Disusun oleh:
1. Muhammad Ainun Na'im
2. Muhammad Rijal Makmun
3. Muhammad Zayein Attabik
4. Muhammad Akromul Alam
5. Muhammad Farkhan
6. Nour Wachyudi
7. M Jaul Haq
MA MA'ARIF NU KEPUNG
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Adapun judul makalah yang penulis ajukan adalah "KERAJAANACEH
DARUSSALAM”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan
menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan
yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan
dankekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang
bersifat membanguntentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun
makalah di masa mendatang.
Penulis
KATA PENGANTAR ....................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1Kesimpulan ...................................................................................... 14
3.2Saran .................................................................................................. 14
PENDAHULUAN
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarah dan peradaban bangsanya,
dan berusaha melestarikannya sehingga di kenal pula oleh Bangsa-bangsa lain di dunia.
Sebagaimanahalnya Aceh yang dulunya merupakan negara Islam termasyhur di kawasan Asia
Tenggaradengan julukan “Serambi Mekkah” bahkan dikenal pula sebagai salah satu negara yang
makmurdi antara lima negara terkuat di dunia, yaitu : Aceh, Aqra, Maroko, Istanbul, dan Isfahan
(Persia).Aceh yang terletak di ujung pulau Sumatra sekarang merupakan salah satu provinsi dalam
negaraIndonesia yang disebut Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Aceh sebelum bergabung
denganIndonesia pada tahun 1945 merupakan wilayah kerajaan Islam yang beribukota Banda Aceh.Asal
nama Aceh juga terdapat cerita di dalam sebuah buku bangsa Pegu (Hindia Belakang) yangmenceritakan
perjalanan Budha ke Indo Cina dan kepulauan Melayu. Mereka melihat di atasgunung di pulau Sumatra.
Sebuah pancaran cahaya beraneka ragam warna dari gunung itu,sehingga mereka berseru : “Acchera
Bata (Atjaram Bata Bho = Alangkah indahnya) jadi dari kataitulah kemudian menjadi asal sebutan nama
Aceh. Gunung yang bercahaya itu di ceritakanterletak dekat pasai yang sekarang tidak ada lagi karena telah
di tembak hancur dengan meriamoleh kapal perang Portugis.
j. Kreemer dalam bukunya “Atjeh” (Leiden 1922) mengatakan bahwa kerajaan Ac
ehpasti belum tahun 1500 sudah sudah berdiri dengan kuat dan megahnya,
untuk mengetahui dari mana tepatnya asalnya mula orang Aceh belum di dapat data-data yang relatif
akurat dalam sejarah kinimungkin seseorang menemukan di antara penduduk Pribumi Aceh orang dengan
ciri-ciri bangsaMelayu, Pakistan, India, Cina dan bahkan dalam jumlah yang lebih kecil orang-orang
dengan ciri-ciri Portugis, Turki, Arab, dan Parsi.
1.3Tujuan
1.3.1.Untuk Mengetahui Sejarah Bedirinya Kerajaan Aceh
1.3.2.Untuk Mengetahui Aspek Kehidupan Kerajaan Aceh
1.3.3.Untuk Mengetahui Hasil Kebudayaan Kerajaan Aceh
1.3.4.Untuk Mengetahui Masa Kejayaan Kerajaan Aceh
1.3.5.Untuk Mengetahui Masa Kemunduran Kerajaan Aceh
1.3.6. Untuk Mengetahui Peninggalan Kerajaan Aceh
PEMBAHASAN
Aceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu jalur perdagangan lada yang semula melalui
LautMerah, Kairo, dan Laut Tengah diganti menjadi melewati sebuah Tanjung Harapan dan Sumatra. Hal
inimembawa perubahan besar bagi perdagangan Samudra Hindia, khususnya Kerajaan Aceh. Para
pedagangyang rata-rata merupakan pemeluk agama Islam kini lebih suka berlayar melewati utara Sumatra
danMalaka. Selain pertumbuhan ladanya yang subur, disini para pedagang mampu menjual
hasildagangannya dengan harga yang tinggi, terutama pada para saudagar dari Cina. Namun hal itu
justrudimanfaatkan bangsa Portugis untuk menguasai Malaka dan sekitarnya. Dari situlah
pemberontakanrakyat pribumi mulai terjadi, khususnya wilayah Aceh (Denys Lombard: 2006, 61-63).
Pada saat itu Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan
Ibrahim, berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir pada tahun 1520. Dan pada
tahun itu pulaKerajaan Aceh berhasil menguasai daerah Daya hingga berada dalam kekuasaannya. Dari
situlahKerajaan Aceh mulai melakukan peperangan dan penaklukan untuk memperluas wilayahnya
serta berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa Portugis. Sekitar tahun
1524, Kerajaan Aceh bersama pimpinanya Sultan Ali Mughayat Syah berhasil
menaklukanPedir dan Samudra Pasai. KerajaanAcehdibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat
Syah tersebut juga mampu mengalahkan kapal Portugisyang dipimpin oleh SimaodeSouzaGalvao di
Bandar Aceh (Poesponegoro: 2010, 28).
Setelah memiliki kapal ini, Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim bersiap-siap
untukmenyerang Malaka yang dikuasai oleh Bangsa Portugis. Namun rencana itu gagal. Ketika perjalanan
menuju Malaka, awak kapal dari armada Kerajaan Aceh tersebut justru berhenti sejenak di sebuah kota.
Selain itu sejarah juga mencatat, usaha Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim untuk terus-
menerus memperluas dan mengusir penjajahan Portugis di Indonesia. Mereka terus berusahamenaklukan
kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar Aceh, dimana kerajaan-kerajaan tersebutmerupakan kekuasaan
Portugis, termasuk daerah Pasai. Dari perlawanan tersebut akhirnya Kerajaan Aceh berhasil merebut
benteng yang terletak di Pasai.
Hingga akhirnya Sultan Ibrahim meninggal pada tahun 1528 karena diracun oleh salah
seorangistrinya. Sang istri membalas perlakuan Sultan Ibrahim terhadap saudara laki-lakinya, Raja Daya.
Dan ia pun digantikan oleh Sultan Alauddin Syah (William Marsden, 2008: 387-388)
Sultan Alauddin Syah atau disebut Salad ad-Din merupakan anak sulung dari Sultan Ibrahim.
Iamenyerang Malaka pada tahun 1537, namun itu tidak berhasil. Ia mencoba menyerang Malaka hingga
duakali, yaitu tahun 1547 dan 1568, dan berhasil menaklukan Aru pada tahun 1564. Hingga akhirnya ia
wafat28 September 1571. Sultan Ali Ri’ayat Syah atau Ali Ri’ayat Syah, yang merupakan anak bungsu
dariSultan Ibrahim menggantikan kedudukan Salad ad-Din. Ia mencoba merebut Malaka sebanyak dua
kali, sama seperti kakaknya, yaitu sekitar tahun 1573 dan 1575. Hingga akhirnya ia tewas 1579
(DenysLombard: 2006, 65-66)
Sejarah juga mencatat ketika masa pemerintahan Salad ad-Din, Aceh juga berusaha
mengambangkan kekuatan angkatan perang, mengembangkan perdagangan, mengadakan hubungan
internasional dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah, seperti Turki, Abysinia, dan Mesir.Bahkan
sekitar tahun 1563, ia mengirimkan utusannya ke Konstantinopel untuk meminta bantuannyakepada Turki
dalam melakukan penyerangan terhadap Portugis yang menguasai wilayah Aceh dan sekitarnya. Mereka
berhasil menguasai Batak, Aru dan Baros, dan menempatkan sanak saudaranya untuk memimpin daerah-
daerah tersebut.
Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan lancar. Terutama
daerah-daerah pelabuhan yang menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai
daripantai barat Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak di sebelah selatan.
1. Kehidupan Sosial
Adalanya penggolongan masyarakat menjadi beberapa golongan, yaitu teuku
(kaum bangsawan), golongan teungku (Kaum ulama yang memegang), Hulubalang
(prajurit) sertarakyat biasa. Antara Golongan teuku dan Teungku sering timbul persaingan yang
mengakibatkanmelemahnya kerajaan Aceh.
2. Kehidupan Politik
Aceh tumbuh secara cepat menjadi kerajaan besar karena didukung oleh letaknya
yangstrategis, kemudian Kerajaannya memiliki Bandar pelabuhan. Aceh juga memiliki daerah
yangkaya akan tanaman lada. Tanaman ini sendiri merupakan komoditi ekspor yang sangat
penting.Selain itu, jatuhnya malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak
singgah keAceh, ditambah Jalur pelayaran beralih melalui sepanjang pantai barat Sumatera.
3. Kehidupan Ekonomi
Letaknya yang sangat strategis, di jalur pelayaran dan perdagangan Selat
malakamenitikberatkan pada , maka Kerajaan Aceh menitikberatkan pada perekonomian pada
bidang perdagangan. Penguasaan atas daerah pantai barat dan timur sumatera
banyak menghasilkan lada.Sementara di Semenanjung Malaka menghasilkan lada dan timah.
Berikut adalah silsilah sultan sultan yang berkuasa di kerajaan acehdarussalam, silsilahnyaadalah
sebagai berikut :
Kerajaan Aceh menjalani masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
yaitusekitar tahun 1607 sampai tahun 1636. Pada masa ini, kerajaan aceh mengalami banyak kemajuan
di berbagai bidang, baik dalam hal wilayah kekuasaan, ekonomi, pendidikan,
politik luar negeri, maupunkemiliterankerajaan.
Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah teritorialnya dan terus meningkatkan perdagangan
rempah-rempah menjadi suatu komoditi ekspor yang berpotensial bagi kemakmuran masyarakat Aceh.
Iamampu menguasai Pahang tahun 1618, daerah Kedah tahun 1619, serta Perak pada tahun 1620,
dimanadaerah tersebut merupakan daerah penghasil timah. Bahkan dimasa kepemimpinannya Kerajaan
Acehmampu menyerang Johor dan Melayu hingga Singapura sekitar tahun 1613 dan 1615. Ia pun diberi
gelarIskandar Agung dari Timur.
Kemajuan dibidang politik luar negeri pada era Sultan Iskandar Muda, salah satunya yaitu
Acehyang bergaul dengan Turki, Inggris, Belanda dan Perancis. Ia pernah mengirimkan utusannya ke
Turkidengan memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada sekarung, lalu dibalas dengan kesultanan
Turkidengan memberikan sebuah meriam perang dan bala tentara, untuk membantu Kerajaan Aceh
dalam peperangan. Bahkan pemimpin Turki mengirimkan sebuah bintang jasa pada
sultan Aceh.
Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan
beberapaulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing,
sepertiHamzah Fansuri dalam bukunya TabyanFiMa'rifatial-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani
dalam bukunya Mi'rajal-Muhakikinal-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-
Mustaqim, dan SyekhAbdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'rajal-TulabbFiFashil.
Setelah era kebesaran sultan iskandar muda berakhir, belanda mencium peluang kembali untuk
mendapatkan wilayah aceh dan sekitarnya. Memasuki abad ke-18, aceh mulai terlibat konflik
dengan belanda dan inggris, lalu memasuki akhir abad akhir ke-18, wilayah aceh
di semenanjung Malaya, yaitu kedah dan pulau pinang dikuasai inggris. Tahun 1871 Belanda
mengancam aceh. Dan pada 26maret1873 Belanda secararesmi menyatakan perang
dengankerajaan aceh. Dalam perang tersebut belanda gagalmenaklukkanAceh. Pada 1883, 1892,
dan 1893, perang kembali meletus, namun, lagi lagi belanda gagal merebutaceh.
Mundurnya angkatan perang aceh juga disebabkan oleh pudarnya dominasi turki di lautan
tengah. Negara negara barat macam inggris dan belanda, sudah tak takut lagi dengan pengar
uh militer Turkiutsmani di Aceh. Kemunduran kerajaan Aceh juga dikait kaitkan karena terlalu
berhasilnya kerajaan aceh di masa sebelumnya. Terlalu luasnya wilayah Aceh hingga banyak memberikan
celah kemerosotan, baik itu di bidang kekuasaan karena banyaknya
pemberontakan,maupun perekonomian di karenakan banyaknyarakyat yang kekurangan lahan dan
6. Kerajaan Aceh
Masjid ini adalah masjid yang menjadi sangat terkenal karena pada waktu tsunami yangterjadi
tahun 2004 lalu, masjid ini menjadi saksi bisu yang tetap kokoh dalam musibah dahsyatini. Namun tidak
banyak yang tahu bahwa bangunan sekarang ini adalah kreasi belanda.Bangunan ini dibuat oleh Sultan
Iskandar Muda tahun 1022 H/1612 M terletak tepat di pusatKota Banda Aceh dan menjadi pusat kegiatan
keagamaan di Aceh Darussalam. Sewaktu agresitentara Belanda kedua pada 10 April 1873, Masjid Raya
Baiturrahman sempat dibakar. Namunkemudian, Belanda membangun kembali Masjid Raya
Baiturrahman pada tahun 1877 untukmenarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh.
