Anda di halaman 1dari 10

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

Kejayaan Kemaritiman Indonesia

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. TRISNA GAMAYATI MA’NA
2. NURFAIZI ALFRIANTO NUR
3. AGUNG SYAPUTRA
4. FAUZAN AINUN HASRI
5. IRAYNA PUTRI ANINDYTA
6. NURUL ZASHKIA
7. MUH. SYAHRIR M E. CAHYADI
8. M. HIMMAADI BATARA ABDI
9. BUDI HARYONO
10. DHANDY TEGUH PRASETYA HR
11. ANUGRAH ISMAIL
12. CRISTOPASKALIS JEREMY
13. RIZO FIANDY
14. VINSKA VILLARY WONGKAR
15. VERONIKA WINDA INRIANI
16. MARWAN SHIDDIQ
17. ANDI MISBAHUDDIN
18. ANASTASSIA DILIYANTI GRACE
19. TRI APRIANSYAH GAZALI
20. YUSRIAH ARIEF
21. HASMONO

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai Kejayaan Kemaritiman Indonesia.
.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Kejayaan Kemaritiman Indonesia


ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Makassar, 17 Oktober 2017

Tim Penyusun
Cover .......................................................................................................... i

Kata pengantar ........................................................................................... ii

Daftar Isi..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 5

A. Perkembangan Peradaban Di Lautan ........................................... 5


B. Bukti Kejayaan Kemaritiman Indonesia ....................................... 5
C. Sejarah Kemaritiman Bugis Makassar .......................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 9


BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ada suatu zama di masa lampau dimana kreativitas kehiduoan umat
manusia mendapatkan rangsangannya dari bahari atau lautan. Zaman ini disebut
zaman bahari yang berarti zaman keemasan atau kejayaan peradaban di lautan
yang memberi semarak kepada negeri-negeri maritime (pantai). Masayarakat
Indonesia adalah masyarakat maritime, bangsa Indonesia pernah mencapai masa
kejayaan maritime dengan tampilnya berbagai etnis di Indonesia di masa lalu
baik pelaut ulung yang mengarungi samudra tanpa adanya navigasi canggih
seperti sekarang ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan perdaban di lautan?


2. Apa yang dimaksud tradisi maritime besar (maritime great tradition)?
3. Apa yang dimaksud tradisi maritime kecil (maritime litlt tradition)?
4. Apa saja bukti-bukti kejayaan kemaritiman Indonesia?
5. Bagaimana sejarah kemaritiman Bugis Makassar?

C. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :

1. Mengajak mahasiswa mengenali Kejayaan Kemaritiman Indonesia?


2. Mengajak mahasiswa mengetahui sejarah kemaritiman Bugis Makassar?
BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Peradaban Di Lautan


Perkembangan peradaban di lautan atau budaya maritime dibedakan oleh
Mukhlis Paeni yaitu tradisi maritime besar (Maritime great tradition) dan tradisi
maritime kecil (maritime little tradition).
1. Tradisi Maritime Besar (Maritime Great Tradition)
Maritime great tradition merupakan tradisi maritime besar termasuk di
dalamnya tatanan dan perkembangan budaya maritime yang mencakup politik
pemerintahan, ideologi, hukum, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
astrologi, filsafat, seni dan arsitektur kemaritiman.
2. Tradisi Maritime Kecil (Maritime little Tradition)
Maritime little Tradition mencakup aktivitas penangkapan ikan di laut,
perikanan tambak,pengelolaan hasil laut dan sistem pemasarannya.

B. Bukti Kejayaan Kemaritiman Indonesia

Beberapa penemuan di beberapa negara di Asia dan Afrika menunjukkan adanya


peninggalan dari masyarakat Nusantara yang diperkirakan sudah berumur ribuan tahun.
Peninggalan arkeologi ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia saat itu sudah
memiliki ilmu dan teknologi perkapalan serta navigasi yang baik sehingga mampu
menyeberangi Samudera Hindia hingga ke Semenanjung India bahkan sampai ke Timur
Tengah dan Afrika. Hal ini menunjukkan masyarakat Nusantara saat itu sudah mampu
mengintegrasikan pengelolaan wilayah darat, pesisir, dan laut sehingga aktivitas di
ketiga wilayah dapat saling mendukung satu sama lainnya.

