Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Kunjungan OSIS ke Museum Trowulan

Disusun oleh :

1. Amrissya Nurul Mu’afifah ( IX A )


2. Annisa Binti Kirani ( VIII E )
3. Anita Puspa Rini ( IX C )
4. Bryan Alfandi ( IX B )
5. Joni Gatot Prawoto ( IX A)
6. Putri Nur’aini ( IX C )
7. Selvi Putriani ( IX E )

Madrasah Tsanawiyah Negeri Pilangkenceng


Tahun Pelajaran 2016/2017
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ini Telah Disetujui Oleh Guru Pembimbing dan Disahkan Oleh
Kepala Sekolah

Pada Tanggal, 2017

Mengetahui, Mengesahkan,
Pembimbing Kepala Madrasah

Sulikah, S.Pd Agus Salim, S.Ag


(NIP. 196208071992031002)

Page 2 of 26
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas taufik
dan hidayah-Nya, kami bisa menyusun karya tulis ini dengan baik.Sebagai
tanda bukti bahwa kami telah mengunjungi obyek-obyek penelitian.
Karya tulis ini telah kami lengkapi dengan gambar-gambar dan informasi
dari obyek-obyek penelitian yang telah kami kunjungi.
Upaya penyusunan acara ini tidak lepas dari bantuan dan arahan dari
berbagai pihak, maka kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yang terhormat Bapak Agus Salim,S. Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah
Pilangkenceng.
2. Yang terhormat Ibu Sulikah,S. Pd selaku pembimbing.
3. Yang tercinta rekan-rekan Osis yang turut berpartisipasi dalam kunjungan ini
Karya tulis yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Kami memohon
maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu kami
mohon kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya tulis sederhana ini, dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.

Madiun, 2017

Penyusun

Page 3 of 26
DAFTAR ISI
1. Lembar Pengesahan……………………………………………………………..Hal 02
2. Kata Pengantar……………………………………………………………………….Hal 03
3. Daftar Isi……………………………………………………..……………………………Hal 04
4. Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. Hal 05
1.2 Permasalahan………………………………………………………………….Hal 05
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………..Hal 05
1.4 Tujuan dan manfaat penulisan……………………………………Hal 06
5. Bab 2 Pembahasan
2.1 Sejarah dan geografi museum trowulan……………………Hal 06
2.2 Koleksi Museum Trowulan…………………………………………….Hal 07
2.3 Situs-situs Peninggalan kerajaan Majapahit…………….Hal 23
6. Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….Hal 26
3.2 Saran…………………………………………………………………………………….Hal 26
3.3 Daftar Pustaka…………………………………………………………….…….Hal 26

Page 4 of 26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau yang sungguh-sungguh gemilang perlu
dikenang. Indonesia adalah suatu Negara kepulaun yang membentang dari Sabang sampai
Merauke. Negeri ini pada abad ke-13 berupa negeri-negeri kecil yang terpisah-pisah di
antara ribuan pulau-pulau kecil yang menyebar. Salah satu bagian dari kejayaan bangsa
Indonesia tersebut adalah sebuah Kerajaan Majapahit.
Manusia lahir dan mati. Negeri timbul dan tenggelam, demikian pula negeri Majapahit.
Kebesarannya pun tidak langgeng, namun sejarah penyatuan Nusantara ini, menjadi
kenangan manis yang dicatat dengan tinta emas dalam sejarah persatuan Nusantara.
Negara Indonesia ini pun, bisa terinsiprasi dari kebesaran Majapahit. Sumpah Palapa yang
diucapakan Maha Patih Gajah Mada di depan singgasana raja, masih menggetarkan nurani
anak bangsa hingga saat ini. Begitu juga dengan kebesaran Majapahit dari peningalan-
peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang sampai sekarang masih disimpan dan dijaga di
museum Trowulan.
Keberadaan Museum Trowulan tentu tidak dapat dilepaskan dari kerajaan Majapahit.
Kondisi ini ditandai oleh ribuan koleksi yang di display pada areal museum mulai dari
mata uang, perhiasan lampu, alat musik, senjata perang, pedupaan, genta untuk pengiring
pembacaan doa dalam upacara keagamaan, dan masih banyak lagi peninggalan yang
lainnya. Museum Trowulan adalah museum arkeologi berada di Jawa Timur, tepatnya di
kecamatan Trowulan di barat kolam segaran. Museum Trowulan ini digunakan sebagai
tempat penyimpanan benda-benda atau artefak-artefak yang ditemukan di sekitaran
Trowulan. Kebanyakan dari koleksi museum ini berasal dari artefak kerajaan Majapahit.
Selain dari kerajaan Majapahit, di museum ini juga terdapat penemuan-penemuan artefak
dari kerajaan Kahuripan, Kediri, dan Singosari. Museum ini selain berfungsi sebagai tempat
penyimpanan benda-benda sejarah, juga berperan sebagai tempat studi sejarah. Sehingga
kita dapat melihat hasil-hasil kebudayaan jaman kuno melalui koleksi-koleksi dalam
museum ini.

1.2 Permasalahan

1. Sejarah dan geografi museum trowulan


2. Koleksi Museum Trowulan
3. Situs-situs Peninggalan kerajaan Majapahit

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah dan geografi museum trowulan?
2. Apa saja koleksi museum trowulan?
3. Sebut dan jelaskan situs-situs peninggalan majapahit

Page 5 of 26
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah dan geografi museum trowulan.
2. Untuk mengetahui benda peninggalan kerajaan majapahit.
3. Untuk mengetahui situs-situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dan Geografi Museum Trowulan

Museum Trowulan terletak di desa Trowulan, kecamatan Trowulan, Kabupaten


Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian maka Museum Trowulan ini terletak di
bekas pusat ibukota Majapahit, sehingga di sekitar Museum ini banyak terdapat peninggalan-
peninggalan Majapahit seperti Segaran, Candi Minak Jinggo, dan lain-lain. Pada tanggal 24 April
1924, R.A.A. Kromodjojo Adinegoro salah seorang Bupati Mojokerto, bekerjasama dengan Ir.
Henry Maclaine Pont seorang arsitek Belanda yang mendirikan Oudheeidkundige Vereeneging
Majapahit (OVM) yaitu suatu perkumpulan yang bertujuan untuk meneliti peninggalan-
peninggalan Majapahit. OVM menempati sebuah rumah di Situs Trowulan yang terletak di jalan
raya jurusan Mojokerto-Jombang km.13 untuk menyimpan artefak-artefak yang diperoleh baik
melalui penggalian, survey maupun penemuan secara tidak disengaja. Mengingat banyaknya
artefak yang layak untuk dipamerkan, maka direncanakan untuk membangun sebuah museum
yang terealisasi pada tahun 1926 dan dikenal dengan nama Museum Trowulan.
Pada tahun 1942 museum ditutup untuk umum karena Meclain Pont ditawan oleh
Jepang. Sejak itu museum berpindah-pindah tangan dan akhirnya dikelola oleh Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur. Tugas kantor tersebut tidak hanya
melaksanakan perlindungan terhadap benda cagar budaya peninggalan Majapahit saja, tetapi
seluruh peninggalan kuno yang tersebar di wilayah Jawa Timur.oleh karena itu koleksinya
semakin bertambah banyak. Untuk mengatasi hal tersebut museum dipindahkan ke tempat
yang lebih luas ± 2 km dari tempat semula, namun masih di situs Trowulan. Museum baru
tersebut sesuai dengan struktur organisasinya disebut sebagai Balai Penyelamatan Arca,
namun masyarakat umum tetap mengenalnya sebagai Museum Trowulan.
Pada tahun 1999 koleksi prasasti peninggalan R.A.A. Kromodjojo Adinegoro
dipindahkan dari Gedung Arca Mojokerto ke Museum Trowulan, sehingga koleksi Museum
Trowulan semakin lengkap. Berdasarkan fungsinya, Museum Trowulan kemudian diberi nama
sebagai Balai Penyelamatan Arca BP3 Jawa Timur. Mengingat kebutuhan akan informasi yang
semakin lama semakin meningkat dari masyarakat tentang Majapahit, maka maka kini nama
Balai Penyelamatan Arca BP3 Jawa Timur pun dirubah menjadi Pusat Informasi Majapahit.
Walaupun terjadi perubahan, namun pada prinsipnya hal tersebut tidak merubah fungsinya
secara signifikan, yaitu sebagai sebuah Museum dan Balai Penyelamatan Benda Cagar Budaya
di Jawa Timur. Untuk menampung koleksi Benda Cagar Budaya yang setiap tahun terus
Page 6 of 26
bertambah dan untuk meningkatkan pelayanan sajian kepada masyarakat, maka BP3 Jawa
Timur terus melakukan pembenahan terhadap Museum Trowulan.

2.2 Koleksi-Koleksi Museum Trowulan

Sesuai dengan sejarahnya, koleksi Pusat Informasi Majapahit di dominasi oleh benda
cagar budaya peninggalan Majapahit. Malalui peninggalan tersebut beberapa aspek budaya
majapahit dapat di kaji lebih lanjut , seperti bidang pertanian,irigasi, arsitektur, perdagangan,
perindustrian, agama dan kesenian. Keseluruhan koleksi tersebut ditata di gedung, pendopo
maupun halaman gedung museum. Berdsarkan bahannya keloksi Museum Trowulan yang
dipamerkan sebagai berikut :

1. Koleksi Tanah Liat (Terakota)


Arca Terakota Perempuan.

