Anda di halaman 1dari 16

Makalah kerajaan islam di pulau jawa

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dari Drs. H. Atik Tapipin .,M.M.Pd.

Disusun oleh

Farhan Fadlurrahman

XII IPA 6

NIS. 161710199

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 11 BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa sehingga saat ini kita
masih diberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya di beri kesempatan
untuk menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “kerajaan islam di Jawa”
dengan maksimal dan dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini sudah di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
pendidikan agama islam. dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat banyak
bantuan masukan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Drs. H. Atik Tapipin .,M.M.Pd. selaku guru mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam kelas XII IPA 6 SMAN 11 Bandung yang telah
membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
2. Kepada seluruh teman teman seperjuangan saya yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
3. Kepada orang tua saya dan keluarga yang selalu memberi dukungan dan
support untuk memotivasi saya.
4. Dan kepada seluruh pihat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari terlepas dari segala hal tersebut bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini penulis berharap semoga makalah tentang kerajaan
islam di pulau Jawa ini bisa bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk pembaca.

Bandung,.....januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................

DAFTAR ISI.......................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN................................................

1.1 Latar belakang...............................................................................


1.2 Perumusan masalah.......................................................................
1.3 Tujuan penelitian..........................................................................
1.4 Metode penelitian.........................................................................
1.5 Sistematika penelitian...................................................................

BAB 2 ISI..........................................................................................

BAB 3 PENUTUP............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu dari negara yang ada di dunia dimana mayoritas
masyarakat nya banyak yang menganut ajaran agama islam. Bahkan indonesia
ditetapkan sebagai negara dengan penduduk terbanyak yang menganut agama
islam di dunia pada tahun 2016. Sebagai warga negara indonesia yang beragama
muslin tentunya kita juga harus mengetahui bagaimana sejarah nya agama islam
dapat berkembang di indonesia lebih lebih spesifiknya di pulau jawa.

Sejak abad ke-5 Jawa sudah mengenal sistem pemerintahan. Pemerintahan


yang digunakan adalah sistem kerajaan. Tercatat ada beberapa kerajaan yang
pernah menjadi penguasa di pulau Jawa, dari kerajaan Hindu-Budha.
Diantaranya: Tarumanegara, Syailendra, Mataram Hindu, Singosari, Padjadjaran,
Majapahit. Kemudian setelah bertahun tahun, muncul berbagai kerajaan-
kerajaan Islam seperti kerajaan Demak, Pajang, Mataram Islam, Cirebon,
Banten, dan kerajaan kecil lainya. Khususnya untuk kerajaan Islam yang ada di
pulau Jawa tidak terlepas dengan peran besar Wali Songo yang sangat
berkontribusi besar dalam menyebarkan ajaran agama islam di berbagai kerajaan-
kerajaan Islam di pulau Jawa. Selain bagaimana peran walisongo dalam
menyebarluaskan ajaran Islam, akan tetapi bagaimana mereka berkontribusi
dalam sistem pemerintahan kerajaan Islam yang pernah ada di pulau Jawa.

Selain peran besar dari para wali songo yang mengajarkan agama islam di pulau
jawa. Dalam makalah ini akan dijelaskan tokoh tokoh yang juga sangat berperan
dalam penyebaran agama islam di pulau jawa. Sehubungan dengan pentingnya
mencari ilmu serta memahami pentingnya mengenai agama islam maka di buatlah
makalah ini dengan tujuan untuk menambah wawasan dan ilmu dapat menjadi
lebih bermakna. Dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan
bahagia.

1
1.2 Perumusan masalah
1. Kerajaan islam apa saja yang berdiri di pulau jawa?
2. Siapakah tokoh tokoh yang berperan penting dalam masuknya agama
islam ke kerajaan di pulau jawa?
3. Apa saja peninggalan yang dapat ditemukan di dari kerajaan islam di
jawa?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kerajaan apa saja yang berdiri di pulau jawa.
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh yang berperan penting dalam
masuknya agama islam ke kerajaan di pulau jawa.
3. Untuk mengetahui peninggalan yang ditinggalkan kerajaan islam di jawa.

