Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang memiliki sejarah panjang, peradabannya tidak
mungkin bisa disamakan dengan agama-agama lainnya di muka bumi ini. Islam
tidak hanya memberikan pengaruh yang biasa-biasa saja kemudian akan
terlupakan, namun ia akan menjadi sebuah tonggak sejarah dan terukir lewat
peninggalan dan pengaruhnya yang luar biasa hebatnya. Dalam sejarahnya Islam
telah memberikan pengaruh dalam banyak hal baik itu di bidang ekonomi, sosial,
budaya, ataupun di bidang politik dunia. Islam mempunyai keimanan yang
sederhana dan ajaran-ajaran yang jelas dan tegas sehingga menimbulkan kesan
yang mendalam pada pikiran-pikiran orang Hindu.1
Sebelum kedatangan Islam, India mempunyai hubungan perdagangan
dengan masyarakat Arab. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, India telah
memiliki sejumlah pelabuhan, sehingga terjadi interaksi antara India dengan Nabi.
Oleh karena itu, dagang dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan, sehingga raja
Kadangalur, Cherman Perumal memeluk Islam dan merubah namanya menjadi
Tajuddin, ia juga sempat bertemu dengan Nabi.2
Ekspansi selanjutnya yaitu pada periode Umayyah pada tahun 705-715 M
oleh Muhammad Ibnu Al-Qasim Ats-Tsaqaf, kemudian pada periode Abbasiyyah
oleh Khalifah Al-Mansur. Namun setelah kekuasaan Abbasiyyah menurun, India
tidak lagi mendapat perhatian khalifah sehingga hanya dikuasai oleh pangeran-
pangeran kecil yang mengakui khalifah sebagai kepala agama.3
Selanjutnya, perkembangan Islam di India dilanjutkan oleh Sultan
Mahmud, seorang penguasa dari Dinasti Ghaznawiyah (962-1186 M). Ia
mendapat gelar dari penguasa Baghdad sebagai Yaminuddaulah atau Aminul

1
Kenneth W Morgan, Islam Jalan Lurus, (Terj: Abu Salamah dan Chaidar Anwar),
Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1958, hlm. 333.
2
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm.
210.
3
Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2013, hlm. 209.

1
Millah artinya tangan kanan kerajaan dan pengemban amanah agama Islam yang
dipercaya. Selain itu, Mahmud Ghaznawi juga dikenal dengan sebutan Iskandar
Islam.4 Ia melakukan ekspedisi ke India selama dua puluh enam tahun, tujuh belas
ekspedisi dipimpinnya untuk menaklukkan India. Ia berhasil menaklukkan
beberapa daerah di India, keberhasilan dalam menaklukkan India ini telah
mendorong orang-orang Islam untuk bermigrasi dan berdiam di daerah itu.
Setelah Sultan Mahmud meninggal Dinasti Ghaznawi secara perlahan mengalami
kemunduran sampai pada penguasa terakhir Bahram. Selanjutnya muncul dinasti
penerusnya diantaranya: Dinasti Ghuriyah (1186-1206 M), Kesultanan Delhi
(1206-1290 M), Dinasti Khalji (1290-1320 M), Dinasti Tughluq (1320-1398 M),
Dinasti Sayyid (1398-1451M), Dinasti Lodi (1451- 1526 M). Dalam
perkembangan selanjutnya, terjadi perluasan wilayah Islam yang terus menerus
dari pemerintahan Islam. Perkembangan kebudayaan Islam pun mencapai
puncaknya pada masa Kerajaan Mughal (1526-1540 M5 dan 1556-1858 M6).
Kemunculan Kerajaan Mughal di India mempunyai arti penting bagi dunia
Islam. Munculnya Kerajaan Mughal sebagai kekuatan baru yang mengagumkan
justru terjadi pada saat negara Islam lain sedang berada dalam kemunduran dan
kegelapan. Munculnya Kerajaan Mughal banyak membawa kemajuan. Telah
dikemukakan dalam uraian sebelumnya, bahwa kehadiran Kerajaan Mughal
bukanlah satu-satunya kerajaan Islam yang pernah ada di India. Sebelum
berdirinya kerajaan ini, keberadaan Kerajaan Islam tersebut memang tidak berakar
kuat tetapi memberikan andil yang besar dalam mendorong pertumbuhan Islam di
kawasan itu.
Pada masa Kerajaan Mughal, perkembangan agama Islam sangat
mengagumkan dikarenakan pada masa kerajaan ini penyebaran Islam ke seluruh

