ABSTRAK
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal budi, perasaan dan
pikiran. Ketiga hal itu merupakan peranan yang penting bagi manusia. Jika manusia tidak
memiliki ketiga hal itu, mungkin sampai saat ini dunia tidak seperti sekarang ini. Maka dari
itualah mengapa manusia disebut mahluk ciptaan Tuhan yang paling baik. Akal budi dan pikiran
manusialah yang sampai sekarang ini bisa membawa kemajuan dalam peradaban sejak beribu-
ribu tahun lamanya.
Akal budi merupakan kelebihan yang dimiliki oleh manusia. Akal adalah kemampuan
berpikir manusia sebagai kodrat. Budi artinya akal juga atau arti lain bagian dari hati. Bahasa
Sanskerta Budi yaitu Budh yang artinya akal. Hal ini dilengkap oleh kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Budi adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan yang dapat
membedakan baik dan buruk. Dengan akal dan budi inilah manusia mampu menciptakan bebagai
hal antara lain menciptakan, kreasi, memperlakukan, memperbaruhi, memperbaiki,
mengembangkan dan meningkatkan sesuatu. Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup ini terbagi menjadi dua yaitu kebutuhan
yang bersifat kebendaan (sarana dan prasarana) dan kebutuhan yang bersifat rohani,mental atau
psikologis.
Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi,
kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka
manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan
kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup
manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan menciptakan kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat demi kesempurnaan hidupnya dengan menciptakan kebudayaan. Di samping itu,
manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan
meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup
(living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal
(genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi
lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis,
menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul
anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense
of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat
untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi dibandingkan
makhluk lain. Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya,
baik dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk berbudaya dan
pencipta kebudayaan.
1. Estetika Manusia dalam Berbudaya
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika berkaitan
dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berari nilai tentang keindahan. Keindahan
dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.
1) Secara luas keindahan mengandung ide kebaikan, bahwa segala sesuatunya yang baik
termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan
dalam arti luas meliputi banyak hal, seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang
indah, dan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada
apakah merupakan hasil seni, alam, moral, dan intelektual.
2) Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna).
3) Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran perabaan dan perasaan, yang
semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan) indah.
Estetika berifat subyektif,sehingga tidak bisa dipaksakan. Tetapi yang penting adalah
menghargai keindahan budaya yang dihasilkan oleh orang lain.
3) Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia diserap oleh
manusia kembali. Jadi ada hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas
eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Budaya Dasar. 29 Maret 2010. Konsep Nilai, Sistem Nilai, dan Orientasi Nilai Kebudayaan. Hal 3
Mustansyir, Rizal dan Munir, Misnal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://bayusetiajiii.blogspot.com/2017/09/filsafat-ilmu-akalbudi.html
Sumber google
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar
Secara mendasar, sistematika kerja akal budi manusia mempunyai 3 cara yaitu, membagi
(distinct), memberikan ketentuan, dan menyusun pemikiran. Dalam pembahasan kali ini, kami
akan membahas lebih lanjut lagi mengenai sistematika kerja akal budi manusia.
2.2 Pembagian
Ada sebuah prinsip yang dikenal dengan “Divide et impera” yang berarti bahwa: Perlu terlebih
dahulu membagi-bagi, untuk selanjutnya kita kuasai konsep-konsep, term-term, proporsi-
proporsi, dll. Namun pembagian ini bukanlah sarana untuk kita dapat mengetahui dan bukan pula
tujuan. Namun pembagian ini adalah membagi untuk mempersatukan.
Dalam logika, pembagian berarti menunjuk dan menjumlah secara jelas perbedaan-
perbedaan dari bagian-bagian suatu keseluruhan logis. Dan bagian adalah hal-hal yang menyusun
suatu keseluruhan. Maka keseluruhan dapat dibagi-bagi.
Keseluruhan riel adalah keseluruhan yang tidak dapat dijadikan predikat masing-masing
bagiannya.
Keseluruhan logis adalah keseluruhan yang dapat menjadi predikat masing-masing bagiannya.
Keseluruhan aksidental
Keseluruhan esensial
Keseluruhan universal
Keseluruhan integral
Ada pun 2 macam pembagian, yaitu :
1. Pembagian esensial
2. Pembagian aksidental
Hukum-hukum pembagian/klasifikasi
Manusia
Manusia
Pembagian haruslah dilakukan secara rapi. Hokum ini lebih-lebih harus diperhatikan apabila
kita hendak mengadakan sub-pembagian.