1.4 Metode Penelitian


Metode yang penulis gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan
mencari berbagai buku sumber yang ada di dinas perpustakaan dan kearsipan
daerah (DISPUSIPDA). Dan juga dari sumber sumber yang saya temukan di
internet dan berbagai sumber yang lainnya.

1.5 Sistematika
Pada Bab 1 menjelaskan tentang latar belakang tentang sejarah dan
perkembangan kerajaan islam yang saya susun dengan diikuti latar belakang,
permasalahan, tujuan, metode pengumpulan data dan sistematika.
Pada Bab 2 saya akan melakukan pembahasan tentang dari permasalahan yang
telah saya buat di dalam bab 1
Pada Bab 3 menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari permasalahan Bab
1 dan 2.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Berdirinya Kesultanan Demak (1475-1677)

Kesultanan demak merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan di pulau


Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah
wilayah bernama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Majapahit. Akan tetapi, Majapahit mengalami kemunduran pada abad ke-15.
Dengan bantuan ulama dan Wali Songo, Demak berkembang menjadi pusat
penyebaran agama Islam di Jawa.

Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang setelah naik tahta
bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Raden Patah adalah putra Brawijaya V
(Raja Majapahit terakhir) dengan putri dari Campa Pada masa pemerintahannya
(menurut Babad Tanah Jawa). Di bidang keagamaan, Raden Patah dibantu oleh
Wali Songo, menampilkan kesan bahwa Demak sebagai pusat penyebaran agama
Islam. Setelah itu, Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang
megah, yang diberi nama Masjid Agung Demak.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521) Adipati Unus
meninggal tanpa seorang putra sehingga digantikan adiknya, Pangeran Sekar Seda
Lepen. Namun, Pangeran dibunuh oleh Raden Mukmin (nama kecil Sunan
Prawoto). Anak Pangeran Trenggana, yang menggantikan takhta Demak adalah
adik Adipati Unus, yakni Pangeran Trenggana. Setelah naik takhta dia bergelar
Sultan Trenggana. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak
kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten,
Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.

3
Peninggalan kesultanan Demak

1. Masjid Agung Demak


Bangunan ini didirikan oleh Walisongo tahun 1479. Masjid ini masih
berdiri kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami renovasi.
2. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga
merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh
dilupakan.
3. Situs Kolam Wudlu
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak.
4. Maksurah Maksurah
adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan
Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi.
5. Piring Campa
Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak
lain adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah.

2.2 Berdirinya Kesultanan Banten (1524-1813)

Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang terletak di wilayah pesisir barat
pulau Jawa. Pada awalnya Banten merupakan bagian dari kerajaan Sunda.
Sebelum pada tahun 1525, Sultan Trenggana mengutus Nurullah atau Syarif
Hidayatullah, untuk menaklukan kawasan Banten .Syarif Hidayatullah
mempunyai misi untuk menyebarkan agama Islam.

Sunan Gunung Jati sesudah mengusai Banten dan Jayakarta rupanya tidak
berusaha menyerang ibu kota Pajajaran, Pakuan. Bahkan ia tinggal di Banten
hanya sampai 1552. disebabkan puteranya Pangeran Pasareyan yang dijadikan

4
wakilnya di Cirebon meninggal, sejak itu Sunan Gunung Jati pindah ke Cirebon
dan menyerahkan Banten kepada putera keduanya yaitu Hasanuddin.

Hasanuddin diangkat sebagai Raja Banten yang pertama. Dalam tradisi Banten
Hasanuddin dianggap sebagai pendiri Kesultanan Banten, bukan Sunan Gunung
Jati. Ada alasan yang menjadi penyebabnya. Pertama, Sunan Gunung Jati tidak
lama di Banten dan Kedua, selama pemerintahan Sunan Gunung Jati di Banten,
kedudukan Banten terikat oleh Demak dan Hasanuddin lah yang mulai
melepaskan diri dari segala ikatan Demak.

