Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Sejarah Maritim Dari Masa-Masa Kerajaan Maritim Nusantara


Hingga Masa Indonesia Merdeka”

OLEH
KELOMPOK VII

FEBI (A1K123011)
ERINA DEVI (A1K123030)
SANTI RAHMAWATI (A1K123074)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT, dengan segala
rahmat, hidayah, dan karunia-nya, akhirnya makalah landasan pendidikan ini
dapat diselesaikan dengan baik, taklupa salawat dan salam ditujukan kepada nabi
yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada kita
salah satunya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Kami menyadari pembuatan makalah ini belum sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam hal kedalaman materi maupun dari segi
tata bahasa akademi. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
diharapakan guna perbaikan dan menyempurnakan pembuatan makalah ini. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Kendari, 26 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah........................3
B. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa.................................7
C. Pemaknaan Development Task.......................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................11
A. Kesimpulan ......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah kemaritiman memiliki akar yang panjang dan beragam di berbagai


belahan dunia. Pada zaman kuno, bangsa Mesir, Feniks, dan Yunani kuno adalah
beberapa di antara budaya yang mengembangkan pengetahuan dan teknologi
maritim awal, memperkenalkan konsep kapal layar dan navigasi bintang. Di Asia,
bangsa Cina dan India juga memainkan peran penting dalam mengembangkan
teknologi perahu layar dan sistem navigasi.

Pada Abad Pertengahan, kemaritiman mengalami perkembangan signifikan


di Eropa dengan munculnya kekuatan maritim seperti Portugal, Spanyol, Belanda,
dan Inggris. Penjelajahan dan penaklukan wilayah baru, terutama di benua
Amerika, membawa perubahan besar dalam peta politik dan ekonomi dunia.
Kemajuan teknologi seperti kompas dan kapal yang lebih besar juga menjadi
kunci kesuksesan eksplorasi maritim pada masa itu.

Pada era modern, Revolusi Industri mempercepat perkembangan teknologi


maritim, dengan munculnya kapal uap dan kemudian kapal besi dan kapal
berbahan bakar minyak. Perkembangan dalam transportasi laut membuka jalur
perdagangan global yang lebih efisien dan mengubah pola perdagangan dunia
secara fundamental. Saat ini, kemaritiman terus berkembang dengan adopsi
teknologi baru seperti kapal otonom dan sistem navigasi satelit, memainkan peran
kunci dalam perdagangan internasional dan transportasi global.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimaan sejarah kemaritiman masa kerajaan?
2. Bagaimana sejarah kemaritiman masa penjajahan?
3. Bagaimana sejarah kemaritiman masa kemerdekaan?
4. Bagaimana sejarah kemaritiman masa orde baru?
5. Bagaimana sejarah kemaritiman masa reformasi?
6. Bagaiaman sejarah kemaritiman masa jokowi?

C. Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa kerajaan!
2. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa penjajahan!
3. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa kemerdekaan!
4. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa orde baru!
5. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa reformasi!
6. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa jokowi!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kemaritiman Masa Kerajaan

1. Kehidupan Maritim Masa Kerajaan Hindu-Buddha


Kehidupan maritim masa Kerajaan Hindu-Budha tergambar dalam
prasasti-prasasti berhuruf (Palawa dan Pranagari) sekitar abad ke-5 Masehi.
Pada masa ini hadir Kerajaan-kerajaan asli Nusantara seperti Kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit. Di bawah kedua imperium ini, bentangan wilayah
yang luas dari kepulauan Nusantara (terutama wilayah di sekitar perairan)
pernah diintegrasikan ke dalam suatu kesatuan wilayah negara. (Latif, 2011:
260).
Berkembangnya Indonesia pada masa kerajaan Hindu-Buddha ini tidak
terlepas dari hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang
lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama dan
kebudayaan Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui kontak perdagangan.
Hal ini menurut Claudius Ptolomeus (seorang penjelajah Yunani), karena
didorong oleh adanya kekayaan Indonesia akan emas, perak, cengkih, dan lada
yang begitu menarik bagi para pedagang mancanegara.