Pembagian begitu lengket pada kegiatan intelek manusia bahkan alam begitu jelas
merupakan suatu sumber diferensiasi. Semakin besar jumlah objek tahu kita, semakin besar
kebutuhan kita untuk mengklasifikasikannya.
Namun demikian, betapapun klasifikasi terbukti sangat penting dalam ilmu dan bagi
perkembangan ilmu, ilmu sering membuat klasifikasi tidak didasari atas pertimbangan benar atau
salah, melainkan atas pertimbangan manfaat kegunaan, utilitas.
2.3 Pembedaan dan Perbedaan
Apabila dua hal serupa dalam hakikatnya, hubungan antara keduanya disebut “identitas
logis”. Dan manakala dua hal sama dalam kuantitas, maka hubungannya disebut dengan
“ekualitas”.
Dua hal identik itu benar-benar satu. Sedangkan dua hal dikatakan serupa, itu benar-benar dua.
Identitas adalah hubungan logis. Sedangkan keserupaan adalah hubungan riel.
Pembagian pembedaan
Pembedaan riel
Pembedaan logis
Pembedaan formal
Pembedaan intrinsic virtual
Pembedaan modal
Pengantar
Dalam proses pembicaraan atau membaca, tidak jarang orang bertemu dengan kata-kata yang
artinya tidak menjadi jelas melalui konteksnya. Untuk memahami artinya dibutuhkan defenisi
sehingga salah satu tujuan defenisi adalah menambah perbendaharaan bahasa bagi orang yang
tidak tahu tersebut.
Tujuan berikut dari defenisi adalah untuk menghapus kedwiartian kata, khususnya kata-kata
kunci, agar tukar pikiran tidak menjurus pada kesalahan berpikir dan tidak sekedar bersifat
verbal.
Defenisi berasal dari kata Latin : definire, yang berarti : menandai batas-batas pada sesuatu,
menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Secara umum defenisi menjelaskan apa
yang dimaksud dengan suatu term. Pembagian utama defenisi, yakni defenisi nominal dan
defenisi riel.
Defenisi nominal
Defenisi nominal adalah sekedar menjelaskan kata, bukan menjelaskan hal yang ditandai dengan
kata. Untuk membuat defenisi nominal dapat ditempuh dengan berbagai jalan, misalnya :
1. Dengan sekedar memberikan sinonim term tersebut atau sekedar memberikan kata-kata
yang lebih dimengerti. Misalnya : memeram adalah menyimpan buah-buahan yang belum
masak agar lekas masak.
2. Dengan membuat pembedaan berbagai arti dari suatu term yang samar-samar, berarti dua
atau lebih.
3. Dengan memberikan asal-usul kata. Misalnya : monokromasi adalah satu warna.
4. Dengan menunjuk dan menjumlah beberapa atau semua benda yang ditandai.
5. Dengan memintakan perhatian pada artinya yang biasa.
6. Dengan memberikan contoh.
7. Dengan jalan menguraikan. Misalnya : gajah adalah hewan yang sangat besar, telinganya
sangat lebar,dst.
Dipakai pada permulaan suatu pembicaraan, diskusi, perdebatan. Guna menunjukkan apa yang
menjadi pokok pambicaraan, diskusi, dan perdebatan.
1. Apabila suatu kata hanya mempunyai suatu arti tertentu, hal ini selalu harus dipegang.
Juga kata-kata yang biasa diketahui orang, hendaknya dipakai juga menurut arti dan
pengertiannya yang biasa.
2. Jangan pernah menggunakan suatu term (kata) yang anda tidak dapat memberikan arti
dan pengertiannya yang tepat dan terumus jelas.
3. Apabila arti dan pengertian suatu term menjadi suatu objek pembicaraan, definisi
nominal atau defenisi taraf pertamanya harus sedemikian rupa sehingga dapat secara
tetap diakui oleh kedua pihak yang berdiskusi atau berdebat.
Defenisi riel
Defenisi riel bukanlah sekedar penjelasan term, tetapi penjelasan tentang hal yang ditandai
dengan term tersebut. Ia memperlihatkan struktur sesuatu.
Analisis adalah metode yang sangat penting dalam defenisis riel. Analisis adalah penguraian
kedalam bagian-bagian. Sedangkan bagian dapat berupa bagian fisik atau bagian meta fisik.
