1 - Tahun 2016
ABSTRACT ABSTRAK
This article aims to describe how the islamization Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
process in South Sulawesi takes place approxi- bagaimana proses islamisasi di Sulawesi Selatan
mately 17th century reviewed from Islam histo- yang berlangsung sekitar abad ke 17 M ditinjau
ry, particularly related to when, who, where, and dari sejarah islam, terutama menyangkut kapan,
from where. Islamization in South Sulawesi took siapa, di mana, dan dari mana. Islamisasi di Su-
place in approximately 16M, has made social lawesi Selatan yang berlangsung sekitar abad ke
change for local people. The change at least oc- 16M, telah membawa perubahan sosial terhadap
curs by religion shift among people from previ- masayarakat setempat. Setidaknya perubahan itu
ously Hindu-Buddhist to new religion, that is berlangsung melalui beralihnya agama masyara-
Islam. Islamization in South Sulawesi using top kat, dari agama yang sebelumnya bersifat Hindu
down pattern. It means that for the initial stage, -Budha ke agama baru, yaitu Islam.Islamisasi
Islam is accepted by the king then society official- yang berlangsung di Sulawesi Selatan berlang-
ly embraces Islam. In the islamization context in sung melalui pola dari atas ke bawah (top down).
South Sulawesi, this area is a bit late accepting Artinya, pada tahap awal Islam diterima oleh
Islam compared with other areas in the eastern Raja, lalu setelah itu rakyat secara resmi me-
part of Indonesia such as Maluku, and Kaliman- meluk agama Islam. Dalam konteks Islamisasi di
tan. However, the trading relationship with other Sulawesi Selatan, kawasan ini agak terlambat
kingdoms has occured since long time ago. The menerima agama Islam dibandingkan dengan
area which initially embraces Islam in South kawasan lain di Timur Nusantara, seperti Malu-
Sulawesi is The Gowa-Tallo Kingdom. The king- ku, d an Kalim a nt an. N am un h ub ung a n
dom is also the first which declares Islam as the perdagangan dengan kerajaan lainnya sudah
official religion in the kingdom. Likewise, the berlangsung sejak lama.Adapun daerah Kerajaan
clerics dan the king have extremely big role for yang lebih awal memeluk agama Islam di Sula-
islamization in South Sulawesi. wesi Selatan ialah Kerajaan Gowa-
Tallo.Kerajaan ini juga yang pertama menjadi-
Keywords: Islamization in South Sulawesi, Per- kan Islam sebagai agama resmi kerajaan.
spective of Islam History Demikian juga peran Ulama dan Raja sangat
besar peranannya dalam Islamisasi di Sulawesi
Selatan.
86
Paramita Vol. 26 No. 1 - Tahun 2016 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825]
Hlm. 86—94
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah
87
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
88
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah
89
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
kalangan masyarakat Bugis-Makassar yang lahir dari puast kajian Islam terse-
melalui karya atau kitab yang di- but, dapat dimasukkan sebagai tokoh
tulisnya, baik dalam bahasa Bugis, Ma- pemikir Islam, yang menghubungkan
kassar maupun dalam bahasa Arab. jalinan kesejarahan dalam proses Islami-
Tarikat Khlwatiyah ini mengalami sasi di Sulawesi Selatan.
perkembangan yang cepat, sehingga Fakta kesejarahan tentang Islami-
menurut seorang ahli Indonesianis ten- sasi di Sulawesi Selatan yang dilakukan
tang Islam, Van Bruinessen, bahwa tari- para ulama sufi, seperti Syekh Yusuf
kat ini telah berakar secara kuat di ka- dan yang lainnya, telah menggugat tesis
langan masyarakat Bugis-Makassar, dan bahwa para pedagang merupakan aktor
menjadi salah satu faktor utama yang utama dalam proses Islamisasi di
memberi warna tersendiri corak Islam Nusantara mulai dipertanyakan. Dalam
di Sulawesi Selatan sepanjang se- bahasa retorik Taufik Abdullah,”para
jarahnya. (van Bruinessen, 1995:294-296) ahli masih memperdebatkan tentang
Abu Hamid, seorang Antropolog kemungkinan pedagang sebagai penye-
dari Universitas Hasanuddin, bar agama. Menjadi persoalan, dikare-
mengungkapkan bahwa, ada tiga pola nakan apakah pedagang, yang tentu saja
pendekatan keislaman yang dilakukan perhatian utamanya adalah mencari un-
oleh ulama dalam proses islamisasi di tung, betul-betul sanggup menyebarkan
Sulawesi Selatan. Pertama, penekanan agama Islam”? (Abdullah, (ed.), 1988: 1.)
pada aspek syariat dilakukan untuk Dalam hubungannya dengan persoalan
masyarakat yang kuat berjudi dan mi- ini, studi yang dilakukan oleh Anthony
num ballo’ (arak), mencuri atau per- H. Johns semakin memperkuat pen-
buatan terlarang lainnya. Pendekatan dapat bahwa para tokoh sufi dan tari-
seperti dilakukan oleh Datuk ri Bandang katlah yang mampu menyebarkan aga-
di daerah Gowa. ma Islam di Indonesia sampai ke
Kedua, pen dekatan yang dil- pelosok daerah pedalaman dan terpen-
akukan pada masyarakat yang secara cil (Johns, 1993; Azra, 1999: 34).
teguh berpegang pada kepercayaan De- Ketika Kerajaan Gowa Tallo men-
wata Sewwae’ dengan mitologi La Gali- jadi pemegang hegemoni kekuasaan Is-
gonya, ialah dengan menekankan pada lam di Sulawesi Selatan, maka semua
aspek aqidah (tauhid) mengesakan Tu- daerah yang belum memeluk agama
han Yang Maha Kuasa. Islam, terutama di daerah pedalaman,
Ketiga, penekanan pada aspek ta- seperti Kerajaan Bone, Soppeng, Wajo,
sawuf dilakukan bagi masyarakat yang dan Sidenren g harus dii slamkan .
kuat berpegang pada kebatinan dan Gerakan ini merupakan gerakan politik
ilmu sihir (black magic). Usaha seperti ini atau ekspansi yang dlakukan oleh Kera-
ditempuh oleh Datuk ri Tiro di daerah jaan Gowa Tallo dalam rangka memper-
Bulukumba (Hamid, 1982: 75-77). luas wilayah kekuasaannya. Dengan
Walaupun ada petunjuk yang di- memakai media agama Islam, Gowa
peroleh dari penjelasan di atas mengajak beberapa kerajaan di peda-
mengenai adanya pusat kajian Islam di laman Sulawesi selatan untuk memeluk
daerah Sulawesi Selatan pada paruh agama Islam. Namun ajakan Gowa Tallo
pertama abad ke 19, seperti di Pulau ini mendapat penolakan. Konsekwensi
Salemo, Pulau Karanrang, Balannipa dari penolakan tersebut menyebabkan
(Mandar), Palopo (Luwu), Wajo dan Gowa Tallo melancarkan serangan mili-
Bone. Namun harus diakui tidak banyak ter ke daerah Kerajaan Bone, Soppeng,
dari kalangan ulama Bugis-Makassar Wajo dan Sidenreng. Setelah daerah ke-
90
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah
rajaan ini dikalahkan, maka barulah acara do’a “t udang sipulung” dan
agama Islam diterima para penguasa “barazanji” yang dilakukan ketika hajat
dan rakyat kerajaan di pedalaman Sula- seseorang terkabul sebagai pertanda
wesi Selatan. Tersebutlah, kerajaan yang syukur kepada Tuhan Yang Maha
memeluk agama Islam karena kalah da- Kuasa. Selain itu, proses islamisasi ini
lam peperangan adalah Sidenreng Rap- terlaksana dengan baik karena adanya
pang dan Soppeng (masuk Islam tahun metode dan pendekatan yang dilakukan
1609 M), menyusul Wajo tahun 1610 M, para muballigh, terutama di masa-masa
dan terakhir adalah Bone pada tahun awal masuknya Islam di Sulawesi Se-
1611 M (Mattulada, 1974: 13; Muhae- latan yang bersifat akomodatif. Mereka
min, 2010: 121). memakai pendekatan adaptasi
struktural melalui pintu istana (raja),
dan tetap menghargai nilai-nilai budaya
HASIL PROSES ISLAMISASI HING- lokal yang dapat diislamkan. Pendekat-
GA AWAL ABAD KE XX an Islamisasi seperti ini dinamakan do-
mestifikasi atau penjinakan. Pendekatan
Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, melalui penjinakan ini, diartikan bahwa
norma adat yang dinamakan pan- semakin besar unsur pengorbanan dari
gadakkang atau pangadereng dilebur ber- penerima budaya, maka proses akul-
sama den gan n orma agama yan g turasi berjalan lamban. Sebaliknya,
kemudian disebut “sara.” Karena itulah, makin besar hubungan dan kecocokan
pelanggaran terhadap norma agama di- dengan tradisi local, makin lancar pula
identikkan dengan pelanggaran adat. proses akulturasi berlangsung. Misalnya
Integrasi nilai ajaran Islam ke dalam pada acara “Mabbarzanji”. Sebelum ke-
adat kehidupan masyarakat menyebab- datangan Islam, acara ini biasanya diisi
kan lahirnya system nilai baru seperti, pembacaan naskah “La Galigo” dan
ade’, rapang, wari, bicara dan sara. “Meong Palo Karellae”. Hal ini membuk-
Disebabkan adanya sifat penyesuaian, tikan para ulama pembawa agama Islam
maka unsur sara’ diterima ke dalam tidak berusaha menghilangkan atau me-
pangadereng. Melalui pranata sara’, nolak budaya local masyarakat Bugis
maka berlangsunglah proses pene- Makassar, tetapi bahkan mengislamkan
rimaan Islam yang memberi warna dengan jalan mengganti bacaan mereka
kepada pangadereng seluruhnya, se- dengan bacaan sejarah kehidupan
hingga di kalangan orang Bugis muncul Rasulullah Muhammad SAW yang
pemahaman bahwa Islam itu identik dikenal dengan “barazanji” (Kambe,
dengan kebudayaan Bugis. Oleh karena 2003: 32-33).
itu, sangat aneh apabila ditemukan ada Fakta kesejarahan lainnya, ialah
orang Bugis-Makassar yang bukan Is- bahwa Islam yang berkembang di Sula-
lam. Apabila hal ini terjadi, berarti wesi Selatan adalah Islam Mistik. Hal ini
mereka melakukan pelanggaran ter- dapat diketahui dari latar sejarah ke-
hadap pangadereng (Mattulada, 1995: hadiran tiga tokoh pembawa Islam ke
351). daerah ini, yaitu Datuk ri Bandang, Da-
Dalam konteks islamisasi di Sula- tuk ri Tiro, dan Datuk Patimang, meng-
wesi Selatan, akulturasi Islam dengan ingat ketiga tokoh ini adalah merupakan
budaya local dapat ditelusuri melalui ahli agama Islam yang kuat dalam
dua aspek. Pertama, dalam bidang ke- pengetahuan sufistik (tasawuf). Mereka
percayaan. Contohnya di dalam bertiga diutus untuk menyiarkan Islam
pelaksanaan ritual keagamaan, seperti kepada masyarakat Sulawesi Selatan
91
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
yang terkenal sangat mistik yang ajar- Kiai Muhammad Abduh Pabbaja, Kiai
annya bersumber dari Kitab “I La Gali- Haji Abdul Malik, Kiai Haji Muhammad
go” dan “Lontarak”. Yunus Marta, Kiai Haji Marzuki Hasan,
Abu Hamid, seorang Antroplog Kiai Haji Haruna Rasyid, Kiai Haji Ab-
dari Universitas Hasanuddin, dul Muin Yusuf, Kiai Haji Daud Ismail,
mengungkapkan bahwa, ada tiga pola Kiai Haji hamzah Badawi, Kiai Haji
pendekatan keislaman yang dilakukan Hamzah Manguluang, dan Kiai Haji
oleh ulama dalam proses islamisasi di Abdul Kadir Khalid. (Radhi al-Hafidh,
Sulawesi Selatan. Pertama, penekanan dkk., 1981/1982:35)
pada aspek syariat dilakukan untuk Mereka, para ulama yang disebut-
masyarakat yang kuat berjudi dan mi- kan di atas, dalam melakukan syiar Is-
num ballo’ (arak), mencuri atau per- lam kepada masyarakat cenderung ber-
buatan terlarang lainnya. Pendekatan sikap akomodatif dan toleran. Dengan
seperti ini dilakukan oleh Datuk ri Ban- pendekatan ini, Islam yang berkembang
dang di daerah Gowa. di Sulawesi Selatan adalah Islam yang
Kedua, pen dekatan yang dil- egaliter, toleran, dan terbuka terhadap
akukan pada masyarakat yang secara akulturasi budaya setempat yang berciri
teguh berpegang pada kepercayaan De- lokalitas Sulawesi Selatan, dan bukan
wata Sewwae’ dengan mitologi La Gali- Islam militan dan radikal, tetapi Islam
gonya, ialah dengan menekankan pada yang akomodatif. Dalam proses in-
aspek aqidah (tauhid) mengesakan Tu- teraksi antara Islam dengan budaya
han Yang Maha Kuasa. lokal Sulawesi Selatan, telah terjadi pe-
Ketiga, penekanan pada aspek ta- nerimaan dan penolakan Islam di satu
sawuf dilakukan bagi masyarakat yang pihak, dan juga proses penyesuaian bu-
kuat berpegang pada kebatinan dan daya lokal dengan konsep Islam dipihak
ilmu sihir (black magic). Usaha seperti ini lain. Salah satu usaha mempertemukan
ditempuh oleh Datuk ri Tiro di daerah tradisi Islam dan tardisi local ialah me-
Bulukumba. (Abu Hamid, 1982: 75-77) lalui pintu tasawuf.
Memasuki awal abad ke-20, se-
bagai implikasi dari proses Islamisasi
yang sudah berlangsung lama, maka SIMPULAN
bermunculanlah sejumlah pusat
pengkajian Islam di pedalaman Sulawe- Islam datang ke Sulawesi Selatan
si Selatan. Tersebutlah beberapa tokoh pada tahun 1605, ketika tiga tokoh pem-
ulama yang memegang peranan penting bawa Islam dari Minangkabau
di dalam transformasi pemikiran Islam, menginjakkan kakinya di daerah ini.
seperti Kiai Haji Muhammad As’ad. Dia Islam ketika pertama diterima di Sula-
adalah seorang ulama Bugis yang paling wesi Selatan adalah bersifat damai
berjasa melahirkan generasi ulama tanpa kekerasan, dan melalui pintu Ista-
Bugis periode selanjutnya. Kiai Haji Mu- na yang dimulai dari Raja kemudian
hammad As’ad kemudian mengem- turun kepada rakyat (top down). Namun
bangkan system pendidikan untuk ketika, pemegang hegemoni kekuasaan
mencetak kader ulama yang dinamakan Islam di Sulawesi Selatan ( Kerajaan
“Pesantren As’adiyah” di daerah Gowa Tallo) hendak meluaskan
Sengkang Wajo. Dari lembaga inilah la- pengaruhnya ke wilayah pedalaman,
hir tokoh ulama terkenal Bugis, seperti maka terjadilah perubahan pola islami-
Kiai Haji Abdurrahman Ambo Dalle, sasi dari yang bersifat damai menjadi
Kiai Haji Muhmmad Daud Sulaiman, kekerasan militer. Hal ini terjadi karena
92
Islamisasi di Sulawesi Selatan … — Anzar Abdullah
pihak kerajaan di pedalaman, seperti Kepulauan Nusantara Abad XVI & VIII:
Bone, Soppeng, Wajo dan Sidenreng me- Akar Pembaruan Islam di Indonesia, Ja-
nolak takluk dan menerima Islam dari karta: Kencana Prenada Media Group.
Chehab, Tharick, t.t., t.p. Asal Usul Para Wali,
Gowa.
Susuhunan, Sultan dan Sebagainya di
Penerimaan Islam sebagai bagian Indonesia.
yang tidak terpisahkan dari system bu- Hamid, Abu. 1982. Sistem Pendidikan Madras-
daya masyarakat Bugis dan Makassar, ah dan Pesantren di Sulawesi Selatan.
telah menjadikan identitas penting keis- Ujung Pandang: Fakultas Sastra Uni-
laman orang Bugis dan Makassar. Hal versitas hasanuddin.
ini tentu saja mempermudah proses -------. 1994. Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Sufi
penerimaan Islam sebagai agama dan dan Pejuang. Jakarta: Yayasan Obor
peradaban yang dianut. Melalui proses Indonesia.
H. Johns, Anthony. 1993. “Islamization in
islamisasi secara cultural dan secara
Southeast Asia: Reflections with Spe-
politik, telah menghasilkan bentuk
cial Reference to Role of Sufism”.
masyarakat Muslim Bugis dan Makassar Southeast Asian Studies. No. 1, Vol.3
yang toleran dan akomodatif. Seti- Juni.
daknya hal ini berangkat dari proses Kadir, Ilham. 2012. “Pembebasan Nusanta-
awal masuknya Islam di daerah Sulawe- ra: Antara Islamisasi dan Kolonisasi”.
si Selatan, bahwa para muballigh yang Jurnal Islamia, Vol. VII, No.2.
terdiri dari tokoh sufi yang datang me- Kambe, A.S. 2003. Akar Kenabian Sawerigad-
nyebarkan Islam, tidak menolak adat ing: Napak Tilas Jejak Ketuhanan Yang
istiadat yang berkembang di dalam maha Esa dalam Kitab Lagaligo (Sebuah
Kajian Hermeneutik), Makassar: Para-
masyarakat, tetapi bagaimana supaya
sufia.
adat dan budaya lama tersebut Lubis, Nabilah. 1997. Syekh Yusuf al-Tajul
diislamkan secara kultural, sehingga Makassari: Menyingkap Intisari Segala
masih ada batas toleransi di dalam be- Rahasia. Bandung: Mizan.
ragama. Hal ini memberi penegasan, Mattulada. 1974. “Bugis-Makassar: Manusia
bahwa kedudukan dan peranan ulama dan Kebudayaan” Berita Antropologi
dalam membentuk corak, pola dan ke- No.16, Fakultas Sastra Universitas
cenderungan pemahaman Islam di ka- Hasanuddin.
langan masyarakat sangat menentukan. -------. 1982. Menyusuri Jejak Kehadiran Makas-
sar Dalam Sejarah. Ujung Pandang:
Bhakti Baru.
-------. 1995. LATOA: Suatu Lukisan Analitis
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Antropologi Politik Orang
Bugis. Ujung Pandang: Hasanuddin
Abdullah, Taufik (ed.). 1988. Agama, Etos University Press.
Kerja dan Perubahan Sosial. Jakarta: Muhaemin, 2010. “Membaca Islam di Sula-
LP3ES. wesi Selatan”. Afkar, Jurnal Refleksi
Al-Hafidh, M. Radi.1981/1982. Karya Tulis Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan,
Ulama Sulawesi Selatan. Ujung Pan- Edisi No.29.
dang: IAIN Alauddin. Nooorduyn. 1956. “De Islmisering van Ma-
Ambary, Hasan Muarif. 2001. Menemukan kassar Sulawesi Selatan” BKI, No.112.
Peradaban: Jejak Arkeologis dan His- -------. 1972. Islamisasi Makassar, Jakarta:
toris Islam Indonesia. cetakan II, Ja- Bhratara.
karta: Logos Wacana Ilmu. Pelras, Christian. 1996. The Bugis, Oxford:
Azra, Azyumardi. 1988. Renaissans Islam Blackwell Publisher.
Asia Tenggara: Sejarah, Wacana & Ras Burhani, Danawir. 1984. Sejarah Perkem-
Kekuasaan. Bandung: PT Remaja Rosa- bangan Pendidikan di Sulawesi Selatan.
dakarya. Ujung Pandang: IAIN Alauddin.
-------. 2007. Jaringan Ulama Tmur Tengah dan
93
Paramita Vol. 26, No. 1 - Tahun 2016
Said, Nurman. 2010. “Genealogi Pemikiran Sewang, Ahmad M. 2005. Islamisasi Kerajaan
Islam Ulama Bugis” Jurnal Al-Fikr, Gowa Abad ke-XVI Sampai Abad ke-
Volume 14. No.2. XVII. Jakarta: Yayasan Obor Indone-
sia.
94