Beberapa kerajaan Nusantara dengan kultur peradaban maritim antara lain


Kerajaan Kutai (abad ke-4), Sriwijaya (tahun 600an-1000an), Majapahit (1293-1500),
Ternate (1257-sekarang), Samudera Pasai (1267-1521), dan Demak (1475-1548).
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tercatat sebagai kerajaan-kerajaan Nusantara yang
pada zaman.

1. Kerajaan Kutai (abad ke-4)

Sejak Kerajaan Kutai, masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan laut untuk


aktivitas perdagangan dan pelayaran. Dengan teknologi yang ada saat itu, para penduduk
melakukan kegiatan niaga antar pulau, kerajaan, bahkan berlayar hingga pulau yang jauh
seperti Sri Lanka dan Madagaskar. Kultur bahari dan maritim ini kemudian terlihat juga
dalam aktivitas kerajaan-kerajaan Nusantara lainnya. Kerajaan Sriwijaya di zaman
keemasannya memiliki pelabuhan internasional yang besar dan menguasai perdagangan
dan pelayaran di wilayah barat Indonesia hingga Semenanjung Malaya.

2. Kerajaan Sriwijaya (tahun 600an-1000an)

Berbeda dengan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Sunda di wilayah Jawa Barat dan
Banten saat itu tidak memiliki kultur bahari dan maritim yang kuat. Masyarakat di
kerajaan ini umumnya melakukan aktivitas pertanian sebagai mata pencahariannya. Hal
ini dikarenakan kuatnya armada maritim Kerajaan Sriwijaya saat itu yang kemudian
secara berangsur-angsur diambil-alih oleh kekuatan maritim Kerajaan Majapahit.

3. Kerajaan Majapahit (1293-1500)

Kerajaan Majapahit menjadi pusat kerajaan maritim Nusantara yang berperan


melindungi jalur perdagangan laut sebagai jalur utama perdagangan dan menghilangkan
ancaman jalur laut di sepanjang wilayah laut Nusantara hingga kawasan di sekitarnya.
Armada laut Majapahit sangat besar di masa itu. C.R. Boxer, profesor sejarah dari Inggris
mencatat total jumlah kapal yang dimiliki VOC pada tahun 1650, 1674, dan 1704
sebanyak 74 kapal, 124 kapal, dan 81 kapal. Kapal ini dibutuhkan untuk memonopoli
komoditas internasional di Nusantara.

4. Kerajaan Ternate (1257-sekarang)

Kerajaan Ternate yang terdapat di wilayah Maluku Utara saat ini memiliki
sumber daya rempah-rempah yang dikenal mancanegara hingga ke Benua Eropa. Untuk
mendukung aktivitas perdagangan rempah-rempahnya, Kerajaan Ternate membangun
pelabuhan dan galangan kapal di beberapa pulau utamanya. Terdapat juga pelabuhan
pendukung di beberapa pulau kecil yang bertujuan untuk membawa hasil bumi dari
pulau-pulau kecil ini ke pelabuhan utama.

Aktivitas perdagangan dan pelayaran Kerajaan Ternate serta kerajaan-kerajaan


lain di Nusantara pada abad 11 hingga abad 14 terintegrasi dengan aktivitas maritim
Kerajaan Majapahit. Terjalin hubungan yang baik dan perjanjian di antara kerajaan-
kerajaan ini dimana Kerajaan Majapahit dipercaya untuk melindungi dan mengontrol
jalur perdagangan dan pelayaran yang ada di wilayah Nusantara.

