Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH KERAJAAN SAMUDERA PASEE

A. Sebutan serambi Mekkah

Sebutan ''Serambi mekkah'' semuanya berawal ketika sang penjaga makam nabi Muhammad
SAW yang bernama Syekh Ismail, beliau juga masih keponakan nabi. suatu malam beliau bermimpi
bertemu Rasulullah, dan rasulullah berpesan kepadanya
"wahai saudaraku,ambillah 5 pucuk surat yang ada di dalam ka'bah,dan carilah siapa anak manusia yang
bisa membaca dan memberi makna akan isi surat tersebut".kira kira seperti itulah percakapan mereka,
lantas beliau tidak begitu saja percaya dengan mimpi tersebut, malam besoknya beliau kembali bermimpi
seperti semula, dan terus berlanjut hingga ketiga kalinya, akhirnya beliau memutuskan untuk bertanya
pada para sahabat dan ulama ulama disana tentang kebenaran mimpi tersebut, yang ditanyapun
menyarankan agar beliau segera melaksanakan apa yang di perintahkan oleh Rasulullah, akhirnya beliau
pergi menjelajahi semua benua di dunia ini, dari afrika ke amerika, dari amerika ke eropa dan terus
berlanjut kebenua benua yang lainnya,

Perlu diingat saat hendak berkelana menjadi musafir ke seluruh dunia beliau saat itu berumur 20
tahun, tidak ada satu anak manusiapun yang bisa membaca surat dari dalam ka'bah yang ditulis oleh
Rasulullah tersebut, setiap orang yang ditemuinya ia jelaskan maksud kedatangannya dan ia suruh baca
dan artikan surat tersebut, namun tak ada satupun anak manusia yang bisa membacanya.

Beliau hampir putus asa, dan suatu ketika beliau hendak kembali ke negerinya, di saat hendak
naik ke kapal di dekat perairan selat malaka, pada saat itu selat malaka masih dalam kekuasaan kerajaan
Aceh, beliau bertemu seorang pemuda yang sangat gagah perkasa, beliau bertanya asal usul pemuda
tersebut dan menjelaskan maksud pengembaraan beliau yang saat itu beliau sudah menginjak tahun yang
ke 80.

Saat itu beliau kira kira sudah berumur 100 tahun, kemudian sang pemuda mencoba membaca
dan mengartikan makna dari isi surat - surat tersebut, alangkah terkejutnya syekh ismail ketika mendengar
si pemuda tersebut dengan lancarnya menerjemahkan isi dari surat - surat yang di titipkan Rasulullah, lalu
beliau bertanya siapa nama si pemuda tersebut, ya dialah MEURAH SILEU. atau bila diartikan dalam
bahasa indonesia berarti merah silau, yang kini lebih di kenal dengan nama MAULANA MALIK
IBRAHIM. dan lebih di kenal lagi dengan nama MALIKUSSALEH. dia lah pemuda yang gagah perkasa
yang bukan hanya mengandalkan ketampanannya saja, tapi ia bisa membaca dan mengartikan surat
penting dari Rasulullah SAW.

B.Kerajaan Samudera Pasai

Malik al-Salih (Malik ul Salih, Malik Al Saleh, Malikussaleh, Malik al Salih atau Malik ul
Saleh) mendirikan kerajaan Islam pertama di nusantara, yaitu Samudera Pasai pada tahun
1267. Nama aslinya adalah Meurah Silu (Merah Silu). Ia adalah keturunan dari Suku Imam
Empat ( Suku Imam Empat atau Sukee Imuem Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat
Maharaja/Meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa) yang merupakan pendiri

1
pertama kerajaan-kerajaan di Aceh Pra-Islam, diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang
mendirikan Kerajaan Peureulak (Po-He-La) di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan
kerajaan Jeumpa (Champa) di Peusangan (Bireuen), Syahir Poli(Pau-Ling) yang mendirikan
kerajaan Sama Indra di Pidie dan Syahir Nuwi yang Mendirikan Kerajaan Indra Purba di Banda
Aceh dan Aceh Besar)

C. Malik Al Saleh, Sang Raja Pasai Penyebar Islam Di Asia Tenggara

Sebelum Dinasti Usmaniyah (Ottoman) di Turki berdiri pada 699-1341H atau bertepatan dengan tahun
1385-1923M, ternyata nun jauh di belahan dunia sebelah timur-tepatnya di wilayah Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) saat ini-telah muncul sebuah kerajaan Islam bernama Samudera Pasai. Jika Ottoman
mulai menancapkan kekuasaannya pada tahun 1385M, Samudera Pasai sudah mengibarkan bendera
kekuasaannya pada 1267M.

Keberadaan Kesultanan Samudera Pasai ini diungkapkan oleh pengembara Muslim dari Moroko, Abu
Abdullah Ibnu Batuthah (1304-1368 M), dalam kitabnya yang berjudul Rihlah ila I-
Masyriq (Pengembaraan ke Timur).

"Sebuah negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah," tulis Ibnu Batutah ketika
menggambarkan kekagumannya terhadap keindahan dan kemajuan Kerajaan Samudera Pasai yang
sempat disinggahinya selama 15 hari pada 1345 M.

Sementara itu, dalam catatan perjalanan Ibnu Batutah lainnya yang berjudul Tuhfat al-Nazha, ia
menuturkan, pada masa itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di kawasan Asia
Tenggara. Jauh sebelum Sang Pengembara Muslim itu menginjakkan kakinya di kerajaan Muslim
pertama di nusantara itu, seorang penjelajah asal Venezia (Italia), yang bernama Marco Polo, telah
mengunjungi Samudera Pasai pada 1292M.

Marco Polo bertandang ke Samudera Pasai saat menjadi pemimpin rombongan yang membawa ratu dari
Cina ke Persia. Bersama dua ribu orang pengikutnya, Marco Polo singgah dan menetap selama lima bulan
di bumi Serambi Makkah itu. Dalam kisah perjalanan berjudul Travel of Marco Polo, pelancong dari
Eropa itu juga mengagumi kemajuan yang dicapai Kesultanan Samudera Pasai.

Kesultanan Samudera Pasai terletak di pesisir pantai utara Sumatra-kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe, Aceh Utara, sekarang ini. Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu pada sekitar tahun
1267M. Ia adalah keturunan dari Suku Imam Empat atau Sukee Imuem Peuet-sebutan untuk keturunan
empat maharaja (meurah) bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa), yang merupakan pendiri
pertama kerajaan-kerajaan di Aceh praIslam.

Keempat maharaja tersebut adalah Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan Peureulak (Perlak) di
Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan Kerajaan Jeumpa (Champa) di Peusangan (Bireuen), Syahir
Poli (Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan Sama Indra di Pidie, dan Syahir Nuwi yang mendirikan
Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar.

2
D. Malik Al Saleh

Dalam Hikayat Raja-Raja Pasai, disebutkan asal usul penamaan Kerajaan Samudera Pasai. Syahdan,
suatu hari, Meurah Silu melihat seekor semut raksasa yang berukuran sebesar kucing. Meurah yang kala
itu belum memeluk Islam menangkap dan memakan semut itu. Dia lalu menamakan tempat itu Samandra.

Tak semua orang percaya kisah yang berbau legenda itu. Sebagian orang meyakini kata Samudera berasal
dari bahasa Sanskrit yang bererti laut. Sedangkan, kata Pasai diyakini berasal dari Parsi: Parsee atau Pase.
Pada masa itu, banyak pedagang dan saudagar Muslim dari Persia-India alias Gujarat yang singgah di
wilayah nusantara

Meurah Silu kemudian memutuskan masuk Islam dan berganti nama menjadi Malik al Saleh atau dikenal
dengan sebutan Malik al-Saleh. Menurut legenda masyarakat Aceh, suatu hari Meurah Silu bermimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW. Setelah itu, ia pun memutuskan masuk Islam.

Malik al-Saleh mulai menduduki takhta Kesultanan Samudera Pasai pada 1267 M. Di bawah
kepemimpinan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mulai berkembang. Ia berkuasa selama 29 tahun dan
digantikan oleh Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M).

Namun, ada juga yang menyebutkan, Malik al-Saleh diangkat menjadi sultan di Kerajaan Samudera Pasai
oleh seorang Laksamana Laut dari Mesir bernama Nazimuddin al-Kamil setelah berhasil menaklukkan
Pasai.

E. Penyebar Islam

Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-Saleh
juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara pada abad ke-13
M. Karena pengaruh kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam bisa berkembang luas di
wilayah nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Marco Polo, Malik al-Saleh adalah seorang raja yang kuat dan kaya. Ia menikah dengan
putri raja Perlak dan memiliki dua anak. Ketika berkuasa, Malik al-Saleh menerima kunjungan Marco
Polo. Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai memiliki kontribusi yang besar dalam
pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama
serta mubaligh untuk menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang
menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya adalah Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam
di Afrika Selatan yang berasal dari Makassar.

Wali Songo merupakan bukti eratnya hubungan antara Samudera Pasai dan perkembangan Islam
di Pulau Jawa. Konon, Sunan Kalijaga merupakan menantu Maulana Ishak, salah seorang Sultan Pasai.
Selain itu, Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di wilayah Cirebon serta Banten ternyata putra
daerah Pasai. Kesultanan Samudera Pasai begitu teguh dalam menerapkan agama Islam. Pemerintahannya
bersifat teokrasi (agama) yang berdasarkan ajaran Islam. Tak heran bila kehidupan masyarakatnya juga
begitu kental dengan nuansa agama serta kebudayaan Islam.

Anda mungkin juga menyukai