Masa kejayaan Kesultanan Demak berada di masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-
1692). Ia berhasil membangun perdagangan dan mengadakan perlawanan dengan
Belanda. Kemudian pada tahun 1676, Sultan Ageng mengangkat anaknya Sultan
Haji menjadi raja pembantu. Setelah diangkat menjadi raja pembantu, Sultan Haji
cenderung memihak pasukan Belanda Terjadilah perang saudara antara anak dan
ayah dan kemenangan berada di pihak Sultan Haji. Hal inilah yang menjadi awal
kehancuran Kesultanan Banten.

Peninggalan kesultanan Banten

1. Mesjid Agung Banten


Adalah salah satu peninggalan kesultanan banten yang dibangun pada abad
ke 16.
2. Keraton Kaibon Banten
Dulunya adalah tempat tinggal dari Ibunda Sultan Syaifudin, yaitu Bunda
Ratu Aisyah, tapi saat ini bangunan nya sudah hancur, tinggal tersisa
reruntuhannya saja.
3. Benteng Speelwijk
Benteng ini memiliki tinggi sekitar 3 meter. Didirikan pada tahun 1585
yang berfungsi sebagai pertahanan kerajaan dari serangan laut.

5
2.3 Berdirinya Kesultanan Cirebon (1552-1677)

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada
abad ke-15 dan 16 Masehi, Lokasinya merupakan perbatasan antara Jawa Tengah
dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan jembatan antara kebudayaan
Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas

Pangeran Cakrabuana penguasa Cirebon menyerahkan kepemimpinan kepada


Sunan Gunung Jati, Penobatan Sunan Gunung Jati didukung oleh Wali songo di
Pulau Jawa yang dipimpin Sunan Ampel. Sejak itu tokoh Islam lainnya banyak
yang menyerahkan pengikutnya kepada Sunan Gunung Jati. Tokoh Islam
yang dimaksud tadi antara lain adalah Syekh Datuk Khafi, Syekh Majagung,
Syekh Siti Jenar, Pangeran Kejaksan, dan para Ki Gedeng (Ekadjati, 1991:
103-104, Sulendraningrat, 1984: 34-35).

Setelah menjadi penguasa langkah awal tindakan politik yang dijalankan oleh
Sunan Gunung Jati melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran.
Upaya Sunan Gunung Jati untuk melepaskan tidak mendapat halangan yang
berarti. karena Kerajaan Sunda Pajajaran sedang mengalami kemunduran

Setelah Sunan Gunung Jati meninggal dunia, perlahan Kesultanan Cirebon


mengalami kemunduran bahkan keruntuhan. Namun demikian, nama Sunan
Gunung Jati masih dihormati dan diidolakan sampai zaman sekarang

Peninggalan kesultanan Cirebon

1. Keraton Kasepuhan Cirebon


Keraton Kasepuhan Cirebon atau Keraton Pakungwati, dibangun oleh
Pangeran Cakrabuana pada tahun 1430
2. Keraton Kanoman
Didirikan oleh Pangeran Mohammad Badridin atau Pangeran Kertawijaya

6
3. Keraton Kacirebon
Berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan di Kota
Cirebon,dan terletak di sebelah barat daya dari Keraton Kasepuhan dan
selatan dari Keraton Kanoman
4. Makam Sunan Gunung Jati
Terletak di Cireban tepatnya disebuah bukit kecil yang sering dikenal
dengan Gunung Sembung,kompleks pemakaman ini terletak berada di
lintasan Cirebon – Indramayu.
5. 2 Buah Patung Macan Putih
Merupakan peninggalan Kesultanan Cirebon dan Kasepuhan , dan patung
ini berlokasi didepan keraton-keraton yang terdapat di Cirebon terutama
Keraton Kasepuhan.

2.4 Berdirinya Kesultanan Pajang (1568-1618)

Berdirinya kerajaan Pajang pada akhir abad ke 15 Di akhir kekuasaan kerajaan


Demak, terjadi peperangan antara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu
Sultan Trenggono). Peperangan itu terjadi pada tahun 1546 M, ketika sultan
Demak telah meninggal dunia.

