Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

"SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA"

Di Susun Oleh:

Nanang ( A1F123053 )

Zuhadin ( A1F123059 )

Wa Ode Firnawati ( A1F123039 )

PROGRAM STUDI PENJASKESREK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat.
Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Sejarah Kemaritiman Indonesia” dengan lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Kendari, 13 Maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN I

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan penulisan 2

PEMBAHASAN II

A. Kemaritiman Pada Zaman Kerajaan 3

B. Kemaritiman Pada Masa Kolonial 5

C. Maritim Pada Pra Kemerdekaan 10

D. Maritim Pada Era Kemerdekaan 11

PENUTUP III

A. Kesimpulan 12

B. Kritik dan Saran 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia seharusnya dapat menghargai dan mensyukuri suatu anugerah yang sangat besar,
yaitu hidup dalam suatu Negara Kepulauan yang merupakan wilayah sepanjang 3.000 mil laut berupa
hamparan laut luas dari Merauke sampai Sabang. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.500 meliputi
wilayah laut yurisdiksi nasional lebih kurang 5,8 juta km2. Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar
di dunia. Indonesia terletak pada posisi yang sangat strategis, yaitu pada persilangan dua benua dan dua
samudera, serta memiliki wilayah laut yang memiliki kekayaan laut yang besar, sekaligus sebagai urat
nadi perdagangan dunia. Posisi Indonesia yang sangat strategis tersebut memberikan konsekuensi bagi
bangsa Indonesia yaitu untuk menjalankan aturan sebagaimana yang termaktub dalam United Nation
Convention on the Law of the Sea 1982. Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia
memiliki pengaruh yang sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui kekuatan maritim
besar di bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit. Wilayah laut Indonesia yang merupakan
dua pertiga wilayah Nusantara mengakibatkan sejak masa lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai
pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan mampu mengarungi samudera luas hingga ke pesisir
Madagaskar, Afrika Selatan. Nenek moyang bangsa Indonesia telah memahami dan menghayati arti dan
kegunaan laut sebagai sarana untuk menjamin berbagai kepentingan antarbangsa, seperti perdagangan
dan komunikasi. Dengan latar belakang demikian, cukup jelas terlihat bahwa aspek alamiah geografi
Indonesia (bentuk dan posisinya), sejarahnya, kekayaan alamnya dan demografinya sangat menentukan
kebijakan pembangunan nasional Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini membahas mengenai sejarah kemaritiman Indonesia, yang mengulas tentang
kemaritiman bangsa Indonesia dan dinamikanya. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini yaitu;

1. Bagimana Sejarah Kemaritiman pada masa kerajaan?

2. Bagaimana Sejarah Kemaritiman pada masa colonial?

3. Bagaimana Sejarah Kemaritman pra kemerdekaan?

4. Bagaimana Sejarah Kemaritiman era kemerdekaan?

C. Tujuan Penulisan

Makalah yang berjudul “ Sejarah Kemaritiman Indonesia” yang di dalamnya


membahas tentang kemaritiman pada masa kerajaan, kolonial, pra kemerdekaan
dan era kemerdekaan, dibuat dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah serta
sebagai salah satu referensi untuk bahan pelajaran mahasiswa khususnya dalam
mata kuliah wawasan sosial budaya maritime.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah menjelaskan/mengulas kembali
tentang fakta sejarah sehingga Indonesia disebut sebagai Negara Maritim dan
mengetahui kerajaan – kerajaan Maritim yang pernah berjaya di Indonesia
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya wilayah maritim untuk
masyarakat Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN

A. KEMARITIMAN PADA ZAMAN KERAJAAN

Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa Indonesia telah berlayar mengarungi lautan ke barat Samudera Hindia
hingga Madagaskar dan ke timur hingga Pulau Paskah. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia
memiliki peradaban dan budaya maritim yang maju sejak dulu kala. Seiring semakin ramainya aktivitas
melalui laut, lahirlah kerajaan-kerajaan bercorak maritim dan memiliki armada laut besar.
Perkembangan budaya maritim pun membentuk peradaban bangsa yang maju di zamannya. Pada era
Kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, nusantara tampil sebagai kekuatan besar yang disegani
negara di kawasan Asia dan dunia. Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-
1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan
serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan laut. Angkatan
laut Kerajaan Sriwijaya ditempatkan di berbagai pangkalan strategis dan mendapat tugas mengawasi,
melindungi kapal- kapal dagang yang berlabuh, memungut biaya cukai, serta mencegah terjadinya
pelanggaran laut di wilayah kedaulatan dan kekuasaannya.

Ketangguhan maritim juga ditunjukkan era Kerajaan Singosari di bawah pemerintahan Kertanegara pada
abad ke-13. Kekuatan armada laut yang tidak ada tandingan, pada 1275 Kertanegara mengirimkan
ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar bersama-sama dapat
menghambat gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Pada 1284, mereka menaklukkan Bali
dalam ekspedisi laut ke timur.

Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478). Di bawah Raden
Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan
nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing, seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa
(Kamboja), Anam, India, Filipina, China.

Kejatuhan Majapahit diikuti munculnya Kerajaan Demak. Kebesaran Kerajaan Demak jarang diberitakan,
tetapi bukti kekuatan maritim Kerajaan Demak mampu mengirim armada laut yang dipimpin Pati Unus
yang bergelar Pangeran Sabrang Lor membawa 100 buah kapal dengan 10.000 prajurit menyerang
Portugis di Malaka.
Kilasan sejarah itu memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di nusantara dulu mampu menyatukan
wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena kehebatan armada niaga, keandalan manajemen
transportasi laut, dan armada militer yang mumpuni. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas,
bahwaSriwijaya dan Majapahit pernah menjadi center of excellence di bidang maritim, kebudayaan, dan
agama di seluruh wilayah Asia Tenggara. Kejayaan para pendahulu negeri ini terbangun karena
kemampuan mereka membaca potensi yang dimilikihingga membentuk budaya negara maju. Ketajaman
visi dan kesadaran terhadap posisi strategis nusantara telah membawa bangsa ini besar dan disegani
negara lain.

Sayang, masa keemasan itu tinggal sejarah. Negeri ini tidak belajar dari apa yang dilakukan para leluhur.
Kejayaan bangsa tertutup potret kemiskinan yang melanda rakyat negeri ini. Kecintaan kepada laut juga
semakin dangkal.Rasa keberpihakan negara terhadap dunia maritim pun lemah. Padahal, budaya
maritim adalah roh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan jutaan penduduk tersebar di
ribuan pulau.

B. MARITIM PADA MASA KOLONIAL

Sejarah Maritim Indonesia (Masa Kolonial Hindia Belanda)Perdagangan di Asia sudah berawal di masa
Portugis dan VOC, bahkan telah ada berabad-abad sebelumnya, baik perdagangan melalui darat (jalan
sutra) maupun melalui laut Dalam masa modern awal itu terjadi interaksi dagang antara para penguasa
dan para penjajanya di Nusantara dan organisasi-organisasi dagang besar dari Eropa seperti Estado da
India dan East India Company EIC) dari Inggris serta VOC dari Belanda. Banyak bangsa-bangsa yang
memasuki Indonesia seperti Portugis, Inggris dan Belanda motivasi bangsa Eropa ke wilayah Nusantara
disebabkan oleh faktor seperti Jatuhnya Konstatinopel ke tangan Turki Ottoman yang merupakan pusat
rempa-rempah dengan itu mereka mencari sumber rempah-rempah terbaru, lali semangat 3G (Gold,
Glory, Gospel), dan perkembangan teknologi dan sistem angin seiring berjalannya waktu Belanda
berhasil berkuasa tunggal di Indonesia dengan itu VOC pun berkuasa di nusantara.

Seiring berjalannya waktu karena terus merugi VOC tidak sanggup membayar dividen dari saham yang
dibeli rakyat. Oleh sebab itu, dari tahun ke tahun perusahaan itu harus berutang kepada negara untuk
membayar kewajibannya. Namun tahun 1795 negara mengambil alih seluruh kekayaan VOC sebagai
pelunasan utang-utang tersebut. Tahun 1799 VOC dinyatakan failite dan bubar. Harta kekayaan VOC
yang tidak bergerak seperti benteng-benteng atau daerah-daerah produksi rempah di Nusantaar,
diambil alih oleh negara. Itulah asset kerajaan Belanda yang menjadi cikal bakal dari negara lolonial
Hindia Belanda yang berdiri sejak tahun 1817. Wilayah yang dimiliki oleh Belanda kurang strategis
karena wilayah daratannya kecil dan wilayahnya daratnnya lebih rendah daripada laut maka merekapun
bekerja keras dan menjadi cikal bakal semangat kerja dan tuntunan hidup bagi bangsa Belanda
khususnya para Pelaut Belanda itu sendiri untuk mengembangkan jiwa bahari karena lewat laut mereka
dapat mengembangkan perekonomian negeri mereka sebagai contoh dari semangat kerja mereka yaitu
Bangsa Belanda pandai membuat Kapal-kapal Laut yang kokoh dan kuat dalam menjelajahi perairan laut
maupun samudera tidak ketinggalan para pelautnya yang sangat tangguh di lautan.

Membahas kegiatan kemaritiman pada masa Kolonial Hindia Belanda menjadi sangat menarik,
dikarenakan pada masa ini Belanda melakukan berbagai kebijakan agar keutungan pihak Kolonial Hindia
Belanda pada masa itu tetap, bahkan bertambah.

Kegiatan Pelayaran

Perkembangan armada dagang di Hindia Belanda jelas akan mempengaruhi peningkatan aktivitas
pelayaran antarpulau. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah colonial yang protektif
terhadap pelayaran domestic. Hal ini mengakibatkan armada Belanda mendominasi kegiatan pelayaran
domestik, tahun 1879 kapal-kapal Nederland dan Hindia Belanda merupakan 95% dari seluruh armada
pelayaran antarpulau di Hindia Belanda, dan hanya 28,5% untuk pelayaran internasional. Dalam hal ini
KPM merupakan tulang punggung pelayaran antarpulau di Hindia Belanda, dan memasuki abad XX
pelayaran antarpulau meningkat rata-rata 7,6% angka ini lebih tinggi daripada yang dicapai pada
perempatan ketiga abad XIX yang hanya mencapai 5,5% menjelang perang dunia I angka tersebut
menjadi 2,4% dikarenakan dengan stagnasi dalam perdagangan luar negeri sebagai akibat perang.
Seperti diketahui penggunan kapal uap dan motor di perairan Indonesia lebih awal jika dibandingkan
dengan negara kepulauan lain di Asia. Hingga tahun 1860-an komunikasi secara regular antarpulau
menggunakan kapal layar, penggunaan kapal uap untuk kepentingan komersial baru sejak 1868,
sedangkan Hindia Belanda sejak 1842. Penggunaan kapal uap lebih meningkat pesat dalam pelayaran
antarpulau daripada pelayaran Internasioanl hal imi menunjukkan bahwa pentingnya pelayaran
antarpulau Bagi Hindia Belanda, bukan hanya kepentingan Ekonomi juga mengamankan koloni dari
merembesnya kekuatan asing serta dari perlawanan masyarakat setempat, disamping itu juga untuk
menggapai integrasi negara colonial dibawah bendera Pax Neerlandica.
Pemerintah Kolonial lebih berhasil melakukan proteksi terhadap pelayaran antarpulau daripada
pelayaran internasional di Hindia Belanda hal ini berhubungan dengan tuntutan Inggris kepada Belanda
untuk melakukan liberalisasi pelayaran di koloninya, namun yang dilakukan Belanda liberalisasi lebih
mengacu kepada pelayaran internasional seperti pembukaan pelabuhan internasional dan pelabuhan
bebas serta penghapusan tarif differensial hal ini telah memungkinkan berkembangnya pelayaran
Internasional di perairan nusantara.

Belanda pun menguasai daerah Pantai Barat Sumatera, akan tetapi wilayah kekuasaan yang seharusnya
dari kawasan Singkel hingga Indrapura, namun realitanya Belanda hanya menguasai wilayah kota
Padang dan wilayah yang berada di selatannya. Disamping itu Sibolga, Natal, Air Bangis masih menjadi
kekuasaan Belanda. Bajak laut hamper ditemukan diseluruh perairan Indonesia. Namun kawasan laut
yang paling terkenal daerah operasi bajak laut adalah Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan kawasan laut
Sulawesi. Kawasan ini (terutama Selat Malaka) memang merupakan rute perdagangan dan pelayaran
yang tersibuk di Asia Tenggara, kegiatan bajak laut di Pantai barat Sumatera tidak begitu banyak yang
beroperasi didaerah ini, untuk menanggulangi aktivitas bajak laut, Pemerintah Hindia Belanda
mendirikan berbagai pos pengamanan di beberapa kota pantai serta berkali-kali mengirim ekspedisi
militer ke kawasan utara, pada 1860-an tidak ditemukan lagi laporan mengenai bajak laut

Wilayah pantai Barat Sumatera menjadi penting bagi Kolonial Hindia Belanda, dikarena di wilayah ini lah
Kolonial Hindia Belanda memfokuskan kegiatan maritimnya dikawasan ini, sebab dikawasan pantai
timur Sumatera atau wilayah dekat Selat Malaka terdapat pusat perdagangan dunia yang berada
diwilayah Tumasik (Singapura) dan itu merupakan wilayah bagian dari Inggris yang menjadi penguasa
didaerah tersebut, dan wilayah pantai barat juga merupakan tempat komoditi utama pada masa itu dan
pemerintah Belanda pun berfokus kepada aktivitas perkebunan di wilayah Sumatera tersebut.

Aktivitas Pelayaran di wilayah Makassar dipengaruhi karena Angin Muson baratlaut yang biasa
digunakan untuk pelayaran perdagangan, dimanfaatkan oleh para pedagang wilayah barat seperti
Malaka, Riau, Johor, dan Batavia, untuk berlayar kearah timur ke Kota Makassar dan kepulauan Maluku.
Pelayaran ke kepulauan Maluku dari kota Makassar dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu: pertama
dengan menyusur ke Selatan kemudian belok kiri melayari pesisir hingga Buton dan selanjutnya berlayar
ke Maluku. Kedua menyusuri Selat Makassar berlayar kea rah timur memasuki pelabuhan Manado dan
terus ke pulau Ternate; bila perlu berlayar ke selatan hingga mencapai pulau Seram atau Papua. Angin
Muson Utara dan Tenggara memungkinkan terciptanya jalur pelayaran Utara-Selatan (Amoy dan
Kanton-Makassar-Kepulauan Indonesia bagian Timur).
Wilayah Sulawesi menjadi istimewa dikarenakan menjadi pusat perniagaan dikarenakan beberapa faktor
pertama: letaknya strategis (berada ditengah-tengah dunia perdagangan). Kedua munculnya intervensi
bangsa Eropa sehingga sehingga pedagang di pusat niaga mengalihkan kegiatan mereka ke tempat lain,
salah satunya ke Makassar. Ketiga pedagang dan pelaut setempat melakukan pelayaran niaga ke daerah-
daerah penghasil dan Bandar niaga lain.

Kegiatan perdagangan Maritim pada masa ini terjadi monopoli cengkeh di Ambon. Cengkeh dan Pala di
Indonesia Timur sama kedudukannya dengan Lada di Indonesia Barat yang tumbuh di Sumatera, Malaka,
dan Jawa Barat dan terjadilah monopoli Lada yang Suamatera bagian Utara dikuasai Aceh, dan Sumatera
bagian Selatan dikuasai Banten. Perdagangan daerah Makassar ditandai dengan melemahnya monopoli
dan berkembangnya perdagangan bebas dan menjadikan Makassar sebagai Bandar niaga Internasional
dan pelabuhan transit terpenting di kepulauan Hindia Belanda dibagian timur dipertengahan abad 19.
Belanda dan Inggris bersaing ketat dalam penjualan komoditi Teh dan berniat menguasai perdagangan
Cina, akan tetapi Belanda lebih menguntungkan karena wilayah koloninya banyak menghasilkan yang
diperlukan Cina mereka pun melakukan perjanjian tetapi Belanda ingkar janji dan Inggris mencari
pelabuhan yang aman untuk pelayaran ke Cina dan tahun 1819 Inggris pun mendapatkan Singapura. Di
wilayah Pantai Barat Sumatera pada sekitar abad ke-19 NHM membuat tiga kegiatan utama yaitu
Perbankan, Perdagangan, dan Perkebunan hanyalah Perkebunan yang berhasil dikarena kegiatan
Perbankan memghasilkan kredit macet dan kegiatan Perdagangan yang tidak memberikan untung,
hanyalah Perkebunan dalam hal ini perkebunan Kopi yang menguntungkan lalu kopi-kopi itu akhirnya di
ekspor ke Belanda dan termasuk sebagai perdagangan maritim Perkembangan Kerajaan-Kerajaan

Tipe raja laut mewakili kekuatan Bahari yang sah yakni yang diakui dalam dalam pergaulan antarbangsa.
Dalam realitas abad XIX dan sebelumnya keabsahan demikian lebih banyak ditentukan oleh kekuatan
fisik, jadi dalam hal kekuatan laut berarti pemilikan armada tempur dan pertahanan yang memadai.Di
wilayah laut Sulawesi diantara kekuatan laut yang muncul hanya kerajaan Sulu dan Maguidanao yang
berhasil menjadi kekuatan maritime terbesar. Tetapi sejak pertengahan abad XIX Maguidanao terpecah
belah dan mulai dikuasai Spanyol sehingga akhirnya hanya Sulu yang dapat bertahan sebagai Raja laut
pribumi dikawasan ini. Raja-raja di pantai timur Kalimantan dan dibagian utara Sulawesi tidak berhasil
mengembangkan suatu armada yang besar. Begitu pula di Kepulauan Sangihe-Talaud, walaupun
penduduknya berkebudayaan maritim, fragmentasi dalam satuan-satuan kecil tidak bisa menampilkan
suatu kekuatan laut yang berjangkauan regional. Sebagaimana telah diketengahkan di depan, dalam hal
ini Raja Laut harus bekerjasama dengan orang laut untuk membina kekuatan bahari. Umumnya
kerajaan-kerajaan ini mempunyai penduduk yang terbatas sehingga tidak sanggup membentuk kekuatan
laut yang besar. Kekurangan penduduk di Sulu dan lembah sungai Pulangi di Mindanao Selatan dapat
diatasi dengan mengadakan ekspedisi lintas laut yang mendatangkan ratusan bahkan ribuan budak
sebagai sumber tenaga kerja. Dengan kata lain Raja laut, bekerjasama dengan Bajak laut untuk
menjamin adanya suplai tenaga kerja yang tetap.
C. MARITIM PADA PRA KEMERDEKAAN

Dalam catatan sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara, pada masa jauh sebelum Indonesia merdeka,
semangat maritim sudah menggelora di bumi Nusantara. Bahkan beberapa kerajaan pada zaman itu
seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit telah mampu menguasai lautan dengan armada
perang, perdagangan yang besar serta pengaruhnya hingga negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Sejarah mencatat bangsa Indonesia sudah dikenal dunia sebagai bangsa maritim yang memiliki
peradaban maju. Bahkan, bangsa ini pernah mengalami masa keemasan sejak awal abad
masehi.Menggunakan kapal bercadik, mereka berlayar mengelilingi dunia dan menjadi bangsa yang
disegani.

Berbakal alat navigasi seadanya, bangsa Indonesia mampu berlayar ke utara, memotong lautan Hindia-
Madagaskar, dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah. Seiring perjalanan waktu, ramainya alur
pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di
Nusantara yang memiliki armada laut besar.

Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara adalah negara kuat yang
disegani di kawasan Asia. Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M)
telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan, serta
menguasai wilayah wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan laut.

Puncak kejayaan maritim Nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478). Di bawah Raden
Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan
Nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing, seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa
(Kamboja), Anam, India, Filipina, China. Kilasan sejarah itu memberi gambaran, betapa besarnya
kerajaan-kerajaan di Nusantara. Mereka mampu menyatukan wilayah Nusantara dan disegani bangsa
lain. Paradigma masyarakatnya mampu menciptakan visi maritim sebagai bagian utama dari kemajuan
budaya, ekonomi, politik dan sosial. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa Sriwijaya dan
Majapahit pernah menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.
Namun di masa kekuasaan Kolonial Belanda dan pengaruh ilmu pengetahuan dari dataran Eropa yang
berkuasa di Indonesia kurang lebih selama 3,5 abad., sangat memberikan dampak yang sangat signifikan
terhadap semangat maritim nusantara. Pengikisan semangat bermaritim akhirnya menggiring bangsa ini
hanya berkutat di sektor agraris demi kepentingan kaum kolonialis. Kesuraman budaya maritim
Indonesia semakin parah dan berlanjut pada masa orde baru sampai sekarang.keberpihakan Pemerintah
semakin jelas condong ke wilayah pertanian.

D. MARITIM PADA ERA KEMERDEKAAN

Indonesia merdeka dan berusaha memanfaatkan keuntungan geografis yang dimilikinya. Posisi silang
Indonesia yang diapit oleh samudera Pasifik dan Hindia, serta diapit benua Asia dan Australia, membuat
Indonesia memiliki Semangat negara maritim ini dituangkan pendiri Republik Indonesia di dalam
Pancasila dan UUD 1945. Pemerintahan Soekarno pun berusaha membuat Indonesia sebagai poros
maritim. Banyak perusahaan pelayaran Indonesia pun tumbuh.Salah satunya yakni Jakarta Lloyd yang
didirikan oleh beberapa orang TNI dari angkatanlautpada 1950.

