Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam di Sumatera yang berkuasa dari abad
ke-13 hingga abad ke-16. Kesultanan Pasai didirikan oleh Marah Silu, yang setelah
masuk Islam bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Wilayah kerajaan ini menjadi daerah di
nusantara yang pertama kali dikunjungi oleh para pedagang dan pelayaran. Hal ini
dikarenakan letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan internasional, yakni di
pesisir utara Sumatera, tepatnya di dekat Kota Lhokseumawe, Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai kemudian berhasil mencapai puncak keemasan pada masa
pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir. Di bawah kekuasaan Sultan Samudera
Pasai ketiga yang berkuasa antara 1326-1345 M tersebut, kerajaan ini menjadi pusat
perdagangan internasional. Setiap tahunnya, Kerajaan Samudera Pasai mampu
mengekspor lada, sutra, kapur barus, dan emas dalam jumlah besar. Selain sebagai pusat
perdagangan, kerajaan ini juga menjadi pusat penyebaran agama Islam.
Dari sumber sejarah berupa catatan Ibnu Battutah, dapat dipastikan bahwa Kerajaan
Samudera Pasai berdiri lebih awal dibandingkan Dinasti Utsmani di Turki, kira-kira
pada 1297 M. Salah satu sumber sejarah kerajaan Samudera Pasai, yang menyebutkan
bahwa Samudera Pasai menjadi sebuah bandar dagang yang besar dan ramai adalah dari
tokoh yang bernama Marcopolo. Dalam catatannya, Marcopolo, seorang saudagar dari
Venesia, Italia, menyebut singgah di Samudera Pasai pada 1292 M. Marcopolo
menerangkan bahwa telah melihat keberadaan kerajaan Islam yang berkembang pada
waktu itu, yakni Samudera Pasai dengan ibukota di Pasai.
Setelah Nazimuddin Al-Kamil wafat dan Pasai dikuasai oleh Laksamana Johan Jani dari
Pulau We, Dinasti Mamaluk yang menggantikan Dinasti Fatimiyah berniat untuk
merebut kerajaan pendahulunya. Mereka kemudian mengutus pendakwah bernama
Syaikh Ismail dan Fakir Muhammad yang sebelumnya berdakwah di Pantai Barat India
untuk ke Pasai. Di Pasai, dua pendakwah tersebut bertemu dengan Marah Silu, salah
satu anggota angkatan perang Kerajaan Pasai. Syaikh Ismail dan Fakir Muhammad
berhasil membujuk Marah Silu untuk memeluk Islam dan mendirikan Kerajaan
Samudera, demi menandingi Pasai. Akhirnya Marah Silu masuk Islam dengan gelar
Sultan Malik Al-Saleh dan menjadi raja pertama Kerajaan Samudera. Kerajaan Samudera
terletak di kiri dari Sungai Pasai, menghadap ke arah Selat Malaka.
Sultan Malik Al-Saleh kemudian menikah dengan putri Ganggang Sari, keturunan Sultan
Aladdin Muhammad Amin dari Kerajaan Perlak. Sejak saat itulah dua kerajaan Islam ini
bergabung menjadi Kerajaan Samudera Pasai. Nama Samudera Pasai sebenarnya adalah
"Samudera Aca Pasai" yang berarti Kerajaan Samudera yang baik dengan ibu kota di
Pasai. Sultan Malik Al-Saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan
mengembangkan kerajaannya melalui perdagangan. Setelah Malik Al-Saleh wafat, takhta
kerajaan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad atau Malik Al Tahir
(1297-1326 M).
RAJA-RAJA YANG BERKUASA
1. Sultan Malik al-Saleh (1267-1297)
Sultan Malik al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Samudra Pasai. Dia adalah orang
dari bangsa Arab yang datang ke Sumatera pada abad ke-13. Sultan Malik memerintah
selama 30 tahun dan dikenal sebagai pendiri kerajaan Samudra Pasai. Selama masa
pemerintahannya, ia memperkenalkan agama Islam dan membangun banyak masjid.
Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi pusat perdagangan yang ramai karena
letaknya yang dekat dengan Selat Malaka, jalur perdagangan utama antara
Timur dan Barat. Kerajaan ini mengeluarkan mata uang sendiri berupa koin
emas dan perak yang bertuliskan kalimat syahadat². Koin-koin ini menyebar
hingga ke Afrika Timur dan menunjukkan pengaruh kerajaan ini di dunia
Islam.
.
PERKEMBANGAN DISETIAP BIDANG ILMU
A. Kehidupan Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia),
Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam
yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya
banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera
Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam. Jabatan Sultan Pasai kemudian
diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Sultan ini memiliki dua orang putra,
yaitu Malik al Mahmud dan Malik al Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh
Sayid Ali Ghiatuddin dan Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang
kemudian mewarisi takhta kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat
menjadi perdana menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe.
Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Malik al-Zahir I (1297
— 1302). Ia sering mendapat sebutan Sultan Muhammad. Pada masa pemerintahannya,
tidak banyak yang dilakukan. Kemudian takhta digantikan oleh Ahmad yang bergelar Al
Malik az-Zahir II. Pada masanya, Samudra Pasai dikunjungi oleh Ibnu Batutah, seorang
utusan dari Delhi yang sedang mengadakan perjalanan ke Cina dan singgah di sana.
Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai memiliki armada dagang yang sangat kuat.
Baginda raja yang bermazhab Syafi'i sangat kuat imannya sehingga berusaha
menjadikan Samudra Pasai sebagai pusat agama Islam yang bermazhab Syafi'i.
Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil
menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah
Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh
Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.
Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
B. Kehidupan Eknomi
C. Kehidupan Sosial-Budaya
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap beberapa lama
untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para pedagang dari berbagai
bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan penduduk setempat. Kesempatan itu
digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab untuk menyebarkan
agama Islam. Dengan demikian, kehidupan sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang
perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.
Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya
perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti
perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari
Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i.
Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat
setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan
adat istiadat setempat.
SEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN
1. Konflik keluarga
Penyebab keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Salah satu faktor internal penyebab runtuhnya Kerajaan
Samudera Pasai adalah adanya konflik keluarga kerajaan yang mulai terjadi pada akhir
abad ke-14.
Buntut dari konflik ini adalah perang saudara dan perebutan kekuasaan di dalam istana.
Untuk menyelesaikan konflik, Sultan Pasai mencari bantuan ke Kerajaan Malaka yang
awalnya membuahkan hasil. Akan tetapi, bantuan dari Kerajaan Malaka ini pada
akhirnya membawa dampak lain yang membuat Kerajaan Samudera Pasai semakin
dekat pada keruntuhannya.
Kerajaan Malaka berdiri pada awal abad ke-15 yang membuat munculnya pusat politik
dan perdagangan baru di Malaka yang lokasinya lebih strategis dibanding Samudera
Pasai. Hal ini juga yang membuat Kerajaan Samudera Pasai perlahan-lahan mulai
mengalami keruntuhan. Seiring berjalannya waktu, keberadaan Samudera Pasai di
kawasan Malaka mulai melemah akibat dominasi sektor perdagangan Kerajaan Malaka
di wilayah tersebut.
3. Diserang Portugis
Salah satu penyebab keruntuhan Samudera Pasai adalah penyerangan Portugis pada
abad ke 16. Pada 1511, Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albequerque menyerang
Malaka dengan membawa kekuatan 15 kapal dan 16.000 pasukan. Setelah berhasil
menaklukkan Malaka, Portugis mulai menguasai wilayah-wilayah strategis yang menjadi
pusat perdagangan di kawasan Selat Malaka, termasuk Samudera Pasai. Lama kelamaan,
Portugis pun menguasai sebagian besar wilayah Samudera Pasai yang menandai
runtuhnya kerajaan. Wilayah Kerajaan Samudera Pasai yang sudah runtuh karena
diserang Portugis jatuh ke tangan Kesultanan Aceh.
4. Diserang Majapahit
Faktor eksternal yang menjadi penyebab keruntuhan Samudera Pasai runtuh adalah
serangan dari Kerajaan Majapahit dari Jawa Timur. Samudera Pasai yang berhasil
menjadi pusat perdagangan strategis di Selat Malaka.
Alhasil, pada 1345-1350, Mahapatih Gajah Mada diperintah oleh Raja Majapahit, Hayam
Wuruk, untuk menyerang Kerajaan Samudera Pasai. Awalnya, Majapahit hanya
menyerang pada perbatasan Perlak, tetapi mereka gagal karena wilayah itu dijaga ketat
oleh pihak Samudera Pasai.
Akibatnya, Gajah Mada memilih mundur terlebih dulu sembari mencari strategi baru
untuk menyerang Samudera Pasai dari dua arah, yakni darat dan laut. Serangan darat
yang dilakukan Majapahit juga gagal, tetapi mereka berhasil membawa masuk pasukan
ke dalam istana setelah menginvasi lewat laut. Serangan Majapahit ini pun membuat
Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami kemunduran.