Defenisi Esensial
Defenisi esensial adalah penjelasan melalui bagian-bagian esensial suatu hal. Bagian – bagian
tersebut antara satu samalain dapat berbeda secara riel atau hanya berbeda dalam pikiran kita
saja. Oleh karena itu defenisi esensial dapat dibagi lagi mejadi defenisi esensial fisik dan defenisi
esensial metafisik.
1. Defenisi esensial metafisik terdiri dari genus terdekat dan diferensia spesifik. Misalnya :
manusia adalah hewan yang berakal budi. Defenisi ini memberi jawaban yang mendasa,
radikal, atas sesuatu.
2. Defenisi esensial fisik menunjukkan bagian- bagian suatu benda yang mewujudkan
esensinya. Tetapi bagian – bagian tersebut satusama lain berbeda secara riel.
Defenisi deskriptif
Mirip defenisi esensial metafisik, defenisi deskriptif menunjukkan sebagian ciri-ciri yang
dimiliki hal yang harus di defenisikan dan suatu tanda khas yang membedakannya dari semua
lainnya yang terdapat dalam golongan yang sama. Ada empat jenis definisi deskriptif.
1. Defenisi asli menerangkan benda yang harus didefenisikan dengan menggunakan salah
satu atau beberapa cirinya.
2. Defenisi kausal menjelaskan sesuatu melalui sebab ekstrinsiknyayang asli, terutama
melalui tujuannya.
3. Defenisi genetik menjelaskan bagaimana suatu hal muncul atau terbit.
4. Defenisi aksidental menjelaskan sesuatu dengan menunjuk dan menjumlah accidentia
(logis) yang banyak sekali jumlahnya itu sehingga semua accidentia tersebut hanya dapat
diterapkan pada sesuatu tersebut.
Dalam pandangan esensialais, defenisi dapat memberikan informasi yang lebih eksak dan pasti
daripada statement yang deskriptif sifatnya.
Posisi pandangan preskripti yang berpendapat bahwa defenisi adalah semacam pengaturan,
tampil dalam wajah nominalis dan formalis.
Dalam posisi pandangan linguistik merumuskan bahwa defenisi sekedar sebagai pernyataan yang
bersifat kebahasaan, dan defenisi adalah sekedar laporan tentang pemakaian bahasa.
Pentingnya defenisi dalam ilmu dapat terlihat jelas dari hakikat ilmu tersebut sendiri. Ilmu adalah
bentuk pengetahuan yang telah menentukan batas-batasnya. Setiap ilmu adalah fragmentaris,
tidak hanya dalam arti ekstensif, tetapi juga dalam arti intensif.
Pemakaian defenisi secara ketat di tuntut di dalam ilmu alam yang pada dasarnya selalu
mengacuh pada metode matematisdengan tanda-tanda ideografisnya yang sejak semula telah di
temukan artinya.
Defenisi didalam ilmu sosial sangat berbeda dengan ilmu alam, karena seluk beluk hubungan
yang harus dipaparkan oleh seorang ilmuan sosial adalah jauh lebih rumit, dan semuanya itu
tidak gampang direduksikan kedalam bentuk-bentuk yang sederhana.
Apabila seorang kimiawan membutuhkan untuk memberi defenisi katalis, maka ia membuatnya
dalam lambang-lambag, jika ia mau memakai kata-kata tersebut seluruhnya menunjukan suatu
hal konkret tertentu. Lain halnya jika seorang ilmuan sosial harus memberi defenisi ‘
kekerabatan’, atau ‘prasangka’, atau ‘ kemauan’,ia segera akan dihadapkan dengan selukbeluk
konotatif dari kata-kata tersebut dengan suatu gejala yang begitu rumit, yang luar biasa sulit
untuk dianalisis.
Jelas perbedaan cara-cara membuat defenisi. Ilmu alam henya mengenal satu cara, yakni dengan
mengorbankan sementara dengan selukbeluk definiendum untuk mencapai keabstrakan dan
hingga dapat dimanipulasikan; sedangkan ilmu sosial dalam memberikan defenisi memakai
banyak cara, kerapian rumusan dikorbankan demi mempertahankan seluk beluk.
2.5 Argumentasi
Pengantar
Modus sciendi ketiga adalah argument dan argumentasi. Argument adalah kata lain untuk
pemikiran, penalaran. Sedangkan argumentasi lebih menunjukkan metode pemikiran, lebih-lebih
apabila mencakup banyak langkah.
