OLEH :
NIM : C031221024
FAKULTAS : KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah maritim sangat erat kaitannya dengan peristiwa yang terjadi di lautan. Hal ini
berkaitan dengan pemahaman kemaritiman yang bersandar pada perspektif bentang
lautm(seascape) yang menempatkan laut sebagai fokus kajian. Selain itu, peristiwa yang
terjadi di lautan cenderung menggambarkan peristiwa besar yang memiliki pengaruh
dalam skala luas. Namun di balik itu semua, laut terintegrasi dengan bentang perairan
lainnya, yaitu persungaian. Sejak periode Hindu-Buddha di Nusantara, sungai menempati
posisi strategis yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penunjang aktivitas pelayaran
dan perdagangan. Kerajaan Sriwijaya memanfaatkan sungai dalam pendistribusian
komoditas dagangnya: lada, kapur barus, damar, dan emas yang berada di wilayah hulu
ke wilayah pesisir hingga kemudian ke pelabuhan di segala penjuru Asia Tenggara.
1.3. Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah agar mahasiswa atau pembaca memahami sejarah
maritim Indonesia. Sebagai warga Negara yang baik alangkah baiknya agar kita
mengetahui dan mempelajari sejarah. Agar kita semua tidak lupa dengan sejarah maka
dibuatnyalah paper ini. Selain itu juga paper ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas
WSBM saya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Maritim Indonesia Pada Masa Kerajaan Maritim Nusantara
sejarah maritim pada masa kerajaan maritim nusantara diawali sejak periode
Hindu – Budha. Kebudayaan dan peradaban maritim di Nusantara ini telah
bermula dari masa lalu melalui proses evolusi (pada masyarakat maritim
pedesaan/pinggiran) dan pembangunan terencana (pada masyarakat maritim di
pusat-pusat kota kerajaan). Terdapat tujuh kerajaan maritim Nusantara berdaulat
yang muncul silih berganti dan bertahan, di antaranya adalah Kerajaan Sriwijaya
memanfaatkan sungai dalam pendistribusian komoditas dagangnya: lada, kapur
barus, damar, dan emas yang berada di wilayah hulu ke wilayah pesisir hingga
kemudian ke pelabuhan di segala penjuru Asia Tenggara. Setelah itu ada kerajaan
Majapahit, Kerajaan Majapahit yang berkembang pasca-Kerajaan Sriwijaya juga
tidak jauh berbeda, dengan menempatkan laut dan sungai (perairan) sebagai
bagian dari aktivitas pelayaran dan perdagangan. Pentingnya transportasi laut dan
sungai pada zaman Majapahit bisa diterima secara akal sehat mengingat bahwa
wilayah Majapahit khususnya daerah di sekitar ibukota merupakan hutan
pegunungan dengan sungai- sungai besar (Sulistiyono, 2016: 5). Sungai Berantas
yang berada dalam kekuasaan Majapahit dapat dilayari oleh kapal-kapal pada
masa itu. Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Buddha di Nusantara memiliki
kesadaran bahwa sungai sebagai bentuk rupa bumi dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin dalam mendukung aktivitasnya. Setelah itu ada Kerajaan Tarumanagara
di Tanjung Priuk Jakarta abad ke-3 hingga 690 M. Masa pemerintahan dinasti
Sanjayawamca dan Chailendrawamca menguasai Jawa Tengah dari abad ke-7
hingga abad ke-10.Kerajaan Darmawangca Jawa Timur tahun 991 – 1016 M.
Kerajaan Malayu Srivijaya (Sriwijaya) masa pemerintahan Balaputra dan
Dharmaphala di Sumatra Selatan abad 8 & 9. Kerajaan Samudera Pasee tahun
1225–1524 M. Kerajaan Banten tahun 1481 – 1531 M, dan Kerajaan-kerjaan di
Indonesia Bagian Timur abad ke-17: Kerajaan Gowa (Makassar), Kesultanan
Buton, dan Kesultanan Ternate.
Setiap kerajaan maritim tersebut melakukan pembangunan supra-infrastruktur
kemaritiman yang mencirikan peradaban maritim (maritime great tradition)
dengan strategi masing-masing yang meliputi politik dan birokrasi pemerintahan,
pemukiman perkotaan dan jasa akomodasi, pelabuhan dan pergudangan, industri
kapal dan perdagangan maritim, pertahanan keamanan dan persenjataan, sistem
pajak dan beacukai, diplomasi luar negeri dengan negara-negara maritim lainnya,
termasuk yang dilakukan oleh Karajaan Maritim Gowa yang berpusat di Kota
Somba Opu. Kerajaan-kerajaan Tarumanagara, Mataram Kuno, Darmawangca,
dan Srivijaya, berikut Samudera Pasee, Banten, dan kerajaan-kerajaan di
Indonesia bagian timur, terutama Gowa-Makassar, inilah yang selanjutnya
mewarnai pembangunan dunia maritim di Nusantara pada abad pertengahan dan
berikutnya.
2.2. Pengembaraan Pelayaran Nelayan, Rute dan Tempat Tujuan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA