PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai bangsa bahari memiliki hamparan laut yang lebih luas
daripada daratannya,karena itu Indonesia sebagai bangsa maritim memiliki
hamparan laut yang lebih luas daripada daratannya. Jauh sebelum masa
kemerdekaan, indonesia ternyata sudah dikenal dunia sebagai Bangsa yang
memiliki Peradaban maritim maju. Sejarah mencatat bangsa indonesa telah
berlayar jauh dengan kapal bercadik atau perahu berlayar dengan navigasi
seadanya, mereka telah mampu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong
lautan Hindia hingga ke Madagaskar dan berlanjut ketimur hingga ke pulau
Paskah. Dengan kian ramainya arus pengakutankomoditas perdagangan
melalui laut, mendorongmunculnya Kerajaan-kerajaan di Nusantara yang
bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar. ada beberapa istilah
nama lain untuk indonesia namun yang paling terkenal yaitu nusantara.
indonesia juga dibilang sebagai nusantara dan Indonesia memiliki batas
wilayah dan perairan.
BAB II
PEMBAHASAN
suatu istilah yang populer pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-
20,terutama dalam literatur berbahasa inggris.
Telaga Batu (605 C / 683 M) di Palembang. Selain itu ada Prasasti Karang
Birahi diJambi, Prasasti Ligor (679 C / 775 M) di Tanah Genting Kra, yang
melengkapi penemuanbukti-bukti peninggalan sejarah bangsa pada masa
lampau. Penemuan berbagai buktisejarah keberadaan Sejarah Sriwijaya ini
sangat penting untuk mengetahui perjalananpanjang dan mata rantai sejarah
Nusantara khususnya mengenai kemaritiman.Di pulau Jawa terdapat
kerajaan Hindu Majapahit yang mencapai puncak kejayaannya pun
berdasarkan visi maritimnya. Wilayah kekuasaannya merupakan
sebarankerajaan bawahan yang memiliki pelabuhan dan komoditas dagang
vital terutama beras.Kapal-kapal dan pelaut-pelaut Jawa tercatat dalam
kronik-kronik di mancanegara(Sukodaya-Thailand dan Pegu-Myanmar)
sebagai manifestasi kejayaan negara maritimMajapahit yang juga menjadi
pusat budaya dan peradaban di Nusantara. Selain itukekuatan maritimnya
merupakan modal dasar untuk melakukan kolonisasi, ekspansi danpenetrasi
budaya di zaman tersebut.Hal ini terlihat ketika seorang putera bangsa yang
bernama Mahapatih Gajah Madaingin menyatukan kerajaan-kerajaan kecil
Nusantara di bawah koordinasi KerajaanMajapahit. Tidak dapat dikatakan
apakah Mahapatih Gajah Mada berwawasan maritimatau tidak, tetapi apa
yang telah dilakukan oleh orang besar tersebut merupakan sikapyang benar
dalam konteks kebijakan Kerajaan Majapahit dalam wilayah
perairanNusantara yang negeri pasalnya berjumlah berpuluh-puluh baik di
pulau Sumatera maupundi pulau Kalimantan. Wawasan ini tentu saja
memiliki implikasi yang menyangkut strategidan kebijakan kerajaan
tersebut dalam pengelolaan
serta pemanfaatan laut utamanyadalam masalah transportasi
serta pertahanan
wilayah Majapahit sebagai pusat kerajaanyang harus mampu meng-
kordinasi negeri kekuasaannya serta melindungi diri dariserangan musuh.
Sistem transportasi perhubungan laut Majapahit konon diambil aliholeh
Pemerintahan Hindia Belanda ketika berkuasa di wilayah Nusantara.