Pertempuran tersebut kemudian dimenangkan oleh Jaka Tingkir. Pengesahan Joko


Tingkir atau biasa disebut dengan Hadiwijaya menjadi sultan pertama kerajaan ini
dilakukan oleh Sunan Giri. Kerajaan Pajang ini tidak berusia lama, karena
kemudian bertemu dengan suatu kerajaan Islam besar yang juga terletak di Jawa
Tengah yaitu kerajaan Mataram.

Setelah sultan Hadiwijaya meninggal, terjadi perebutan kekuasaan. Kemudian ia


digantikan oleh Aria Pangiri. Sementara itu, seorang anak dari sultan Hadiwijaya
yang bernama Benawa, Pangeran Benawa tidak puas dengan jabatanya Sehingga
ia meminta bantuan kepada senopati Mataram, Sutawijaya,

7
Perang terjadi di kota Pajang. Pasukan Arya Pangiri dapat dikalahkan pasukan
koalisi Benawa dan Sutawijaya. Arya Pangiri sendiri tertangkap, tetapi diampuni
nyawanya setelah Ratu Pembayun, istrinya meminta ampunan.

Pada tahun 1617-1618 M, terjadi pemberontakan besar di Pajang yang dipimpin


oleh Sultan Agung. Pada tahun 1618 M, kerajaan Pajang mengalami kekalahan
melawan Mataram. Dengan demikian, runtuhlah kerajaan Pajang ini.

Peninggalan kesultanan Pajang

1. Mesjid Laweyan
Merupakan mesjid peninggalan kerajaan Pajang yang ada di kampung
Batik. Mesjid ini dibangun pada tahub 1546.
2. Makan Para Bangsawan
Kompleks pemakaman ini ada 20 makam dan salah satunya makan Ki
Ageng Henis, salah satu pendiri kerajaan Pajang.
3. Bandar Kabanaran
Merupakan tempat perdagangan yang terletak di tepi sungai Bengawan
Solo.
4. Pasar Laweyan
Pasar ini dahulu merupakan pusat kegiatan perdagangan di Bandar
Kabanaran.

8
2.5 Berdirinya Kesultanan Mataram (1586-1755)

Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) merupakan kerajaan Islam di


tanah Jawa yang berdiri pada abad ke-17. Kesultanan ini dipimpin oleh dinasti
keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai
keturunan penguasa Majapahit

Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa
dan Madura. Kerajaan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah
semakin berkuasanya VOC, namun ironisnya Kerajaan ini malah menerima
bantuan VOC pada masa akhir menjelang keruntuhan. Mataram merupakan
kerajaan berbasis agraris/pertanian. Kerajaan ini meninggalkan beberapa jejak
sejarah yang dapat ditemui hingga kini

Peninggalan kerajaan mataram Islam:

1. Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan
pasar dalam poros selatan - utara.
2. Masjid Agung Negara
Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
3. Kitab Sastra Gending
Berisi tentang ajaran filsafat bagaimana cara menjadi manusia berakhlak
mulia.
4. Meriam Sagara Wana dan Syuh Brata
Merupakan nama 2 buah meriam berukuaran besar pemberian JP Coen,
pimpinanmiliter belanda untuk Sultan Agung.

9
2.6 Berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta (1755-sekarang)

Pada akhir abad ke-16 terdapat sebuah kerajaan Islam di Jawa bagian tengah-
selatan bernama Mataram. Lambat laun, kewibawaan dan kedaulatan Mataram
semakin terganggu akibat intervensi Kumpeni Belanda. Akibatnya timbul gerakan
anti penjajah di bawah pimpinan Pangeran Mangkubumi yang mengobarkan
perlawanan. Untuk mengakhiri perselisihan tersebut dicapai Perjanjian Giyanti
atau Palihan Nagari.

Perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada tanggal 13 Februari menyatakan


Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat
dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Ngayogyakarta atau lazim disebut
Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan
Hamengku Buwono I.

