Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI NURUDDIN AR-RANIRI

A. BIOGRAFI
Nuruddin ar-raniri lahir pada abad ke-10 H atau 16 M di Ranir wilayah surat, gujarat,
pantai barat india. Ayahnya ali ar-raniri dan ibunya asli orang melayu. Daerah asal ar-raniri,
sebagaimana layaknya kota-kota pelabuhan yang lain, kota Ranir sangat ramai dikunjungi
para pendatang (imigran) dari berbagai penjuru dunia. Ada yang berasal dari timur-tengah,
asia selatan, asia tenggara, afrika, dan eropa. Tujuan utama mereka untuk melakukan aktifitas
bisnis dan mencari sumber-sumber ekonomi baru.

Disamping itu, merekaq juga berdakwah dan menyebar luaskan ilmu-ilmu agama,
sehingga menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dari Ranir pula,
mereka kemudia berlayar kembali menuju pelabuhan-pelabuhan lain di semenanjung melayu
dan hindia untuk keperluan yang sama. Jadilah orang Ranir dikenal sebagai masyarakat yang
gemar merantau dari satu tempat ke tempat yang lain.

Pola hidup yang berpindah-pindah seperti ini juga terjadi pada keluarga besar ar-raniri
sendiri, yaitu ketika pamannya, muhammad al-jilani b. Hasan muhammad al humaydi datang
ke aceh (1580-1583 M) untuk berdagang sekaligus mengajar ilmu-ilmu agama, seperti fiqh,
ushul fiqh, etika, manthiq (logika) dan retorika (Balaghah). Kebanyakan dari mereka
(perantau) biasanya menetap di kota-kota pelabuhan di pantai samuderea hindia dan wilayah-
wilayah kepulauan melayu indonesia, lainnya.

B. JARINGAN INTELEKTUAL
Jejak-jejak intelektual ar-raniri sendiri memulai perjalanan intelektualnya dengan
belajar ilmu agama di tanah kelahirannya (Ranir), sebelum berkelana ke Tarim, Hadramaut,
Arab Selatan, yang ketika itu menjadi pusat studi agama islam. Pada taun 1621 M, ia
mengunjungi makkah dan madinah untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam
nabi. Di tanah haram inilah ar-raniri menjalin hubungan dengan para jamaah haji dan orang-
orang yang sudah menetap dan belajar di Arab, yang kebetulan berasal dari wilayah
Nusantara.

Dalam kapasitas seperti ini, Ar-raniri sudah dapat dikategorikan telah menjalin
hubungan dengan orang-orang melayu, khususnya dalam hal komunikasi intelektual islam.
Jalinan hubungan inilah yang menjadi awal mula bagi perjalanan intelektual islam ar-raniri di
kemudian hari. Dalam perkembangannya, ar-raniri juga merupakan seorang syeikh tarekat
Rifaiyyah, yang didirikan oleh ahmad Rifai (w.1183 M). Ia belajar ilmu tarekat ini melalui
ulama keturunan Arab Hadramaut, Syeikh said abu hafs umar b. Abd Allah ba Syaiban dari
Tarim, atau yang dikenal di Gujarat dengan sebutan sayid umar Al-Aydarus.

C. PEMIKIRAN AR-RANIRI
Pada abad ke 17, di kerajaan aceh terdapat empat ulama besar silih berganti, yaitu
hamzah fansuri dan muridnya syamsuddin as-sumatrani keduanya merupakan tokoh ahli
tasawuf yang beraliran wihdatul wujud (aliran wujudiyah) mereka mengajarkan semacam
sinkretisme antara Allah (khaliq) dengan manusia (makhluk). Ulama ketiga di aceh syeikh
Nuruddin Ar-Raniri yang sangat menentang ajaran hamzah dan muridnya, kemudian keempat
yaitu Abdur Rouf As-Singkili yang nantinya berusaha mengambil jalan tengah pertentangan
antara pengikut nuruddin dengan kedua pengikut ulama terdahulu. Syeikh hamzah fansuri
dan syeikh syamsuddin yang juga guru syeikh Abdur Rouf, walau pendapat dalam
tasawufnya berbeda.

Syeikh Nuruddin ar-raniri mendapat tempat pada hati sultan iskandar tsani, yang
walaupun sebenarnya pada zaman pemerintahan sultan iskandar muda beliau tidak begitu
diketahui oleh masyarakat luas. Oleh sebab dan ketegasan dan keberaniannya ditambah lagi,
syeikh nuruddin ar-raniri menguasai berbagai bidang ilmu agama islam, mengakibatkan
beliau sangat cepat menonjol pada zaman pemerintahan iskandar tsani itu. Akhirnya syeikh
Nuruddin ar-raniri naik ke puncak yang tertinggi dalam kerajaan aceh, kerana beliau
mendapat sokongan sepenuhnya daripada sultan. Beliau memang ahli dalam bidang ilmu
mantiq (logika) dan ilmu balaghah (retorika). Dalam ilmu fikah, syeikh nuruddin ar-raniri
adalah penganut mazhab syafii walaupun beliau juga ahli dalam ajaran mazhab-mazhab
yang lain.

Dari segi aqidah, syeikh nuruddin ar-raniri adalah pengikut mazhab ahlus sunnah wal
jamaah yang berasal daripada syeikh abul hasan al asyari dan syeikh abu manshur al-
maturidi. Pegangannya dalam tasawuf ialah beliau adalah pengikut tasawuf yang mutabarah
dan pengamal thariqah sufiyah. Tetapi suatu perkara yang aneh, dalam bidang tasawuf beliau
menghentam habis-habisan syeikh hamzah syamsuddin as-sumatrani.

Ar-raniri mengikuti paham wihdatus syhud, yaitu menunggalnya makhluk dengan al-
khalik bukan dalam wujud, tetapi hanya dalam kesaksian, paham ini sama dengan pandangan
kalangan sufi sunni.
D. KARYA-KARYA
Bustan as-salatin fi dzikir al awwalin wal akhirin yang lebih dikenal dengan bustan as
salatin (taman raja) yang merupakan karya besar pujangg nuruddin, tajus salatin (mahkota
raja-raja), keduanya banyak berisi nasehat, dzikir. As-sirath al mustaqim (jalan lurus) berisi
ilmu fiqih. Jawahir al-ulum fi kasyf al malum, berisi ilmu fiqih dan tasawuf. Asrar al-insan fi
marifat ar-ruh waar rahman, berisi masalah ruh dan ghaib yang dihubungkan dengan ilmu
tasawuf.

Anda mungkin juga menyukai