Arca terakota wanita digambarkan baik dalam sikap berdiri maupun duduk, memangku
anak, dan sedang memetik wina atau bermain rebana. Gaya rambutnya bermacam-macam
serta memakai subang dan hiasan bunga diatas telinga. Tubuhnya memakai kain kemben yang
diselempangkan di pundak. Arca-arca ini dapat dipakai untuk menggambarkan penampilan
atau status wanita pada masa Majapahit. Fungsinya sebagai hiasan, atau memerankan tokoh
dalam cerita tertentu.
Arca Hariti

Dalam mitologi agama Buddha diceritakan bahwa pada mulanya Hariti adalah raksasa
perempuan bernama Abhirati dari keraajaan Satyagiri yang sukanya melahap daging anak
kecil. Hal ini membuat ketakutan rakyat, oleh sang Buddha, Hariti diberi wejangan tentang
agama Buddha. Ketika sadar, ia diangkat menjadi Dewi Pelindung Anak atau dewi kesuburan.
Biasanya, arca hariti digambarkan berdada besar dan dikelilingi anak kecil.
Arca Terakota Laki-laki

Page 7 of 26
Berdasarkan hiasan arca-arca terakota laki-laki dapat dikelompokkan menjadi 3 :
Pendeta Siwa/Buddha, bangsawan, dan rakyat biasa. Arca pendeta digambarkan dengan
rambut disanggul keatas kepala atau tangan disilangkan di depan dada. Arca bangsawan
digambarkan memakai perhiasan lengkap dan pada dahinya terdapat urna. Sedangkan arca
laki-laki dari golongan rakyat biasa digambarkan berambut pendek, bertutup kepala dan tidak
memakai baju.
Arca Terakota Wajah Orang Asing

Pada masa majapahit telah ada beberapa bangsa asing yang berdiam di majapahit.
Mereka berada di majapahit karena terkait dalam hubungan ekonomi, politik, dan keagamaan.
Wajah orang asing tersebut diantaranya adalah Cina dan Arab. Cii orang Cina bermata sipit,
rambut disisir ke belakang, berkumis, berbadan gemuk, dan memakai jubah. Ciri orang arab
adalah berhidung mancung dan memakai kopyah.
Arca Terakota Anak-anak

Page 8 of 26
Salah satu jenis arca-arca kecil terakota pada masa majapahit adalah arca anak-anak.
Arca tersebut, digambarkan dengan baik dalam keadaan sikap berdiri maupun duduk, berpipi
tembem, serta berambut kuncung untuk anak laki-laki atau kuncir untuk anak perempuan
dihiasi dengan sirkam. Arca anak-anak dibuat langsung dengan teknik gores, cukil, dan pres.
Fungsinya sebagai boneka untuk permainan anak-anak atau untuk memerankan suatu tokoh
dalam cerita tertentu.
Arca Terakota Wajah Deformasi

Arca terakota dengan wajah dideformasi adalah arca-arca yang wajahnya dibuat lebih
buruk dari wajah atau roman muka pada umumnya, misalnya berwajah mirip kera, berpipi
tembem seperti anak kecil, bibir tebal, mata sipit, serta hidung pesek. Karakter wajah seperti
ini antara lain dijumpai pada relief cerita Bubukash atau Gagangaking di candi Surowono serta
relief Panji di gunung Penanggungan. Fungsinya diduga enggambarkan tokoh punakawan
untuk yang berwajah lucu, sedangkan untuk yang berwajah kera menggambarkan tokoh kera
dalam cerita Ramayana.
Arca Binatang

Arca binatang yang banyak digambarkan dalam bentukarca adalah : kura-kura, harimau,
lembu, kuda, gajah, angsa, ayam jantan, kera, domba, anjing, katak, merpati, babi, kijang, dan
kambing. Arca binatang tersebut berfungsi untuk perainan anak-anak, sebagai boneka pada
seni pertunjukan digunakan untuk penggambaran tokoh dalam cerita bubukash gagangaking
Ramayana dalam keagamaan agama hindhu. Binatang berfungsi sebagai kendaraan (wahana)
dan persembahan kepada para dewa. Di Asia Tenggara, kebiasaan menempatkan area/gambar
binatang ternak diruang pemujaan keluarga dengan tujun agar ternak mereka dilindungi para

Page 9 of 26
dewa. Pada seni bangunan garuda dan ayam dipakai sebagai penghias atap yang
melambangkan kejantanan dan status social pemiliknya.
Kala

Kala adalah salah satu binatang dalam mitologi Hindu yang digambarkan sangat
menakutkan, mata melotot, mulut menyeringai, memperlihatkan taringnya. Kala biasanya
dipakai sebagai hiasan ambang pintu atau relung candi. Biasanya hiasan Kala dilengkapi
dengan Makara, yaitu binatang laut berbelalai yang diletakkan dikanan kiri pintu atau pipi
tangga candi.
Miniatur Rumah

Miniatur rumah digunakan sebagai maket dalam perencanaan pemukiman pada masa
Majapahit. Pada miniatur rumah, kita bias melihat variasi atap yang bermacam-macam, ada
tajug, gonjong, limasan, dan kampun. Hal ini terlihat pula jenis bahan yang digunakan untuk
atap yaitu gentrng, sirap, bamboo, dan ijuk.
Wadah Sesaji

Page 10 of 26
Wadah ini digunakan untuk meletakkan benda-benda sesaji. (sajen : Jawa ) seperti bunga,
air suci, dupa, kemenyan, dll.
Jaladwara / Pancuran air

Jaladwara digunakan di candi-candi atau pemandian kuno untuk menyalurkan air. Di


candi-candi umumnya digunakan pancuran berupa ikan yang berbelalai. Sementara di
pemandian-pemandian, digunakan pancuran berbentuk guci yang dibawa Kinari (Makhluk
setengah dewa berkepala manusia dan berbadan burung atau kuda atau guci yang digigit
Makara atau Padma). Bentuk-bentuk pancuran tersebut melambangkan kesucian dan
kesuburan.
Selubung Tiang

Page 11 of 26
Selubung tiang berfungsi sebagai penutup tiang atau pilar yang polos. Selain itu,
diperkirakan sebagai penambah nilai estetika sehingga motifnya bermacam-macam seperti
bentuk Makara, Padma, flora, bahkan bentuk relief manusia.
Kemuncak

Kemuncak adalah hiasan pada puncak atap bangunan. Bentuknya bervariasi diantaranya
ayam jago, burung, Padma, gunungan, garudan, dan bentuk kerucut dengan motof pilin. Bentuk
kemuncak memiliki makna simbolis, adanya kepercayaan terhadap aliran agama tertentu serta
menunjukkan tingkat status social atau sifat penghuninya.
Minatur Tiang

Miniatur tiang merupakan sebuah karya seni yang berfungsi sebagai model atau contoh
untuk membuat tiang yang sebenarnya yang berasal dari jaman majapahit.
Pot Bunga

Pot bunga adalah salah satu hasil seni pada masa Majapahit yang terbuat dari tanah liat.
Ukurannya besar dan tinggi, karena itu pot bunga langsung diletakkan di atas lantai.
Vas Bunga

Page 12 of 26
Vas ini mempunyai dasar penampang lingkaran, dindingnya tinggi melebar keatas dan
melengkung ke dalam membentuk mulut kecil,tetapi ada pula yang bermulut lebar. Hiasannya
antara lain motif binatang, tumbuhan, dan pemandangan. Teknik biasanya dengan gores, cetak,
lukis, dan temple.
Wadah dengan hiasan daun vertical

Wadah ini bermulut lingkaran dan berhias daun-daun vertical disekelilingnya. Ini
kemungkinan mengambil inspirasi dari bentuk Surya Majapahit. Tidak diketahui dengan
pasti fungsinya, tetapi beberapa kali disebutkan bahwa wadah ini ditemukan dengan
kondisi berisi abu. Namun sangat spekulatif jika disebutkan bahwa benda ini adalah wadah
abu jenazah.
Pipa Air

Pipa air ini berasal dari trowulan dengan bentuk silinder lurus, lengkung, atau huruf T.
Masing-masing ujungnya dibentuk sedemikian rupa untuk memudahkan penyambungan antar
pipa. Ini bukti bahwa pengairan masa Majapahit gtelah maju. Teknik pembuatannya
menggunakan jari tangan.

Page 13 of 26
Celengan Bulat

Celengan ini ditemukan di trowulan dalam erbagai ukuran. Celengan-celengan tersebut


berhias goresan garis bergelombang lurus serta garis slip merah dan lubang-lubang tertentu
dengan jarak tertentu, kemungkinan untuk membantu pemanasan dalam proses
pembuatannya. Ukuran lubang dibuat cukup untuk memasukkan uang logam cina.
Celengan Figur Manusia

Celengan ini dibentuk seperti figure manusia dengan bermacam-macam jenis, diantaranya
adalah figure anak-anak dan figure wajah dewasa. Umumnya digambarkan berpipi tembem
dan terdapat lubang koin diatasnya.

2. Koleksi Keramik
Koleksi keramik yang dimiliki oleh Pusat Informasi Majapahit berasal dari beberapa
Negara asing seperti Cina, Tahailand, dan Vietnam. Keramik tersebut pun memiliki berbagai
bentuk dan fungsi, seperti guci, teko, piring, mangkuk, sendok dan vas bunga.
Porselen adalah bukti hubungan kerja sama majapahit dengan kerajaan-kerajaan lain.
Kerajaan Majapahit sudah melakukan hubungan dengan luar negeri lewat jalur perdagangan
dan politik. Dugaan ini didasarkan atas temuan porselen asing di wilayah Trowulan. Porselen-
porselen asing yang ditemukan berasal dari China, Thailand (Sawankhalok dan Sukhotai),
Kamboja (Khmer), dan Vietnam

Page 14 of 26
3. Koleksi Logam
Koleksi Benda cagar budaya berbahan logam yang dimiliki Pusat Informasi Majapahit
dapat diklasifikasikandalam beberapa kelompok seperti koleksi mata uang kuno, koleksi alat-
alat upacara seperti bokor, pedupan,lampu,cermin,guci dan genta dan koleksi alat musik.
Blencong

Wayang kulit merupakan salah satu seni pertunjukkan pada masa Majapahit. Cerita
(lakon) diambil dari epos Mahabharata dan Ramayana. Pertunjukkan dimulai setelah matahari
terbenam. Dalang sebagai pemain tunggal, sepanjang malam duduk bersila sambil memainkan
wayang di depan layar putih (kelir) dengan diterangi sebuah lampu minyak yang disebut
blencong (untuk di Jawa) dan damar (untuk di Bali). Bentuk pengait Blencong / Damar
bermacam-macam, seperti : Gunungan,flora, dan fauna.
Lampu (Pelita)

Page 15 of 26
Masyarakat Majapahit sudah mengenal penerangan dengan menggunakan lampu (pelita)
yang berbahan bakar minyak kelapa, minyak jarak, dan lemak hewan. Lampu ini biasanya
digantung pada langit-langit dengan seutas rantai. Motif yang banyak digunakan adalah
kelopak bunga, gajah,garuda, dan manusia. Fungsinya sebagai alat penerangan dan alat
upacara.
Hiasan Pintu

Hiasan pintu bentuknya beraneka macam, seperti : gunungan, lingkaran,flora, dan fauna,
dan lainnya. Bagian tengah terdapat pegangan berbentuk lingkaran yang menggantung ke
bawah. Ragam hias yang digunakan berupa ukiran kerrawang dengan motif flora, fauna, dan
garis-garis melingkar. Fungsinya digunakan untuk hiasan dan tempat dudukan gagang penarik
daun pintu. Fungsi simbolisnya adalah sebagai penolak bala.
Alat Rumah Tangga

Perkembangan mata pencaharian dan teknologi memberi corak terhadap isi dan
kelengkapan peralatan rumah tangga. Salah satunya peralatan yang berkaitan dengan urusan
dapur baik yang berhubungan langsung dengan produksi maupun peralatan makan.
Beberapa koleksi peralatan rumah tangga yang berhubunganan dengan produksi adalah
wadah air, ketel (cerek), dan gayung. Sedangkan koleksi yang berupa peralatan makan adalah
mangkuk, piring, teko, cupu, dan sendok sayur.
Uang Koin

Page 16 of 26
Majapahit sudah menjalin hubungan dagang dengan negara-negara tetangga, yaitu
Jambudwipa (India), Kamataka, Goda, Kamboja, Cina, Yamana, Campa, Siam, Thailand. Barang-
barang yang diperdagangkan adalah kebutuhan sehari-hari, kerajinan, dan barang ekspor.
Sebagai alat tukar resmi dalam perdagangan adalah uang koin Kepeng dari China,
berbentuk bulat, berlubang persegi di tengahnya, berhiaskan dengan tulisan berhuruf China.
Selain itu, masih ada dua uang koin yaitu : Uang Ma (Singkatan dari Masa), berukuran kecil
seperti kancing baju ; dan uang Gobog bentuknya sama dengan uang Kepeng namun berukuran
lebih besar, berhiaskan tokoh pewayangan seperti Srikandi, Semar, Togog, dan angka tahun
Jawa kuno abad XV-XVI M. Bahan uang Kepeng dan Gobog dari perunggu, sedangkan uang Ma
dari Perak. Karena jumlah uang Ma dan Gobog yang relative sedikit, diduga berfungsi untuk
alat upacara.
Perhiasan Tubuh

Perhiasan Tubuh digunakan orang baik laki-laki dan perempuan sejak masa prasejarah
hingga sekarang. Hasil karya seni perhiasan tubuh di Hindhu-Buddha abad IV-XV M. Bahan
yang digunakan salah satunya adalah logam, seperti emas, perak, perunggu, campuran emas
dan tembaga (suasa), campuran tembaga dan seng (kuningan).
Jenis-jenis perhiasan tubuh yang dipakai dari ujung kepala hingga ujung kaki, antara lain
perhiasan rambut/kepala (mahkota), perhiasan daun telinga (kundala), gelang lengan(keyura),
gelang tangan(kankana), kalung(hara), liontin/bandul kalung, gelang kaki(binggel)
Fungsi perhiasan tubuh adalah sebagai sarana upacara kegamaan, melambangkan
tingkatan dewa-dewi dalam pantheon agama Hindu-Budha maupun tingkatan social
masyarakat. perhiasan masyarakat, perhiasan tubuh, dan pelengkapan pakaian.
Prasasti Alasantan

Page 17 of 26
Prasati ini terdiri empat lempengan yang dipahatkan pada salah satu sisi, menggunakan
huruf dan bahasa Jawa Kuno. Isi Prasasti menyebutkan bahwa pada tanggal 5 Kresnapaksa
Bulan Badrawada Tahun 861 saka (6 September 939 M) Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok
Sri Isana Wikrama memerintahkan agar tanah di Alasantan di bawah kekuasaan Bawang
Mapapan (Ibu dari Rakryan Mapatih i Halu Dyah Sahastra) diberi Hak otonom menjadi tanah
sima
Gamelan

Pada masa Majapahit, gamelan disebut dengan tabe-tabehan. Gambaran tentang jenis-
jenis alat music gamelan dapat dijumpai pada relief Candi Penataran, Candi Rimbi, Candi
Sukuh.
Alat-alat music gamelan antara lain alat music petik : siter dan cemplung. Alatmusik
gesek : rebab. Alat music tiup : seruling dan terompet. Alat music dari lapisan/ membrane :
kendang. Alat music pukul : Reyong, Kemun, Kenong, Gong, Gambang, Gender, Saron,
Kemanak, Simbal, dan Gentha.
Gamelan pada masa Majapahit berfungsi untuk menambah semangat dalam berperang,
upacara keagamaan, untuk dinikmati dan dipakai untuk mengiringi seni pertunjukkan seperti
sendratari, wayang, lawak, tandak atau tayub.
Keris

Page 18 of 26
Keris merupakan budaya asli Indonesia khususnya dari pulau Jawa, sudah dikenal sejak
abad V-VII M. Budaya keris mencapai puncaknya pada masa kerajaan Majapahit abad XIII-XV
M. Setelah itu, budaya keris berkembang di wilayah nusantara dan negara-negara tetangga,
seperti Brunai, Champa (Kamboja), Filipina Selatan, dan Pathani di Thailand Selatan.
Penggambaran penggunaan keris sudah digambarkan pada relief Candi Borobudur, Candi
Jago, Candi Penataran, Candi Tegowangi. Dari berita tertulis Yingyai Sheng Lan tahun 1416 M
yang ditulis oleh Ma Huan dikatakan bahwa, hampir semua penduduk Majapahit khususnya
laki-laki dari usia anak-anak hingga dewasa selalu memakai pulak, yaitu senjata yang berkelok-
kelok (keris).
Bentuk keris terdiri atas dua bagian yaitu, bagian bilah (wilah) dan sarung (warangka).
Bahan pembuatan bilah keris terdiri atas besi, baja, dan bahan pamor (batu meteor). Teknologi
yang digunakan adalah teknik tempa. Orang yang ahli membuat keris disebut Empu.
Fungsi dari keris adalah sebagai benda pusaka yang mempunyai kekuatan magis, alat upacara
keagamaan, alat senjata, benda seni, dan perlengkapan busana.
Wadah (Sarana) Upacara

Masyarakat Majapahit yang beragama Hindhu-Budha memerlukan sarana upacara dalam


melakukan ritual keagamaan. Berdasarkan bentuknya terbagi menjadi dua yaitu wadah air dan
wadah benda-benda upacara bukan air.
Bentuk-bentuk wadah air suci yaitu guci, kendi, bejana. Penggambaran guci dan kendi
sebagai wadah air suci (tirta amertha) sudah dilukiskan dalam karya sastra, arca, dan relief.
Relief Garudeya menceritakan bahwa untuk menebus winata (ibunya) dari kutukan ular Kadru,
Garudeya (Suparna) membawa air suci (Tirta Amerta) yang disimpan dalamguci. Cerita
Samudramanthana menyebutkan, setelah para dewa megaduk lautan susu (ksira arnawa),
maka munculah guci berisi tirta amertha.
-Bejana adalah sebuah wadah yang bentuk silinder meninggi baik polos maupun beragam hias.
-Zodiac Beaker, yaitu bejana yang bergambar simbol-simbol rasi bintang dan wayang.
Fungsinya adalah untuk wadah air suci maupun alat ramalan waktu dan penanggalan.
Wadah sebagai tempat benda-benda upacara bukan air diantaranya pedupaan, bokor
dan cupu.
-Pedupaan atau Padhupan merupakan perlengkapan upacara tempat membakar dupa atau
kemenyan. Pembakaran dupa dilakukan padabagian wadah, sedangkan lubang-lubang pada
bagian samping atau bawah wadah berfungsi untuk saluran keluar asap.

Page 19 of 26
-Bokor berbentuk seperti mangkuk baik berkaki atau tidak, umumnya memiliki diameter
mulut hampir sama dengan kaki. Fungsinya sebagai tempat air suci atau bunga dalam upacara.
Sejenis bokor yang digunakan sebagai wadah penginangan disebut cerana.
-Cupu berbentuk bulat yang terdiri bagian wadah dan tutup. Fungsinya untuk sarana upacara
dan menyimpan benda-benda berharga.
4. Koleksi Batu
Koleksi Benda cagar budaya berbahan batu berdasarkan jenisnya dapat dikalsifikasikan
menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : koleksi Miniatur dan Komponen Candi, koleksi
Arca, koleksi relief, koleksi prasasti. Sementara itu, koleksi benda cagar budaya yang berbahan
batu yang dimiliki oleh pusat Informasi Majapahit, juga terdapat alat-alat dan fosil binatang
dari prasejarah.
Nandiswara

Nandiswara merupakan salah satu pengiring Dewa Siwa yang mempunyai kekuatan
sebagai penolak bala seperti halnya Mahakala. Biasanya ia digambarkanbertangan dua, tangan
kiri memegang sampur, tangan kanan bertumpu pada miniature bangunan. Dalam tugasnya
menjaga bangunansuci, Nandiswara ditempatkan di relung sebelah kiri pintu masuk.
Surya

Page 20 of 26
Surya adalah Dewa Matahari menurut kpercayaan Hindhu Beliau mengendarai kereta yang
ditarik 7 kuda dengan kusir Aruna, saudara Garuda putra dari Dewi Winata. Dalam
pewayangan, Surya dianggap Dewa yang menguasai dan mengatur Matahari, sehingga diberi
gelar Bathara Surya. Beliau terkenal sangat sakti mandraguna dan menjadi tumpuan hidup
tumbuhan dan hewan.
Nandi

Nandi merupakan lembu yang menjadi wahana atau kendaraan dewa Siwa dalam
mitologi Hindhu. Candi yang memiliki arca Nandi adalah candi yang digunakan untuk
pemujaan Hindhu-Siwa, dan biasanya ditempatkan pada ruangan suci sebuah candi
(Garbhagrha). Nandi biasanya digambarkan dalam posisi mendekam.
Arca Wisnu Naik Garuda

Arca Wisnu Naik Garuda menggambarkan cerita Garudeya yang menceritakan asal mula
Garuda menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Diperkirakan arca ini berasal dari relung utama
Percandian Belahan dan diduga sebagai arca perwujudan Raja Airlangga. Raja Airlangga
setelah membagi kerajaan menjadi Jenggala dan Panjalu, mengundurkan pertapa dengan nama
Resi Gentayu. Selama pemerintahannya , Airlangga telah berusaha meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyatnya setelah porak poranda akibat serangan raja Wurawuri di saat
pemerintahan Raja Dharmawangsa Tguh. Itulah sebabnya pada saat Airlangga wafat, beliau
diwujudkan sebagai Wisnu sang Penyelamat dan Pemelihara dunia yang sedang mengendarai
Burung Garuda.

Page 21 of 26
Dwarapala

Arca yang diletakkan dikanan kiri pintu masuk candi atau bangunan suci. Dwarapala
digambarkan berwujud raksasa, tangan kiri menggenggam dan tangan kanan membawa gada,
memakai upawitaular, anting-anting, jamang, gelang tangan dan kain sebatas mata kaki.
Posisinya ada yang berdiri dan adayang jongkok. Fungsi arca ini adalah sebagai penolak bala.
Kinnari

Kinnari adalah makhluk kahyangan berjenis kelamin wanita bersifat setengah dewa.
Digambarkan berbentuk setengah manusia berkepala binatang, tetapi umumnya berbadan
burung dan berkepala manusia. Kinnari banyak digunakan sebagai hiasan candi karena candi
merupakan gambaran kehidupan kahyangan.
Garuda

Page 22 of 26
Garuda disebut sebagai Arca Minak Jinggo oleh penduduk setempat. Dalam catatan
Belanda, arca ini disebut Mahakala/Bairawa yang memiliki ciri-ciri berwajah raksasa, mata
melotot, upawita berupa ular dan tangan kanan memegang belati. Dengan melihat ciri lain
yang tidak disebutkan dalam catatan Belanda, diduga arca Minak Jinggo merupakan arca
Garuda. Ciri-ciri lain adalah badannya bersayap, kaki bertaji, dan bagian mulutnya patah,
diduga merupakan paruh.
Jaladwara

Jaladwara digunakan di candi-candi atau pemandian kuno untuk menyalurkan air. Di


candi-candi umumnya digunakan pancuran yang menyerupai ikan yang berbelalai.
Sementara di pemandian-pemandian, digunakan pancuran berbentuk guci yang dibawa
kinnari, yaitu makhluk setengah dewa yang digambarkan berkepala manusia dan berbadan
burung atau mempunyai arti sebagai lambing kesucian dan kesuburan. Bentuknya
bermacam-macam, antara lain : buah dada wanita, Makara, pusar wanita, naga, guci yang
merupakan symbol kesuburan.

2.3 Situs-Situs Peninggalan Kerajaan Majapahit


1. Candi Tikus

Lokasi : Desa Temon Kecamatan Trowulan Mojokerto


Bahan : Bata
Ukuran : 22,5 x 22,5 m
Keterangan :
Candi Tikus ditemukan pada tahun 1914 olh Adipati Aryo Aromojoyo secara tidak sengaja.
Penemuan tersebut diawali laporan bahwa di daerah itu terjangkit wabah tikus yang bersarang
pada sebuah gundukan. Ketika gundukan itu dibongkar ternyata didalamnya ada sebuah candi

Page 23 of 26
yang kemudian disebut candi tikus. Candi ini berupa petirtaan, terletak di bawah permukaan
tanah dan menghadap ke utara. Bangunan dilengkapi dengan sebuah miniatur candi yang
dikelilingi 8 miniatur candi lain yang menggambarkan Gunung Mahameru, sebuah gunung suci
yang merupakan sumber kehidupan dengan dilambangkanoleh air yang mengalir dari batu
candi.

2. Gapura/Candi Bajang Ratu

Lokasi : Dusun Keraton Desa Temon Kec. Trowulan


Bahan : Bata
Ukuran : Tinggi 16,5 m. Panjang 11,5 m. Lebar 10,5 m
Deskripsi :
Gapura bajang ratu berbentuk paduraksa, berdasarkan relief Ramayana, binatang bertelinga
panjang dan relief naga, diperkirakan Gapura Bajangratu berasal dari abad XIV. Fungsi gapura
diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya
Jayanegara yang disebutkan kembali ke dunia wisnu tahun 1328 C (Negarakertagama). Dugaan
ini didukung oleh adanya relief Sri Tanjung dan sayap gapura yang mempunyai arti sebagai
lambing pelepasan.
3. Kolam Segaran
Lokasi : Desa Trowulan Kec. Trowulan Mojokerto
Bahan : Bata
Ukuran : Panjang 375 m, lebar 125 m, tinggi 3.16 m
Deskripsi :
Bangunan kolam segaran dikelilingi tembok yang terbuat dari bata dengan tinggi dinding 3.16
m dan lebar 1,6 m. Pintu masuk ada disebelah barat. Fungsi dari kolam ini sebagai waduk
penampung air, tetapi menurut berita china dan cerita rakyat, kola mini digunakan sebagai
tempat rekreasi dan menjamu tamu dari luar negeri. Diceritakan juga bila perjamuan selesai
maka peralatan perjamuan seperti piring, sendok, dan sebagainya dibuang ke dalam kolam
untuk menunjukkan bahwa kerajaan majapahit adalah sebuah kerajaan yang kaya.
3 Pendopo Agung
4

Page 24 of 26
Lokasi : di Desa Nglinguk, Trowulan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Bahan : -
Ukuran : Unknow
Deskripsi :
Pendopo Agung adalah bangunan bergaya joglo, konon disinilah Raden Wijaya mendapat
wangsit untuk membangun kerajaan Majapahit serta tempat Mahapatih Gajah Mada
mengucapkan Sumpah Palapa, ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada
tahun 1258 Saka (1336 M) Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia
tidak akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila
seluruh kerajaan yang namanya disebut dalam sumpahnya telah dipersatukan dalam
Nusantara. Sampai sekarang, kita bisa melihat masih banyak pohon maja bertebaran di
sekeliling Pendopo Agung. Yang konon, dari nama buah itulah nama Majapahit diberikan oleh
Raden Wijaya.
5. Segaran

Lokasi : Desa Trowulan, Kec. Trowulan Mojokerto


Bahan : Bata
Ukuran : Panjang 375 m, lebar 125 m, tinggi 3,16 m
Deskripsi :
Bangunan kolam segaran ini dikelilingi tembok yang terbuat dari bata dengan tinggi
dinding 3,16 m dan lebar 1,6 m. Fungsi dari kolam ini sebagai waduk penampung air. Tetapi
menurut berita Cina dan cerita rakyat kolam ini digunakan sebagai tempat rekreasi dan
menjamu tamu dari luar negeri. Diceritakan juga setelah penjamuan selesai alat penjamuan
seperti piring, sendok dan sebagainya dibuang kedalam kolam untuk menunjukkan bahwa
kerajaan majapahit merupakan negara yang kaya.

Page 25 of 26
3.1 Kesimpulan
Museum Trowulan adalah museum arkeologi berada di Jawa Timur, tepatnya di
kecamatan Trowulan di barat kolam segaran. Museum Trowulan ini digunakan sebagai tempat
penyimpanan benda-benda atau artefak-artefak yang ditemukan di sekitaran Trowulan.
Museum Trowulan selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda sejarah, juga
berperan sebagai tempat studi sejarah. Sehingga kita dapat melihat hasil-hasil kebudayaan
jaman kuno melalui koleksi-koleksi dalam museum ini.

Dengan di temukannya benda-benda atau artefak-artefak yang berada di sekitar


kerajaan Majapahit, maka dapat di lihat betapa besar pesona kerajaan Majapahit pada masa itu,
dan kebesaran kerajaan Majapahit itu dapat kita lihat sampai sekarang ini.

3.2 Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita patut bangga dengan keberadaan Museum
Trowulan karena di museum ini banyak sekali tersimpan peninggalan-peninggalan dari
Kerajaan Majapahit yang bersejarah yang belum tentu dimiliki oleh negara-negara lain. Selain
untuk tempat rekreasi museum ini juga menjadi tempat menambah wawasan mengenai dunia
sejarah. Kepada generasi muda Indonesia, semoga museum ini menjadi tempat rekreasi yang
paling utama baik liburan maupun studi sejarah sehingga dapat menambah wawasan tentang
sejarah dan tetap mencintai serta melestraikan keberadaannya.

3.3 Daftar Pustaka


https://thinksmartweb.blogspot.co.id/2016/10/laporan-kunjungan-di-situs-peninggalan.html
http://sejarahfiles.blogspot.co.id/2013/04/museum-trowulan.html

Page 26 of 26

Anda mungkin juga menyukai