2. Masa Kerajaan Sriwijaya


Kejayaan maritim nusantara tidak terlepas dari kejayaan Kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya adalah negara maritim yang sebagian besar
masyarakatnya hidup dari pelayaran dan perdagangan. Negara yang hidup dari
perdagangan tentu tidak lepas dari sumber daya alam yang menjadi komoditas
perdagangan berupa hasil hutan, hasil tambang, dan hasil bumi yang banyak
digemari orang Arab, Persia, dan Cina. (Utomo, 2012:63).
Kerajaan Sriwijaya merupakaan kerajaan bahari kebanggaan masa
silam. Pada abad ke-7, Sriwijaya melahirkan kebudayaan Buddha lewat
kemaritimannya. Daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand
Selatan,Semenanjung Malaya,Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa

3
Tengah. Kerajaan ini berkembang di nusantara, melampaui batas-batas, dan
menjadi penguasa utama di jalur perdagangan laut.
Beberapa peneliti juga mencoba untuk menggambarkan “inner strength”
dari Kerajaan Sriwijaya. Dengan menggunakan sumber-sumber Cina, Slamet
Muljana menggambarkan Kerajaan Siriwjaya sebagai kerajaan pantai, negara
perniagaan dan negara yang berkuasa di laut. Sebagai kerajaan Pantai, ibukota
Sriwijaya memang terletak di tepi air, penduduknya terpencar di luar kota,
atau tinggal di atas rakit-rakit yang beratapkan alang-alang. Jika sang raja
keluar, ia naik perahu dengan dilindungi payung sutera dan diiringi dengan
orang-orang yang membawa tombak emas. Tentaranya sangat baik dan
tangkas dalam peperangan, baik di darat maupun di laut, keberaniannya tidak
ada bandingannya.
Ahli kelautan Perancis bernama Dr. Yves Manguin dalam bukunya The
South Asia Ships mengatakan bahwa armada laut Sriwijaya sangat kuat.
Armada niaga Sriwijaya berlayar sampai ke negara-negara yang jauh di Asia
Barat dan Asia Timur. Sriwijaya juga mampu memaksa kapal-kapal niaga
asing untuk menyinggahi daerah kekuasannya. Sebab, Sriwijaya menguasai
jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional. Sriwijaya
membangun pusat perdagangan internasional di pantai timur Sumatera. Dari
abad ke-7 hingga abad ke-13, Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang
makmur. Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Arkeolog Wiseman Christie mengatakan bahwa Sriwijaya adalah sebuah
negara dengan banyak pelabuhan (a multi port state).
Sejak abad ketujuh, kerajaan Sriwijaya telah menjadi kekuatan dagang
dan budaya yang mengagumkan. Salah satu warisan Sriwijaya yang dinilai
paling penting adalah konsolidasi suatu zona berjangkauan besar yang
penduduknya berbahasa Melayu di kedua sisi Selat Malaka. (Latif, 2011: 260).
3. Masa Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit didirikan tahun 1293 oleh Raden Wijaya yang
menjadi raja pertama dan bergelar Kertarajasa Jayawardana. Pemerintahannya
diketahui berlangsung dengan aman dan tentram, rakyat pun hidup
berkecukupan.

4
Pada masa Majapahit, perdagangan di sekitar perairan Nusantara telah
dikuasai oleh para pedagang Jawa yang merupakan pedagang kaya raya pada
waktu itu. Banyak pedagang dari Tuban, Gresik, dan Jepara menetap di
Pelabuhan Malaka yang saat itu menjadi pusat perdagangan internasional di
Asia Tenggara.

nya, dia menggerakan anggota badanya dengan tujuan yang jelas seperti,
menggerakan tangan untuk menulis, menggambar, mengambil makanan,
melempar bola dan sebagainya dan menggerakan kaki untuk menendang bola,
lari mengejar teman pada saat main kucing-kucingan, dan sebagainya.
Fase usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini meruppakan masa yang ideal
untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun
kasar, dapat dijelaskan sebagai berikut: Motorik halus meliputui, menulis,
menggambar, mengetik komputer, merupa (seperti membuat kerajianan dari
tanah liat), menjahit, membuat kerajinan dari tas. Motorik kasar meliputi, baris
berbaris, seni bela diri (seperti pencak silat dan karate), senam, berenang,
atletik, main sepak bola dll. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah
satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motoric sangat
menunjang keberhasilan belajar peserta didik (Hamuni dkk., 2022).
a. Perkembangan Intelektual.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual, atau melaksankan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan
menghitung). Sebelum masa ini yakni masa prasekolah (usia taman kanak-
kank), daya berpikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-anagan atau
berhayal, sedangkan pada usia SD/MI daya pikiranya sudah berkembang
kearah berpikir konkret atau rasional.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikanya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola piker atau

5
daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta atau
kreativitas anak, maka kepada anak, atau menilai (memberikan kritik) tentang
berbagai hal yang terkait dengan pelajaran atau peristiwa yang terjadi
dilingkunganya. Upaya lain dapat dilakukan disekolah, dalam hal ini para guru
dalam mengembangkan kreativitas anak adalah dengan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan seperti, perlonbaan mengarang, menggambar, menyanyi,
drama, berpidato, dan cerdas cermat (terkait dengan pelajaran matematika, IPA
IPS, bahasa dan agama) (Hayati dkk., 2021).
b. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, simbol, lambing, gambar atau lukisan. Melalui
bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan. Pada awal masa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata dan pada masa akhir (kira-kira usia 11-12 tahun )
anak tellah dapat menguasai sekitar 5.000 kata. dengan dikuasai keterampilan
membaca dan berkomunikasi dengan orang lain anak sudah gemar membaca
dan mendengar cerita yang bersifat kritis. Pada masa ini tingkat berpikir anak
sudah lebih maju, dia banyak menayakan waktu dan soal sebab akibat
(Hamuni dkk., 2022).
c. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4, 5, dan 6),
anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah
diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu dia mulai
belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan
mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar (learning). Emosi positif
seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu yang

6
tinggi akan memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap
aktivitas belajar. Sebaliknya apabila menyertai proses belajar itu emosi yang
negative, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses
belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat
memusatkan perhatianya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan
mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Karakteristik emosi pada anak berbeda dengan karakteristik yang terjadi
pada orang dewasa, dimana karakteristik emsosi pada anak antara lain yaitu,
berlangsung singkta dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih hebat dan kuat,
bersifat sementara atau dangkal, lenbih sering terjadi, dapat diketahui dengan
jelas, reaksi mencerminkan individualisme.Emosi dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu emosi positif maupun emosi negativf. Santrock
mengunkapkan bahwa emosi dapat dipengaruhi oleh dasar biologis dan juga
pengalaman masa lalu, terutama ekspresi wajah dari emosi disini dituliskan
emosi dasar seperti bahagia, terkejut, marah, dan takut memiliki espresi wajah
yang sama pada budaya yang berbeda (Nurmalitasari, 2015).
d. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan
atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Perkembanagn sosial pada masa pada anak usia SD/MI ditandai dengan
adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga juga
dengan teman sebaya. Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan
diri dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitar.
Dalam proses belajar disekolah kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik
yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman
sekolah) maupun tugas yang membutuhkan pikiran seperti merencanakan
kegiatan camping dan membuat laporan study tour. (Hamuni dkk., 2022).
e. Perkembangan Kesadaran Beragama
Kepercayaan anak kepada tuhan pada usia ini, bukanlah keyakinan hasil
pemikiran akan tetapi merupakan sikap emosi yang berhubungan erat dengan

7
kebutuhan jiwa dan kasih sayang dan perlindungan. Oleh karena itu dalam
mengenalkan Tuhan kepada anak, sebaiknya ditonjolkan sifat-sifat pengasih
dan penyanyang, jangan menonjolkan sifat-sifat Tuhan yang menghukum,
mengazab, atau memberikan siksaan dengan neraka.
Periode sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama
sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempuyai
peranan yang sangat penting. Oleh karena itu pendidikan agam di SD/MI
harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, bukan hanya guru agama
tetapi juga kepala sekolah dan guru-guru lainya (Hayati dkk., 2021).
B. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa

Karakteristik Perkembangan tahapan siswa awal (2 - 6 tahun). Pada


umumnya orang berpendapat bahwa periode masa siswa dirasakan sebagai
periode yang cukup lama. Peride ini berlangsung dari rentang waktu 3-5 tahun
dan dilanjutkan 6-12 tahun dapat dikatakan waktu yang relatif singkat, akan tetapi,
karena ketidakberdayaan dan ketergantungan pada orang lain dirasakan waktu ini
terasa relatif lama, siswa tidak sabar menunggu saat pengakuan dari masyarakat
bahwa mereka bukan siswa lagi, melainkan sudah menjadi orang dewasa yang
memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun menurut kehendaknya sendiri.
Masa siswa awal berlangsung dari usia 2 – 6 tahun, yaitu setelah siswa
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan
dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan
pola perilaku, minat, dan nilai pada diri siswa (Egen dan Kaucak (2004).
Para Ahli psikologi menyebut masa siswa awal sebagai usia kelompok.
Hal ini karena siswa mulai belajar dasar-dasar norma berperilaku melalui interaksi
dengan anggota keluarga dan teman sebayanya (kelompok sepermainan).
Disamping itu juga disebut sebagai usia menjelajah dan usia bertanya. Hal ini
karena siswa didorong oleh rasa keingintahuan terhadap lingkungan kehidupannya
maka perilaku yang muncul adakah suka berpetualang dengan cara sering
bertanya kepada orang yang ada disekitarnya dari apa saja yang dilihatnya yang
menjadikan penasaran dalam dirinya (Khaulani dkk., 2020).

8
Jadi dari uraian diatas dapat di kemukakan bahwa karakteristik
perkembangan mempunyai kecenderungan yang sama
C. Pemaknaan Development Task

Karakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun) karakteristik


pada usia ini dapat dikemukakan bahwa beberapa ahli psikologi, orang tua, dan
pendidik memberikan beberapa label kepada usia mas akhir kanak-kanak ini. Pada
usia ini ditandai dengan peristiwa penting yaitu masuknya siswa pada babak baru
memasuki pendidikan formal tingkat sekolah dasar, sehingga dapat menyebabkan
berubahnya perilaku karena siswa dituntut menyesuaikan dengan situasi yang baru
dimana banyak teman-teman yang belum dikenal sebelumnya. Pada situasi yang
demikian siswa biasanya terjadi ketidak seimbangan dalam berperilaku atau
disebut dengan istilah disequilibrium (Mutia 2021).
Menurut Kurnia (2008) mengemukakan bahwa orang tua, pendidik,
maupun ahli psikologi perkembangan sepakat jika karakteristik atau ciri-ciri
periode masa siswa akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa siswa awal
dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan.
Usia yang menyulitkan, adalah label yang diberikan oleh orang tua dalam
menyebut masa siswa akhir. Karena siswa pada masa ini lebih banyak dipengaruhi
oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak
mau lagi menuruti perintah orang tuanya mereka seolah-olah bergeser lebih
mematuhi kata kesepakatan kelompoknya dari pada perintah orang tuanya.
Pada masa ini, siswa juga sering disebut dengan usia bertengkar. Karena
antar saudara saling mengejek dan bertengkar dengan saudara-saudaranya,
khususnya bagi mereka yang memliki keluarga yang banyak maka suasana
keluarga benar-benar membuat suasana yang tidak menyenangkan sehingga orang
tua menyebutnya sebagai dengan usia suka bertengkar.
Label para pendidik terhadap usia ini adalah dengan sebutan siswa usia
sekolah dasar, karena pada rentang usia 6-12 tahun siswa bersekolah di sekolah
dasar. Dengan harapan siswa usia ini, memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan
penyesuaian diri dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. Para pendidik
juga memandang periode ini sebagai usia kritis dalam dorongan berprestasi

9
dimana siswa membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau
sangat sukses. Dorongan berprestasi ini membentuk kebiasaan pada siswa untuk
mencapai sukses ini cenderung menetap hingga dewasa. Apabila siswa
mengembangkan kebiasaan untuk belajar atau bekerja sesuai, di bawah, atau di
atas kemampuannya, maka kebiasaan ini akan menetap dan cenderung mengenai
semua bidang kehidupan siswa, baik dalam bidang akademik maupun bidang
lainnya (Sabani 2019).
Label yang diberikan oleh ahli psikologi perkembangan terhadap siswa
pada masa ini adalah sebagai usia berkelompok. Pada usia ini perhatian utama
siswa tertuju pada harapan diterima atau tidak oleh teman-teman sebaya sebagai
anggota kelompoknya. Oleh karena itu, siswa ingin dan berusaha menyesuaikan
diri dengan standar yang disepakati dan berlaku dalam kelompoknya sehingga
masa ada usia ini disebut sebagai usia penyesuaian diri. Siswa pada usia ini
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
kelompok, misalnya dalam berbicara, penampilan dan berpakaian, dan berperilaku
(Latifah 2017).
Ahli Psikologi perkembangan memberikan label pada tahapan
perkembangan ini disebut juga dengan usia bermain, karena minat dan kegiatan
bermain siswa semakin meluas dengan lingkungan yang lebih bervariasi. Mereka
bermain tidak lagi hanya di lingkungan keluarga dan teman di sekitar rumah saja,
tapi mereka bermain dengan lingkungan dan teman-teman di sekolah (Anshory
dkk. 2016).
.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak usia sekolah mengalami perkembangan yang signifikan dalam


berbagai aspek, seperti fisik-motorik, intelektual, sosioemosional, kognitif, dan
bahasa. Proses perkembangan ini memainkan peran penting dalam kemampuan
belajar anak, interaksi dengan lingkungan, dan pengembangan keterampilan
sosial. Tugas perkembangan anak usia sekolah melibatkan pencapaian milestone
penting yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Oleh karena
itu, pemahaman yang baik tentang karakteristik dan tugas perkembangan anak
usia sekolah sangat penting bagi pendidik dan orang tua untuk memberikan
dukungan yang sesuai guna memfasilitasi pertumbuhan anak secara optimal.
B. Saran

Demikian makalah ini saya buat, saya menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya.
Dan semoga makalah ini bergunauntuk kita semua. Amin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anshory AM, I., Yayuk, E., & Worowirastri E, D. (2016). Tahapan dan
karakteristik perkembangan belajar siswa sekolah dasar (upaya pemaknaan
development task).
Hamuni, H., Idrus, M., & Aswati, M. (2022). Perkembangan peserta didik.
Hayati, F., Neviyarni, N., & Irdamurni, I. (2021). Karakteristik Perkembangan
Siswa Sekolah Dasar: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5(1), 1809-1815.
Khaulani, F., Neviyarni, S., & Irdamurni, I. (2020). Fase dan tugas perkembangan
anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 51-59.
Kurnia, Igridwati, dkk.2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan
perkembangannya. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2),
185-196.
Miaw, M. (2023). Karakteristik Perkembangan Peserta Didik. EDU-RILIGIA:
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam dan Keagamaan, 6(4).
Mutia, M. (2021). Characteristics of Children Age of Basic Education. Fitrah:
International Islamic Education Journal, 3, 114-31.
Paul Eggen, Don Kauchak. 2004. Educational Psychology Windows on
Clasrooms. Pearson:Meriil Prentice Hall
Sabani, F. (2019). Perkembangan anak-anak selama masa sekolah dasar (6–7
tahun). Didaktika: Jurnal Kependidikan, 8(2), 89-100.
Sahlan, Kdir, Abdul. 2018.Mendidik Perspektif Psikolog. Bandung: CV. Budi
Utama.

12

Anda mungkin juga menyukai