Makam keramat yang masih di jaga sekarang adalah makan Sultan Iskandar Muda,makam ini
senantiasa di jaga dan di lestarikan sebagai bukti sejarah berjayanya islamdi Aceh pada masa
lalu.Sultan Iskandar Muda lahir di tanah Aceh pada 27 September 1636, beliaumerupakan
sultan terbesar dalam sejarah kejayaan Kesultanan Aceh, saat itu kesultanan Acehmenjadi salah satu pusat
perdagangan dan pembelajaran Islam di Nusantara. Makan SultanIskandar Muda berada di baperis,
kelurahan peuniti, kecamatan baiturrahman, banda Aceh. Untukmenjangkau lokasi pemakaman sangat
mudah karena banyak opsi transportasi yang bisadigunakan.
Benteng peninggalan sejarah ini memang sudah lapuk di makan usia, namun benteng inimasih
memiliki bentuk dan masih dinikmati sebagai objek wisata. Benteng ini terletak di desaLadong, Kec
Masjid Raya, Kab Aceh Besar. Disana terdapat sebuah situs sejarah peninggalankesultanan
Aceh yang hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi objek wisata lokal. Meskipunsempat dihantam
Tsunami, benteng ini tatap kokoh tak lapuk dimakan usia meskipun sudah berumur ratusan tahun.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Aceh di perkirakan berdiri pada tahun 1511 M, dengan raja pertamanya SultanAli
Mughayat Syah (1514-1528). Pada masa pemerintahannya kerajaan Aceh berkembang selamaempat abad,
sampai Belanda mengalahkannya dalam perang Aceh (1873-1912). Sultan IskandarMuda (1607-1636)
adalah pengganti Sultan Ali Mughayat Syah, yang pada masa pemerintahannya Aceh mengalami
puncak kejayaannya. Ia berhasil menaklukkan SemenanjungMalaka Yakni : Pahang, Kedah,
Perlak, Johor, dan sebagainya. Kehidupan ekonomi yang utamamasyarakat Aceh pelayaran dan
perdagangan. Aceh juga penghasil Lada dan Timah, sehingga perdagangan-perdagangan Barat bisa
membeli Lada dari Aceh.
Salah satu masjid terindah di Indonesia adalah Mesjid Baiturrahman yang dibangun padamasa
Sultan Iskandar Muda.Mesjid ini pernah dibakar dan dikuasai oleh Belanda pada masa perang Aceh.
Namun dibangun kembali pada tahun 1875. Aliran Ahli Sunnah Waljama’ah adalahaliran
agama terbesar dalam islam, mengaku sebagai pengikut tradisi Nabi Muhammad Saw.Aliran Syiah adalah
pengikut Ali Bin Ani Thalib, sekarang salah satu aliran besar dalam agamaislam yang menyakini
kepemimpinan (imamah) Ali dan keturunannya setelah Nabi.
3.2 Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Aceh di nusantara pada masa yang lalu. Maka kita wajib
mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hatiyang tulus
serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek
moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berartikita ikut
mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita dan memelihara peninggalan budaya
bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ari L, Dwi, dan Leo Agung. 2004. Sejarah Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Media TamaHeru P, Eko dkk.
2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : CV Sindhunata.Amiruddin M, Hasbi. 2006. Aceh dan
Serambi Mekkah. Banda Aceh : Yayasan PeNATim Edukatif HTS, Modul Sejarah IPS,
Surakarta, CV Hayati Tumbuh Subur.
http://id.wikipedia.org/kesultanan_aceh
http://awal-berdirinya-kerajaan –aceh.blogspot.com/
https://id/scribd.com