V. KEHIDUPAN AGAMA
Sesuai dengan berita dari Marco Polo dan Ibnu Battutah tentang
kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah, telah berperan penting dalam
proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu pula,
diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan
agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh
ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat
pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada
sang raja. Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas,
sehingga penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
a. Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik
At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah
teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-
pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat.
Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap
dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran
penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi
kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju.
Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh
Sultan Ali Mughayat Syah.
c. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang
sedang lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena
politik / kekuasaan) dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya
kerajaan Samudra Pasai runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah
menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan yang sering membantu
kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Stempel Kerajaan
Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir yang
merupakan Sultan Kedua Kerajaan Samudera Pasai. Dugaan tersebut
dilontarkan oleh oleh tim peneliti sejarah kerajaan Islam. Stempel ini
ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten
Aceh Utara. Stempel ini berukuran 2×1 centimeter, diperkirakan
terbuat dari bahan sejenis tanduk hewan. Adapun kondisi stempel
ketika ditemukan sudah patah pada bagian gagangnya. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa stempel ini sudah digunakan hingga masa
pemerintahan pemimpin terakhir Kerajaan Samudera Pasai, yakni
Sultan Zainal Abidin.