Pada tanggal 20 Juni 1812, ketika Inggris menyerang dan memasuki keraton,
Sultan Hamengku Buwono II terpaksa turun tahta. Penggantinya, Sri Sultan
Hamengku Buwono III terpaksa menyerahkan sebagian wilayahnya untuk
diberikan kepada Pangeran Notokusumo (putera Hamengku Buwono I) yang
diangkat oleh Inggris sebagai Adipati Paku Alam I.

Perubahan besar berikutnya terjadi setelah lahirnya Republik Indonesia pada


tanggal 17 Agustus 1945. Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
mengucapkan selamat atas berdirinya republik baru kepada para proklamator
kemerdekaan. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII
mengeluarkan amanat pada tanggal 5 September 1945 yang menyatakan bahwa
wilayahnya yang bersifat kerajaan adalah bagian dari Negara Republik Indonesia.

Menerima amanat tersebut maka Presiden pertama Republik Indonesia, Ir.


Sukarno, menetapkan bahwa Sultan Hamengku Buwono dan Adipati Paku Alam
merupakan dwi tunggal yang memegang kekuasaan atas Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Dengan demikian, diharapkan agar segala bentuk warisan
budaya di Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dapat terus dijaga
dan dipertahankan kelestariannya.

10
Peninggalan Kesultanan Ngayogyakarta

1. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat


Keraton ini terletak di pusat kota yogyakarta dengan luas sekitar 14000
meter persegi.
2. Mesjid Agung Yogyakarta
Terdapat di lingkungan keraton Yogyakarta, yaitu di sebelah barat alun
alun utara. Mesjid ini memiliki 2 bagian. Bagian pertama dibangun tahun
1773. Dan bagian kedua dibangun tahun 1775..

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, kita bisa mengetahui kerajaan islam apa saja yang
pernah berdiri di pulau jawa. Yaitu, Kesultanan Demak, Kesultanan
Cirebon, Kesultanan Banten, Kesultanan Mataram, Kesultanan,
Kesultanan Pajang, dan Kesultanan Ngayogyakarta. Dari data tersebut kita
dapat mengetahui bahwa Kesultanan Demak Merupakan kerajaan islam
pertama yang ada di pulau Jawa yang di pimpin oleh Raden Fatah yang
memiliki peninggalan berupa Mesjid agung Demak. Lalu ada kesultanan
Banten yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati, tapi Sultan Hasanudin
lebih dikenal sebagai raja pertama. Kesultanan ini Memiliki peninggalan
berupa mesjid agung Banten . Selanjutnya ada Kesultanan Cirebon yang di
pimpin oleh Pangeran Cakra Buana yang lalu diserahkan kepada Sunan
Gunung jati. Lalu ada Kesultanan Kesultanan Pajang yang berdiri setelah
kerajaan Demak bereakhir, dipimpin oleh Joko Tingkir. Kesultanan pajang
memiliki peninggalan berupa Mesjid Laweyan. Lalu ada kerajaan
Mataram yang dipimpin oleh keturunan dinasti Ki Ageng Sela dan Ki
Ageng Pamanahan yang mengaku keturunan kerajaan majapahit, Mataram
memiliki peninggalan seperti Mesjid Agunng Negara, yang terakhir ada
kesultanan Ngayogyakarta atau yogyakarta yang terlahir dari perjanjian
Giyanti, dipimpin oleh pangeran Mangkubumi atau lazim dikenal sebagai
Hamengkubuwono I.

3.2 Saran
Menurut saya sebagai penulis, makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
masih banyak hal yang harus diperbaiki dari makalah ini, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik terhadap cara penulisan
makalah ini ataupun menanggapi isi makalah ini. Untuk kesempatan lain
saya akan memperbaikinya.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/34143548/Kerajaan_islam_di_pulau_jawa
https://www.academia.edu/34338260/Sejarah_demak
https://www.academia.edu/29745693/Perkembangan_Kerajaan_Islam_di_
Jawa
https://www.academia.edu/31951720/KERAJAAN-
KERAJAN_ISLAM_DI_INDONESIA
https://www.academia.edu/12270575/Proses_Berdirinya_Kerajaan_Islam_
Di_Pulau_Jawa
Prof, A, Daliman Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam
di Indonesia. DISPUSIPDA:Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai