Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PAPER

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

“SEJARAH MARITIM INDONESIA”

OLEH :

NAMA : LAYINATUS SYIFA B.R

NIM : C031221024

KELAS :WSBM 48 KEDOKTERAN HEWAN A

DOSEN : Dr. ANDI ADRI ARIEF, S.Pi.,M.Si

PRODI : KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS : KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Maritim berasal dari bahasa Inggris yaitu maritime yang berarti navigasi. Sedangkan
menurut KBBI, maritim memiliki arti berkenaan dengan laut; berhubungan dengan
pelayaran dan perdagangan di laut. negara maritim adalah suatu negara yang daerah
teritorial lautnya lebih luas daripada daerah teritorial daratan. Secara sederhana, negara
maritim bisa diartikan sebagai negara yang dikelilingi laut atau perairan yang luas. Suatu
negara dapat dikatakan sebagai negara maritim apabila memiliki garis pantai yang
panjang. Selain itu, beberapa ciri-ciri negara maritim antara lain: memiliki wilayah
perairan atau laut lebih luas sekitar 2/3 luas daratan, memiliki banyak pulau yang
dikelilingi oleh perairan atau laut, dan memiliki sumber daya laut yang melimpah.

Sejarah maritim sangat erat kaitannya dengan peristiwa yang terjadi di lautan. Hal ini
berkaitan dengan pemahaman kemaritiman yang bersandar pada perspektif bentang
lautm(seascape) yang menempatkan laut sebagai fokus kajian. Selain itu, peristiwa yang
terjadi di lautan cenderung menggambarkan peristiwa besar yang memiliki pengaruh
dalam skala luas. Namun di balik itu semua, laut terintegrasi dengan bentang perairan
lainnya, yaitu persungaian. Sejak periode Hindu-Buddha di Nusantara, sungai menempati
posisi strategis yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penunjang aktivitas pelayaran
dan perdagangan. Kerajaan Sriwijaya memanfaatkan sungai dalam pendistribusian
komoditas dagangnya: lada, kapur barus, damar, dan emas yang berada di wilayah hulu
ke wilayah pesisir hingga kemudian ke pelabuhan di segala penjuru Asia Tenggara.

1.2. Rumusan masalah


1. Jelaskan sejarah maritim Indonesia pada masa kerajaan maritim nusantara.
2. Sebutkan dan jelaskan pengembaraan pelayaran nelayan, rute dan tempat tujuan.

1.3. Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah agar mahasiswa atau pembaca memahami sejarah
maritim Indonesia. Sebagai warga Negara yang baik alangkah baiknya agar kita
mengetahui dan mempelajari sejarah. Agar kita semua tidak lupa dengan sejarah maka
dibuatnyalah paper ini. Selain itu juga paper ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas
WSBM saya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Maritim Indonesia Pada Masa Kerajaan Maritim Nusantara
sejarah maritim pada masa kerajaan maritim nusantara diawali sejak periode
Hindu – Budha. Kebudayaan dan peradaban maritim di Nusantara ini telah
bermula dari masa lalu melalui proses evolusi (pada masyarakat maritim
pedesaan/pinggiran) dan pembangunan terencana (pada masyarakat maritim di
pusat-pusat kota kerajaan). Terdapat tujuh kerajaan maritim Nusantara berdaulat
yang muncul silih berganti dan bertahan, di antaranya adalah Kerajaan Sriwijaya
memanfaatkan sungai dalam pendistribusian komoditas dagangnya: lada, kapur
barus, damar, dan emas yang berada di wilayah hulu ke wilayah pesisir hingga
kemudian ke pelabuhan di segala penjuru Asia Tenggara. Setelah itu ada kerajaan
Majapahit, Kerajaan Majapahit yang berkembang pasca-Kerajaan Sriwijaya juga
tidak jauh berbeda, dengan menempatkan laut dan sungai (perairan) sebagai
bagian dari aktivitas pelayaran dan perdagangan. Pentingnya transportasi laut dan
sungai pada zaman Majapahit bisa diterima secara akal sehat mengingat bahwa
wilayah Majapahit khususnya daerah di sekitar ibukota merupakan hutan
pegunungan dengan sungai- sungai besar (Sulistiyono, 2016: 5). Sungai Berantas
yang berada dalam kekuasaan Majapahit dapat dilayari oleh kapal-kapal pada
masa itu. Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Buddha di Nusantara memiliki
kesadaran bahwa sungai sebagai bentuk rupa bumi dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin dalam mendukung aktivitasnya. Setelah itu ada Kerajaan Tarumanagara
di Tanjung Priuk Jakarta abad ke-3 hingga 690 M. Masa pemerintahan dinasti
Sanjayawamca dan Chailendrawamca menguasai Jawa Tengah dari abad ke-7
hingga abad ke-10.Kerajaan Darmawangca Jawa Timur tahun 991 – 1016 M.
Kerajaan Malayu Srivijaya (Sriwijaya) masa pemerintahan Balaputra dan
Dharmaphala di Sumatra Selatan abad 8 & 9. Kerajaan Samudera Pasee tahun
1225–1524 M. Kerajaan Banten tahun 1481 – 1531 M, dan Kerajaan-kerjaan di
Indonesia Bagian Timur abad ke-17: Kerajaan Gowa (Makassar), Kesultanan
Buton, dan Kesultanan Ternate.
Setiap kerajaan maritim tersebut melakukan pembangunan supra-infrastruktur
kemaritiman yang mencirikan peradaban maritim (maritime great tradition)
dengan strategi masing-masing yang meliputi politik dan birokrasi pemerintahan,
pemukiman perkotaan dan jasa akomodasi, pelabuhan dan pergudangan, industri
kapal dan perdagangan maritim, pertahanan keamanan dan persenjataan, sistem
pajak dan beacukai, diplomasi luar negeri dengan negara-negara maritim lainnya,
termasuk yang dilakukan oleh Karajaan Maritim Gowa yang berpusat di Kota
Somba Opu. Kerajaan-kerajaan Tarumanagara, Mataram Kuno, Darmawangca,
dan Srivijaya, berikut Samudera Pasee, Banten, dan kerajaan-kerajaan di
Indonesia bagian timur, terutama Gowa-Makassar, inilah yang selanjutnya
mewarnai pembangunan dunia maritim di Nusantara pada abad pertengahan dan
berikutnya.
2.2. Pengembaraan Pelayaran Nelayan, Rute dan Tempat Tujuan.

Dalam melakukan aktivitasnya, penduduk Bahari terutama nelayan dan

Pelayar mempunyai mobilitas pengembaraan yang tinggi. Berbeda dengan pelayar


yang tujuannya ialah pelabuhan- pelabuhan di kota–kota pantai,nelayan yang
memanfaatkan sumberdaya hayati di perairan pesisir dan laut dalam. Sejak dahulu
orang Bajo mengembara di laut sebagai nelayan dan pelayar (seaNomaden. Sejak
abad ke-16 atau 17, orang-orang Bugis, Makassar, Mandar, dan Buton dikenal
sebagai pelaut ulung (sebagai nelayan dan pelayar). Penyelam teripang dan kerang
dari Bugis, Makassar, dan Bajo sudah sampai di perairan pantai utara, barat dan
timur Australian, dan hingga perairan pantai selatan Papua Newguinea. Pelayar
dari Nusantara sejak dahulu sampai di Madagaskar dan Cina Selatan. Nelayan
Jawa, Madura dan Bawean: Kep. Natuna, Selat Makassar, Laut Arafuru, dan Laut
Banda (menangkap layang). Nelayan Mandar: Selat Makassar hingga laut Flores
(mencari ikan terbang dan telur ikan). Nelayan Makassar dari Galesong sejak lama
sampai ke perairan Maluku dan Pak-pak (Irian)(menangkap ikan terbang dan telur
ikan). Nelayan tongkol dan tuna dari Sulawesi Selatan: Laut Flores dan Maluku
Nelayan Bugis dari Sinjai: Teluk Bone, Laut Flores, dan perairan Cilacap (Jawa
Tengah). Penyelam Bugis dan Bajo (Pulau Sembilan Sinjai), Nelayan Makassar
(pulau-pulau Barranglompo dan Pulau Kodingareng Kodya Makassar):
mengembara kearah timur, selatan, dan barat Nusantara sejak dahulu (mencari
teripang, kerang dan tumbuhan laut). Memiliki wawasan kelautan dan kepulauan
(nusantara), pergaulan antaretnik, wawasan keragaman budaya, sikap dan jiwa
integritas nasional yang tinggi.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kemaritiman memiliki sejarahnya sendiri. Mulai dari masa kerajaan Hindu –


Budha hingga sekarang. Terdapat tujuh kerajaan maritim Nusantara berdaulat yang
muncul silih berganti dan bertahan, seperti kerajaan Sriwijaya, kerajaan Majapahit,
Tarumanegara, dan masih banyak lagi. Selain krajaan – kerajaan yang ada pada masa
Kemaritiman Nusantara ada juga pengembaraan pelayaran nelayan, rute serta tempat
tujuan. Dalam melakukan aktivitasnya, penduduk Bahari terutama nelayan dan
Pelayar mempunyai mobilitas pengembaraan yang tinggi. Berbeda dengan pelayar
yang tujuannya ialah pelabuhan- pelabuhan di kota–kota pantai,nelayan yang
memanfaatkan sumberdaya hayati di perairan pesisir dan laut dalam.

3.2. Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca adalah agar lebih meningkatkan


pengetahuannya mengenai sejarah kemaritiman, karena sebagaimanapun sejarah
adalah bagian dari tumbuhnya bangsa Indonesia yang maju pada saat ini. Selain itu
bagi pembaca agar sama – sama mengoreksi apabila ada kesalahan dari paper ini.
Sekian terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ilham nur utomom dan fanada sholihah,2019, “DARI HILIR KE HULU:


PERKEMBANGAN SEJARAH MARITIM INDONESIA DAN SELINGKAR
PERMASALAHANNYA”, http://eprints.uny.ac.id/67095/1/Ilham%20Nur
%20dkk.pdf, diakses pada 29 September 2022 pukul 11.32 WITA.

Anda mungkin juga menyukai