Pemerintah juga berusaha menutup "lubang" di laut antar pulau dengan memperjuangkan konsep
negara kepulauan dengan mengeluarkan deklarasi Juanda. Berdasarkan hukum laut yang berlaku saat
itu, batas teritorial diukur dari garis pantai dan menyebabkan ada laut bebas di antara pulau-pulau
Indonesia. Indonesia terus mengupayakan konsep negara kepulauan diterima negara lain dan
menggunakan patokan pantai terluar sebagai titik ukur batas teritorial. Konsep ini pun disetujui dalam
PBB lewat UNCLOS (Konvensi Hukum Laut PBB) 1982 yang diratifikasi dalam UU 17 tahun 1985. Akhirnya
luas laut Indonesia bertambah hingga 2,5 kali. Industri maritim Indonesia pun semakin menggeliat.
Beberapa perusahaan pelayaran niaga bermunculan dan semakin makmur. Selain menguasai perniagaan
di laut Indonesia yang memiliki luas 5,8 juta km2, industri maritim Indonesia juga berhasil menembus
pasar dunia. "Para era saya masih berlayar tahun 80an, Indonesia bisa dibilang menguasai ASEAN," kata
Bobby. Kapal berbendera Indonesia pun bisa ditemui hampir di seluruh pelabuhan negara Asia
Tenggara.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi, tidak bisa dibantahkan lagi bahwa sesungguhnya Indonesia terlahir sebagai Negara maritim. Hal ini
terbukti dari berbagai fakta sejarah yang ada, serta bukti kejayaan nenek moyang kita pada masa
kerajaan kerajaan, ditambah dengan peninggalan peninggalan sejarah yang makin menguatkan fakta
tersebut. Namun keadaan maritim Indonesia saat ini justru mengalami kemunduran yang signifikan,
dikarenakan visi maritim tida lagi jelas dan tidak mampunya masyarakat Indonesia melihat potensi dari
posisi strategis nusantara.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya jita kembali kapada visi maritim yang dulu seperti diterapkan nenek
moyang kita, karena sejatinya Indonesia menyandang predikat "Negara Maritim" atau negara
kepulauan. Sehingga dengan mengoptimalkan letak strategis dari Indonesia dan kekayaan sember daya
bahari yang melimpah, maka bukan mustahil jika Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani dan
diperhitunkan di dunia dalam bidang maritim layaknya dimasa jayanya dulu., tidak dapat dibantahkan
lagi bahwa Indonesia memang terlahir sebagai Negara maritime.Sebelum Indonesia merdeka, nenek
moyang telah menunjukkan bahwa Indonesia pada zaman dahulu sudah berlayar jauh dengan perahu
sederhana dan ilmu yang mereka miliki melalui kebudayaannya. Hingga munculnya kerajaan-kerajaan
maritime yang semakin memperkuat konsep "kemaritiman" Indonesia.

B. KRITIK DAN SARAN

Sebaiknya pemerintah bersama pemimpin pemimpinya menciptakan persepsi kelautan yang tepat bagi
bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali kehidupan dan masa depan bangsa. Dengan persepsi demikian
tersebut dapat memacu kesadaran akan arti penting maritim dalam pembangunan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

A. M Djuliati Suroyo, dkk, Sejarah Maritim Indonesia 1 (Semarang: Jeda, 2007) hlm. 206.

https://wahyuwidodok.blogspot.co.id/

Bakrie, C. R. (2010, Juli 09). Indonesia Maritime Institute. Dipetik Desember 23, 2013, dari Negara Visi
Maritim : /2010/07/negara-visi-maritim. http://indomaritimeinstitute.org

Setiawan, E. (t.thn.). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dipetik Desember 23, 2013, dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) web site: http://kbbi.web.id/maritim.
http://dl-lintar.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-maritim-indonesia-masa- kolonial.html

http://blogzulkiflirahman.blogspot.co.id/2012/09/makalah-wsbm.html

https://www.academia.edu/8734640/SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA

http://maritimemagz.com/budaya-maritim-keluhuran-nusantara/

https://saripedia.wordpress.com/tag/era-pra-kolonial/

http://dl-lintar.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-maritim-indonesia-masa- kolonial.html

http://maritimemagz.com/masa-suram-peradaban-maritim-indonesia

Anda mungkin juga menyukai