokok
pikiran atau inti gagasan dari buku yang dikutip. Karena itu, kutipan tak
langsung tidak boleh menggunakan tanda kutip.
Cara membat kutipan tak langsung adalah sbb :
(1) Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
(2) Jarak antar baris dua spasi
(3) Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
(4) Sesudah kutipan selesai, diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke
atas, atau dalam kurung ditematkan nama pengarang, tahun terbit, dan
nomor halaman.
Contoh :
………………………………………………………………………
Tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan susku-suku kata (yang
sama bentuk fonemik-segmentalnya) dengan titiunada, kontur lagu, jangka
bunyi dan tekanan. Dengan kata lain, tekanan itu hanya satu bagian dari tata
aksen, di samping unsur titi nada, kontur dan jangka.
………………………………………………………………………..
Nomor 12 pada nomor penunjukan itu adalah nomor catata kaki yang
menjelaskan sumber rujukan itu.
________________________
Keraf, 1997. Komposisi. Ende Flores : Kanisius. Halaman 15-22.
37
38