Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN SAMUDRA PASAI

I. Latar Belakang Masuk & Berkembangnya Islam


Kerajaan samudra pasai merupakan kerajaan islam pertama di
Indonesia setelah kerajaan perlak, kerajaan samudra pasa terletak di pesisir
pantai Sumatra utara , kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh
Utara. Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan.
Sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-
pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara
dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada abad-abad
tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton maupun di
daerah Sumatera. Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang
cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya
diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman malainkan juga
merambah lapisan masyarakat perkotaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera
Pasai. Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267.
Nizamudin Al-Kamil adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir
sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia ditugaskan untuk merebut pelabuhan
Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia mendirikan kerajaan
Pasai untuk menguasai perdagangan Lada.

II. KEHIDUPA SOSIAL


Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut
aturan – aturan dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak
terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir
maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat
julukan Daerah Serambi Mekkah.

III. KEHIDUPAN EKONOMI

Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas


mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk :

 Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya


 Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
 Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri
 Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa
daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa
itu juga merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera
Pasai juga berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk
mengamankan diri dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah
Malaka.

Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah


pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan
di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat
perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.

IV. KEHIDUPAN POLITIK


Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah
silu bergelar sultan Malik Al- Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-
1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al- Saleh berusaha menjadikan
samudra pasai sebagai pusat perdagangan dan agama islam di Sumatra
bagian utara. Pada masa Kerajaan Samudra Pasai berkembang menjadi
krajaan maritim yang kuat di sekitar Selat Malaka. Sultan Malik Al- Saleh
juga meenjalin hubunan diplomatik dengan Kerajaan Perlak. Kerajaan
tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan angkatan
perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan
Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit.

Raja Kerajaan Perlak menikahkan putrinya yang bernama putrid


gangga sari dengan putra dari Sultan Malik Al- Saleh yang bernama Sultan
Muhammad Malik Al- Zahir. Pada tahun 1295 Sultan Malik Al- Saleh wafat
dan di gantikan oleh putranya yaitu Sultan Muhammad Malik Al- Zahir. Ia
meemerintah Samudra Pasai pada tahun 1297-1326. Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Perlak brsatu dengan Kerajaan Samudra Pasai.
Sultan Muhammad Malik Al- Zahir juga mulai memperknalkan koin emas.
Salah satu kbijakan politik yang ditrapkan Sultan Muhammad Malik Al-
Zahir adalah menempatkan orang persia sebagai penjabat istana.

Sepeninggal Sultan Muhammad Malik Al- Zahir Samudra Pasai


dipimpin olh Sultan Malik Al- Zahir ( 1326 – 1348). Pada masa pmrintahan
Sultan Malik Al- Zahir, Samudra Pasai mendapat serangan dari Majapahit.
Serangan tersbut menyebabkan Sultan Malik Al- Zahir melarikan diri dari
ibu kota kerajaan. Untuk beberapa waktu Samudra Pasai berada dibawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1383 di baah pimpinan Sultan
Zain Abidin Malik Al- Zahir, Kerajaan Samudra Pasai berhasil melepaskan
diri dari Majapahit. Sultan Zain Abidin Malik Al- Zahir memerintah
dipimpin Laksamana Cheng Ho berkunjung ke Samudra Pasai.

V. KEHIDUPAN AGAMA

Sesuai dengan berita dari Marco Polo dan Ibnu Battutah tentang
kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah, telah berperan penting dalam
proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu pula,
diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan
agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh
ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat
pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada
sang raja. Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas,
sehingga penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.

VI. RAJA – RAJA YANG BERPERAN PENTING


Kerajaan Samudra Pasai ini merupakan kerajaan islam kedua sesudah
Perlak. Sumber-sumber sejarah mengenai kerajaan ini jauh lebih lengkap
dibandingkan dengan kerajaan pertama. Disamping Hikayat, berita-berita
luar negeri, kerajaan ini juga meninggalkan peninggalan arkeologis berupa
prasasti yang dapat menjadi saksi utama mengenai telah berdirinya kerajaan
ini.
Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan
Malik Al Shaleh. Hal ini diketahui dengan pasti dari prasasti yang terdapat
dari batu nisan makamnya yang menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh
ini meninggal pada bulan Ramadhan 676 tahun sesudah hijrah Nabi atau
1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo ke negeri ini dalam
perjalanannya pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul
Sultan Malik Al-Saleh. Sebelum menjadi raja dan bergelar Sultan, raja
ini semula adalah seorang marah dan bernama Marahsilu. Ayah Marahsilu
bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung. Putri Betung
mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu dibantun
oleh Marah Gajah keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu berhenti
mengalir, maka menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh
ayah angkat Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja Muhammad karena
marah segera mengerahkan orang-orangnya untuk mencari dan menangkap
Marah Gajah. Marah Gajah yang takut karena kehilangan Putri Betung
menyingkir dan meminta perlindungan dari ayah angkatnya pula yang
bernama Raja Ahmad. Ternyata Raja Muhammad dan Raja Ahmad adalah
dua orang bersaudara.

Tetapi karena peristiwa Putri Betung d atas, maka kedua orang


bersaudara itu akhirnya berperang. Keduanya tewas dan Marah Gajah
sendiri juga tewas terbunuh dalam peperangan. Putri Betung meninggalkan
dua orang putra yaitu Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua
meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah
Sum kemudian menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu akhirnya dapat
merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ. Marah Slu mendirikan istana
kerajaannya di atas bukit yang banyak didiami oleh semut besar yang oleh
rakyat di sekitarnya disebut Semut Dara (Samudra). Itulah sebabnya maka
negara itu kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita
ketahui bahwa agama Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara
pada waktu itu adalah agama Islam aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan pengaruh Syi’ah dan untuk kemudian
mengembangkan Islam mahzab Syafi’i di pantai timur Sumatra Utara, maka
Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliranmahzab Syafi’i pada 1254
mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra Utara bersama Fakir
Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh
Ismail berhasil menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk
memeluk agama Islam mahzab Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan
Marah Silu sebagai Sultan pertama di kerajaan Samudra Pasai dan bergelar
Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut Marah Silu yang bernama Sri Kaya dan
Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab Syafi’i dan berganti nama pula menjadi
Sidi Ali Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.

Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh


Syekh Ismail ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Setelah Sultan
Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia digantikan oleh putranya, Sultan
Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Al Tahir yang
memerintah sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad
Bahian Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra
Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah
seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan Delhi di India. Ia
mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika melakukan
perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan
Ibnu Batutah kita dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai
ketika perkembangannya. Sebagai bandar utama perdagangan di pantai timur
Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak didatangi oleh kapal-kapal dari India,
Cina, dan dari daerah-daerah lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-
kapal saling bertemu, transit, membongkar serta memuat barang-barang
dagangannya.
Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi dari
India dan Persia. Keraton dan Istana Kerajaan Samudra Pasai dibangun
bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia dapat terlihat dari gelar-gelar yang
digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri menggunakan gelar
syah, sedang patihnya yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di
antara pembesar-pembesar kerajaan terdapat pula orang Persia.

VII. SEBAB KERUNTUHAN


1. Faktor Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai

a. Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik
At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah
teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-
pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat.
Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap
dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran
penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi
kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju.
Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh
Sultan Ali Mughayat Syah.

b. Terjadi Perebutan kekuasaan


Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia
dan digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-
Tahir. Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui.
Rupanya menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana
kekacauan karenaa terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari
berita-berita Cina. Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan
Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang yang ingin
memberontak kepada pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. Karena
pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai.
Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia.
Untuk mengatasi hal ini, Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan
sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera
menengahi dan meredam pemberontakan.

2. Faktor Eksteren kemunduran Kerajaan Samudra Pasai

a. Serangan dari Majapahit Tahun 1339


Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari
Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat
sebagai patih di Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit
yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat
menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi.
Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar
ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak
akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang
kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir
akan pesatnya kemajuan Kerajaan Samudera Pasai.

b. Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis


Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal
sebagai salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang
sangat sibuk. Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai
salah satu komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau
Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat
Malaka). Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri
4) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa
daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka
pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat
perdagangan ke Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi
ramai karena letaknya yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra
Pasai.

c. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang
sedang lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena
politik / kekuasaan) dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya
kerajaan Samudra Pasai runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah
menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan yang sering membantu
kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.

VIII. PENINGGALAN – PNINGGALAN


Makam – Makam Peninggalan
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan yang menganut agama
Islam, oleh karena itu banyak peninggalan-peninggalan yang berupa
makam-makam seperti:
1. Makam Sultan Malik AL-Saleh
2. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
3. Makam Nahriyah
4. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
5. Makam Naina Hasanuddinvv
6. Makam Batte
Lonceng Cakra Donya
Lonceng Cakra Donya merupakan sebuah lonceng raksasa berbentuk
stupa yang terbuat dari perunggu dengan tinggi 1,70 meter dan lebar 1
meter . Lonceng ini buat pada tahun 1409 dan merupakan hadiah dari
Kaisar Yongle (berkuasa di Tiongkok sekitar abad ke-15) yang
diserahkan melalui Ceng Ho kepada Kerajaan Samudra Pasai sebagai
bukti persahabat.

Dirham Kerajaan Samudra Pasai

Mata uang logam emas (dirham) dicetak untuk pertama kali


pada masa Sultan Muhammad Malik al Zahir yang memerintah tahun
1297-1326 . Dikatakan saat Laksamana Cheng Ho dari Cina datang ke
Sumatera Utara (1405-1433), dinar dan dirham adalah mata uang
utama di berbagai pasar di Kerajaan Samudra Pasai . Dibagian muka
semua dirham Kerajaan Samudra Pasai, kecuali milik Sultan Salah al-
Sin , tertera nama Sultan.

Surat Sultan Zainal Abidin

Naskah surat Sultan Zainal Abidin merupakan surat yang ditulis


oleh Sultan Zainal Abidin sebelum meninggal pada tahun 1518
Masehi atau 923 Hijriah. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran
yang bertindak atas nama wakil Raja Portugis di India. Surat ini
ditulis menggunakan bahasa arab, isinya menjelaskan
mengenai keadaan Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke-16.
Nisan Sultan Malik As-Shalih
Sepasang nisan Sultan Malik As-Shalih berbentuk segi empat
pipih bersayap dengan bagian punck berupa mahkota bersusun dua.
Pada nisan ini terdapat masing-masing tiga panil disisi depan dan
belakang yang berpahatkan kaligrafi Arab. Pada bagian puncak juga
terdapat bingkai oval yang berpahatkan kalgrafi Arab. Secarah
keseluruhan inskripsi tersebut dapat diartikan sebagai berikut
menurut Asmanidar .

Nisan Sultanah Nahrasiyah


Makam Ratu Nahrasiyah terletak di Desa Meunasah Kuta
Krueng, Kecamatan Samudera. Pada makam ratu ini juga memuat
silsilah raja-raja Samudera Pasai. Makam beliau merupakan makam
muslim terindah di Asia Tenggara. Makam sultanah Nahrasiyah
memiliki jirat yang tinggi bersatu dengan bagian nisan, keseluruhan
nya terbuat dari pualam yang langsung didatangkan dari gujarat.

Stempel Kerajaan
Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir yang
merupakan Sultan Kedua Kerajaan Samudera Pasai. Dugaan tersebut
dilontarkan oleh oleh tim peneliti sejarah kerajaan Islam. Stempel ini
ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten
Aceh Utara. Stempel ini berukuran 2×1 centimeter, diperkirakan
terbuat dari bahan sejenis tanduk hewan. Adapun kondisi stempel
ketika ditemukan sudah patah pada bagian gagangnya. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa stempel ini sudah digunakan hingga masa
pemerintahan pemimpin terakhir Kerajaan Samudera Pasai, yakni
Sultan Zainal Abidin.

Anda mungkin juga menyukai