Melihat kepadakondisi ‘maritim’ Majapahit serta potensi laut yang luar
biasa selain sebagai saranaperhubungan, maka orientasi masyarakat
Nusantara secara total dialihkan menjadimasyarakat darat dan dipekerjakan
sebagai tenaga paksa dan kerja rodi. Dengan demikian,semangat kebaharian
masyarakat Nusantara terpadamkan oleh situasi dan kondisi sosio-ekonomi
serta budaya yang dengan sengaja ditransformasi oleh Belanda demi
kepentinganekonomi Belanda. Dengan langkah-langkah yang di lakukan
terhadap penduduk asliNusantara, Pemerintah Hindia Belanda menjalankan
visi kemaritimannya, yaitu denganmenguasai wilayah perairan Nusantara
dari kawasan Utara: Ternate dan Tidore, kawasanTengah: Makasar,
kawasan Selatan
Batavia dan sepanjang Pantura (pantai Utara PulauJawa).Sementara itu,
kerajaan dan kesultanan Islam pesisir utara Jawa, Demak, Bintara,Tuban,
Lasem dan Jepara melanjutkan tradisi maritim Majapahit sekaligus
menyebarkan
(prolifikasi)
agama Islam dan menantang keberadaan kekuatan maritim Portugis
yangmulai merajalela di Nusantara karena dorongan dinamika lingkungan
ekonomi strategis(direbutnya Konstantinopel oleh Turki Osmani yang
mengakibatkan terganggunyaperdagangan komoditas rempah-rempah dan
barang mewah dari Asia). Pada masa yangsama, kerajaan Bantenpun
berkembang menjadi kekuatan maritim yang mengendalikanwilayah barat
Nusantara dan mengendalikan perdagangan lada.
Peran kekuatan maritim Demak digantikan oleh Mataram yang sampai abad
ke -XVII masih dapat diperhitungkan sebagai negara maritim. Perubahan
visi pemerintahandan kekalahan dalam persaingan melawan VOC (kompeni
dagang Hindia Timur) membuatMataram kemudian menjadi lemah dan
bervisi darat.Abad ke-XVII ditandai juga dengan berjayanya kerajaan
maritim Aceh yangmelanjutkan tradisi Sriwijaya menjadi kekuatan maritim
yang mengendalikan alur lautperdagangan di sekitar Selat Malaka sampai
awal abad ke-XVIII sebelum kemudiantidak lagi sanggup bersaing dengan
kekuatan maritim imperialis barat Belanda dan Inggris.Di kepulauan
Nusantara bagian Timur, Kesultanan Makasar dan konfederasi kerajaanetnis
Bugis (Bone, Sawito, Luwu, Tanete dan lain-lain) yang berwawasan
Maritim menjadidua kekuatan yang mengendalikan wilayah perdagangan
dan wilayah komoditas. Sifatdiaspora (penyebaran) kedua kelompok etnis
ini membuat mereka hadir dimana-manadan dapat mempertahankan budaya
Maritimnya hingga sekarang, meskipun keduakerajaan tersebut pun tidak
sanggup menghadapi kekuatan maritim imperialis Barat (VOCmaupun
Belanda).Untuk wilayah bagian timur terdapat Kesultanan Ternate dan
Tidore, yang menguasaisumber komoditas sangat penting seperti rempah-
rempah, dan mengendalikan pulaperdagangan dan jaringan transportasi serta
komunikasi Wilayah Timur Nusantara. Tradisiinsularitas kedua kesultanan
ini sangat terlihat dan merupakan satu ciri
pemahamangeostrategi ’perfectisolation’ di Kepulauan Nusantara.
KESIMPULAN
Jauh sebelum masa kemerdekaan, Indonesia ternyata sudah dikenal dunia
sebagai sebagai Bangsa yang memiliki Peradaban maritim maju. Bahkan,
bangsa ini pernah mengalami masa keemasan pada awal abad ke-9
Masehi. Fakta sejarah lain yang menandakan bahwa Bangsa Indonesia
terlahir sebagai bangsa Maritim dan tidak bisa dipungkiri, yakni dibuktikan
dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah dibeberapa belahan pulau.
Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang
dipenuhi oleh lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa nenek
moyang Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, selain itu
ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di
Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita sudah
melakukan hubungan dengan bangsa lain yang tentunya menggunakan
kapal-kapal yang laik layar.
Indonesia membuat peraturan yang jelas dan tegas mengenai batas wilayah
perairan laut negara Republik Indonesia, agar bahaya-bahaya yang mungkin
timbul dapat dicegah. Indonesia menganut persetujuan Hukum Laut
Internasional yang telah disepakati pada tahun 1982. Berdasarkan
kesepakatan tersebut wilayah perairan Indonesia meliputi batas laut
teritorial, batas landas kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif.
Kita sudah mengetahui bahwa Indonesia adalah negara maritim, dimana
dua pertiga luas wilayah Indonesia adalah lautan. Jadi, tidaklah
mengherankan jika batas-batas wilayah laut Indonesia berhubungan
dengan 10 negara sedangkan perbatasan wilayah darat Indonesia hanya
berhubungan dengan tiga negara