Besarnya armada Majapahit memudahkan untuk mengontrol pelabuhan-


pelabuhan yang mengganggu aktivitas bisnisnya. Majapahit membutuhkan armada agar
mampu untuk membeli dan menjual komoditas utama perdagangan dunia dalam partai
besar, melarang negara lain membuat armada besar, mengatur seluruh perdagangan laut
dalam kontrol Majapahit, dan menjaga mitranya agar tidak langsung berhubungan dengan
produsen.
5. Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521)

Kerajaan Samudera Pasai yang berada di ujung barat Nusantara memiliki peranan
yang penting sebagai bandar pelabuhan kapal-kapal yang hendak menuju Nusantara
ataupun sebaliknya. Peranan penting ini terutama terjadi karena menurunnya kekuatan
maritim Kerajaan Sriwijaya yang juga terdapat di wilayah Sumatera. Namun aktivitas
maritim Kerajaan Samudera Pasai masih berada di bayang-bayang Kerajaan Majapahit
yang saat itu merupakan kerajaan maritim Nusantara terbesar. Sejak merosotnya kekuatan
Kerajaan Majapahit karena konflik internal dan eksternal, Kerajaan Samudera Pasai
membuat kebijakan maritim sendiri dan tidak lagi bergantung kepada Kerajaan
Majapahit. Kerajaan Samudera Pasai menguasai aktivitas perdagangan dan pelayaran di
Selat Malaka hingga tahun 1521.

Kerajaan Majapahit tidak memonopoli sendiri penguasaan pelabuhan yang ada di


setiap daerah Nusantara. Pelabuhan yang ada di setiap daerah Nusantara dikelola oleh
kerajaan masing-masing dengan menyediakan sarana dan prasarana pendukung untuk
memperlancar perdagangan antar kerajaan dan daerah. Setiap kerajaan saling
bekerjasama dalam melakukan aktivitas perdagangan dan pelayaran. Kerjasama ini juga
dilakukan ketika terdapat ancaman dari luar Nusantara yang hendak menyerang salah satu
kerajaan di Nusantara. Kerjasama yang baik di antara kerajaan-kerajaan ini yang
membuat aktivitas perdagangan dan pelayaran masyarakat Nusantara saat itu bisa kuat
dan disegani mancanegara.

