Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI /SUB MATERI

(CONTENT/SUB-CONTENT) PEMBELAJARAN MK WSBM

PERTEMUAN 5-6

SEJARAH MARITIM INDONESIA DARI MASA KERAJAAN MARITIM NUSANTARA HINGGA


MASA INDONESIA MERDEKA (MP/PB4)

A. Kerajaan Maritim di Nusantara (sekarang NKRI)


 Kebudayaan dan peradaban maritim di Nusantara ini telah bermula dari masa lalu
melalui proses evolusi (pada masyarakat maritim pedesaan/pinggiran) dan
pembangunan terencana (pada masyarakat maritim di pusat-pusat kota kerajaan).
 Terdapat tujuh kerajaan maritim Nusantara berdaulat yang muncul silih berganti
dan bertahan, di antaranya yang mencolok:
 Kerajaan Tarumanagara di Tanjung Priuk Jakarta abad ke-3 hingga 690 M.
 Masa pemerintahan dinasti Sanjayawamca dan Chailendrawamca menguasai
Jawa Tengah dari abad ke-7 hingga abad ke-10.
 Kerajaan Darmawangca Jawa Timur tahun 991 – 1016 M
 Kerajaan Malayu Srivijaya (Sriwijaya) masa pemerintahan Balaputra dan
Dharmaphala di Sumatra Selatan abad 8 & 9.
 Kerjaan Samudera Pasee tahun 1225 – 1524 M
 Kerajaan Banten tahun 1481 – 1531 M, dan
 Kerajaan-kerjaan di Indonesia Bagian Timur abad ke-17: Kerajaan Gowa
(Makassar), Kesultanan Buton, dan Kesultanan Ternate.

 Setiap kerajaan maritim tersebut melakukan pembangunan supra-infrastruktur


kemaritiman yang mencirikan peradaban maritim (maritime great tradition)
dengan strategi masing-masing yang meliputi politik dan birokrasi pemerintahan,
pemukiman perkotaan dan jasa akomodasi, pelabuhan dan pergudangan, industri
kapal dan perdagangan maritim, pertahanan keamanan dan persenjataan, sistem
pajak dan beacukai, diplomasi luar negeri dengan negara-negara maritim lainnya,
termasuk yang dilakukan oleh Karajaan Maritim Gowa yang berpusat di Kota Somba
Opu.
 Kerajaan-kerajaan Tarumanagara, Mataram Kuno, Darmawangca, dan Srivijaya,
berikut Samudera Pasee, Banten, dan kerajaan-kerajaan di Indonesia bagian timur,
terutama Gowa-Makassar, inilah yang selanjutnya mewarnai pembangunan dunia
maritim di Nusantara pada abad pertengahan dan berikutnya.

B. Pengembaraan Pelayaran Nelayan, Rute, dan Tempat Tujuan


 Perikanan dan pengembaraan nelayan
 Sejak dahulu orang Bajo mengembara di laut sebagai nelayan dan pelayar (sea
nomaden).
 Sejak abad ke-16 atau 17, orang-orang Bugis, Makassar, Mandar, dan Buton
dikenal sebagai pelaut ulung (sebagai nelayan dan pelayar).
 Penyelam teripang dan kerang dari Bugis, Makassar, dan Bajo sudah sampai di
perairan pantai utara, barat dan timur Australian, dan hingga perairan pantai
selatan Papua Newguinea.
 Pelayar dari Nusantara sejak dahulu sampai di Madagaskar dan Cina Selatan.
 Nelayan Jawa, Madura dan Bawean: Kep. Natuna, Selat Makassar, Laut Arafuru,
dan Laut Banda (menangkap layang).
 Nelayan Mandar: Selat Makassar hingga laut Flores (mencari ikan terbang dan
telur ikan).
 Nelayan Makassar dari Galesong sejak lama sampai ke perairan Maluku dan Pak-
pak (Irian)(menangkap ikan terbang dan telur ikan).
 Nelayan tongkol dan tuna dari Sulawesi Selatan: Laut Flores dan Maluku
 Nelayan Bugis dari Sinjai: Teluk Bone, Laut Flores, dan perairan Cilacap (Jawa
Tengah).
 Penyelam Bugis dan Bajo (Pulau Sembilan Sinjai), Nelayan Makassar (pulau-
pulau Barranglompo dan Pulau Kodingareng Kodya Makassar): mengembara ke
arah timur, selatan, dan barat Nusantara sejak dahulu (mencari teripang, kerang
dan tumbuhan laut).
 Memiliki wawasan kelautan dan kepulauan (nusantara), pergaulan antaretnik,
wawasan keragaman budaya, sikap dan jiwa integritas nasional yang tinggi.

