Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KLIPING MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

Tentang :
Kerajaan Aceh

Disusun oleh
Ahmad Syabil Mangus
Kelas : XII TL 2

JURUSAN TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK


SMK NEGERI 1 KOTA TANGERANG SELATAN
Jl. Raya Ciater, RT 04 / RW 09, Ciater, Serpong, Ciater, Serpong, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15310
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, Maret 2020

Ahmad Syabil Mangus

Penyusun

1|Makalah Sejarah Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang


Sejak masa lampau, wilayah Indonesia terkenal akan bidang pelayaran dan
perdagangan yang bersifat internasional. Perdagangan tersebut dilakukan dengan menyusuri
pantai-pantai dan melewati beberapa kota pelabuhan. Dalam makalah ini, saya sebagai
penulis akan menguak bagaimana sejarah mengenai kerajaan Aceh yang berkembang di
Pulau Jawa.
Kerajaan Aceh mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Perkembangan pesat yang dicapai kerajaan Aceh ini tidak lepas dari letak kerajaannya yang
sangat strategis, yaitu di Pulau Sumatera bagian Utara dan dekat dengan pelayaran
internasional. Ramainya aktivitas pelayaran ini sangat mempengaruhi perkembangan
kehidupan kerajaan Aceh di segala bidang, seperti halnya dalam aspek kehidupan politik,
aspek ekonomi, social maupun kebudayaannya.
Mengenai kapan berdirinya kerajaan Aceh, memang belum diketahu secara pasti.
Namun, berdasarkan Bustanus salatin (1637M) karangan nuruddin Ar Raniri yang berisi
silsilah sultan-sultan Aceh, serta kabar datang dari orang Eropa, bahwa Kerajaan Aceh telah
berhasil membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Kerajaan Aceh dirintis serta perkembangannya hingga mencapai
masa kejayaan
2. Mengetahui kehidupan social, politik dan ekonomi dari Kerajaan Aceh
3. Mengetahui factor-faktor apa saja yang mengakibatkan kerajaan Aceh mengalami
kemunduran.

1.3 Rumusan masalah


1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Kerajaan Aceh ?
2. Bagaimana kehidupan Sosial, Politik dan Ekonomi dari kerajaan Aceh?
3. Hal Apa saja yang mengakibatkan Kerajaan Aceh mengalami kemunduran?

2|Makalah Sejarah Indonesia


1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat, baik dari aspek teoritis maupun praktis. Secara
teoritis tergambar dalam materi tulisan ini. Adapun secara praktis, tulisan ini diharapkan
dapat berguna bagi individu, masyarakat, dan pemerintah. Semoga menjadi bahan
pembelajaran yang baik bagi tunas bangsa yang ingin mempelajarinya.

3|Makalah Sejarah Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan perkembangan kerajaan Aceh


Kerajaan Aceh dirintis oleh Mudzaffar Syah. Ketika awal kedatangan Bangsa
Portugis di Indonesia, tepatnya di Pulau Sumatra, terdapat dua pelabuhan dagang yang besar
sebagai tempat transit para saudagar luar negeri, yakni Pasai dan Pedir. Pasai dan Pedir mulai
berkembang pesat ketika kedatangan bangsa Portugis serta negara-negara Islam. Namun
disamping pelabuhan Pasai dan Pedir, Tome Pires menyebutkan adanya kekuatan ketiga,
masih muda, yaitu “Regno dachei” (Kerajaan Aceh).
Aceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu jalur perdagangan lada yang semula
melalui Laut Merah, Kairo, dan Laut Tengah diganti menjadi melewati sebuah Tanjung
Harapan dan Sumatra. Hal ini membawa perubahan besar bagi perdagangan Samudra Hindia,
khususnya Kerajaan Aceh. Para pedagang yang rata-rata merupakan pemeluk agama Islam
kini lebih suka berlayar melewati utara Sumatra dan Malaka. Selain pertumbuhan ladanya
yang subur, disini para pedagang mampu menjual hasil dagangannya dengan harga yang
tinggi, terutama pada para saudagar dari Cina. Namun hal itu justru dimanfaatkan bangsa
Portugis untuk menguasai Malaka dan sekitarnya. Dari situlah pemberontakan rakyat pribumi
mulai terjadi, khususnya wilayah Aceh (Denys Lombard: 2006, 61-63)
Pada saat itu Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah atau
Sultan Ibrahim, berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir pada tahun 1520.
Dan pada tahun itu pula Kerajaan Aceh berhasil menguasai daerah Daya hingga berada dalam
kekuasaannya. Dari situlah Kerajaan Aceh mulai melakukan peperangan dan penaklukan
untuk memperluas wilayahnya serta berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan
bangsa Portugis. Sekitar tahun 1524, Kerajaan Aceh bersama pimpinanya Sultan Ali
Mughayat Syah berhasil menaklukan Pedir dan Samudra Pasai. Kerajaan Aceh dibawah
pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah tersebut juga mampu mengalahkan kapal Portugis yang
dipimpin oleh Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh (Poesponegoro: 2010, 28)
Setelah memiliki kapal ini, Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim bersiap-
siap untuk menyerang Malaka yang dikuasai oleh Bangsa Portugis. Namun rencana itu gagal.
Ketika perjalanan menuju Malaka, awak kapal dari armada Kerajaan Aceh tersebut justru
berhenti sejenak di sebuah kota. Disana mereka dijamu dan dihibur oleh rakyat sekitar,
sehingga secara tak sengaja sang awak kapal membeberkan rencananya untuk menyerang

4|Makalah Sejarah Indonesia


Malaka yang dikuasai Portugis. Hal tersebut didengar oleh rakyat Portugis yang bermukim
disana, sehingga ia pun melaporkan rencana tersebut kepada Gubernur daerah Portugis
(William Marsden, 2008: 387)
Selain itu sejarah juga mencatat, usaha Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan
Ibrahim untuk terus-menerus memperluas dan mengusir penjajahan Portugis di Indonesia.
Mereka terus berusaha menaklukan kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar Aceh, dimana
kerajaan-kerajaan tersebut merupakan kekuasaan Portugis, termasuk daerah Pasai. Dari
perlawanan tersebut akhirnya Kerajaan Aceh berhasil merebut benteng yang terletak di Pasai.
Hingga akhirnya Sultan Ibrahim meninggal pada tahun 1528 karena diracun oleh
salah seorang istrinya. Sang istri membalas perlakuan Sultan Ibrahim terhadap saudara laki-
lakinya, Raja Daya. Dan ia pun digantikan oleh Sultan Alauddin Syah (William Marsden,
2008: 387-388)
Sultan Alauddin Syah atau disebut Salad ad-Din merupakan anak sulung dari Sultan
Ibrahim. Ia menyerang Malaka pada tahun 1537, namun itu tidak berhasil. Ia mencoba
menyerang Malaka hingga dua kali, yaitu tahun 1547 dan 1568, dan berhasil menaklukan Aru
pada tahun 1564. Hingga akhirnya ia wafat 28 September 1571. Sultan Ali Ri’ayat Syah atau
Ali Ri’ayat Syah, yang merupakan anak bungsu dari Sultan Ibrahim menggantikan
kedudukan Salad ad-Din. Ia mencoba merebut Malaka sebanyak dua kali, sama seperti
kakaknya, yaitu sekitar tahun 1573 dan 1575. Hingga akhirnya ia tewas 1579 (Denys
Lombard: 2006, 65-66)
Sejarah juga mencatat ketika masa pemerintahan Salad ad-Din, Aceh juga berusaha
mengambangkan kekuatan angkatan perang, mengembangkan perdagangan, mengadakan
hubungan internasional dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah, seperti Turki,
Abysinia, dan Mesir. Bahkan sekitar tahun 1563, ia mengirimkan utusannya ke
Konstantinopel untuk meminta bantuannya kepada Turki dalam melakukan penyerangan
terhadap Portugis yang menguasai wilayah Aceh dan sekitarnya. Mereka berhasil menguasai
Batak, Aru dan Baros, dan menempatkan sanak saudaranya untuk memimpin daerah-daerah
tersebut. Penyerangan yang dilakukan oleh Kerajaan Aceh ini tak luput dari bantuan tentara
Turki.
Mansyur Syah atau Sultan Alauddin Mansyur Syah dari Kerajaan Perak di
Semenanjung adalah orang berikutnya yang naik tahta. Ia merupakan menantu Sultan Ali
Ri’ayat Syah. Menurut Hikayat Bustan as-Salatin, ia adalah seorang yang sangat baik, jujur
dan mencintai para ulama. Karena itulah banyak para ulama baik dari nusantara maupun luar
negeri yang datang ke Kerajaan Aceh. Hingga akhirnya ia wafat pada tahun 1585 dan

5|Makalah Sejarah Indonesia


digantikan oleh Sultan Alauddin Ri’ayat Syah ibn Sultan Munawar Syah yang memerintah
hingga tahun 1588. Sejak tahun1588, Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Alauddin Ri’ayat
Syah ibn Firman Syah atau Sultan Muda hingga tahun 1607 (Poesponegoro: 2010, 30-31)

Kerajaan Aceh mulai mengalami masa keemasan atau puncak kekuasaan di bawah
pimpinan Sultan Iskandar Muda, yaitu sekitar tahun 1607 sampai tahun 1636. Pada masa
Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami peningkatan dalam berbagai bidang, yakni
dalam bidang politik, ekonomi-perdagangan, hubungan internasional, memperkuat armada
perangnya, serta mampu mengembangakan dan memperkuat kehidupan Islam. Bahkan
kedudukan Bangsa Portugis di Malaka pun semakin terdesak akibat perkembangan yang
sangat pesat dari Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda (Poesponegoro:
2010, 31)
Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah teritorialnya dan terus meningkatkan
perdagangan rempah-rempah menjadi suatu komoditi ekspor yang berpotensial bagi
kemakmuran masyarakat Aceh. Ia mampu menguasai Pahang tahun 1618, daerah Kedah
tahun 1619, serta Perak pada tahun 1620, dimana daerah tersebut merupakan daerah
penghasil timah. Bahkan dimasa kepemimpinannya Kerajaan Aceh mampu menyerang Johor
dan Melayu hingga Singapura sekitar tahun 1613 dan 1615. Ia pun diberi gelar Iskandar
Agung dari Timur.
Kemajuan dibidang politik luar negeri pada era Sultan Iskandar Muda, salah satunya
yaitu Aceh yang bergaul dengan Turki, Inggris, Belanda dan Perancis. Ia pernah
mengirimkan utusannya ke Turki dengan memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada
sekarung, lalu dibalas dengan kesultanan Turki dengan memberikan sebuah meriam perang
dan bala tentara, untuk membantu Kerajaan Aceh dalam peperangan. Bahkan pemimpin
Turki mengirimkan sebuah bintang jasa pada sultan Aceh (Harry Kawilarang, 2008: 21-22)
Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan
beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang
masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan,
Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri
dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-
Tulabb Fi Fashil (http://ridwanaz.com/umum/sejarah/sejarah-kerajaan-aceh-pada-masa-
kejayaan-dan-keruntuhannya/)
Dalam hubungan ekonomi-perdagangan dengan Mesir, Turki, Arab, juga dengan
Perancis, Inggris, Afrika, India, Cina, dan Jepang. Komoditas-komoditas yang diimpor antara

6|Makalah Sejarah Indonesia


lain: beras, guci, gula (sakar), sakar lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi, tekstil
dari katun, kain batik mori, pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium, air mawar, dan lain-
lain yang disebut-sebut dalam Kitab Adat Aceh. Komoditas yang diekspor dari Aceh sendiri
antara lain kayu cendana, saapan, gandarukem (resin), damar, getah perca, obat-obatan
(Poesponegoro: 2010, 31)
Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan lancar.
Terutama daerah-daerah pelabuhan yang menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh,
dimulai dari pantai barat Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak di sebelah
selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini menjadi kaya raya, rakyat makmur sejahtera,
dan sebagai pusat pengetahuan yang menonjol di Asia Tenggara (Harry Kawilarang, 2008:
24)

2.2 Kehidupan Sosial, politik dan Ekonomi


1. Kehidupan Sosial
Adalanya penggolongan masyarakat menjadi beberapa golongan, yaitu teuku (kaum
bangsawan), golongan teungku (Kaum ulama yang memegang), Hulubalang (prajurit) serta
rakyat biasa. Antara Golongan teuku dan Teungku sering timbul persaingan yang
mengakibatkan melemahnya kerajaan Aceh.

2. Kehidupan Politik
Aceh tumbuh secara cepat menjadi kerajaan besar karena didukung oleh letaknya yang
strategis, kemudian Kerajaannya memiliki Bandar pelabuhan. Aceh juga memiliki daerah
yang kaya akan tanaman lada. Tanaman ini sendiri merupakan komoditi ekspor yang sangat
penting. Selain itu, jatuhnya malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak
singgah ke Aceh, ditambah Jalur pelayaran beralih melalui sepanjang pantai barat Sumatera.

3. Kehidupan Ekonomi
Letaknya yang sangat strategis, di jalur pelayaran dan perdagangan Selat malakah
menitikberatkan pada , maka Kerajaan Aceh menitikberatkan pada perekonomian pada
bidang perdagangan. Penguasaan atas daerah pantai barat dan timur sumatera banyak
menghasilkan lada. Sementara di Semenanjung Malaka menghasilkan lada dan timah.

2.3 Penyebab Mundurnya kerajaan Aceh


Berikut merupakan factor yang mengakibatkan kerajaan Aceh mengalami kemunduran.

7|Makalah Sejarah Indonesia


1) Kekalahan perang antara Aceh melawan portugis di Malaka pada tahun 1629 M
2) Tokoh pengganti Sultan Iskandar Muda tidaklah sebaik yang terdahulu.
3) Permusuhan yang hebat diantara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsyudias-
Sumatra dan penganut ajaran Nur ad-Din ar-raniri
4) Saerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat melepaskan diri dari Aceh
5) Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak dan
menggeser daerah perdagangan Aceh. Akhirnya, perekonomian di Aceh menjadi
melemah.

8|Makalah Sejarah Indonesia


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerajaan Aceh merupakan
kerajaan bercorak Islam yang letaknya sangat strategis di jalur pelayaran dan perdagangan
internasional. Aceh juga memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas, sehingga Kerajaan ini
sangan maju terutama di bidang perekonomiannya. Perkembangannya sangat pesat terlebih
saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Dibawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh
tumbuh menjadi kerajaan yang besar dan berkuasa atas perdagangan Islam. Bahkan telah
menjadi Bandar transito yang dapat menghubungkan seluruh pedagang dunia barat.

3.2 Saran
Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kemajuan dari makalah tersebut.

9|Makalah Sejarah Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh
 http://awal-berdiri-kerajaan-aceh.blogspot.com/
 Tim Edukatif HTS, Modul Sejarah IPS, Surakarta, CV Hayati Tumbuh Subur

10 | M a k a l a h S e j a r a h I n d o n e s i a
11 | M a k a l a h S e j a r a h I n d o n e s i a

Anda mungkin juga menyukai