C. Sejarah Kemaritiman Bugis Makassar

Sekitar tahun 1600, jauh sebelum datangnya orang – orang Belanda, raja Gowa
yang ke – 14 I MANGURANGI DG MANRABIA SULTAN ALAUDDIN mendirikan
keratin Somba Opu , dan sekelilingnya itu berdiam 2000 kepala keluarga Portugis.
Orang – orang Makassar pada masa itu amat berani berlayar mengarungi lautan
luas, sehingga orang Portugis menggelar mereka Celebes De Makassares, yang berarti
orang – orang Makassar yang ulung dan Mahsyur dan De Berumde Makassar kata orang
Belanda. Hal ini telah diperkuat dengan adanya bukti dalam buku Lontara Lagaligo
pada abad X Sawerigading (putera raja Luwu II) sudah melayari negeri – negeri seperti
Maluku, Ternate, Gorontalo, Cina, Jawa, Malaka, Posi Tauna, Asia Tenggara, Kamboja,
dan Madagaskar dimana Sawerigading mengadakan pelayaran dengan maksud muhibah
dan pengenalan dunia.
Kehidupan kota Makassar sebagai kota pelabuhan yang dikenal oleh dunia
Internasional sangat erat hubunganya dengan tumbuhnya satu kerajaan maritime yang
dikenal dengan kerajaan Gowa terutama dalam abad XVI. Sebuah sumber Portugis yang
dapat dipergunakan sekedar untuk mengungkapkan bahagian – bahagian gelap dari
sejarah ini. Diterbitkan dalam tahun 1944 oleh Armando Costesao, yaitu terjemahan
dalam bahasa Inggris, catatan perjalanan Tom Pires yang berjudul
“SUMAORIENTALE” dalam tahun 1513. Sumber ini menyajikan tentang orang
Makassar, dikatakan bahwa orang Makassar itu telah melakukan perdagangan dengan
orang Malaka, Jawa, Borneo, Siam dan semua negeri antara Pahan dan Siam. Orang
Makassar itu lebih menyerupai Siam. Mereka adalah Bajak – bajak laut yang ulung
dengan perahunya yang banyak.
Dengan perahu – perahu mereka mengarungi lautan, melakukan pembajakan
sampai teluk Pegu (Philipina), ke Maluku, ke Bandan, dan Semua pulau disekitar pulau
Jawa. Mereka itu adalah orang – orang tak beragama. Disamping itu dikatakan banyak
pula diantar mereka yang tidak menjadi bajak – bajak laut itu, terdiri atas pedagang –
pedagang cekatan. Mereka melakukan perdagangan dengan menggunakan perahu layar
yang besar dan bagus bentuknya. Mereka membawa beras yang putih sekali, juga
membawa emas sedikit. Barang – barang dagangan mereka itu ditukarkan dengan
brentangi – brentangi dan bahan – bahan pakaian dan cambay dan sedikit dari orang –
orang Benggali dan Keling. Mereka banyak mengambil bezoe dan kemenyan. Kaum
mereka mempunyai bentuk tubuh yang bagus – bagus, semuanya memakai Keris atau
tombak – tombak yang tajam. Mereka menjelajahi dunia dan semua orang takut pada
mereka. Penyamun – penyamun lainnya tak dapat berbuat apa – apa untuk melawan
sampan – sampan jongka mereka yang sanggup membela diri.
Menurut Prof.B.J.O. Schrieke, seorang sarjana Sosiologi dan sejarah bahwa
sampai pada permulaan abad XVI peranan Gowa di nusantara ini, belumlah dapat
dikatakan berarti. Perniagaan rempah – rempah di bahagian – bahagian Nusantara ini
masih dikuasai oleh bangsa Melayu dari Malaka dan Johor dan juga orang – orang dari
Jawa. Keadaan ini berlangsung sampai ditaklukkannya Malaka Oleh Aceh yang mulai
mengembangkan kekuatannya di bagian barat nusantara. Kegiatan perniagaan berpindah
ke pulau jawa, dimana pengaruh Portugis masih sangat kecil. Akan tetapi, dengan
timbulnya persaingan – persaingan antara negeri – negeri pesisir dengan negeri – negeri
pedalaman Jawa maka akhirnya pusat perniagaan rempah – rempah berpindah ke
Makassar, dan lebih meningkatnya lagi, sesudah tahun 1625.
Dari keterangan – keterangan ini, diperoleh bahwa sampai pada permulaan abad
XVI pengembaraan pembajak – pembajak dan kapal – kapal niaga orang Makassar yang
berasal dari jazirah selatan Sulawesi seperti yang diceritakan oleh Tom Pire situ, adalah
orang Makassar dalam arti suku bangsa (ethnis), yang mempergunakan bahasa sendiri
(bahasa Makassar) yang mendiami pesisir Makassar ujung selatan jazirah Sulawesi
mulai dari pesisir Makassar (sekarang) atau muara sungai – sungai Tallo – Jeneberang
sampai Bantaeng di selatan yang meliputi negeri – negeri, Galesong, Takalar,
Topejawa, Laikang, Cikoang, Bangkala. Sampai sekarang pun negeri – negeri itu
disebut negeri – negeri orang Makassar. (Paosanganna Mangkasara)
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari apa yang telah dijelaskan diatas sudah tidak dapat dibantahkan lagi
bahwa Indonesia memang terlahir sebagai Negara maritime. Sebelum Indonesia
merdeka, nenek moyang telah menunjukkan bahwa Indonesia pada zaman
dahulu sudah berlayar jauh dengan perahu sederhana dan ilmu yang mereka
miliki melalui kebudayaannya. Hingga munculnya kerajaan-kerajaan maritime
yang semakin memperkuat konsep “kemaritiman” Indonesia.Ditambah dengan
puncak kejayaan Indonesia yang diraih oleh kerajaan Sriwijaya pada abad ke-11
semakin menambah keyakinan kita bahwa Indonesia memang Negara maritime
yang kuat dulunya. Selain itu, kegiatan pengembaraan dan perikanan nelayan
Indonesia pada masa lampau sangat menggambarkan jiwa kemaritiman yang
tinggi. Mereka berlayar sampai ke NTT, Maluku, bahkan ke pantai utara
Australia.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8734640/SEJARAH_KEMARITIMAN_INDONESI
A
http://maritimnews.com/berikut-catatan-tentang-kejayaan-maritim-kerajaan-
nusantara/
http://adheriany.blogspot.co.id/2015/01/modul-wawasan-sosial-budaya-
maritim.html

Anda mungkin juga menyukai