 Infrastruktur dan Perdagangan Maritim (CPMK1,5)


 Sejak dahulu pembangunan infrastruktur berupa pelabuhan, industri kapal,
pertahanan dan keamanan, dan perdagangan maritim sudah dilakukan di
Nusantara.
 Pada pusat-pusat kerajaan pembangunan infrastruktur kebanyakan dilakukan
secara terencana dan terprogram, sedangkan di daerah-daerah pedesaan justru
cenderung secara evolusionis.
 Telah berkembang ekonomi perdagangan maritim dengan rute-rute pelayaran
lintas kerajaan-kerajaan maritim Nusantara dan negara-negara maritim lainnya,
terutama dengan Asia tenggara, Asia Timur, Asia Barat, India, Timur Tengah, dan
Eropah.
 Barang komoditi ekspor sangat kaya dan bernilai tinggi: produk perikanan, hasil
pertanian dan perkebunan, terutama kopra dan rempah-rempah, hasil hutan,
ternak, besi, dan sebagainya.
 Demikian halnya barang-barang lux inpor berbagai jenis terutama dari Cina,
India, Arab, dan negara-negara Eropah
 Tumbuh wawasan global dan sikap keterbukaan dari kaum pedagang.

C. Perikanan laut dan Pasar dalam dan Luar Wilayah Nusantara Pengimpor Hasil
Tangkapan
 Budaya perikanan (sistem pengetahuan, kelompok kerja/organisasi dan
kelembagaan, teknologi produksi perikanan, pascapanen) merupakan hasil
tanggapan dan respons masyarakat nelayan secara terus-menerus terhadap
potensi SDL yang tersedia.

 Diversitas dan variasi teknologi tangkap meruapakan hasil kreativitas inovatif dan
adopsi dari luar dengan daya adaptasi nelayan terhadap kondisi lingkungan dan
biota laut yang kaya dalam spesis dan populasinya.

 Komunitas-komunitas nelayan dari berbagai etnis, jenis tangkapan, dan tipe


teknologi tangkap yg digunakan.
Nelayan Jawa dan Madura abad ke-19-awal abad 20: ikan layang (perahu
mayang, pukat payang); konsumen Jawa pedalaman.
Nelayan Bagan Siapiapi abad ke-19-awal abad 20: ikan kecil (pukat bagang
tancap dan jermal), dimodali pengusaha Cina; konsumen pedalaman Sumatra
dan Jawa.

Nelayan Sulawesi Selatan abad ke-17: komoditas hasil laut tua berupa teripang,
kerang mutiara, penyu, sirip hiu, telur ikan, agar-agar, akar bahar dan rotan laut
(berbagai alat tangkap tradisional), budidaya tambak ikan bandeng (perikanan
lama); diekspor ke Cina.

Nelayan Sulawesi Selatan : komoditas hasil laut tua berupa ikan kering dari jenis-
jenis ekor kuning, sunu (kerapu), dan katamba/kakap (pancing, bubu, bom,
bius); konsumen pedalaman Sul Sel, pulau-pulau lain.

Nelayan Sulawesi Selatan: komoditas hasil laut baru berupa ikan segar dan hidup
(napoleon, sunu, kerapu); lobster segar dan hidup (diekspor ke Cina, Hongkong,
dll.) sejak akhir tahun 1980-an; ikan segar berupa tongkol, tuna, tenggiri
(komoditas pasar ekspor), layang, dan baronang telah diusahakan jauh
sebelumnya. Jenis-jenis ikan tersebut ditangkap dengan pancing, perangkap,
pukat rumpon, bagang, gae, bom, bius).

Secara umum nelayan Indonesia telah menjalankan usaha perikanan budidaya


yang mulai tumbuh/berkembang sejak akhir tahun 1980-an untuk tambak ikan
bandeng, udang, dan kepiting, sedangkan kerang, teripang, penyu, ikan kerapu
dan lobster hidup serta budidaya rumput laut yang diekspor terutama ke
Hongkong, Cina, Jepang, dan Kanada mulai di tahun 1990-an hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai