Anda di halaman 1dari 9

Paramita Vol. 26, No.

1 - Tahun 2016

ISLAMISASI DI SULAWESI SELATAN


DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
Anzar Abdullah
Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI), Makassar
anzarabdullah91@yahoo.co.id

ABSTRACT ABSTRAK

This article aims to describe how the islamization Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
process in South Sulawesi takes place approxi- bagaimana proses islamisasi di Sulawesi Selatan
mately 17th century reviewed from Islam histo- yang berlangsung sekitar abad ke 17 M ditinjau
ry, particularly related to when, who, where, and dari sejarah islam, terutama menyangkut kapan,
from where. Islamization in South Sulawesi took siapa, di mana, dan dari mana. Islamisasi di Su-
place in approximately 16M, has made social lawesi Selatan yang berlangsung sekitar abad ke
change for local people. The change at least oc- 16M, telah membawa perubahan sosial terhadap
curs by religion shift among people from previ- masayarakat setempat. Setidaknya perubahan itu
ously Hindu-Buddhist to new religion, that is berlangsung melalui beralihnya agama masyara-
Islam. Islamization in South Sulawesi using top kat, dari agama yang sebelumnya bersifat Hindu
down pattern. It means that for the initial stage, -Budha ke agama baru, yaitu Islam.Islamisasi
Islam is accepted by the king then society official- yang berlangsung di Sulawesi Selatan berlang-
ly embraces Islam. In the islamization context in sung melalui pola dari atas ke bawah (top down).
South Sulawesi, this area is a bit late accepting Artinya, pada tahap awal Islam diterima oleh
Islam compared with other areas in the eastern Raja, lalu setelah itu rakyat secara resmi me-
part of Indonesia such as Maluku, and Kaliman- meluk agama Islam. Dalam konteks Islamisasi di
tan. However, the trading relationship with other Sulawesi Selatan, kawasan ini agak terlambat
kingdoms has occured since long time ago. The menerima agama Islam dibandingkan dengan
area which initially embraces Islam in South kawasan lain di Timur Nusantara, seperti Malu-
Sulawesi is The Gowa-Tallo Kingdom. The king- ku, d an Kalim a nt an. N am un h ub ung a n
dom is also the first which declares Islam as the perdagangan dengan kerajaan lainnya sudah
official religion in the kingdom. Likewise, the berlangsung sejak lama.Adapun daerah Kerajaan
clerics dan the king have extremely big role for yang lebih awal memeluk agama Islam di Sula-
islamization in South Sulawesi. wesi Selatan ialah Kerajaan Gowa-
Tallo.Kerajaan ini juga yang pertama menjadi-
Keywords: Islamization in South Sulawesi, Per- kan Islam sebagai agama resmi kerajaan.
spective of Islam History Demikian juga peran Ulama dan Raja sangat
besar peranannya dalam Islamisasi di Sulawesi
Selatan.

Kata Kunci: Islamisasi di Sulawesi Selatan,


Perspektif Sejarah Islam.

PENDAHULUAN Tallo) di Makassar Sulawesi Selatan. La-


lu lintas perdagangan dengan pusatnya
Setelah Malaka jatuh ke tangan di Somba Opu ini telah menghubung-
Portugis pada tahun 1511 M, dan jalur kan antara Barat dan Timur Nusantara,
perdagangan di Pulau Jawa dan Su- di samping para pedagang dari berbagai
matera mengalami kemunduran, maka kawasan di Asia Tenggara dan Eropa
jalur perdagangan berpindah ke kawa- yang beralngsung selama abad ke 16-17
san Timur Nusantara dengan pusatnya M.
Sompa Opu (Ibu Kota Kerajaan Gowa- Sebagai Bandar Niaga terbesar,

86
Paramita Vol. 26 No. 1 - Tahun 2016 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825]
Hlm. 86—94
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah

tentu banyak para pedagang dan AWAL MASUKNYA KE SULAWESI


pebisnis yang tertarik untuk datang dan SELATAN
melakukan transaksi perdagangan di
kawasan ini. Tersebutlah pedagang dari Pandangan yang berkembang di
India, Persia, Arab, Cina, dan Eropa. kalangan masyarakat Bugis dan Makas-
Kedatangan para pedagang dari Jazirah sar Sulawesi Selatan, menyebutkan bah-
Arab yang beragama Islam inilah yang wa agama Islam pertama datang ke dae-
kemudian mempercepat proses Islami- rah ini pada awal abad ke 17. Islam di-
sasi di pusat-pusat kerajaan di Sulawesi perkenalkan pertama kalinya oleh para
Selatan. Namun dalam literature sejarah muballig dari Minang Kabau, Sumatera
di dapatkan informasi, bahwa secara Barat yang ketika masih berada di
khusus Islamisasi di Sulawesi Selatan bawah kekuasaan Kesultanan Aceh.
tidak dapat dipisahkan dari peran uta- (Burhani, 1984: 62; Said, 2010: 313).
ma tiga muballig yang ditugaskan un- Mengenai hal ini, Mattulada dalam
tuk menyebarkan agama Islam di dae- bukunya Sejarah masyarakat dan Ke-
rah ini, yaitu dari Minang Kabau Su- budayaan Sulawesi Selatan, menyebut-
matera Barat yang terkenal di kalangan kan bahwa seorang ulama dari
masyarakat Bugis “Datu Tellue”. Mereka Minangkabau Tengah, Sumatera Barat,
ini ialah : Abdul Kadir Datuk Tunggal bernama Abdul Kadir Khatib Tunggal
dengan panggilan Datuk ri Bandang, tiba di pelabuhan Tallo pada tahun 1605
Sulung Sulaeman yang digelar Datuk dengan menumpang sebuah kapal pe-
Patimang, dan Khatib Bungsu yang di- rahu. Setibanya di pantai, ia kemudian
gelar Datuk ri Tiro. Ketiga ulama ini melakukan shalat yang mengherankan
berbagi tugas wilayah dalam melakukan rakyat. Ia menyatakan maksud kedatan-
kegiatan penyebaran Islam. Datuk ri gannya untuk menghadap raja. Raja Tal-
Bandang bertugas di Kerajaan kembar lo yang mendengar berita itu langsung
Gowa-Tallo, Datuk Patimang bertugas bergegas ke pantai untuk menemui
di Kerajaan Luwu, dan Datuk ri Tiro orang yang berbuat aneh itu. Di tengah
bertugas di daerah Tiro Bulukumba. perjalanan ke pantai, di pintu gerbang
(Kadir, 2012; Sewang, 2005: 168) halaman istana Tallo, Raja bertemu
Penerimaan Islam sebagai agama dengan seorang tua yang menanyakan
dan peradaban di kerajaan-kerajaan Su- tentang tujuan perjalanan raja. Orang
lawesi Selatan memperlihatkan pola tua itu kemudian menulis sesuatu di
“top down”, yaitu: Islam pertama-tama atas kuku ibu jari Raja Tallo dan mengi-
diterima langsung oleh Raja, kemudian rim salam pada orang yang berbuat
turun ke bawah yaitu kepada rakyat. aneh di pantai itu. Ketika Raja bertemu
Artinya setelah raja menerima agama dengan orang aneh di pantai itu, yang
Islam dan menjadikannya sebagai aga- tiada lain Abdul Kadir Khatib Tunggal,
ma Negara, maka otomatis seluruh disampaikanlah salam orang tua tadi.
rakyat kerajaan mengikuti raja memeluk Kemudian mengenai tulisan yang ada di
agama Islam. Selanjutnya bagaimana atas kuku ibu jari Raja Tallo, ternyata
proses Islamisasi ini berlangsung di adalah tulisan yang berlafazkan “Surah
semua kerajaan di Sulawesi Selatan, alfatihah. Khatib Tunggal menyatakan
apakah berjalan secara damai atau me- bahwa orang tua yang menjumpai Raja
lalui kekuatan militer. Bagian ini tentu adalah penjelmaan Nabi Muhammad
akan menarik untuk dibahas melalui SAW. Selanjutnya dari kisah itulah,
analisis historis. kemudian orang Makassar menamakan
penjelmaan Nabi Muhammad sebagai

87
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

“Makassar.” (Mattulada,1998: 150). Gowa. (Abu Hamid, 1994: 79). Namun


Peristiwa tersebut di atas memba- demi ki an perl u di k etah ui bah w a
wa implikasi terhadap di Islamkannya dengan kedatangan Islam di daerah ini,
Kerajaan Tallo, yang diterima oleh Ra- tidak berarti secara langsung
janya yang pertama yang bernama I’ menghilangkan seluruh adat istiadat
Mallingkang Daeng Mannyonri Karaeng dan tradisi local yang dipegang teguh
Tumenanga ri Bontobiraeng. Setelah me- oleh masayarakat ( Mattulada, 1982: 40;
meluk agama Islam, raja ini kemudian Djamas, 1998: 1).
memakai nama Islam dengan gelar Dalam konteks syiar Islam di da-
“Sultan Alauddin Awwalul Islam”. lam masyarakat Muslim, terdapat
Peristiwa masuknya Islam Raja Tallo orang-orang yang diberi tugas khusus
pertama terjadi pada malam Jumat 22 untuk mengajarkan, menyebarluaskan
September 1605 atau 9 Jumadil Awwal ajaran agama dan nilai-nilai Islam, serta
1014 H. (Noorduyn, 1956: 10; Azra, 2007: peradabannya kepada seluruh masyara-
35). Selain itu terdapat informasi yang kat. Orang yang diberi amanah tersebut
masih perlu untuk diteliti dan diuji dinamakan muballigh atau ustadz atau
kebenarannya, bahwa sebelum kedatan- guru. Mereka juga mengajarkan baca
gan ketiga datuk yang berasal dari Su- tulis al-Qur’an kepada anak-anak Mus-
matera, telah ada ulama keturunan Arab lim agar mereka dapat membaca al-
yang datang ke Sulawesi Selatan untuk Qur’an dengan baik. Mereka inilah yang
menyebarkan Islam. Ulama keturunan berperan di dalam proses Islamisasi di
Arab yang dimaksud menurut laporan Sulawesi Selatan pada masanya hingga
itu ialah Sayyid Jamaluddin al-Husayn kurun waktu memasuki abad ke-20
al-Akhbar yang berada di daerah ini (Said, 2010: 20).
sekitar abad ke-14 M. (Chehab,1975: 15; Pada periode pertama perkem-
Pelras, 1996: 134; Syamsu A.S, 1999: 99). bangan agama Islam di Sulawesi Se-
Kehadiran masyarakat Melayu di latan, proses islamisasi ditandai dengan
Sulawesi Selatan, terutama di masa konversi keislaman para penguasa atau
pemerintahan Kerajaan Gowa pada raja di daerah pesisir atau kota
abad ke 16 M, menunjukkan bukti ten- pelabuhan. Kemudian disusul peran
tang masuknya agama dan peradaban mereka sebagai pelin dun g dalam
Islam di kawasan ini. Mereka orang- pengembangan pusat penyiaran Islam
orang Melayu yang datang dari di wilayahnya masing-masing.
berbagai negeri, seperti Aceh, Campa, Demikian juga, akselerasi proses permu-
Patani, Johor dan Minagkabau laan islamisasi di Sulawesi Selatan
umumnya bekerja sebagai pedagang. sangat ditunjang dengan system pen-
Kehadiran mereka telah mendahului dekatan dan metode dakwah yang dila-
ketiga muballig penyebar Islam dari kukan oleh tiga muballigh dari
Minangkabau Sumatera Barat. Orang- Minangkabau, yaitu Datuk ri Tiro, Da-
orang Melayu yang diberikan tempat tuk Patimang, dan Datuk ri Bandang.
oleh pemerintah kerajaan Gowa di dae- Mereka menggunakan pendekatan ako-
rah Mangallekana, sebuah perkam- modatif, adaptasi struktural dan kultur-
pungan di dekat Somba Opu yang al, yaitu melalui jalur struktur birokrasi
dilengkapi dengan Masjid, adalah men- lewat raja, adat istiadat, serta tradisi
jadi bukti kehadiran Islam di kawasan masayarakat lokal. Hal ini memberikan
ini sebelum para tiga muballig dari penegasan bahwa Islamisasi di Sulawesi
Minangkabau tersebut berhasil meng- Selatan adalah melalui pintu istana
islamkan Kerajaan Luwu dan Kerajaan (raja) (Ambary, 2001: 35; Noordyn, 1972:

88
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah

19). Bugis dan Makassar dalam proses Is-


Sementara itu, keberadaan ulama lamisasi di daerah ini. Hanya sebagian
asal Bugis dalam peran islamisasi di Su- kecil yang dapat diidentifikasi sebagai
lawesi Selatan pasca tiga muballigh asal ulama Bugis dan Makassar yang paling
Minangkabau, tidak ada informasi awal selain Syekh Yusuf, yaitu Abdul
mengenai hal tersebut sampai muncul- Wahab al-Bugisi (abd ke-18 M), dan Ab-
nya ulama besar yang terkenal dalam dul Hafidz Bugis (abad ke-19 M). Tetapi
sejarah Bugis dan Makassar, yakni Sy- meskipun para ulama ini cukup terkenal
ekh Yusuf al-Makassari Tajul Khalwati di luar tanah Bugis, namun dikalangan
(1626-1669) (Hamid, 1994: 79). Demikian masyarakat Sulawesi Selatan, karya
juga, setelah kepergian Syekh Yusuf. mereka berupa buku atau kitab kurang
Hasil penelusuran literature sejarah sulit dikenal, kecuali beberapa karya dari
menemukan nama atau tokoh yang Syekh Yusuf. Hal ini disebabkan karena
dapat digolongkan sebagai ulama Bugis hampir sebagaian besar usia mereka
dan Makassar yang memiliki peran dihabiskan di luar tanah Bugis-
penting dalam proses islamisasi di Sula- Makassar. Syekh Yusuf banyak mengha-
wesi Selatan hingga memasuki abad ke- biskan waktunya di Banten, Tanah
20 M. Terdapat dua periode atau masa Arab, Srilangka dan Afrika Selatan. Se-
yang mengalami kehilangan jejak se- mentara dua ulama Bugis lainnya, Ab-
jarah mengenai islamisasi di Sulawesi dul Wahab al-Bugisi banyak menghabis-
Selatan. Kedua periode ini ialah, per- kan waktunya di tanah Arab dan Ban-
tama adalah masa yang dimulai sejak jarmasin (Kalmantan). Begitu juga Ab-
penerimaan Islam pertama kali oleh dul Hafidz Bugis banyak menghabiskan
masyarakat Sulawesi Selatan hingga waktunya di tanah Arab. Beruntunglah
munculnya Syekh Yusuf al-Makassari. Syekh Yusuf sempat menulis karya atau
Kedua, adalah masa setelah kepergian kitab yang dapat dibaca oleh masyara-
Syekh Yusuf hingga masa peralihan kat Bugis-Makassar. Syekh Yusuf juga
menuju abad ke-20 M. Dari kasus ini, masih sempat mengirimkan muridnya
muncul pertanyaan sejarah, “apakah untuk kembali ke tanah Bugis-Makassar
dalam dua masa atau periode tersebut mengajarkan Islam, terutama mengenai
tidak terdapat ulama atau muballigh tasawuf. Tersebutlah beberapa nama
Bugis dan Makassar yang mengisi posisi murid Syekh Yusuf, yaitu Syekh Nurud-
sebagai pen yebar agama dan ke- din Abdul Fattah, Abdul Basyir al-
budayaan Islam ketika itu, ataukah ada Darirul Khalwati dan Abdul Kadir
tetapi tidak meninggalkan karya besar Daeng Majannang (Lubis, 1997: 24).
yang dapat menjelaskan peran mereka Mereka inilah yang berhasil mengajar-
dalam pentas sejarah Islam di Sulawesi kan dan menyebarkan ajaran tarikat
Selatan?” Bagian ini merupakan hal Khalwatiyah yang dikembangkan oleh
yang menarik dan memerlukan Syekh Yusuf yang kemudian tersebar
penelitian lebih lanjut. luas di daerah Sulawesi Selatan.
Kajian sejarah untuk mengungkap Proses penyebaran ajaran tarikat
apakah ada peran ulama Bugis dan Ma- Khalwatiyah Syekh Yusuf ini pada peri-
kassar mulai dari masa yang paling ode selanjutnya selalu berada di tangan
awal di dalam proses islamisasi di Sula- para elite Bugis-Makassar. Hal ini mem-
wesi Selatan. Hal ini tidak mudah untuk pertegas bahwa transformasi ajaran Is-
dijawab, disebabkan kurangnya sumber lam yang diperankan oleh Syekh Yusuf
sejarah yang dapat mendukung upaya tampak lebih fokus pada usaha
mengungkap latar historis peran ulama mengajarkan tarikat Khalwatiyah pada

89
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

kalangan masyarakat Bugis-Makassar yang lahir dari puast kajian Islam terse-
melalui karya atau kitab yang di- but, dapat dimasukkan sebagai tokoh
tulisnya, baik dalam bahasa Bugis, Ma- pemikir Islam, yang menghubungkan
kassar maupun dalam bahasa Arab. jalinan kesejarahan dalam proses Islami-
Tarikat Khlwatiyah ini mengalami sasi di Sulawesi Selatan.
perkembangan yang cepat, sehingga Fakta kesejarahan tentang Islami-
menurut seorang ahli Indonesianis ten- sasi di Sulawesi Selatan yang dilakukan
tang Islam, Van Bruinessen, bahwa tari- para ulama sufi, seperti Syekh Yusuf
kat ini telah berakar secara kuat di ka- dan yang lainnya, telah menggugat tesis
langan masyarakat Bugis-Makassar, dan bahwa para pedagang merupakan aktor
menjadi salah satu faktor utama yang utama dalam proses Islamisasi di
memberi warna tersendiri corak Islam Nusantara mulai dipertanyakan. Dalam
di Sulawesi Selatan sepanjang se- bahasa retorik Taufik Abdullah,”para
jarahnya. (van Bruinessen, 1995:294-296) ahli masih memperdebatkan tentang
Abu Hamid, seorang Antropolog kemungkinan pedagang sebagai penye-
dari Universitas Hasanuddin, bar agama. Menjadi persoalan, dikare-
mengungkapkan bahwa, ada tiga pola nakan apakah pedagang, yang tentu saja
pendekatan keislaman yang dilakukan perhatian utamanya adalah mencari un-
oleh ulama dalam proses islamisasi di tung, betul-betul sanggup menyebarkan
Sulawesi Selatan. Pertama, penekanan agama Islam”? (Abdullah, (ed.), 1988: 1.)
pada aspek syariat dilakukan untuk Dalam hubungannya dengan persoalan
masyarakat yang kuat berjudi dan mi- ini, studi yang dilakukan oleh Anthony
num ballo’ (arak), mencuri atau per- H. Johns semakin memperkuat pen-
buatan terlarang lainnya. Pendekatan dapat bahwa para tokoh sufi dan tari-
seperti dilakukan oleh Datuk ri Bandang katlah yang mampu menyebarkan aga-
di daerah Gowa. ma Islam di Indonesia sampai ke
Kedua, pen dekatan yang dil- pelosok daerah pedalaman dan terpen-
akukan pada masyarakat yang secara cil (Johns, 1993; Azra, 1999: 34).
teguh berpegang pada kepercayaan De- Ketika Kerajaan Gowa Tallo men-
wata Sewwae’ dengan mitologi La Gali- jadi pemegang hegemoni kekuasaan Is-
gonya, ialah dengan menekankan pada lam di Sulawesi Selatan, maka semua
aspek aqidah (tauhid) mengesakan Tu- daerah yang belum memeluk agama
han Yang Maha Kuasa. Islam, terutama di daerah pedalaman,
Ketiga, penekanan pada aspek ta- seperti Kerajaan Bone, Soppeng, Wajo,
sawuf dilakukan bagi masyarakat yang dan Sidenren g harus dii slamkan .
kuat berpegang pada kebatinan dan Gerakan ini merupakan gerakan politik
ilmu sihir (black magic). Usaha seperti ini atau ekspansi yang dlakukan oleh Kera-
ditempuh oleh Datuk ri Tiro di daerah jaan Gowa Tallo dalam rangka memper-
Bulukumba (Hamid, 1982: 75-77). luas wilayah kekuasaannya. Dengan
Walaupun ada petunjuk yang di- memakai media agama Islam, Gowa
peroleh dari penjelasan di atas mengajak beberapa kerajaan di peda-
mengenai adanya pusat kajian Islam di laman Sulawesi selatan untuk memeluk
daerah Sulawesi Selatan pada paruh agama Islam. Namun ajakan Gowa Tallo
pertama abad ke 19, seperti di Pulau ini mendapat penolakan. Konsekwensi
Salemo, Pulau Karanrang, Balannipa dari penolakan tersebut menyebabkan
(Mandar), Palopo (Luwu), Wajo dan Gowa Tallo melancarkan serangan mili-
Bone. Namun harus diakui tidak banyak ter ke daerah Kerajaan Bone, Soppeng,
dari kalangan ulama Bugis-Makassar Wajo dan Sidenreng. Setelah daerah ke-

90
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah

rajaan ini dikalahkan, maka barulah acara do’a “t udang sipulung” dan
agama Islam diterima para penguasa “barazanji” yang dilakukan ketika hajat
dan rakyat kerajaan di pedalaman Sula- seseorang terkabul sebagai pertanda
wesi Selatan. Tersebutlah, kerajaan yang syukur kepada Tuhan Yang Maha
memeluk agama Islam karena kalah da- Kuasa. Selain itu, proses islamisasi ini
lam peperangan adalah Sidenreng Rap- terlaksana dengan baik karena adanya
pang dan Soppeng (masuk Islam tahun metode dan pendekatan yang dilakukan
1609 M), menyusul Wajo tahun 1610 M, para muballigh, terutama di masa-masa
dan terakhir adalah Bone pada tahun awal masuknya Islam di Sulawesi Se-
1611 M (Mattulada, 1974: 13; Muhae- latan yang bersifat akomodatif. Mereka
min, 2010: 121). memakai pendekatan adaptasi
struktural melalui pintu istana (raja),
dan tetap menghargai nilai-nilai budaya
HASIL PROSES ISLAMISASI HING- lokal yang dapat diislamkan. Pendekat-
GA AWAL ABAD KE XX an Islamisasi seperti ini dinamakan do-
mestifikasi atau penjinakan. Pendekatan
Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, melalui penjinakan ini, diartikan bahwa
norma adat yang dinamakan pan- semakin besar unsur pengorbanan dari
gadakkang atau pangadereng dilebur ber- penerima budaya, maka proses akul-
sama den gan n orma agama yan g turasi berjalan lamban. Sebaliknya,
kemudian disebut “sara.” Karena itulah, makin besar hubungan dan kecocokan
pelanggaran terhadap norma agama di- dengan tradisi local, makin lancar pula
identikkan dengan pelanggaran adat. proses akulturasi berlangsung. Misalnya
Integrasi nilai ajaran Islam ke dalam pada acara “Mabbarzanji”. Sebelum ke-
adat kehidupan masyarakat menyebab- datangan Islam, acara ini biasanya diisi
kan lahirnya system nilai baru seperti, pembacaan naskah “La Galigo” dan
ade’, rapang, wari, bicara dan sara. “Meong Palo Karellae”. Hal ini membuk-
Disebabkan adanya sifat penyesuaian, tikan para ulama pembawa agama Islam
maka unsur sara’ diterima ke dalam tidak berusaha menghilangkan atau me-
pangadereng. Melalui pranata sara’, nolak budaya local masyarakat Bugis
maka berlangsunglah proses pene- Makassar, tetapi bahkan mengislamkan
rimaan Islam yang memberi warna dengan jalan mengganti bacaan mereka
kepada pangadereng seluruhnya, se- dengan bacaan sejarah kehidupan
hingga di kalangan orang Bugis muncul Rasulullah Muhammad SAW yang
pemahaman bahwa Islam itu identik dikenal dengan “barazanji” (Kambe,
dengan kebudayaan Bugis. Oleh karena 2003: 32-33).
itu, sangat aneh apabila ditemukan ada Fakta kesejarahan lainnya, ialah
orang Bugis-Makassar yang bukan Is- bahwa Islam yang berkembang di Sula-
lam. Apabila hal ini terjadi, berarti wesi Selatan adalah Islam Mistik. Hal ini
mereka melakukan pelanggaran ter- dapat diketahui dari latar sejarah ke-
hadap pangadereng (Mattulada, 1995: hadiran tiga tokoh pembawa Islam ke
351). daerah ini, yaitu Datuk ri Bandang, Da-
Dalam konteks islamisasi di Sula- tuk ri Tiro, dan Datuk Patimang, meng-
wesi Selatan, akulturasi Islam dengan ingat ketiga tokoh ini adalah merupakan
budaya local dapat ditelusuri melalui ahli agama Islam yang kuat dalam
dua aspek. Pertama, dalam bidang ke- pengetahuan sufistik (tasawuf). Mereka
percayaan. Contohnya di dalam bertiga diutus untuk menyiarkan Islam
pelaksanaan ritual keagamaan, seperti kepada masyarakat Sulawesi Selatan

91
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

yang terkenal sangat mistik yang ajar- Kiai Muhammad Abduh Pabbaja, Kiai
annya bersumber dari Kitab “I La Gali- Haji Abdul Malik, Kiai Haji Muhammad
go” dan “Lontarak”. Yunus Marta, Kiai Haji Marzuki Hasan,
Abu Hamid, seorang Antroplog Kiai Haji Haruna Rasyid, Kiai Haji Ab-
dari Universitas Hasanuddin, dul Muin Yusuf, Kiai Haji Daud Ismail,
mengungkapkan bahwa, ada tiga pola Kiai Haji hamzah Badawi, Kiai Haji
pendekatan keislaman yang dilakukan Hamzah Manguluang, dan Kiai Haji
oleh ulama dalam proses islamisasi di Abdul Kadir Khalid. (Radhi al-Hafidh,
Sulawesi Selatan. Pertama, penekanan dkk., 1981/1982:35)
pada aspek syariat dilakukan untuk Mereka, para ulama yang disebut-
masyarakat yang kuat berjudi dan mi- kan di atas, dalam melakukan syiar Is-
num ballo’ (arak), mencuri atau per- lam kepada masyarakat cenderung ber-
buatan terlarang lainnya. Pendekatan sikap akomodatif dan toleran. Dengan
seperti ini dilakukan oleh Datuk ri Ban- pendekatan ini, Islam yang berkembang
dang di daerah Gowa. di Sulawesi Selatan adalah Islam yang
Kedua, pen dekatan yang dil- egaliter, toleran, dan terbuka terhadap
akukan pada masyarakat yang secara akulturasi budaya setempat yang berciri
teguh berpegang pada kepercayaan De- lokalitas Sulawesi Selatan, dan bukan
wata Sewwae’ dengan mitologi La Gali- Islam militan dan radikal, tetapi Islam
gonya, ialah dengan menekankan pada yang akomodatif. Dalam proses in-
aspek aqidah (tauhid) mengesakan Tu- teraksi antara Islam dengan budaya
han Yang Maha Kuasa. lokal Sulawesi Selatan, telah terjadi pe-
Ketiga, penekanan pada aspek ta- nerimaan dan penolakan Islam di satu
sawuf dilakukan bagi masyarakat yang pihak, dan juga proses penyesuaian bu-
kuat berpegang pada kebatinan dan daya lokal dengan konsep Islam dipihak
ilmu sihir (black magic). Usaha seperti ini lain. Salah satu usaha mempertemukan
ditempuh oleh Datuk ri Tiro di daerah tradisi Islam dan tardisi local ialah me-
Bulukumba. (Abu Hamid, 1982: 75-77) lalui pintu tasawuf.
Memasuki awal abad ke-20, se-
bagai implikasi dari proses Islamisasi
yang sudah berlangsung lama, maka SIMPULAN
bermunculanlah sejumlah pusat
pengkajian Islam di pedalaman Sulawe- Islam datang ke Sulawesi Selatan
si Selatan. Tersebutlah beberapa tokoh pada tahun 1605, ketika tiga tokoh pem-
ulama yang memegang peranan penting bawa Islam dari Minangkabau
di dalam transformasi pemikiran Islam, menginjakkan kakinya di daerah ini.
seperti Kiai Haji Muhammad As’ad. Dia Islam ketika pertama diterima di Sula-
adalah seorang ulama Bugis yang paling wesi Selatan adalah bersifat damai
berjasa melahirkan generasi ulama tanpa kekerasan, dan melalui pintu Ista-
Bugis periode selanjutnya. Kiai Haji Mu- na yang dimulai dari Raja kemudian
hammad As’ad kemudian mengem- turun kepada rakyat (top down). Namun
bangkan system pendidikan untuk ketika, pemegang hegemoni kekuasaan
mencetak kader ulama yang dinamakan Islam di Sulawesi Selatan ( Kerajaan
“Pesantren As’adiyah” di daerah Gowa Tallo) hendak meluaskan
Sengkang Wajo. Dari lembaga inilah la- pengaruhnya ke wilayah pedalaman,
hir tokoh ulama terkenal Bugis, seperti maka terjadilah perubahan pola islami-
Kiai Haji Abdurrahman Ambo Dalle, sasi dari yang bersifat damai menjadi
Kiai Haji Muhmmad Daud Sulaiman, kekerasan militer. Hal ini terjadi karena

92
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah

pihak kerajaan di pedalaman, seperti Kepulauan Nusantara Abad XVI & VIII:
Bone, Soppeng, Wajo dan Sidenreng me- Akar Pembaruan Islam di Indonesia, Ja-
nolak takluk dan menerima Islam dari karta: Kencana Prenada Media Group.
Chehab, Tharick, t.t., t.p. Asal Usul Para Wali,
Gowa.
Susuhunan, Sultan dan Sebagainya di
Penerimaan Islam sebagai bagian Indonesia.
yang tidak terpisahkan dari system bu- Hamid, Abu. 1982. Sistem Pendidikan Madras-
daya masyarakat Bugis dan Makassar, ah dan Pesantren di Sulawesi Selatan.
telah menjadikan identitas penting keis- Ujung Pandang: Fakultas Sastra Uni-
laman orang Bugis dan Makassar. Hal versitas hasanuddin.
ini tentu saja mempermudah proses -------. 1994. Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Sufi
penerimaan Islam sebagai agama dan dan Pejuang. Jakarta: Yayasan Obor
peradaban yang dianut. Melalui proses Indonesia.
H. Johns, Anthony. 1993. “Islamization in
islamisasi secara cultural dan secara
Southeast Asia: Reflections with Spe-
politik, telah menghasilkan bentuk
cial Reference to Role of Sufism”.
masyarakat Muslim Bugis dan Makassar Southeast Asian Studies. No. 1, Vol.3
yang toleran dan akomodatif. Seti- Juni.
daknya hal ini berangkat dari proses Kadir, Ilham. 2012. “Pembebasan Nusanta-
awal masuknya Islam di daerah Sulawe- ra: Antara Islamisasi dan Kolonisasi”.
si Selatan, bahwa para muballigh yang Jurnal Islamia, Vol. VII, No.2.
terdiri dari tokoh sufi yang datang me- Kambe, A.S. 2003. Akar Kenabian Sawerigad-
nyebarkan Islam, tidak menolak adat ing: Napak Tilas Jejak Ketuhanan Yang
istiadat yang berkembang di dalam maha Esa dalam Kitab Lagaligo (Sebuah
Kajian Hermeneutik), Makassar: Para-
masyarakat, tetapi bagaimana supaya
sufia.
adat dan budaya lama tersebut Lubis, Nabilah. 1997. Syekh Yusuf al-Tajul
diislamkan secara kultural, sehingga Makassari: Menyingkap Intisari Segala
masih ada batas toleransi di dalam be- Rahasia. Bandung: Mizan.
ragama. Hal ini memberi penegasan, Mattulada. 1974. “Bugis-Makassar: Manusia
bahwa kedudukan dan peranan ulama dan Kebudayaan” Berita Antropologi
dalam membentuk corak, pola dan ke- No.16, Fakultas Sastra Universitas
cenderungan pemahaman Islam di ka- Hasanuddin.
langan masyarakat sangat menentukan. -------. 1982. Menyusuri Jejak Kehadiran Makas-
sar Dalam Sejarah. Ujung Pandang:
Bhakti Baru.
-------. 1995. LATOA: Suatu Lukisan Analitis
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Antropologi Politik Orang
Bugis. Ujung Pandang: Hasanuddin
Abdullah, Taufik (ed.). 1988. Agama, Etos University Press.
Kerja dan Perubahan Sosial. Jakarta: Muhaemin, 2010. “Membaca Islam di Sula-
LP3ES. wesi Selatan”. Afkar, Jurnal Refleksi
Al-Hafidh, M. Radi.1981/1982. Karya Tulis Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan,
Ulama Sulawesi Selatan. Ujung Pan- Edisi No.29.
dang: IAIN Alauddin. Nooorduyn. 1956. “De Islmisering van Ma-
Ambary, Hasan Muarif. 2001. Menemukan kassar Sulawesi Selatan” BKI, No.112.
Peradaban: Jejak Arkeologis dan His- -------. 1972. Islamisasi Makassar, Jakarta:
toris Islam Indonesia. cetakan II, Ja- Bhratara.
karta: Logos Wacana Ilmu. Pelras, Christian. 1996. The Bugis, Oxford:
Azra, Azyumardi. 1988. Renaissans Islam Blackwell Publisher.
Asia Tenggara: Sejarah, Wacana & Ras Burhani, Danawir. 1984. Sejarah Perkem-
Kekuasaan. Bandung: PT Remaja Rosa- bangan Pendidikan di Sulawesi Selatan.
dakarya. Ujung Pandang: IAIN Alauddin.
-------. 2007. Jaringan Ulama Tmur Tengah dan

93
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016

Said, Nurman. 2010. “Genealogi Pemikiran Sewang, Ahmad M. 2005. Islamisasi Kerajaan
Islam Ulama Bugis” Jurnal Al-Fikr, Gowa Abad ke-XVI Sampai Abad ke-
Volume 14. No.2. XVII. Jakarta: Yayasan Obor Indone-
sia.

94

Anda mungkin juga menyukai