Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN BIOGRAFI PAHLAWAN

NASIONAL INDONESIA
Sultan Iskandar Muda
(1593 – 1636)

Disusun Oleh :
Nama : Shafa Dalilah Ahmad
Kelas : XI – 8
Absen : 33

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1


MADIUN
2023
2
A. BIOGRAFI TOKOH
Masa Kecil

Sultan Iskandar Muda lahir pada tahun 1593 di Banda Aceh, sebuah
kerajaan yang saat itu merupakan pusat perdagangan rempah-rempah dan Islam
di wilayah Nusantara.Dari masa kecil, beliau dididik dalam tradisi Islam yang
kuat dan menerima pendidikan yang cermat dalam ilmu agama dan militer.
Serta, setelah cukup umur Sultan Iskandar Muda dikirim ayahnya untuk belajar
pada Teungku Di Bitai, yaitu salah seorang ulama dari Baitul Mukadis pakar
ilmu falak dan ilmu firasat.

Nama asli Sultan Iskandar Muda yaitu Perkasa Alam. Dari pihak leluhur
ibu, beliau merupakan keturunan dari Raja Darul-Kamal, dan dari pihak leluhur
ayah merupakan keturunan dari keluarga Raja Makota Alam. Ibunya bernama
Putri Raja Indra Bangsa yang merupakan anak dari Sultan Aceh ke-10,
sedangkan ayahnya bernama Sultan Mansur Syah anak dari Sultan Aceh ke-3.
Pernikahan
Sultan Iskandar Muda menikah dengan seorang Putri dari Kesultanan
Pahang. Putri tersebut dikenal dengan nama Putroe Phang. Dalam istana, Putroe
Phang tidak hanya sebagai Permaisuri saja, tetapi juga menjadi penasehat bagi
suaminya. Salah satu nasehatnya adalah pembentukan Majelis Syura (Parlemen)
yang beranggotakan 73 orang sebagai perwakilan penduduk dalam kerajaan
Aceh.
Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya, Sultan
memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali sebagai
tanda cintanya. Karena, sang puteri selalu sedih dan memendam rindu yang
amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit.Untuk itu
Sultan membangun Gunongan untuk mengobati rindu sang puteri.
Kenaikan Tahta dan Masa Kekuasaan
Sultan Iskandar Muda naik tahta dan memulai kekuasaannya pada tahun
1607 menggantikan Sultan Ali Riayat Syah.Yang pada masanya, Kesultanan
Aceh mengalami kekacauan internal serta ancaman dari bangsa Portugis.
Sehingga, dari situlah Sultan Iskandar Muda melakukan perlawanan terhadap
Sultan Ali Riayat Syah namun perlawanan tersebut gagal dan beliau kemudian
dipenjara. Namun, karena pada saat itu tekanan Portugis sangat kuat untuk dapat
menguasai Aceh serta jalur perdagangan Malaka. Sultan Ali Riayat Syah
kemudian membebaskan dan menerima tawaran dari Sultan Iskandar Muda
untuk mengusir Portugis.Dan akhirnya, pada tahun 1606, beliau berhasil
melakukannya.Hal inilah yang kemudian membuat Perkasa alam atau Sultan
Iskandar Muda naik sebagai Sultan Aceh.
Wafatnya Sultan Iskandar Muda
Setelah perang besar melawan Portugis berakhir, Kondisi kesehatan
Sultan Iskandar Muda memburuk. Sultan Iskandar Muda akhirnya wafat pada
usia 43 tahun tepatnya pada tanggal 27 Desember 1636.Kemudian, dimakamkan

2
di Kompleks Pemakaman Sultan Aceh Kandang XII, Banda Aceh. Sepeninggal
Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh kemudian dipimpin oleh Sultan
Iskandar Thani.

B. PERANAN TOKOH TERHADAP BANGSA INDONESIA


Dalam Bidang Politik dan Militer (Perlawanan Terhadap Bangsa Portugis)

Pada akhir abad ke-15 orang-orang Portugis mulai mengadakan kegiatan


penjelajahan samudera untuk mencari rute perdagangan rempah-rempah menuju
Asia (Nusantara). Dengan ekspidisi pertama dipimpin oleh Bartholomeaus Diaz
pada tahun 1486 yang sampai di ujung Selatan Benua Afrika. Dan ekspedisi
kedua pada tahun 1498 yang dipimpin oleh Vasco Da Gama yang berlayar
sampai Kalikut (India). Ekspedisi-ekspedisi Portugis banyak dilakukan, hingga
sampailah di Asia Tenggara pada tahun 1509. Ekspedisi dilakukan karena Raja
Ferdinand II ingin membangun bandar-bandar Pelabuhan yang ramai dibawah
kekuasaan Portugis.

Setelah berhasil menguasai Goa di India, Portugis mulai


mengembangkan emperialismenya ke wilayah Asia Tenggara. Dibawah Jendral
Alfonso de Albuquerque, Portugis akhirnya berhasil merebut Malaka pada tahun
1511. Hal itu justru membawa hikmah bagi Aceh. Banyak para pedagang Islam
yang mengalihkan kegiatan perdagangannya dari Malaka ke Aceh. Dengan
demikian, perdagangan di Aceh semakin ramai dan Aceh menjadi pusat
perdagangan.

Perkembangan Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis


sebagai ancaman. Oleh karena itu, Portugis berupaya untuk menghancurkan
Aceh. Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh. Beberapa
serangan Portugis mengalami kegagalan. Namun, Portugis terus mencari cara
untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat perdagangan. Kapal-kapal
Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh dimanapun berada.
Hingga, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka.
Portugis harus bertahan mati-matian di Benteng Formosa untuk mengalahkan
Aceh. Sebagai balasan, pada tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi
serangan Portugis ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh.

Hingga sampailah pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada


tahun 1607, Sultan Iskandar Muda naik tahta di Kerajaan Aceh Darussalam yang
bergelar Sultan Iskandar Muda Dharmawangsa Perkasa Alamsyah. Pada masa
pemerintahannya, beliau berhasil membina Kerajaan Aceh dan memulai
perjuangannya secara bertahap melawan Imperialisme Portugis. Dengan
mempersatukan wilayah di Semenanjung Melayu seperti Johor (1613), Pahang
(1618), Kedah (1619), dan Patani (1629). Serta, mempertuan Kerajaan Aceh
Darussalam.

Lalu, pada periode abad ke-16 Kerajaan Aceh telah membentuk


persatuan (aliansi) dengan Kerajaan Demak. Dimana pada saat itu Kerajaan
Demak telah mempunyai armada laut yang berpusat di Jepara dan berfungsi
2
sebagai pintu gerbang komunikasi serta pusat perdagangan di pulau Jawa. Dari
sinilah, armada Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Pati Unus selama dua
periode antara tahun 1621-1651 telah mengadakan penyerangan terhadap
Portugis di Malaka. Demikian pula dengan Kerajaan Islam yang berada di
wilayah bagian Timur Nusantara, mereka saling bekerjasama melawan
imperialisme Portugis.
Penyerangan terhadap imperialisme Portugis dimulai pada tahun 1615.
Serangan pertama armada Kerajaan Aceh tersebut, dipimpin oleh Sri Maharaja
dan Lela Wangsa yang berhasil mendarat di Malaka. Penyerangan tersebut
ternyata berhasil menghalau kembali armada. Karena pada saat itu, Portugis
mendapat bantuan dari sekutunya. Namun, Kerajaan Aceh tidak menyerah
begitu saja. Mereka melakukan usaha kedua pada tahun 1629, dengan
mempersiapkan armada yang terdiri dari 236 kapal perang dan 20.000 tentara
yang berhasil mendarat di Malaka setelah melalui pertempuran dengan tentara
Portugis di laut. Penyerangan itu membuahkan hasil, pasukan Kerajaan Aceh
berhasil menguasai Sebagian besar Kota Malaka. Dan akhirnya, pasukan
Kerajaan Aceh melakukan pengepungan selama 5 bulan pada tantara Portugis.
Namun, karena kurangnya tambahan perbekalan dan tentara dari pusat, kekuatan
pasukan Kerajaan Aceh pun melemah. Sehingga, pasukan Kerajaan Aceh harus
ditarik kembali dari Malaka. Namun, Kerajaan Aceh dibawah pimpinan Sultan
Iskandar Muda tetap meneruskan perjuangannya dengan melakukan
penyergapan dan menghancurkan setiap kapal-kapal Portugis yang berusaha
menyusup ke Aceh.

Dalam Bidang Ekonomi

Dalam bidang ini, Sultan Iskandar Muda berpedoman bahwa suatu


kerajaan akan menjadi kuat setelah ekonomi kerajaan tersebut juga kuat. Adapun
cita-citanya yaitu berusaha menjadikan Kerajaan Aceh sebagai pusat
perdagangan Internasional. Karena, di wilayah Aceh sendiri telah terdapat
pelabuhan yang strategis seperti Susoh yang sebelumnya merupakan pusat
perdagangan lada dan galangan kapal dari berbagai daerah. Sedangkan
Meulaboh dan Daya merupakan pusat pertambangan emas.

Demi mewujudkan cita-citanya, Sultan Iskandar Muda rela menghadapi


persaingan dagang dengan Portugis yang saat itu sedang berkedudukan di
Malaka. Dengan berusaha merebut pasar lada di wilayah Sumatera dan
menguasai pesisir Sumatera sampai Bangka Hulu. Karena, daerah ini merupakan
penghasil lada dari Sungai Kampar. Dan Kerajaan Aceh telah menjadi pusat
perdagangan terbesar di Asia Tenggara sejak tahun 1623.

Dalam Bidang Keagamaan

Dalam bidang ini, Sultan Iskandar Muda berusaha mengembangkan


Kerajaan Aceh Darussalam sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara. Di
wilayah Kerajaan Aceh beliau berhasil membangun masjid-masjid seperti
Masjid Baiturrahim di lingkungan istana. Selain itu, diketahui bahwa ternyata
Islam pertama kali dianut oleh Masyarakat di Nusantara yaitu di wilayah Aceh.

2
Sehinga dalam perkembangannya, Aceh merupakan pusat penyebaran dan
tempat untuk memperdalam agama Islam. Maka, tidaklah berlebihan jika
seorang ulama Aceh yaitu Nurrudin Arraniry memberi sebutan Aceh dengan
istilah Serambi Mekah.

C. SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN SEBAGAI


PAHLAWAN
Atas jasanya kepada negara, Sultan Iskandar Muda dianugerahi gelar Pahlawan
Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.077/TK/Tahun 1993.

Anda mungkin juga menyukai