Pemikiran, mencakup beberapa langkah atau banyak langkah, adalah suatu proses mental yang di
dalamnya kita bergerak dari apa yang diketahui hal yang tidak diketahui. Oleh karena itu, kita
dapat membedakan tiga hal dalam pemikiran:
Semua pemikiran membutuhkan prinsip-prinsip tertentu, yaitu hal-hal yang harus diketahui dan
diakui sebelumnya. Tanpa prinsip-prinsip ini, pemikiran sama sekali tidak mungkin dapat
dilaksanakan. Disebut prinsip-prinsip karena proses pemikiran bertolak belakang dengan mereka,
dan kesimpulan terbit dari mereka.
Apa-apa yang harus kita ketahui sebelumnya tentang prinsip-prinsip ini? Apa yang harus diakui
oleh kedua belah pihak yang berbicara supaya dapat mencapai kesimpulan?
Macam-macam argumentasi
Demonstrasi dan argument probable
Demonstrasi adalah suatu argument yang benar yang bertolak dari premis-premis yang pasti dan
eviden. Sedangkan argument probable adalah suatu argument yang benar yang dari premis-
premis yang probable (mungkin).
Perbedaannya juga nampak pada kesimpulan. Kesimpulan suatu demonstrasi adalah pasti dan
eviden, sedangkan kesimpulan suatu argument probable hanya dapat membawa kita pada
kesimpulan yang probable juga, yakni tidak pasti.
Argumentasi tidak langsung membuktikan suatu proposisi dengan menunjukkan bahwa
kontradiksinya proposisi tersebut adalah salah atau tidak masuk akal. Biasanya berbentuk
hipotesis dan bertumpu pada prinsip yang jelas-dengan-sedirinya, yakni apabila salah satu
proposisi kontradiktoris itu palsu, maka yang lainnya benar. Argumentasi langsung membuktikan
suatu proposisi tanpa menggunakan cara yang berputar itu.
Semua proposisi yang benar dapat dibuktikan secara tidak langsung. Namun pembuktian tidak
langsung mempuyai kelemahan yaitu, hanya menunjukkan bahwa suatu proposisi tidak dapat
disangkal menurut akal budi, tetapi tidak menunjukkan mengapa proposisi tadi harus diakui
kebenarannya. Oleh karena itu, pembuktian tidak langsung disebut argument tidak sempurna.
BAB III
KESIMPULAN
Secara mendasar, sistematika kerja akal budi manusia mempunyai 3 cara yaitu, membagi
(distinct), memberikan ketentuan, dan menyusun pemikiran.
Ada beberapa jenis-jenis keseluruhan :
Keseluruhan aksidental
Keseluruhan esensial
Keseluruhan universal
Keseluruhan integral
1. Pembagian esensial
2. Pembagian aksidental
Hukum-hukum pembagian/klasifikasi
Pembedaan riel
Pembedaan logis
Pembedaan formal
Pembedaan intrinsic virtual
Pembedaan modal
Defenisi nominal dipakai pada permulaan suatu pembicaraan, diskusi, perdebatan. Guna
menunjukkan apa yang menjadi pokok pambicaraan, diskusi, dan perdebatan.
1. Apabila suatu kata hanya mempunyai suatu arti tertentu, hal ini selalu harus dipegang.
Juga kata-kata yang biasa diketahui orang, hendaknya dipakai juga menurut arti dan
pengertiannya yang biasa.
2. Jangan pernah menggunakan suatu term (kata) yang anda tidak dapat memberikan arti
dan pengertiannya yang tepat dan terumus jelas.
3. Apabila arti dan pengertian suatu term menjadi suatu objek pembicaraan,
definisi nominal atau defenisi taraf pertamanya harus sedemikian rupa sehingga dapat secara
tetap diakui oleh kedua pihak yang berdiskusi atau berdebat.
Defenisi Esensial
Defenisi deskriptif
orang dapat dengan cepat mengerti artinya, apa yang tercakup didalamnya, apa yang
disingkirkan, atribut-atribut apakah yang termasuk pada hal yang harus di defenisikan
tadi.
Macam-macam argumentasi
https://japanesebuginese.wordpress.com/2012/10/05/sistematika-kerja-akal-budi/
sumbernya