4
Sugiyono, Fakta Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2008, Hlm. 45.
5
Babakan Mughal mulai dengan pertempuran di Panipat pada tahun 1526 M, di mana
Sultan Babur memperoleh kemenangan yang menentukan terhadap kaum Lodhi sehingga ia pun
dapat menegakkan pemerintahannya di Delhi. (Kenneth W Morgan, Islam Jalan Lurus, (Terj: Abu
Salamah dan Chaidar Anwar), Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1958, hlm. 339).
6
Sejarah Mughal yang sesungguhnya di India di mulai pada tahun 1556 M, ialah ketika
Sultan Akbar, putera Sultan Humayun, menaiki tahta kerajaan. (Kenneth W Morgan, Islam Jalan
Lurus, (Terj: Abu Salamah dan Chaidar Anwar), Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1958, hlm.
339).
wilayah India banyak terjadi. Tentu saja, hal ini adalah prestasi khusus yang
ditorehkan Kerajaan Mughal di tengah berbagai kompleksitas suku, ras, dan
budaya masyarakat India, serta berbagai benturan keagamaan, terlebih bahwa
kawasan India adalah wilayah yang menjadi tempat lahir sekaligus basis dari
agama Hindu dan Budha.
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur pada 21
April 1526 M, setelah menaklukkan Ibrahim Lodi, penguasa terakhir Dinasti Lodi
dalam pertempuran di Panipat. Setelah Kerajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu
di seluruh India menyusun kekuatan yang besar untuk menyerang Sultan Babur.
Peristiwa Panipat sangat mengejutkan raja-raja Hindu karena mereka melihat
kekuatan Islam yang muncul dengan tiba-tiba dan dapat menaklukkan Kerajaan
Lodi yang cukup kuat. Oleh karena itu, mereka sepakat mengadakan persekutuan
untuk membentuk pertahanan bersama. Persekutuan tersebut terdiri atas Kerajaan
Narasangga, Chittor, Marpar, Ammer, Ajmer, Khandiri, bahkan Mahmud Lodi
turut terlibat dalam persekutuan ini. Kerajaan Mughal yang baru berdiri, kini
harus menghadapi ujian perdana yaitu menghadapi musuh-musuh yang besar dari
persekutuan raja-raja Hindu, namun Sultan Babur memperoleh kemenangan yang
sangat gemilang. Dengan kemenangan ini, Kerajaan Mughal menjadi semakin
kokoh di India.7 Setelah berkuasa selama empat tahun pada 26 Desember 1530 M
Zahiruddin Muhammad Babur meninggal dunia kemudian digantikan putranya,
Nasiruddin Muhammad Humayun8. Sepeninggal Sultan Humayun, tahta kerajaan
jatuh pada anaknya yaitu Jalaludin Muhammad Akbar yang saat itu berusia 14
tahun. Karena usia Sultan Akbar masih sangat muda dan pengalamannya pun
masih kurang, maka urusan kerajaan diserahkan kepada wazir bernama Bairam
Khan9.

7
Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2013, hlm. 231.
8
Humayun, lahir di Kabul pada tahun 1506 M ia merupakan putera sulung Babur, dalam
melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama
sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan
musuh. (Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 148).
9
Bairam Khan merupakan Guru dan wali Sultan Akbar, orang Parsi. Ia memerintah di
India ketika Sultan Akbar masih remaja. (Kenneth W Morgan, Islam Jalan Lurus, (Terj: Abu
Salamah dan Chaidar Anwar), Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1958, hlm. 339).
Jalaludin Muhammad Akbar (1542-1605 M) was the third ruler of the
Mughal dynasty of India. In some important respects, however, he can be
regarded as the first.10 Ia merupakan seorang reforman Kerajaan Mughal yang
telah menata pemerintahan dengan sistem yang lebih baik dibandingkan dengan
kerajaan-kerajaan sebelumnya, sehingga Kerajaan Mughal pun mencapai puncak
kejayaan. Sultan Akbar terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal
dan liberal baik dalam aspek sosial atau pemikiran keagamaan, ia adalah tokoh
moderat yang memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk melaksanakan
ibadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing, karena cita-cita Sultan Akbar
adalah mempersatukan India di bawah pemerintahannya dan menghindarkan
segala ancaman yang membahayakan kekuasaannya. Masa pemerintahannya
sangat berhasil dan cukup stabil bahkan wilayah-wilayah kekuasaannya semakin
luas. Stabilitas politik dan pemerintahan yang baik di masa Sultan Akbar
membawa dampak bagi kemajuan di berbagai bidang.
Inilah periode yang betul-betul “sinkretik” membumi di India, suatu usaha
“pemerintahan Islam” untuk bisa diterima di kalangan rakyat India. Sultan Akbar
ingin menembus batas-batas terdalam tradisi Hinduistik dan agama-agama lain di
India. Ia meninggal pada tahun 1605 M setelah menderita sakit yang cukup parah.
Kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dapat dipertahankan oleh sultan-sultan
selanjutnya, antara lain Jehangir (1605-1627 M)11, Shah Jehan (1628-1658 M)12
dan Aurangzeb (1659-1707M)13.

10
Andre Wink, Akbar (Makers Of The Muslim World), India: Oneworld Publications,
2009, hlm. 1.
11
Jehangir, putra Sultan Akbar dinobatkan sebagai seorang sultan dengan gelar Sultan
Nuruddin Muhammad Jehangir Pasha Ghazi. Dia memerintah dengan sangat kontras, seperti sang
ayah. Dia juga yang mengizinkan Inggris untuk mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di
Surat. (Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 204).
12
Shah Jehan melanjutkan politik ayahnya Jehangir dan kakeknya, Akbar. Untuk
memperluas wilayah kekuasaannya dengan jalan menaklukan berbagai daerah. Ia juga berhasil
menaklukan dua kerajaan penting, yakni Ahmadnagar dan Bijabur. (Ajid Thohir, Perkembangan
Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya
Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 204).
13
Aurangzeb, putera mahkota Syah Jehan dan cucu kesayangan Jehangir, merupakan
pelanjut utama pemerintah kemaharajaan Mughal. Menduduki singgasana kerajaan Mughal India
hampir setengah abad. Dalam tempo sesingkat itu berhasil memperluas daerah kekuasaan di
sebelah Selatan sejauh Tanjare dan Trichinopoly. Meskipun sejarah hidupnya diwarnai dengan
Pengaruh Kerajaan Mughal terhadap dunia Islam cukup menonjol. Sultan
Babur menjadi penyiar Islam yang gagah perkasa. India yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu dapat ditaklukkan, ia merupakan perintis sekaligus
pemimpin pertama dari Kerajaan Mughal. Ada beberapa pemimpin dari Kerajaan
Mughal, tetapi dari sekian banyak pemimpin itu, ada satu pemimpin yang
membuat penulis tertarik padanya karena pada masa Sultan Akbar-lah Kerajaan
Mughal mencapai puncak kejayaannya.
Dari latar belakang tersebut, peneliti menilai masalah Kerajaan Mughal di
India sebelum dipimpin oleh Sultan Akbar belum mencapai puncak kejayaannya
namun setelah Kerajaan Mughal dipimpin oleh Sultan Akbar, Kerajaan Mughal
dan India pun mengalami kemajuan hingga pasca masa pemerintahannya. Namun,
setelah masa pemerintahan Aurangzeb Kerajaan Mughal sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran, hingga pada akhirnya runtuh.

B. Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian dalam penelitian ini adalah sejarah peradaban Islam
yang menitikberatkan pada sejarah Kerajaan Mughal hingga mencapai puncak
kegemilangan yaitu pada masa pemerintahan Jalaludin Muhammad Akbar (1556-
1605 M) dan runtuhnya Kerajaan Mughal.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
library research.
c. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran dan meluasnya permasalahan yang
akan dibahas, maka penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahannnya

gemerincing dan kilatan pedang dan kepulan debu-debu kuda perang. Namun, sesungguhnya
Aurangzeb juga sangat aktif berkiprah dalam membangun dan mendinamisasikan bidang non-
militer sebangsa sosial budaya, kemasyarakatan, kemanusiaan dan keagamaan. (M Natsir Arsyad,
Cendikiawan Muslim dari Khalili sampai Habibie, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.
121).
yaitu mengenai sejarah berdirinya Kerajaan Mughal hingga mencapai puncak
kegemilangan pada masa Jalaludin Muhammad Akbar (1556-1605 M).

C. Rumusan Masalah
Dalam melaksanakan pencatatan dan penelitian terdapat beberapa
masalah, baik masalah yang berhubungan dengan tujuan penelitian maupun
masalah-masalah yang dihadapi sewaktu penelitian sedang dilakukan. Agar
diperoleh suatu kejelasan yang lebih mengarah dalam penulisan ini dan dengan
mengacu pada uraian di atas, maka disusunlah permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mughal?
b. Bagaimana biografi Jalaludin Muhammad Akbar?
c. Apa kontribusi Jalaludin Muhammad Akbar terhadap Kerajaan Mughal?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mughal.
b. Untuk mengetahui biografi Jalaludin Muhammad Akbar.
c. Untuk mengetahui apa kontribusi Jalaludin Muhammad Akbar terhadap
Kerajaan Mughal.

E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini agar bisa bermanfaat bagi masyarakat luas
khususnya mahasiswa/mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon sehingga dapat
menambah wawasan keilmuan kita dan penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi masukan bagi peneliti di masa yang akan datang.

F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini membutuhkan berbagai referensi untuk menambah
pengayaan terhadap kajian mengenai Puncak Kegemilangan Kerajaan Mughal di
India Pada Masa Pemerintahan Jalaludin Muhammad Akbar (1556-1605 M)
yang terdapat dalam sumber primer dan skunder yang akan memberikan
pengetahuan dasar dalam memahami Kerajaan Mughal pada masa pemerintahan
Sultan Akbar, adalah:
1. H. Beveridge, I.C.S, The Akbar Nama Of Abu Fazl (Translated From The
Persian), Calcutta: Printed at The Baptist Mission Press, 1897. Buku ini
adalah karangan Abu Fazl, ia hidup sezaman dengan Sultan Akbar. Abu
Fazl telah menulis sebuah biografi Sultan Akbar, ia mencatat segala
pemerintahannya dengan terperinci. Kemudian buku ini diterjemahkan
oleh H. Beveridge, I.C.S dari volume I, volume II dan volume III dan
merupakan Bibliotheca Indica: A Collection Of Oriental Works. Urgensi
buku ini sebagai pembahasan pada bab III dan bab IV.
2. Munis D. Faruqui, The Princes Of The Mughal Empire 1504-1719,
Newyork: Cambridge University Press, 2012. Buku ini menerangkan
bagaimana sejarah Kerajaan Mughal sampai pada masa kemundurannya
serta pembahasan mengenai para pemimpin Kerajaan Mughal serta
kebijakan-kebijakannya. Urgensi buku ini mencakup keseluruhan skripsi.
3. John F. Richard, The Mughal Empire, Newyork: Cambridge University
Press, 1995. Buku ini menerangkan tentang kebudayaan Islam di India dan
menerangkan tentang sejarah berdirinya Kerajaan Mughal sampai pada
masa kemunduran Kerajaan Mughal. Urgensi buku ini sebagai
pembahasan pada bab II.
4. Andre Wink, Akbar (Makers Of The Muslim World), India: Oneworld
Publications, 2009. Buku ini menerangkan tentang biografi Sultan Akbar,
latar belakang kehidupan serta kepribadiannya, peran dan kebijakan-
kebijakan Sultan Akbar dalam mangantarkan Kerajaan Mughal ke puncak
kegemilangan. Urgensi buku ini sebagai pembahasan pada bab III.
5. M. Akbar, The Administration Of Justice By The Mughals, Lahore:
Kashmiri Bazar, 1948. Buku ini menerangkan tentang sistem administrasi
Kerajaan Mughal dan pemerintahan masa Sultan Akbar serta kebijakan-
kebijakannya. Urgensi buku ini mencakup keseluruhan skripsi.
G. Kerangka Pemikiran
Salah satu tugas peneliti, ketika hendak melakukan studi tokoh adalah
melihat kelayakan orang yang hendak ditelitinya untuk dijadikan objek penelitian
studi tokoh.
Tokoh adalah orang yang berhasil di bidangnya yang ditunjukkan dengan
karya-karya monumental dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya
serta ketokohannya diakui secara “mutawatir”. Dari batasan ini, seorang tokoh
harus mencerminkan empat indikator, yaitu14:
a. Berhasil di bidangnya.
Hal ini dapat dilihat dari kedalaman ilmunya, kepemimpinannya, serta
keberhasilannya. Istilah berhasil menunjuk pada pencapaian tujuan-tujuan
tertentu. Orang yang berhasil adalah orang yang mencapai tujuan-tujuan
tertentu (baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang) berdasarkan
potensi yang dimiliki dan aktivitas yang dilakukan sesuai dengan bidang
yang digelutinya sehingga mempunyai kekhasan atau kelebihan dibanding
yang lain.
b. Mempunyai karya-karya monumental.
Sebagai seorang tokoh, ia harus mempunyai karya-karya yang dapat
diwariskan kepada generasi berikutnya, baik bentuk fisik maupun non fisik
yang bermanfaat bagi masyarakat atau pemberdayaan manusia, baik
sezaman maupun sesudahnya dan dapat dilacak jejaknya. Artinya, karya
itu masih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah bahwa karya itu
merupakan karya sang tokoh.
c. Ketokohannya diakui secara “mutawatir”.
Artinya, dengan segala kekurangan dan kelebihan sang tokoh, sebagian
besar masyarakat memberikan apresiasi positif dan mengidolakannya
sebagai orang yang pantas menjadi tokoh atau ditokohkan untuk
menyelaisakan berbagai persoalan sesuai dengan bidangnya.

14
httpswww.academia.edu8753718Studi_Tokoh_dalam_Penelitian_Kualitatif. Di unduh
pada tanggal 05 Mei 2015 pukul 13:29 WIB.
d. kontribusinya dalam masyarakat dapat dirasakan oleh masyarakat, baik
dalam bentuk pemikiran maupun aksinya.
Dengan berbagai macam pertimbangan. Akhirnya, dalam penelitian ini
penulis memilih Jalaludin Muhammad Akbar sebagai objek penelitian. Karena
Sultan Akbar memenuhi empat indikator tersebut. Selain itu, Ia merupakan
seorang yang terkemuka, seorang yang memegang peranan penting dalam suatu
bidang atau aspek kehidupan tertentu dalam masyarakat dan merupakan
pendorong munculnya gagasan baru dan perubahan dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dengan tujuan: Pertama, memperoleh gambaran tentang strategi
yang dilakukan Sultan Akbar dalam mengantarkan Kerajaan Mugal pada puncak
kegemilangan. Kedua, memperoleh gambaran tentang bentuk-bentuk keberhasilan
Sultan Akbar, sehingga Kerajaan Mughal dan India maju dalam segala bidangnya.
Ketiga, dapat mengambil hikmah dari keberhasilan Sultan Akbar.
Studi tokoh atau sering disebut juga dengan penelitian tokoh atau
penelitian riwayat hidup individu (individual life history) merupakan salah satu
jenis penelitian kualitatif yang sering digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir
studi dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi. Penelitian studi tokoh dilakukan
untuk mencapai suatu pemahaman tentang ketokohan seorang individu dalam
suatu komunitas tertentu, melalui pandangan-pandangannya yang mencerminkan
pandangan warga dalam komunitasnya.
Dalam penelitian studi tokoh individual life history diperlukan pendekatan
sosio-kultural-religius. Yakni dalam melakukan studi tokoh penulis tidak bisa
lepas dari konteks sosio-kultural-religius sang tokoh karena pada prinsipnya
segala pikiran, perasaan, dan tindakan sang tokoh merupakan refleksi dari sosio-
kultural-religius tokoh tersebut.15
Sehubungan dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu
memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan sosial
budaya dan perkembangan diri.16 Latar belakang orang membaca biografi tidak

15
Arief Furchan, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005, hlm. 36.
16
Kuntowijoyo, metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003, hlm. 207.
lain karena selain mengikuti kisah hidup seorang sosok terkenal, dan untuk
meneladani serta memahami kunci kesuksesan dari sang tokoh.17
Satu hal yang perlu dipahami, menyusun biografi adalah seni untuk
bercerita. Masa kecil dari seorang tokoh merupakan satu bagian yang paling
menarik untuk diketahui para pembaca biografi. Masa kecil merupakan masa
pencarian jati diri tahap awal dan setiap manusia memiliki pandangan beragam
akan masa kecilnya. Kiprah dan keuletan untuk mencapai peringkat tertinggi
dalam percaturan kehidupan mungkin merupakan suatu rumus kemanusiaan yang
biasa karena siapa pun pembaca akan memahami konsekuensi dari suatu kerja
keras. Masing-masing tokoh tentu akan memiliki penceritaan yang berbeda,
meskipun ada kesamaan yang sifatnya umum.18
Studi tokoh memungkinkan peneliti memandang sang tokoh dalam
konteks seluruh kehidupannya, mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Subyek
studi dipandang sebagai orang yang mengalami keberhasilan dan kegagalan, dan
yang memandang ke masa depan dengan harapan dan ketakutan. Dokumen
semacan ini membantu peneliti mengembangkan pemahaman lebih lengkap
tentang tahap-tahap dan masa-masa kritis dalam proses perkembangan diri sang
tokoh. Studi tokoh memungkinkan peneliti memandang tokoh dalam
hubungannya dengan sejarah zamannya dan menyelidiki bagaimana arus sosial,
budaya, keagamaan, politik, dan ekonomi mempengaruhi dirinya.
Adanya gagasan atau ide menunjukkan bahwa tokoh peka terhadap suatu
permasalahan. Gagasan yang dilontarkannya ibarat anak panah yang saling
berlomba-lomba dengan anak panah gagasan lainnya. Sejauh mana pemikirannya
dapat mempengaruhi suatu kelompok atau golongan merupakan perhatian
selanjutnya. Buat apa pemikiran ditampilkan jika sasarannya tidak mengakar
terhadap masyarakatnya.19

17
M. Dien Madjid, dkk, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Jakarta: Kencana, 2014, hlm.
131.
18
M. Dien Madjid, dkk, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Jakarta: Kencana, 2014, hlm.
132.
19
M. Dien Madjid, dkk, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Jakarta: Kencana, 2014, hlm.
134.
Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian studi tokoh adalah usaha untuk
menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan informasi tentang
seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau menghasilkan
informasi dan pengetahuan.

H. Metode penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan. Bentuk
penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan mengacu pada enam hal, yaitu
where, when, why, what, who dan how.20 Untuk mencapai penulisan sejarah maka
upaya yang dilakukan untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu ditempuh dengan
menggunakan metode sejarah. Pengertian metode sejarah sendiri adalah proses
menganalisis dan menguji data dan peninggalan sejarah masa lampau secara
kritis. Metode sejarah mempunyai tahapan-tahapan yaitu pengumpulan sumber,
kritik sumber, penafsiran dan penulisan sejarah.21

1. Tahapan Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa Yunani dari kata Heurishein yang artinya
memperoleh. Menurut G.J. Renier, heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan
bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan
umum. Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan,
menangani dan memperinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-
catatan.22
Heuristik mencari dan mengumpulkan data sebagai sumber sejarah melalui
studi kepustakaan. Yaitu mengkaji buku-buku, arsip-arsip, dan dokumen lainnya
yang relevan dengan penulisan ini.
Suatu prinsip di dalam heuristik adalah sejarawan harus mencari sumber
primer. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan

20
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995,
hlm. 91.
21
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,
hlm. 54.
22
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,
hlm. 55.

11
oleh saksi mata. Hal ini dalam bentuk dokumen, misalnya catatan rapat, daftar
anggota organisasi, dan arsip-arsip laporan pemerintah atau organisasi masa,
sedangkan dalam sumber lisan yang dianggap primer ialah wawancara langsung
dengan pelaku peristiwa atau saksi mata. Adapun bentuk yang digunakan dalam
pencarian data adalah bentuk pencarian pustaka (library research) yaitu dengan
membaca menganalisis buku-buku yang ada kaitannya dengan tulisan itu.
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan beberapa sumber yang
berkenaan dengan penelitian. Sumber-sumber tersebut berupa buku-buku yang
didapatkan dari perpustakaan-perpustakaan yang ada di kota Cirebon. Di
antaranya Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati, Perpustakaan 400, Perpustakaan
Sumber, Perpustakaan Nasional Jakarta dan berbagai koleksi buku pribadi dan
buku dari dosen maupun buku yang diperoleh dari rekan kuliah, penelitian ini
juga memakai internet sebagai upaya untuk mengumpulkan data tentang Puncak
Kegemilangan Kerajaan Mughal Di India Pada Masa Pemerintahan Jalaludin
Muhammad Akbar (1556-1605 M).

2. Tahapan Verifikasi atau Kritik


Setelah sumber sejarah terkumpul, tahap berikutnya yaitu kritik sumber
untuk mengetahui keabsahan sumber.23 Dalam hal ini yang diuji adalah otentitas
atau keaslian yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang
kebenaran sumber kredibilitas melalui kritik intern. Setelah sumber terkumpul
maka tugas selanjutnya adalah memverifikasi tentang keabsahan dan keaslian dari
sumber itu.
Dalam hal ini penulis akan membandingkan dari dua sumber atau lebih,
mana yang lebih mendekati kebenaran dan meneliti dengan cermat semua teks
dari sumber-sumber tersebut serta merasa yakin dalam memahami kata perkata,
ungkapan teks-teks itu dengan benar.24

23
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Terj: Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press,
1985, hlm. 95.
24
Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Agama Islam, 1986, hlm. 96.

12
Penulis mengawalinya dengan membaca sumber-sumber sejarah yang ada
kaitannya dengan penulisan. Selanjutnya data-data yang otentik akan
dikelompokkan sesuai dengan permasalahan.

3. Tahapan Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis
sejarah. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah
fakta yang diperoleh dari sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori
disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.
Pada tahap ini dilakukan penafsiran terhadap sumber-sumber primer dan
skunder. Sifat objektifitas diutamakan dalam menganalisis sumber-sumber
tersebut. Fakta yang irasional (tidak masuk akal) atau sengaja dibuat-buat dikaji
kembali untuk didapatkan penulisan yang ilmiah. Data-data yang diperoleh
kemudian disintesiskan melalui konsep maupun teori yang sudah dibahas dalam
landasan teori untuk mendapatkan karakteristik.
Di dalam proses interpretasi sejarah, seorang peneliti harus berusaha
mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa.
Interpretasi dapat dilakukan dengan cara memperbandingkan data guna
menyingkap peristiwa-peristiwa mana yang terjadi dalam waktu yang sama.25
Tahapan interpretasi adalah tahapan kegiatan menafsirkan serta
menetapkan makna dan saling keterkaitan di antara fakta-fakta yang diperoleh
atau dengan kata lain berdasarkan informasi yang diberikan oleh jejak-jejak masa
lampau. Apabila informasi mengenai suatu masalah di dalam sumber-sumber
sejarah tersebut saling bertentangan, maka menjadi tugas peneliti untuk
melakukan seleksi terhadap informasi-informasi itu dalam upaya untuk
memperoleh kebenaran sejarah.26 Ada dua metode yang di gunakan yaitu analisis
dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sedangkan sintesis artinya menyatukan.

25
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,
hlm. 65.
26
Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Agama Islam, 1986, hlm. 122.

13
Dalam hal ini penulis berusaha menganalisis data yang diperoleh
kemudian membandingkannya dengan sumber lainnya, sumber data tersebut
dikumpulkan dan dianalisis untuk memperoleh fakta. Tahap ini dimaksudkan
untuk mencari kronologis sejarah, sehingga dapat menjadi rangkaian sejarah yang
tidak terputus.

4. Tahapan Historiografi
Yaitu memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada
sistematika yang sudah disajikan. Pembahasan dalam penelitian ini ditempuh
dengan memperhatikan kronologi peristiwa. Tahap ini merupakan langkah
terakhir dalam penelitian ini yang memuat pendahuluan, pembahasan dan
kesimpulan.
Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil
penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dalam sistem penulisan ini, peneliti harus
memiliki kemampuan mengungkapkan dengan bahasa yang baik, menjelaskan
dengan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya dan
membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran
pembaca.
Diantara yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah27:
a. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik.
Misalnya peneliti harus memperhatikan aturan atau pedoman bahasa
Indonesia yang baik, mengerti bagaimana memilih kata dan gaya bahasa
yang tepat untuk mengungkapkan maksudnya, menggunakan bahasa yang
mudah dan dapat dipahami secara jelas, tidak menggunakan bahasa sastra
murni yang cenderung membuat kelebihan-kelebihan tulisannya, dan data
dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami oleh peneliti dan
dengan gaya bahasa yang khas.
b. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari
sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh

27
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,
hlm. 68.
masa dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu
ditempatkannya sesuai dengan perjalanan sejarah.
c. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-
buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas
oleh pemikiran pembaca. Dalam hal ini perlu dibuat pola penulisan atau
sistematika penyusunan dan pembahasan.
d. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya usaha
peneliti dalam mengerahkan ide-idenya dalam merekonstruksi masa
lampau itu didasarkan atas bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup
lengkap, dan detail fakta yang akurat.
Sebagaimana uraian di atas, dalam tahap ini penulis menyatukan data-data
yang telah diperoleh dan selalu memperhatikan aspek kronologis dengan
menghubungkan peristiwa yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi
sebuah rangkaian fakta sejarah yang utuh.

I. Sistematika Penulisan
Untuk mengungkapkan skripsi yang berjudul Puncak Kegemilangan
Kerajaan Mughal di India Pada Masa Pemerintahan Jalaludin Muhammad
Akbar (1556-1605 M). Penulis menyusun sistematika penulisan menjadi lima bab,
yaitu:
Bab I, berupa pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini
merupakan pendahuluan dari keseluruhan studi yang memperlihatkan rancangan
bagaimana studi ini akan dikerjakan dan diselesaikan.
Bab II, Kerajaan Mughal, dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan
sejarah masuknya Islam di India sampai berkembangnya Islam pada masa
Kerajaan Mughal. Kerajaan-kerajaan Islam di India sebelum berdirinya Kerajaan
Mughal serta sejarah dan runtuhnya Kerajaan Mughal.
Bab III, pembahasan mengenai biografi Jalaludin Muhammad Akbar.
Latar belakang kehidupan, riwayat pendidikan Sultan Akbar, pengangkatan Sultan
Akbar menjadi pemimpin serta peran Sultan Akbar dan upaya-upaya yang
dilakukan Sultan Akbar dalam mencapai puncak kegemilangan Kerajaan Mughal.
Bab IV, pembahasan mengenai kontribusi Jalaludin Muhammad Akbar
dalam meraih kejayaan Kerajaan Mughal di India dan kebijakan-kebijakan yang
telah dilakukan oleh Sultan Akbar dalam rangka menjalankan roda pemerintahan
dan juga pengaruh maupun implikasinya terhadap kebesaran Kerajaan Mughal di
India.
Bab V, berisi penutup dan kesimpulan. Dalam kesimpulan ini peneliti berusaha
menjawab persoalan-persoalan penelitian yang dirumuskan dalam masalah
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai