Anda di halaman 1dari 10

A.

Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai


Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7 dan 8,
Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada
abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton maupun di daerah
Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir
Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab,
Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di
Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur
Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan
selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-Kamil
adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia
ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia
mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan
dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu Kerajaan Pasai
juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar
Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti Mamuluk
yang bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai. Selain untuk
menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai pasar rempah-
rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir Muhammad
menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah
Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail. Setelah Marah Silu
memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada tahun 1285.
Nama ini adalah gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang pertama di
Mesir yaitu “Al Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah Silu. Kisah-
kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda Rasulullah yang
menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah Merah Silu yang tanpa diajari
siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas dari itu, Malik As Saleh
kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham Syafi’i. Maka aliran paham di Kerajaan
Samudera Pasai yang semula Syiah berubah menjadi paham Syafi’I yang sunni.

B. Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang


Dengan timbulnya Kerajaan Samudra Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami kemunduran.
Samudra Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara. Samudra
Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga sebagai pusat
pengembangan agama Islam bermazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam mazhab Syafi’i.
Awalnya Sultan Malik Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari pedagang-
pedagang Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12. Pedagang-pedagang Gujarat
bersama-sama pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-kerajaan
Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai Perlak dan Kerajaan
Samudra Pasai di muara Sungai Pasai. Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh berpindah
menjadi memeluk Islam bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang merupakan utusan
Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan
Malik Al Saleh juga Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Marco Polo.
a. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan
Malik al Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan
Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan
angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan
Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295, Sulthan malik
al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al
Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra pasai berhasail menaklukkan
kerajaan islam Perlak. Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan
diserahkan kepada Sultan ahmad laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-
1348)
b. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :
a. Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
b. Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
c. Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
d. Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga
merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga
berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri dari
ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga
selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah
Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke
Bandar Malaka.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan
okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga
daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
C. Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai ini merupakan kerajaan islam kedua sesudah Perlak. Sumber-sumber
sejarah mengenai kerajaan ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kerajaan pertama.
Disamping Hikayat, berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga meninggalkan peninggalan
arkeologis berupa prasasti yang dapat menjadi saksi utama mengenai telah berdirinya kerajaan
ini.
Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al Shaleh. Hal ini
diketahui dengan pasti dari prasasti yang terdapat dari batu nisan makamnya yang menyatakan
bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada bulan Ramadhan 676 tahun sesudah hijrah
Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo ke negeri ini dalam perjalanannya
pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-Saleh. Sebelum
menjadi raja dan bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang marah dan bernama Marahsilu.
Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung. Putri Betung
mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu dibantun oleh Marah Gajah
keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu berhenti mengalir, maka menghilanglah Putri
Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja
Muhammad karena marah segera mengerahkan orang-orangnya untuk mencari dan menangkap
Marah Gajah. Marah Gajah yang takut karena kehilangan Putri Betung menyingkir dan meminta
perlindungan dari ayah angkatnya pula yang bernama Raja Ahmad. Ternyata Raja Muhammad
dan Raja Ahmad adalah dua orang bersaudara. Tetapi karena peristiwa Putri Betung d atas,
maka kedua orang bersaudara itu akhirnya berperang. Keduanya tewas dan Marah Gajah sendiri
juga tewas terbunuh dalam peperangan. Putri Betung meninggalkan dua orang putra yaitu Marah
Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat kediamannya dan mulai hidup
mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu akhirnya dapat
merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ. Marah Slu mendirikan istana kerajaannya di atas
bukit yang banyak didiami oleh semut besar yang oleh rakyat di sekitarnya disebut Semut Dara
(Samudra). Itulah sebabnya maka negara itu kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita ketahui bahwa
agama Islam yang berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada waktu itu adalah agama
Islam aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan pengaruh Syi’ah dan untuk kemudian mengembangkan Islam mahzab
Syafi’i di pantai timur Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliranmahzab
Syafi’i pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra Utara bersama Fakir
Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh Ismail berhasil
menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk memeluk agama Islam mahzab
Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan Marah Silu sebagai Sultan pertama di kerajaan
Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut Marah Silu yang bernama Sri
Kaya dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab Syafi’i dan berganti nama pula menjadi Sidi Ali
Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.
Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh Ismail ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia
digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Al Tahir
yang memerintah sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad Bahian Syah
Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra Pasai juga mendapat kunjungan
dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah seorang dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan
Delhi di India. Ia mengunjungi Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika melakukan
perjalanannya ke Cina sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan Ibnu Batutah kita
dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika perkembangannya. Sebagai bandar
utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak didatangi oleh kapal-
kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah lain di Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal
saling bertemu, transit, membongkar serta memuat barang-barang dagangannya.
Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi dari India dan Persia. Keraton
dan Istana Kerajaan Samudra Pasai dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia dapat
terlihat dari gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri menggunakan
gelar syah, sedang patihnya yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di antara pembesar-
pembesar kerajaan terdapat pula orang Persia.

D. Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai


Puncak Kejayaan Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan samudra pasai ini ditandai dengan
adanya perkembangan bidang-bidang kehidupan kerajaan Samudra pasai, seperti ;
a. Di bidang perekonomian dan perdagangan
Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini ditandai dengan sudah
adanya mata uang yang diciptakan sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari
emas, uang ini dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan berkembangnya
Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan internasional pada masa
pemerintahan Sultan Malikul Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor
utama. Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap
tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan
dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-impor yang maju. Sebagai
bandar dagang yang maju. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa
juga terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang -pedagang Jawa
mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan
dari pembayaran cukai.
b. Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan–aturan
dan hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan
kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera
Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka
dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut
Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal
teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut
kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-
bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu.
c. Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara.
Berdasarkan hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam
menjalankan agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh
ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun
memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran agama
Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
d. Di bidang politik
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik dengan
Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua
orang untuk dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din.
Selain dengan Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan
negeri-negeri Timur Tengah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir,
ahli agama mulai dari berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran)
yang bernama Qadi Sharif Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan
persahatan Kerajaan Samudra Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat
hubungan perkawinan.

E. Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


1. Faktor Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
§ Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera
Pasai menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika,
China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-
pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam
meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama
Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang
mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru
tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat
Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-
kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba,
Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524,
Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang
Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai
semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera
Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam. Terjadi Perebutan
kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan
digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir.
Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya
menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa
terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina.
Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu
pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada
pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan
beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara
yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan
Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta
bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan meredam pemberontakan.
Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal
tahun1521 yang sebelumnya telah menaklukan Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun
1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2. Faktor Eksteren kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
§ Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit
dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di
Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat
oleh Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika
Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada
menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah
Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh
Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya
kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada
mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai.
Desas-desus tentang serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa,
terhadap kerajaan Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh.
Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih
Gajah Mada memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan
karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah
Mada tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di
pantai timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya
dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit
Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan
jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan
Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang
terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami
kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara
serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena
faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan
Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai
kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai
telah dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu
bertahan sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya
pengaruh Majapahit di Selat Malaka. Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera
Pasai masih dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai
kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan
minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai
pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di
nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting
dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan
dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar
Malaka segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser
kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang
singkat segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan
Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya
menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450.
Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di
Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki
Kesultanan Samudera Pasai.
§ Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah
satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai
menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas
ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera
bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak
Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang
digunakan untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat
perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke
Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya
yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
§ Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang
lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan)
dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai
runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka,
yang merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin
hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke Malaka, karena telah mengetahui bahwa pelabuhan
Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala
penjuru angin. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan
mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang
hendak masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-
15 dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan
saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang Portugis.
Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan
melalui selat Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez
de Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-
perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan
untuk memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Jadi semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya
bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif ekonomi.

F. Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai


1. Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam. Banyak makam – makam para pemimpin kerajaan Samudra
Pasai yang merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra Pasai. Beberapa makam
terseut adalah :
a. Makam Sultan Malik AL-Saleh
b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
c. Makam Nahriyah
d. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
e. Makam Naina Hasanuddin
f. Makam Perdana Menteri
g. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet
h. Makam Said Syarif
i. Makam Teungku Diboih
j. Makam Batte
Simpulan
Kerajaan Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya
hancur. Kota Kerajaan di sebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec.
Samudera Geudong Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan
Pase (Pasai) pada masa kejayaannya sekitar abad ke 14 terletak di daerah yang diapit oleh
dua sungai besar di pantai Utara Aceh,
yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah
daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab.
Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir
Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari
Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa
pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di
pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674
Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan
atau pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan.
TUGAS SKI

KERAJAAN SAMUDRA PASAI

KELOMPOK 1

1. ADE LIA RIZQI MAYLANI


2. ADEL AFRILIA
3. ANISA PUSPITA
4. ANDIKA RAMA

Anda mungkin juga menyukai