Anda di halaman 1dari 13

Kerajaan Samudra Pasai

6. KEHIDUPAN POLITIK
Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh, sebagai raja
pertama yang memerintah tahun 1285 1297. Pada masa pemerintahannya, datang seorang musafir
dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah
maka dapat diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat,
maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan
Malik al-Tahir I (1297 1326). Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga
bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai
berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun
Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345
dapat diketahui Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur
secara India dan patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak
banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir
III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam.
Dengan demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai
tidak diketahui secara jelas. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham
simak uraian materi berikutnya.
7. KEHIDUPAN EKONOMI
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim, dan
bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka.
Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie,
Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir
II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batulah.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan untuk
kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan
Deureuham (dirham).
8. KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan
perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan
yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf
Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang
kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut
adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M.
HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu
tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan bukubukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka.
Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam
posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.
Kerajaan Aceh
b.

Kehidupan Politik

Berdasarkan Bustanus salatin ( 1637 M ) karangan Naruddin Ar-Raniri yang berisi silsilah
sultan sultan Aceh, dan berita berita Eropa, Kerjaan Aceh telah berhasil membebaskan diri dari
Kerajaan Pedir. Raja raja yang pernah memerintah di Kerajaan Aceh :
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Adalah raja kerajaan Aceh yang pertama. Ia memerintah tahun 1514 1528 M. Di
bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh melakukn perluasan ke beberapa daerah yang
berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan
bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
2. Sultan Salahuddin
Setelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemeintahan beralih kepada putranya yg bergelar
Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528 1537 M, selama menduduki tahta
kerajaan ia tidak memperdulikan pemerintahaan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai
goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oelh karena itu, Sultan Salahuddin
digantiakan saudaranya yg bernama Alauddin Riayat Syah al-Kahar.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
Ia memerintah Aceh dari tahun 1537 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk
perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemeintahan Kerajaan Aceh.
Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah
kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap Kerajaan Malaka ( tetapi gagal ).
Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki. Pada masa pemerintahaannya, kerajaan Aceh
mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi.
4. Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 16 36 M. Di bawah
pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh tumbuh menjadi
kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahakn menjadi bandar transito yg
dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia barat.
Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Ace, Sultan Iskandar Muda meneruskan
perjuangan Aceh dgn menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya.
Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah
daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda juga menolak permintaan Inggris dan
Belanda untuk membeli lada di pesisir Sumatera bagian barat. Selain itu, kerajaan Aceh

melakukan pendudukan terhadap daerah daerah seperti Aru, pahang, Kedah, Perlak,
dan Indragiri, sehingga di bawah pemerintahannya Kerajaan aceh memiliki wilayah yang
sangat luas.
Pada masa kekeuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Ace, yaitu
Syech Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim as-Syamsi. Setelah
Sultam iskandar Muda wafat tahta Kerajaan Aceh digantikan oleh menantunya, Sultan
Iskandar Thani.
5. Sultan Iskandar Thani.
Ia memerinatah Aceh tahun 1636 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia
melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya,
muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri. Ia menulis buku sejarah
Aceh berjudul Bustanussalatin.Sebagai ulama besar, Nuruddin ar-Raniri sangat di
hormati oleh Sultan Iskandar Thani dan keluarganya serta oleh rakyat Aceh. Setelah
Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerjaan di pegang oleh permaisurinya ( putri Sultan
Iskandar Thani ) dgn gelar Putri Sri Alam Permaisuri ( 1641-1675 M ).
c.

Kehidupan Ekonomi

Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh bekembang pesat. Dearahnya yg subur


banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah daerah pantai timur dan barat
Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di
Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.
Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yg merupakan jalan dagang internasional. Selain
bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina,
Jepang, juga berdagang dgn Aceh. Barang barang yg di ekspor Aceh seperti beras, lada ( dari
Minagkabau ), rempah rempah ( dari Maluku ). Bahan impornya seperti kain dari Koromendal
( india ), porselin dan sutera ( dari Jepang dan Cina ), minyak wangi ( dari Eropa dan Timur Tengah
). Kapal kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah.
d.

Kehidupan Sosial

Meningkatnya kekmakuran telah mneyebabkan berkembangnya sisitem feodalisme & ajaran


agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yg memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil
disebut golongan Teuku,sedabg kaum ulama yg memegang peranan penting dlm agama disebut
golongan Teungku.Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yg

kemudian melemahkan aceh. Sejak berkuasanya kerajaan Perlak ( abad ke-12 M s/d ke-13 M )
telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dgn Sunnah Wal Jammaah. Tetapi pd masa
kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan & berkembang sampai di
daera daerah kekuasaan Aceh.
Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yg di teruskan oleh muridnya yg bernama
Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Mud wafat, aliran Sunnah wal Jamaah
mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jamaah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yg
berjudul Bustanussalatin( taman raja raja dan berisi adat istiadat Aceh besrta ajarn agama
Islam )
e.

Kehidupan Budaya

Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang kebudayaan.
Walupun ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk sepesat perkembangan dalam
ativitas perekonomian. Peninggalan kebuadayaan yg terlihat nyata adala Masjid Baiturrahman.
Kerajaan Malaka
b. Kehidupan Politik
Raja pertama sekaligus pendiri adalah Iskandar Syah. Pada masa
pemerintahannya, berkembang sebagai salah satu kerajaan islam terbesar dan
disegani di Asia Tenggara. Kerajaan Malaka mencapai kejayaan pada masa
Sultan Mansyur Syah. Malaka berhasil menjadi pusat perdagangan dan
penyebaran islam di Asia Tenggara.
Kerajaan Malaka mengalami kemunduran pada masa Sultan Alauddin
Syah. Banyak daerah taklukan kerajaan Malaka melepaskan diri. Perang dan
perombakan banyak terjadi di kerajaan yang berada di bawah kekuasaan
Malaka.
a. Kehidupan Ekonomi
Sejak Kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional yang
melalui Selat Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan melemahnya
kekuatan Majapahit dan Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak
memiliki persaingan dalam perdagangan. Tidak adanya saingan di
wilayah tersebut, mendorong
kerajaan Malaka membuat aturan-aturan bagi kapal yang sedang
melintasi dan berlabuh di Semenanjung Malaka. Aturan tersebut
adalah diberlakukan pajak bea cukai untuk setiap barang yang datang
dari wilayah barat (luar negeri) sebesar 6% dan upeti untuk pedagang
yang berasal dari wilayah Timur (dalam negeri). Tingkat keorganisasian
pelabuhan ditingkatkan dengan membuat peraturan tentang syaratsyarat kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan nama jabatan dan
tanggungjawab bagi kapal-kapal yang sedang berlabuh, dan
sebagainya.

Raja dan pejabat kerajaan turut serta dalam perdagangan dengan


memiliki kapal dan awak-awaknya. Kapal tersebut disewakan kepada
pedagang yang hendak menjual barangnya ke luar negeri. Selain
peraturan-peraturan
tentang
perdagangan,
kerajaan
Malaka
memberlakukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam
perdagangan dan diplomatik.
b. Kehidupan Sosial
Dalam pemerintahannya, raja menunjuk seorang patih untuk
mengurusi kerajaan, dari patih diteruskan kepada bawahannya yang
terdiri dari bupati, tumenggung, bendahara raja, dan seterusnya.
Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai
wilayah tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan
urusan perkapalan diurus oleh laksamana. Kekayaan para raja dan
pejabat kerajaan semakin bertambah akibat dari penarikan upeti dan
usaha menyewakan kapal. Uang yang didapat dipakai untuk
membangun istana kerajaan, membuat mesjid, memperluas
pelabuhan, dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang
cenderung mewah.
Gejala timbulnya kecemburuan sosial disebabkan oleh dominasi para
bangsawan dan pedagang dalam kehidupan bermasyarakat. Hal inilah
yang menjadi penyebab lemahnya Kerajaan Malaka.
Kerajaan Demak
a. Kehidupan Politik
1) Raden Patah (14751518)
Dengan bantuan daerah-daerah lain yang masuk Islam, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah
pada tahun 1475 berhasil mendirikan Kerajaan Demak, yang merupakan kerajaan Islam pertama di
Jawa. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir)
dengan putri Campa. Raden Patah semula diangkat menjadi bupati oleh Kerajaan Majapahit di Bintoro
Demak dengan gelar Sultan Alam Akhbar al Fatah.
Dalam upaya mengembangkan kekuasaan dan menguasai per- dagangan nasional dan internasional
maka pada tahun 1513, Demak melancarkan serangan ke Malaka di bawah pimpinan Adipati Unus
(Pangeran Sabrang Lor). Namun, serangan tersebut gagal. Di lingkungan kerajaan, para wali berperan
sebagai pendamping dan sekaligus sebagai penasehat raja, khususnya Sunan Kalijaga. Ia banyak
memberikan sa- ran-saran sehingga Demak berkembang menjadi mirip kerajaan teokrasi, yaitu
kerajaan atas dasar agama.
2) Sultan Trenggono (15211546).
Adipati Unus (15181521 ) menggantikan ayahnya (Raden Patah) untuk menjalankan roda
pemerintahan. Ia lebih dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor (gelar yang diterima sebab pernah
mengadakan serangan ke utara/Malaka). Adipati Unus meninggal tanpa meningalkan putra sehingga
seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen. Akan tetapi, pangeran ini dibunuh
oleh kemenakannya sehingga yang menggantikan takhta Demak adalah adik Adpati Unus yang lain,
yakni Pangeran Trenggono. Ia setelah naik takhta Demak bergelar Sultan Trenggono.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya
sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa
Timur. Tindakan-tindakan penting yang pernah dilakukan Sultan Treng- gono adalah sebagai berikut:
a) menegakkan agama Islam;
b) membendung perluasan daerah yang dilakukan oleh Portugis;

c) menguasai dan mengislamkan Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa (Perluasan ke wilayah Jawa
Barat ini dipimpin oleh Fatahilah (Faletehan) yang kemudian menurunkan raja-raja Banten).
d) berhasil menakhlukkan Mataram, Singasari, dan Blambangan.
Sultan Trenggono gugur (1546) ketika berusaha menaklukkan Pasuruan. Wafatnya Sultan Trenggono
memberi peluang kepada ketu- runan Pangeran Sekar Seda Lepen yang merasa berhak atas takhta
Kerajaan Demak untuk merebut takhta. Tokoh ini ialah Aria Penangsang yang menjadi bupati di
Jipang (Blora). Keluarga Sultan Trenggono dengan tokohnya Pangeran Prawoto berusaha untuk
menggantikan ayahnya sehingga terjadi perebutan kekuasaan.
Perang saudara ini berlangsung selama beberapa tahun yang akhirnya memunculkan Joko Tingkir,
menantu Sultan Trenggono yang
berasal dari Pajang, menaiki takhta
sebagai raja dengan gelar Sultan Hadiwi- joyo (15521575).
b. Kehidupan Ekonomi
Dilihat dari segi ekonomi, Demak sebagai kerajaan maritim, menjalankan
fungsinya sebagai penghubung atau transit daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan
Malaka sebagai pasaran di bagian barat. Perekonomian Demak dapat berkembang dengan pesat di
dunia maritim karena didukung oleh penghasil dalam bidang agraris yang cukup besar.
c. Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial Demak diatur oleh hukum-hukum Islam, namun juga masih menerima tradisi lama.
Dengan demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang telah mendapat pengaruh Islam.
Di bidang budaya, terlihat jelas dengan adanya pembangunan Masjid Agung Demak yang terkenal
dengan salah satu tiang utamanya terbuat dari kumpulan sisa-sisa kayu yang dipakai untuk membuat
masjid itu sendiri yang disebut soko tatal. Di pendapa (serambi depan masjid) itulah Sunan Kalijaga
(pemimpin pembangunan masjid) meletakkan dasar-dasar syaha- datain (perayaan Sekaten).
Tujuannya ialah untuk memperoleh banyak
pengikut agama Islam. Tradisi Sekaten itu sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta,
Surakarta, dan Cirebon.
Kerajaan Pajang

Kehidupan Budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan
Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi lumbung beras pada
abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah
pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental
sehingga masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguhsungguh.
Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di
Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati
Surabaya. Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama

antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.


Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung
beras dalam abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di dataran rendan
tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng dengan bengawan sala. Irigasi berjalan
lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di
Pajang maju.
Kehidupan Politik
Arya Penangsang membuat saluran air melingkari Jipang Panolan dan
dihubungkan dengan Bengawan Solo. Karena pada sore hari air Bengawan Solo pasang
maka air di saluran juga mengalami pasang. Oleh karena itu saluran tersebut dikenal
dengan nama Bengawan Sore. Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon kepada Sunan
Kudus agar para sepuh, Wali sebagai ulama dapat menempatkan diri sebagai orang tua
Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru Sultan Hadiwijaya, mengundang Sultan
untuk datang ke Kudus untuk mendinginkan suasana. Pada saat itu terjadi perang mulut
antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan mereka saling menghunus keris.
Kerajan Banten

Kehidupan Politik Kerajaan Banten


Pada awal berkembangnya masyarakat pantai Banten, Banten merupakan daerah kekuasaan Kerajaan
Pajajaran. Namun pada tahun 1524 wilayah Banten berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak di bawah
pimpinan Syarif Hidayatullah. Pada waktu Demak terjadi perebutan kekuasaan, Banten melepaskan
diri dan tumbuh menjadi kerajaan besar.
Setelah itu, kekuasaan Banten diserahkan kepada Sultan Hasanudin, putra Syarif Hidayatullah. Sultan
Hasanudin dianggap sebagai peletak dasar Kerajaan Banten. Banten semakin maju di bawah
pemerintahan Sultan Hasanudin karena didukung oleh faktor-faktor berikut ini:
Letak Banten yang strategis terutama setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Banten
menjadi bandar utama karena dilalui jalur perdagangan laut.
Banten menghasilkan rempah-rempah lada yang menjadi perdagangan utama bangsa Eropa
menuju Asia.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Hal-hal
yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan Banten adalah sebagai
berikut:
Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah perdagangan Banten berkembang sampai ke
bagian selatan Pulau Sumatera dan sebagian wilayah Pulau Kalimantan.
Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional yang mempertemukan pedagang
lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak murid yang belajar agama
Islam ke Banten.

Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel.


Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten dapat kita saksikan hingga sekarang di
wilayah Pantai Teluk Banten.
Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan. Kekuatan ekonomi Banten
didukung oleh pasukan tempur laut untuk menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara
dan serangan pasukan asing dari Eropa.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di
Indonesia. Kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat di bawah kepemimpinannya.
Namun akhirnya VOC menjalankan politik adu domba antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan Haji.
Berkat politik adu domba tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian berhasil ditangkap dan
dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1629 Masehi.

b. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Banten berada pada posisi yang strategis dalam perdagangan
internasional. Berkuasanya Portugis di Malaka mendorong Banten
untuk membuat pelabuhan di tepi Selat Sunda dan Teluk Banten,
pelabuhan ini dipakai untuk ekspor lada yang akan dikirim ke luar
negeri. Untuk menambah ekspor lada, Maulana Yusuf melakukan
penaklukan ke Lampung. Dengan ditaklukkannya Lampung sebagai
penghasil lada terbesar mampu meningkatkan ekspor ke luar negeri
dan meningkatkan perekonomian.

Kehidupan Sosial Kesultanan Banten


Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa selain Kerajaan Demak,
Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan Mataram Islam. Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan
ajaran-ajaran yang berlaku dalam agama Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa,
kehidupan sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena sultan memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya. Usaha yang ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa adalah menerapkan
sistem perdagangan bebas dan mengusir VOC dari Batavia.
Menurut catatan sejarah Banten, Sultan Banten termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW sehingga
agama Islam benar-benar menjadi pedoman hidup rakyat. Meskipun agama Islam mempengaruhi
sebagian besar kehidupan Kesultanan Banten, namun penduduk Banten telah menjalankan praktek
toleransi terhadap keberadaan pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah
klenteng di pelabuhan Banten pada tahun 1673.

Kehidupan Budaya Kesultanan Banten


Masyarakat yang berada pada wilayah Kesultanan Banten terdiri dari beragam etnis yang ada di
Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa, Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut
memberi pengaruh terhadap perkembangan budaya di Banten dengan tetap berdasarkan aturan agama
Islam. Pengaruh budaya Asia lain didapatkan dari migrasi penduduk Cina akibat perang Fujian tahun
1676, serta keberadaan pedagang India dan Arab yang berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan seni bangunan Masjid Agung Banten yang
dibangun pada abad ke-16. Selain itu, Kerajaan Banten memiliki bangunan istana dan bangunan
gapura pada Istana Kaibon yang dibangun oleh Jan Lucas Cardeel, seorang Belanda yang telah
memeluk agama Islam. Sejumlah peninggalan bersejarah di Banten saat ini dikembangkan menjadi
tempat wisata sejarah yang banyak menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Kerajaan Mataram Islam
Kehidupan Politik
Pendiri kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan Senopati, memerintah tahun

(1586 1601). Pada awal pemerintahannya ia berusaha menundukkan daerah-daerah seperti


Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan Cirebon serta Galuh. Sebelum usahanya untuk memperluas dan
memperkuat kerajaan Mataram terwujud, Sutawijaya digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang yang
bergelar Sultan Anyakrawati tahun 1601 1613. Sebagai raja Mataram ia juga berusaha meneruskan
apa yang telah dilakukan oleh Panembahan Senopati untuk memperoleh kekuasaan Mataram dengan
menundukkan daerah-daerah yang melepaskan diri dari Mataram. Akan tetapi sebelum usahanya
selesai, Mas Jolang meninggal tahun 1613 dan dikenal dengan sebutan Panembahan Sedo Krapyak.
Untuk selanjutnya yang menjadi raja Mataram adalah Mas Rangsangyang bergelar Sultan Agung
Senopati ing alogo Ngabdurrahman, yang memerintah tahun 1613 1645. Sultan Agung merupakan
raja terbesar dari kerajaan ini. Pada masa pemerintahannya Mataram mencapai puncaknya, karena ia
seorang raja yang gagah berani, cakap dan bijaksana.
Pada tahun 1625 hampir seluruh pulau Jawa dikuasainya kecuali Batavia dan Banten.Di
samping mempersatukan berbagai daerah di pulau Jawa, Sultan Agung juga berusaha mengusir VOC
Belanda dari Batavia. Untuk itu Sultan Agung melakukan penyerangan terhadap VOC ke Batavia pada
tahun 1628 dan 1629 akan tetapi serangan tersebut mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan
serangan terhadap VOC antara lain karena jarak tempuh dari pusat Mataram ke Batavia terlalu jauh
kira-kira membutuhkan waktu 1 bulan untuk berjalan kaki, sehingga bantuan tentara sulit diharapkan
dalam waktu singkat. Dan daerah-daerah yang dipersiapkan untuk mendukung pasukan sebagai
lumbung padi yaitu Kerawang dan Bekasi dibakar oleh VOC, sebagai akibatnya pasukan Mataram
kekurangan bahan makanan. Dampak pembakaran lumbung padi maka tersebar wabah penyakit yang
menjangkiti pasukan Mataram, sedangkan pengobatan belum sempurna. Hal inilah yang banyak
menimbulkan korban dari pasukan Mataram. Di samping itu juga sistem persenjataan Belanda lebih
unggul dibanding pasukan Mataram.
Untuk selanjutnya silahkan Anda diskusikan dengan teman-teman Anda mencari penyebab
kegagalan yang lain serangan Mataram ke batavia. Hasil diskusi Anda dapat dikumpulkan pada guru
bina Anda dan kemudian lanjutkan menyimak uraian materi selanjutnya. Walaupun penyerangan
terhadap Batavia mengalami kegagalan, namun Sultan Agung tetap berusaha memperkuat penjagaan
terhadap daerah-daerah yang berbatasan dengan Batavia, sehingga pada masa pemerintahannya VOC
sulit menembus masuk ke pusat pemerintahan Mataram. Setelah wafatnya Sultan Agung tahun 1645,
Mataram tidak memiliki raja-raja yang cakap dan berani seperti Sultan Agung, bahkan putranya
sendiri yaitu Amangkurat I dan cucunya Amangkurat II, Amangkurat III, Paku Buwono I, Amangkurat
IV, Paku Buwono II, Paku Buwono III merupakan raja-raja yang lemah. Sehingga pemberontakan
terjadi antara lain Trunojoyo 1674-1679, Untung Suropati 1683-1706, pemberontakan Cina 17401748.
Kelemahan raja-raja Mataram setelah Sultan Agung dimanfaatkan oleh penguasa daerah
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mataram juga VOC. Akhirnya VOC berhasil juga menembus ke
ibukota dengan cara mengadu-domba sehingga kerajaan Mataram berhasil dikendalikan VOC. VOC
berhasil menaklukan Mataram melalui politik devide et impera, kerajaan Mataram dibagi dua melalui
perjanjian Gianti tahun 1755. Sehingga Mataram yang luas hampir meliputi seluruh pulau Jawa
akhirnya terpecah belah :
1. Kesultanan Yogyakarta, dengan Mangkubumi sebagai raja yang bergelar Sultan Hamengkubuwono
I.
2. Kasunanan Surakarta yang diperintah oleh Sunan Paku Buwono III.
Belanda ternyata belum puas memecah belah kerajaan Mataram. Akhirnya melalui politik adu-domba
kembali tahun 1757 diadakan perjanjian Salatiga. Mataram terbagi 4 wilayah yaitu sebagian Surakarta
diberikan kepada Mangkunegaran selaku Adipati tahun 1757, kemudian sebagian Yogyakarta juga
diberikan kepada Paku Alam selaku Adipati tahun 1813.
Demikianlah perkembangan politik kerajaan Mataram. Untuk menambah pemahaman Anda, buatlah
silsilah raja-raja Mataram dari awal berdirinya Mataram sampai tahun 1757. Sebagai referensinya
Anda dapat membaca buku Sejarah Nasional
Kehidupan Ekonomi
Letak kerajaan Mataram di pedalaman, maka Mataram berkembang sebagai kerajaan agraris yang
menekankan dan mengandalkan bidang pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan tetap

diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah pesisir. Dalam bidang
pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan yang luas terutama di Jawa Tengah, yang
daerahnya juga subur dengan hasil utamanya adalah beras, di samping kayu, gula, kapas, kelapa dan
palawija. Sedangkan dalam bidang perdagangan, beras merupakan komoditi utama, bahkan menjadi
barang ekspor karena pada abad ke-17 Mataram menjadi pengekspor beras paling besar pada saat itu.
Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat karena didukung oleh hasil bumi
Mataram yang besar. Dari penjelasan tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham,
bandingkan dengan uraian materi selanjutnya.
Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai kerajaan yang bersifat agraris, masyarakat Mataram disusun berdasarkan sistem feodal.
Dengan sistem tersebut maka raja adalah pemilik tanah kerajaan beserta isinya. Untuk melaksanakan
pemerintahan, raja dibantu oleh seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang mendapatkan upah
atau gaji berupa tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa
(bekel) dan yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat atau petani penggarap dengan
membayar pajak/sewa tanah. Dengan adanya sistem feodalisme tersebut, menyebabkan lahirnya tuantuan tanah di Jawa yang sangat berkuasa terhadap tanah-tanah yang dikuasainya. Sultan memiliki
kedudukan yang tinggi juga dikenal sebagai panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan.
Sedangkan dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni sastra berkembang
pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana
maupun tempat ibadah. Contohnya gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten)
diperkirakan dibuat pada masa Sultan Agung.
Contoh lain hasil perpaduan budaya Hindu-Budha-Islam adalah penggunaan kalender Jawa, adanya
kitab filsafat sastra gending dan kitab undang-undang yang disebut Surya Alam. Contoh-contoh
tersebut merupakan hasil karya dari Sultan Agung sendiri.
Kerajaan Goa dan Tallo
b. Kehidupan Politik
Perkembangan pesat Kerajaan Makassar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memertntah seperti:
Ra|aAlaudin Dalam abad ke-17 M, agama Islam berkembang cukup pesat di Sulawesi Selatan. Raja
Makassar yang pertama memeluk agama Islam bernama Raja Alaudin yang memerintah Makassar dari
tahun 1591-1638 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia
pelayaran-perdagangan (dunia maritim). Perkembangan ini menyebabkan meningkatnya kesejahteraan
rakyat Kerajaan Makassar. Namun setelah wafatnya Raja Alauddin, keadaan pemerintahan kerajaan
tidak dapat diketahui dengan pasti.
Sultan Hasanuddin Pada masa peme-rintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai masa
kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat, Kerajaan Makassar telah berhasil menguasai hampir
seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan Hasanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur
perdagang-an Nusantara, mendorong perluasan ke-kuasannya ke kepulauan Nusa Tenggara, seperti
Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian, seluruh aktivitas pelayaran perdagangan yang
melalui Laut Flores harus singgah lebih dulu di ibukota Kerajaan Makassar.
Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku dengan
pusatnya Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar.
Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan
Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di
Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan
kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur".
Dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone,
dengan rajanya Arung Palaka. Dengan bantuan Arung Palaka, pasukan Belanda berhasil mendesak
Kerajaan Makassar dan menguasai ibukota kerajaan. Akhimya dilanjutkan dengan Perjanjian Bongaya
(1667 M).
Mapasomba Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama
Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan
Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar tetap dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih

keras dari ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghadapi
Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil di-hancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. Dengan
kemenangan itu, akhirnya Belanda berkuasa atas Kerajaan Makassar.
Kehidupan Ekonomi
Seperti yang telah Anda ketahui bahwa kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan
berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa
faktor seperti letak yang strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh jatuhnya Malaka
ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah ke
Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang
datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan
ADE ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE (ket : artinya apa), sehingga dengan adanya
hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan
yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar
juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang.
Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang
merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan
Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa
Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa
Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa
Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal
yang berasal dari Minangkabau.
Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam, sehingga bukan rakyat saja
yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo,
Soppeg, dan Bone. Wajo menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam
bergelar Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam
mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma
adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan
agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap
norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri

dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
Anakarung/Karaeng, sedangkan rakyat kebanyakan disebut to Maradeka dan masyarakat lapisan
bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan Ata.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya
yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang
dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo
merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

Kerajaan Ternate dan Tidore


A. KEHIDUPAN EKONOMI
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan
pala. Pada abad XIV, kerajaan Ternate mulai maju karena berkembangnya perdagangan
rempah-rempah.1 Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku
mengakibatkan terbentuknya persekutuan.2
B. KEHIDUPAN SOSIAL
Kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Sultan Sairun adalah tokoh yang paling keras melawan
orang Portugis dan usaha Kristenisasi di Maluku. Tokoh missi Katholik yang pertama di
Maluku ialah Fransiscus Zaverius tahun 1546 M, ia berhasil mengkhatolikkan sebagian
dari penduduk Maluku.3
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate
sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan
agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara
para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan
diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang
pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk
agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalahmasalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya
kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku
kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar,
namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat
Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan
menentang Kompeni Belanda.
1

Nur Huda, Islam Nusantara Ar-ruzz, tahun 2007, halaman 73.


Menurut Meilink-Roelofsz, 1962: 93-100, dalam kumpulan makah diskusi ternate sebagai Bandar di jalur
sutra, mengatakan bahwa Ternate dan wilayah Maluku pada umumnya merupakan wilayah penghasil
rempah-rempah paling utama yang antara lain menyebabkan wilayah tersebut juga menjadi ajang
potensial pertarungan kepentingan hegemoni ekonomi, yang pada akhirnya bermuara pada pertarungan
politik/militer.
3
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam, tahun 2006, halaman 143.
2

C. KEHIDUPAN POLITIK
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai
pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti
persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis langsung
memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis mengira ternate lebih kuat.
Bagaimanapun kehadiran para pedaganag Portugis di Ternate dirasakan kerajaan Ternate
merugikan karena monopoli perdagangan sehingga kerap menimbulkan pemberontakan
terhadap kedudukan Portugis di Ternate, terlebbih pada masa Antonio Galvao menjadi
Gubernur Portugis di Maluku (1536-1540).
* Sultan Khairun
Untukdapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang
di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama di benci oleh
rakyat dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh karena itu Sultan Khairun secara terangterangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis. Pada tahun 1565 Sultan
Khairun dengan rakyatnya mengadakan penyerangan-penyerangan terhadap Portugis
karena hampir terdesak pihak Portugis melakukan penipuan dengan dalih untuk
mengadakan perundingan tetapi tternyata Sultan Khairun dibunuh tahun 1570 yang
menebabkakn makin marahnya rakyat Ternate.4
* Sultan Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1577
M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng, menyingkir ke pulau dekat
Tahulu tidak jauh dari Tidore, tetapi tetap diganggu oleh Ternate agar menyingkir dari
tempat itu. Sultan Baabullah menyatakan dirinya sebagai penguasa seluruh Maluku
bahkan mendapat pengakuan kekuasaannya samapai ke berbagai daerah Mindanao,
Manado, Sangihe, dan daerah-daerah Nusa Tenggara. Sultan Baabullah wafat pada
tahun1583, orang-orang Spanyol menyerang Ternate dan berhasil merebut benteng
Gamulamu di Ternate tahun 1606.
*Sahid Barkat
Sultan Ternate pada waktu itu Sahid Barkat ditangkap dan diminta agar menyerahkan
semua benteng-benteng yang ada kepada sekutu, agar tawanan orang-orang Kristen
dibebaskan, kemudian raja Ternate diasingkan dengan putra-putranya serta kaicil-kaicil
dibawah Manila. muncullah VOC Belanda.

Anda mungkin juga menyukai