Disusun oleh :
Kelas : 12 IPS 3
Absen : 14
PENDAHULUAN
Setelah kedatangan Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya tumbuh
tumbuh dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan
Kalimantan.
Kerajaan islam di Sumatra yang dimulai dari berita awal abad ke-16 dari Tome Pires
dalam Sume Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa Sumatra, terutama disepanjang pesisir
selat Malaka dan pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun
yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Aceh, Bican, Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru,
Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongakal, Indragiri, Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman,
Minangkabau, Tiku, Panchur, dan Barus. Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tengah
mengalami perkembangan bahkan ada yang sedang mengalami keruntuhan karena pergeseran
politik satu dengan lainnya. Berdasarkan sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada
kerajaan Islam yang sudah tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu
Kerajaan Islam Samudra Pasai. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat
dipisahkan dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan
internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Sejak abad
ke-7 dan ke-8 Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri
Tmur Tengah mulai memegang peranan penting. Dari latar belakang inilah akan dibahas lebih
jauh mengenai kerajaan islam kedua di Indonesia yang sangat memiliki pengaruh terhadap
2. Seperti apa Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang?
3. Siapa saja Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai?
4. Bagaiamana keadaan Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai?
1. Tujuan umum penulisan ini adalah untuk menyelesaikan tugas Sejarah Mengenai Kerajaan
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Awal masuk Islam di Kerajaan
Samudra Pasai, Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang, Raja- raja
yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai, Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai,
D. Manfaat Penulisan
1. Siswa dalam menggali ilmu dan pengetahuan tentang kerajaan Samudra Pasai.
2. Sebagai bahan bacaan dalam menggali ilmu tentang Kerajaan Samudra Pasai.
BAB II
PEMBAHASAN
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7
dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya
ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada
abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton maupun di daerah
Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir
Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab,
Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di
Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur
Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-
Kamil adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia
ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia
mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan
dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu Kerajaan Pasai
juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti
Mamuluk yang bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai.
Selain untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai
pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir
Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya
dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail. Setelah
Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada
tahun 1285. Nama ini adalah gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah Silu.
Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda Rasulullah yang
menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah Merah Silu yang tanpa diajari
siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas dari itu, Malik As Saleh
kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham Syafi’i. Maka aliran paham di Kerajaan
Samudera Pasai yang semula Syiah berubah menjadi paham Syafi’I yang sunni.
kemunduran. Samudra Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara.
Samudra Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga sebagai pusat
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam mazhab
Syafi’i. Awalnya Sultan Malik Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari
Gujarat bersama-sama pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-
kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai Perlak dan Kerajaan
Samudra Pasai di muara Sungai Pasai. Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh berpindah
menjadi memeluk Islam bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang merupakan utusan
Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan Malik
a. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan
Malik al Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik
Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan angkatan perang
laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan Samudra Pasai masih
berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295, Sulthan malik al saleh menunjuk
anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan
b. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk
terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :
c. Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
d. Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga
merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga
berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri dari
selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah
Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar
Malaka.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan
dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah
Kerajaan Samudra Pasai ini merupakan kerajaan islam kedua sesudah Perlak. Sumber-
sumber sejarah mengenai kerajaan ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kerajaan
pertama. Disamping Hikayat, berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga meninggalkan
peninggalan arkeologis berupa prasasti yang dapat menjadi saksi utama mengenai telah
Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al Shaleh.
Hal ini diketahui dengan pasti dari prasasti yang terdapat dari batu nisan makamnya yang
menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada bulan Ramadhan 676 tahun
sesudah hijrah Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo ke negeri ini dalam
Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-Saleh.
Sebelum menjadi raja dan bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang marah dan bernama
Marahsilu. Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung. Putri Betung
mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu dibantun oleh Marah Gajah
keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu berhenti mengalir, maka menghilanglah Putri
Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja
Muhammad karena marah segera mengerahkan orang-orangnya untuk mencari dan menangkap
Marah Gajah. Marah Gajah yang takut karena kehilangan Putri Betung menyingkir dan meminta
perlindungan dari ayah angkatnya pula yang bernama Raja Ahmad. Ternyata Raja Muhammad
dan Raja Ahmad adalah dua orang bersaudara. Tetapi karena peristiwa Putri Betung d atas, maka
kedua orang bersaudara itu akhirnya berperang. Keduanya tewas dan Marah Gajah sendiri juga
tewas terbunuh dalam peperangan. Putri Betung meninggalkan dua orang putra yaitu Marah
Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup
mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu akhirnya dapat
merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ. Marah Slu mendirikan istana kerajaannya di atas
bukit yang banyak didiami oleh semut besar yang oleh rakyat di sekitarnya disebut Semut Dara
(Samudra). Itulah sebabnya maka negara itu kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita ketahui
bahwa agama Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada waktu itu adalah
mahzab Syafi’i di pantai timur Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang
beraliranmahzab Syafi’i pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra Utara
bersama Fakir Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh Ismail
berhasil menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk memeluk agama Islam
mahzab Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan Marah Silu sebagai Sultan pertama di
kerajaan Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut Marah Silu yang bernama
Sri Kaya dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab Syafi’i dan berganti nama pula menjadi Sidi
Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh Ismail ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia
digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Al Tahir
yang memerintah sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad Bahian Syah
Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra Pasai juga mendapat kunjungan
dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan
Delhi di India. Ia mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika melakukan
perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan Ibnu Batutah kita
dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika perkembangannya. Sebagai bandar
utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak didatangi oleh kapal-
kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal
Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi dari India dan Persia.
Keraton dan Istana Kerajaan Samudra Pasai dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia
dapat terlihat dari gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri
menggunakan gelar syah, sedang patihnya yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di
Puncak Kejayaan Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini ditandai
Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini ditandai dengan sudah
adanya mata uang yang diciptakan sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari emas, uang
ini dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai
menjadi pusat perdagangan internasional pada masa pemerintahan Sultan Malikul Dhahir,
dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor
lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur
barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-
impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju. Hubungan dagang dengan pedagang-
pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang -
pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai. Mereka
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan–aturan dan
hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah
Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera Pasai berkembang
sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab
yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang
kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis
tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun
1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk
menuliskan buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan
hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama
Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan
kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja. Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang
cukup luas, sehingga penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik dengan
Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua orang
untuk dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din. Selain dengan
Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri Timur
Tengah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli agama mulai dari
berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran) yang bernama Qadi Sharif Amir
Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan persahatan Kerajaan Samudra Pasai juga terjalin
Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Thahrir
Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai
menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan
Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau
Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam
meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang
mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru tersebut
yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan
Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di
Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra
Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan
Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu,
Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan
digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir.
Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang
akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa terjadinya perebutan
kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina. Beberapa faktor yang menyebabkan
runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang
yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. Karena pemberontakan
ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang
saudara yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan
Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta bantuan
kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan meredam pemberontakan. Namun
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit
dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada
periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada
1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu
Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Majapahit inilah
keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan
menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan
Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan rencana
tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam Samudera Pasai
santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan
Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada memulai aksinya pada 1350 dengan
beberapa tahapan.
karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada
tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai timur
yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya dan mendirikan
benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit Meutan atau Bukit
Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan
darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air.
Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di antara
Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena dihadang
oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang dilakukan lewat jalur laut
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena
Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu.
Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan
berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan sebelum akhirnya
perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan
peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli
sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan
Samudera Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting
dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan
munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera menjadi
primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama
setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau
dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan
Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi
kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah
orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera Pasai.
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah
satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian
utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera
Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim.
3) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat
Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih
Serangan Portugis
lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan
menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan
kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan dengan
Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru
angin. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak masuk dan
keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15 dikunjungi oleh para
saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini
Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-perjanjian
dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan untuk memperoleh
suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi semboyan orang-orang
Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya bermotif penyebaran agama akan
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan
agama Islam. Banyak makam – makam para pemimpin kerajaan Samudra Pasai yang
merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra Pasai. Beberapa makam terseut adalah :
PENUTUP
A. Simpulan
Kerajaan Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya
hancur. Kota Kerajaan di sebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera
Geudong Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase (Pasai) pada
masa kejayaannya sekitar abad ke 14 terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di
pantai Utara Aceh, yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra
Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo
Kab. Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir
Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab,
Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di
Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur
Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau