Anda di halaman 1dari 27

FILSAFAT ILMU AKAL/BUDI

AKAL ATAU BUDI MANUSIA

Aria Bayu Setiaji (161050101028)


Tugas Akhir Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
 Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
2016-2017

ABSTRAK
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal budi, perasaan dan
pikiran. Ketiga hal itu merupakan peranan yang penting bagi manusia. Jika manusia tidak
memiliki ketiga hal itu, mungkin sampai saat ini dunia tidak seperti sekarang ini. Maka dari
itualah mengapa manusia disebut mahluk ciptaan Tuhan yang paling baik. Akal budi dan pikiran
manusialah yang sampai sekarang ini bisa membawa kemajuan dalam peradaban sejak beribu-
ribu tahun lamanya.
Akal budi merupakan kelebihan yang dimiliki oleh manusia. Akal adalah kemampuan
berpikir manusia sebagai kodrat. Budi artinya akal juga atau arti lain bagian dari hati. Bahasa
Sanskerta Budi yaitu Budh yang artinya akal. Hal ini dilengkap oleh kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Budi adalah bagian dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan yang dapat
membedakan baik dan buruk. Dengan akal dan budi inilah manusia mampu menciptakan bebagai
hal antara lain menciptakan, kreasi, memperlakukan, memperbaruhi, memperbaiki,
mengembangkan dan  meningkatkan sesuatu. Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup ini terbagi menjadi dua yaitu kebutuhan
yang bersifat kebendaan (sarana dan prasarana) dan kebutuhan yang bersifat rohani,mental atau
psikologis.
Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi,
kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka
manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan
kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup
manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.

PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan menciptakan kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat demi kesempurnaan hidupnya dengan menciptakan kebudayaan. Di samping itu,
manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan
meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup
(living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal
(genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi
lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis,
menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul
anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense
of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat
untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi dibandingkan
makhluk lain. Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya,
baik dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk berbudaya dan
pencipta kebudayaan.

A.    Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya


Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan dialam fana ini ada
empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat–sifat yang dimiliki keempat
makhluk Tuhan tersebut sebagai berikut.
1.      Alam memiliki sifat wujud
2.      Tumbuhan memiliki sifat hidup dan wujud
3.      Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu
4.      Manusia memiliki sifat  wujud, hidup dibekali nafsu serta akal budi
Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak
dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain terletak pada akal budi.
Anugerah Tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah
kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir merupakan perbuatan
operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan
hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah berpikir. Karena manusia yang dianugerahi akal
maka manusia dapat berpikir. kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan
maslaah–masalah hidup yang dihadapi.
Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperlakukan,
memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk
kepentingan hidup manusia. Contohnya manusia bisa membangun rumah, membuat aneka
masakan, menciptakan beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi, sarana komunikasi dan
lain–lain. Binatang pun bisa membuat rumah dan mencari makan. Akan tetapi, rumah dan
makanan suatu jenis makanan tidak pernah berubah dan berkembang. Rumah burung (sarang)
dari dulu sampai sekarang tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan.
Manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu
untuk kepentingan hidup.
Kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi lima tingkatan. Kelima tingkatan
tersebut adalah sebagai berikut :
1.        Kebutuhan psikologis (physiological needs). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, primer
dan vita. Kebutuhan ini menyangkut fungsi–fungsi biologis dasar dari organisme manusia,
seperti kebutuhan akan makanan, pakaian tempat tinggal, sembuh dari sakit, kebutuhan seks dan
sebagainya.
2.        Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs). Kebutuhan ini
menyangkut perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan ancaman
penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagaimya.
3.        Kebutuhan sosial (sosial needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai,diperhitungkan
sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok rasa  setia   kawan,  kerja  sama, 
persahabatan,  interaki, dan  seterusnya.
4.         Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi    kebutuhan dihargainya
kemampuan, kedudukan jabatan, status, pangkat, dan sebagainya.
5.         Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk
memaksimalkan penggunaan potensi–potensi, kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri,
prestasi dan sebagainya.
Kebutuhan manusia pertama–tama diawali dari kebutuhan psiklogis atau paling
mendesak kemudian secara bertahap beralih ke kebutuhan tingkat di atasnya sampai tingkatan
tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Beliau menjelaskan bahwa kita tidak dapat memenuhi
kebutuhan kita yang lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih rendah belum terpenuhi. Itu berarti
kebuthan nomor lima akan diupayakan pemenuhannya kalau kita sudah memenuhi kebutuhan–
kebutuhan sebelumnya. Jadi, kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hirarki.
Dengan akal budi manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya
adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia lainnya.
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia adalah pencipta kebudayaan.
B.     Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi  (budi atau akal) diartikan sebagai hal–hal yang berkaitan dengan budi dan
akal. Ada pendapat lain mengatakan budaya berasal dari  kata budi dan daya. Budi merupakan
unsur rohani, sedangkan daya adalah unsur jasmani manusia. Dengan demikian, budaya
merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere,
yaitu mengolah dan mengerjakan. Dalam Bahsa Belanda, cultuur berarti sama dengan culture.
Culture atau cultuur bisa diartikan juga sebagi mengolah tanah dan bertani. Dengan demikian,
kata budaya ada hubungannya dengan kemampuan manusia dalam mengelola sumber–sumber
kehidupan, dalam hal ini pertanian. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam
bahasa Indonesia.
wujud kebudayaan menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
1.      Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, 
norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;  tidak   dapat diraba atau disentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut  menyatakan  gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari 
kebudayaan ideal itu berada dalam  karangan  dan buku–buku   hasil  karya  para penulis warga
masyarakat tersebut
2.      Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
bermasyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas–aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola–pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari–hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3.      Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda  benda atau hal–hal yang dapat diraba, dilihat
dan didokumentasikan. Sifatnya paling kongkret diantara ketiga wujud kebudayaan,
Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugerahi akal dan budi
daya. Dengan akal dan budi daya itulah manusia menciptakan dan mengembangkan kebudayaan.
Terciptanya kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini. Hasil
interaksi binatang dengan alam sekitar tidak membentuk kebudayaan, tetapi hanya menghasilkan
pembiasaan saja. Hal ini karena binatang tidak dibekali akal budi, tetapi hanya nafsu dan naluri 
tingkat rendah.
Karena manusia adalah pencipta kebudayaan maka manusia adalah makhluk berbudaya.
Kebudayaan adalah ekspresi eksistesi manusia di dunia. Dengan kebudayaannya manusia
mampu menampakkan jejak–jejaknya dalam panggung sejarah dunia.

C.    Budaya sebagai Sistem gagasan


Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto,
karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila gagasan itu
dituliskan dalam karangan buku.Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia
dalam bersikap dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa
“Budaya berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang
kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya yang kita sebut
sebagai nilai budaya.Jadi, nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam
sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat. Hal
ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia sebagai individu lainnya maupun
dengan kelompok dan lingkungannya.

D.    Perwujudan kebudayaan


JJ. Hogman dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga wujud yaitu:
ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku “Pengantar Antropologi”
menggolongkan wujud budaya menjadi:
1)      Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya.
2)      Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
3)      Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi
dua, yaitu: Budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.
Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya
terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi
budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang
menjadi cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi
kesepakatan.

Budaya yang Bersifat konkret


Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas
manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto.
Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas:
perilaku, bahasa dan materi.
1)      Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku
manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.
2)      Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan
ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting
dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah
pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa
kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.
3)      Materi
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya
pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat
transportasi.
Unsur-unsur materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang besar
adalah sebagai berikut:
1. Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya.
2. Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items dan trait
4. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.
Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh
(culture universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat melalui discovery (penemuan
atau usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru).
E.     ISI (SUBSTANSI) UTAMA BUDAYA
Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup, kepercayaan,
persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah sistem pengetahuan, nilai, dan
pandangan hidup.
1. Sistem Pengetahuan
Para ahli menyadari bahwa masing-masing suku bangsa di dunia memiliki sistem pengetahuan
tentang:
- Alam sekitar
- Alam flora dan fauna
- Zat-zat
- Manusia
- Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia
- Ruang dan waktu.
Unsur-usur dalam pengetahuan inilah yang sebenarnya menjadi materi pokok dalam dunia
pendidikan di seluruh dunia.
2. Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai
dapat menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk, religius
atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.
Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai
estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai
menjadi tiga bagian yaitu:
- Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan
dan aktivitas
- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara
selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

F.     Etika dan Estetika Kebudayaan


1.      Etika Manusia dalam Berbudaya
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika adalah ajaran
tentang baik–buruk, yang diterima umum atau tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan
sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak, atau
kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah–masaah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk.
Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan
dengan baik–buruk perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis
makna etika sebagai berikut :
a)      Etika dalam arti nilai–nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
orang dalam mengatur tingkah laku.
b)      Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode etik)
c)      Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk . Disini etika sama artinya
dengan filsafat moral.
Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral berhubungan dengan makna etika yang
pertama. Nilai–nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan manusia. Nilai etik
diwujudkan kedalam norma etik, norma moral, norma kesusilaan.
Daerah berlakunya norma etik relatif universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh ideologi
masyarakat pendukungya. Perilaku membunuh adalah perilaku yang amoral, asusila atau tidak
etis. Pandangan itu bisa diterima oleh orang dimana saja atau universal. Namun, dalam hal
tertentu, perilaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku
yang amoral. Etika masyarakat Timur mungkin berbeda dengan etika masyarakat barat.

           
1.      Estetika Manusia dalam Berbudaya

Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika berkaitan
dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berari nilai tentang keindahan.  Keindahan 
dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.
1)      Secara  luas  keindahan  mengandung  ide  kebaikan,  bahwa   segala   sesuatunya yang baik
termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide  kebaikan adalah indah. Keindahan
dalam arti luas meliputi banyak  hal, seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang
indah, dan  kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada
apakah  merupakan  hasil  seni,  alam,  moral,  dan   intelektual.
2)      Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna).
3)      Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran perabaan dan perasaan, yang
semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan) indah.
Estetika berifat subyektif,sehingga tidak bisa dipaksakan. Tetapi yang penting adalah
menghargai keindahan budaya yang dihasilkan oleh orang lain.

2.      Memanusiakan manusia


Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip kemanusiaan yang
disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan  tidak membeda-bedakan kita memperlakukan
orang lain atas dasar warna kulit,suku,agama,ras,asal,dan status sosial ekonomi. Kita tetap harus
manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar belakangnya, karena semua manusia adalah 
makhluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang manusiawi atau
memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia. Sebaliknya, perilaku yang tidak
manusiawi bertentangan dengan hakikat kodrat manusia.  Perilaku yang tidak manusiawi akan
mendatangkan kerusakan hidup manusia.
Perilaku tidak manusiawi dicontohkan dengan adanya kasus kekerasaan terhadap para
pembantu rumah tangga. Misalkan seorang pembantu disiksa, tidak diberi upah, dikurung dalam
rumah,dan sebagainya. Para majikan telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip kemanusiaan.

3.      Problematika Kebudayaan


Bahwa dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan
sesama,masyarkat dengan masyarakat lain yang terjadi antar persekutuan hidup manusia
sepanjang hidup mansuia.
Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya tentang kebudayaan yaitu :
1)      Pewaris Kebudayaan yaitu proses pemindahan,penerusan,pemilikan dan pemakaian darigenerasi
ke generasi secara kesenambungan.
2)      Perubahan Kebudayaan yaitu perubaha yang terjadi karena ketidaksesuaian diantar unsur-
unsurbudaya.
3)      Penyebaran Kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya unsure-unsur kebudayaandari
suatu kelompok ke kelompok yang lain atau dari masyarakat ke masyarakat yang lain.
Tiga aspek penyebaran budaya yaitu :
Contohnya masuknya budaya barat ke timur, tidak mengambil budaya barat keseliruhan,tetapi
unsur tertentu yaitu unsure teknologinya.
1)      Kekuatan untuk menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya. Contohnya Religi
adalah lapis dalam dari budaya.
2)      Jika satu unsur budaya masuk maka akan menarik unsure budaya lainnya.
3)      Unsur budaya ditanah asalnya tidak berbahaya,bisa menjadi berbahaya bagi mayarakat yang
didatanginya

G.    Perkembangan akal Budi Manusia


Perkembangan Akal Budi Manusia dan Positivisme: Filsafat Auguste Comte diambil dan
disadur dari buku "Filsafat Manusia" karangan Zainal Abidin Auguste Comte Introduksi Auguste
Comte mengemukakan teori mengenai perkembangan akal budi manusia yang secara linier
bergerak dalam urutan yang tidak terputus. Perkembangan itu bermula dari tahap mistis atau
teologis kemudian menuju tahap metafisis dan berakhir pada tahap positif. Pada tahap positif
inilah Comte menekankan pada pengakuan dan pembatasan pada ilmu pengetahuan hanya yang
didasarkan pada fakta-fakta logis dan empiris, dan fakta-fakta tersebut harus didekati dengan
menggunakan metode ilmiah, yakni eksperimen, observasi, dan komparasi. Menurutnya, segala
pengetahuan yang tidak didasarkan pada fakta-fakta positif dan mendekatinya tidak dengan
metode ilmu pengetahuan, tidak lain hanyalah fantasi atau spekulasi liar. Jenis pengetahuan yang
dikatakannya spekulasi atau fantasi liar inilah yang disebutnya teologi dan metafisika. Dalam
kehidupan dunia kini, teori Comte ini memiliki pengaruh yang sangat besar. Bahkan kini, teori-
teorinya seolah telah menjadi kenyataan praktik-praktik pada kehidupan sosial dan politik.
Dalam perkembangan kebudayaan dan keberadaan institusi-institusi sosial saat ini pun
membenarkan bahwa teori Comte tentang datangnya zaman atau tahap positif
.
Tahap-Tahap Perkembangan Akal Budi Manusia
1.      Tahap Teologis
Tahap teologis merupakan tahap paling awal dari perkembangan akal manusia. Pada
tahap ini manusia berusaha menerangkan fakta yang kaitannya dengan teka-teki alam yang
dianggap misteri. Tahap ini bisa ditemui, misalnya pada manusia-manusia purba. Pada tahap
teologis ini terdapat beberapa bentuk dan cara berpikir. Bentuk pertama, yaitu fetiyisme dan
animisme. Manusia purba tidak mengenal konsep-konsep abstak dan benda yang tak dimengerti,
tetapi sebagai sesuatu yang individual dan singular. Kemudian terdapat cara berpikir lagi yang
lebih maju, yang dapat menyatukan dan mengelompokkan semua benda dan kejadian kedalam
konsep yang lebih umum disebut politeisme. Cara berpikir yang lebih maju lagi adalah
monoteisme, dimana berpikir ini tidak lagi mengakui adanya roh dari benda dan kejadian , tetapi
mengakui hanya satu roh saja, yakni Tuhan.Cara berpikir ini membawa pengaruh pada
kehidupan sosial, budaya dan pemerintahan. Monoteisme memungkinkan berkembangnya
dogma-dogma agama.
2.      Tahap Metafisis
Merupakan tahap dimana manusia mulai mengadakan perombakan atas cara berpikir
lama. Manusia pada tahap ini berusaha keras mencari hakekat atau esensi dari segala sesuatu.
Untuk itu, dogma ditinggalkan dan akal budi manusia mulai dikembangkan. Akan tetapi pada
tahap ini, prinsipnya hanya merupakan hanya suatu bentuk modifikasi artifisial saja dari tahap
teologis. Tahap ini pada kenyataannya, merupakan modifikasi sederhana yang bersifat umum
dari tahap pertama. Perbedaan dari kedua cara berpikir tersebut terletak pada cara menerangkan
kenyataan: alam yang semula diasalkan dari dewa-dewa atau Tuhan kini lebih abstrak lagi yaitu
dari kodrat, kehendak Tuhan. Konsep itu merupakan pengandaian-pengandaian a priori, tanpa
penelitian yang sungguh-sungguh dan ilmiah.
3.      Tahap Positif
Pada tahap positif, kita dianggap sebagai orang dewasa, bahwa semua gejala dan kejadian
alam tidak lagi dijelaskan secara apriori, melainkan berdasarkan observasi, eksperimen, dan
komparasi yang ketat dan teliti. Gejala dan kejadian alam harus dibersihkan dari muatan teologis
dan metafisis. Akal tidak lagi berorientasi pada pencarian pada sebab pertama dan tujuan akhir
kehidupan.Comte pun menjelaskan fungsi lain dari ilmu pengetahuan positif, yaitu di dalam
dirinya sendiri mengandung alat untuk mencapai, baik kemajuan (progress) maupun ketertiban
(order). Ia menyatakan bahwa kemajuan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan akan membawa
manusia menuju masyarakat yang tertib, stabil, aman, dan harmonis. Dengan kata lain, tanpa
agama dan metafisika, ilmu pengetahuan akan dengan sendirinya membawa moralitas dan
humanisme dalam kehidupan. Selain itu, ilmu pengetahuan juga mampu mencegah kita dari
nafsu untuk berperang dan melakukan penindasan terhadap manusia dan alam.
Melihat besar dan luasnya manfaat ilmu pengetahuan, maka teologi dan metafisika
dengan sendirinya harus mundur teratur. Tempat-tempat ibadah, sekolah teologi, dan fakultas
filsafat harus dialihfungsikan menjadi universitas, pasar, bank, dan pabrik, yang kesemuanya itu
merupakan produk-produk unggulan akal budi manusia. Rohaniwan, teolog, dan filsuf harus
menyerahkan jabatannya pada para ilmuwan, industriawan, usahawan, pedagang, dan pialang.
Pandangan hidup yang awalnya didasarkan pada dogma agama, sekarang beralih digantikan oleh
ilmu pengetahuan positif

H.    Ilmu Pengetahuan Positif


Comte menunjuk pada rasionalisme Descartes dan pada ilmu pengetahuan alam oleh
Galileo Galilei, Isaac Newton, dan Francis Bacon. Inilah model dari ilmu pengetahuan positif.
Asumsi-asumsi yang dapat membangun ilmu pengetahuan positif ini sebagai berikut.
Asumsi pertama, ilmu pengetahuan bersifat objektif (bebas nilai dan netral). Asumsi
kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali terjadi. Asumsi
ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti setiap fenomena atau kejadian alam dari saling
ketergantungan dan antarhubungannya dengan fenomena atau kejadian lain.
Ketiga asumsi tersebut pada prinsipnya dilandasi oleh keyakinan ontologis Comte yang
bersifat naturalistik dan deterministik, yakni bahwa setiap gejala dan kejadian, tanpa kecuali
tunduk pada hukum alam. Comte pun mempunyai keyakinan epistimologi dan/ atau metodologis
yang sangat kuat
Menurut pengamatan ahli Filsafat barat ini, kontribusi filsafat Positivisme Comte
terhadap kebudayaan barat, paling tidak, tampak dari:
a. Semakin tebalnya optimisme masyarakat barat yang ada sejak zaman Aufklarung mengenai hari
depan umat manusia yang makin baik atau maju.
b. Semangat eksploratif dan ilmiah para ilmuwan sedemikian rupa.
c. Konsepsi yang semakin meluas tentang kemajuan dan modernisasi yang menitikberatkan pada
bidang ekonomi.
d. Menguatnya golongan teknokrat dan industriawan dalam pemerintahan

I.       fungsi Akal dan Budi Bagi Manusia


Alam semesta beserta seisinya merupakan ciptaan Tuhan yang tiada tara dan tak ada yang
mampu menandinginya. salah satu maklhuk ciptaan Tuhan tersebut adalah Manusia, yang
merupakan makhluk ciptaan yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang lain.
Hal ini disebabkan oleh karena manusia diciptakan Tuhan dibekali dengan akal dan budi, yang
tidak dimiliki oleh makhluk ciptaaan Tuhan lainnya.
Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki oleh
manusia. Berpikir  merupakan perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan hidup manusia. sedangkan budi, adalah merupakan unsur rohani dalam kebudayaan.
Budi diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik
buruk segala sesuatu.
Adapun fungsi akal untuk berfikir, kemampuan berfikir mempunyai fungsi mengingat
kembali apa yang diketahui sebagai tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya
membentuk tingkah laku. Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi,
perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh
manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia
dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup
manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.

J.      Manusia sebagai Pencipta kebudayaan


Manusia  memiliki kemampuan daya :
1)      Akal, intelegensi dan intuisi
Dengan akal manusia mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun
orang lain. Dengan kadar intelegensi yang dimiliki, manusia memiliki kemampuan belajar
sehingga menjadi cerdas, memiliki teknologi dan pengetahuan. Intuisi adalah bentuk pikiran
yang samar, semacam bisikan hati. Intuisi sering setengah disadari, tanpa diikuti proses berpikir
cermat sebelumnya, namun bisa menuntun pada suatu  keyakinan. 
2)       Perasaan dan emosi
perasaan adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang, baik yang berasal dari rangsangan
dalam dirinya maupun berasal  dari luar dirinya. Perasaan berhubungan dengan aspek kejiwaan
atau hati manusia. Hati adalah tempat perasaan manusia itu timbul. Emosi adalah gerak rasa.
Emosi sering berbentuk perasaan yang kuat yang dapat menguasai seseorang  tapi  tidak
berlangsung lama.
3)      Kemauan
kemauan adalah keinginan atau kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Kemauan
adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan
oleh akal budi.
4)      Fantasi
fantasi adalah paduan unsur  pemikiran dan perasaan  yang ada pada manusia untuk menciptakan
kreasi baru yang dapat dinikmati. Kemampuan mencipta selalu ada hubungannya dengan
kemampuan seseorang berfantasi.
5)      Perilaku
perilaku adalah tabiat atau kepribadian. Perilaku adalah merupakan jati diri seseorang yang
berasal dari lahir sebagai faktor keturunan. Fator lingkungan lah yang kemudian mewarnai
kepribadian seseorang. 
Dengan sumber – sumber kemampuan daya manusia, nyatalah bahwa manusia
menciptakan  kebudayaan.Ada hubungannya dialektika diantara manusia dan kebudayaan (peter
L.Beger menyebutnya sebagai dialektika fundamental) :
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Dialektika fundamental ini terdiri dari tiga tahap :
1)       Tahap ekternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia   secara terus menerus  kedalam
dunia melalui aktivitas fisik dan mental.
2)       Tahap Objetivasi adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu realita objektif, yang
berada diluar diri manusia.

3)       Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia diserap oleh
manusia kembali. Jadi ada hubungan  berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas
eksternal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu.1997.Ilmu Sosial dan Budaya,Rineka cipta:Jakarta

Ilmu Budaya Dasar. 29 Maret 2010. Konsep Nilai, Sistem Nilai, dan Orientasi Nilai Kebudayaan. Hal 3
Mustansyir, Rizal dan Munir, Misnal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setiadi,Elly.2009.Ilmu Sosial dan Budaya,Kencana predana Media Group:jakarta

Susanto, A. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.

http://bayusetiajiii.blogspot.com/2017/09/filsafat-ilmu-akalbudi.html

Sumber google
BAB II

PEMBAHASAN

SISTEMATIKA KERJA AKAL BUDI

2.1       Pengantar

            Secara mendasar, sistematika kerja akal budi manusia mempunyai 3 cara yaitu, membagi
(distinct), memberikan ketentuan, dan menyusun pemikiran. Dalam pembahasan kali ini, kami
akan membahas lebih lanjut lagi mengenai sistematika kerja akal budi manusia.

2.2       Pembagian

Ada sebuah prinsip yang dikenal dengan “Divide et impera” yang berarti bahwa: Perlu terlebih
dahulu membagi-bagi, untuk selanjutnya kita kuasai konsep-konsep, term-term, proporsi-
proporsi, dll. Namun pembagian ini bukanlah sarana untuk kita dapat mengetahui dan bukan pula
tujuan. Namun pembagian ini adalah membagi untuk mempersatukan.

            Dalam logika, pembagian berarti menunjuk dan menjumlah secara jelas perbedaan-
perbedaan dari bagian-bagian suatu keseluruhan logis. Dan bagian adalah hal-hal yang menyusun
suatu keseluruhan. Maka keseluruhan dapat dibagi-bagi.

Keseluruhan riel adalah keseluruhan yang tidak dapat dijadikan predikat masing-masing
bagiannya.

Keseluruhan logis adalah keseluruhan yang dapat menjadi predikat masing-masing bagiannya.

Ada beberapa jenis-jenis keseluruhan :

 Keseluruhan aksidental
 Keseluruhan esensial
 Keseluruhan universal
 Keseluruhan integral

 
Ada pun 2 macam pembagian, yaitu :

1. Pembagian esensial
2. Pembagian aksidental

Hukum-hukum pembagian/klasifikasi

1. Pembagian haruslah utuh/adekuat

Manusia

Bangasa Amerika                                                                              Bangsa Indonesia

1. 2.     Pembagian haruslah mengekslusifkan yang lainnya/idak boleh bertumpukan,


tumpang tindih.

Manusia

Ahli Hukum                                                   Sarjana Farmasi

Cantik                                                 Sawomatang kulitnya

Pembagian haruslah dilakukan secara rapi. Hokum ini  lebih-lebih harus diperhatikan apabila
kita hendak mengadakan sub-pembagian.

Pembagian dan Ilmu

            Pembagian begitu lengket pada kegiatan intelek manusia bahkan alam begitu jelas
merupakan suatu sumber diferensiasi. Semakin besar jumlah objek tahu kita, semakin besar
kebutuhan kita untuk mengklasifikasikannya.

Namun demikian, betapapun klasifikasi terbukti sangat penting dalam ilmu dan bagi
perkembangan ilmu, ilmu sering membuat klasifikasi tidak didasari atas pertimbangan benar atau
salah, melainkan atas pertimbangan manfaat kegunaan, utilitas.
2.3       Pembedaan dan Perbedaan

            Apabila dua hal serupa dalam hakikatnya, hubungan antara keduanya disebut “identitas
logis”. Dan manakala dua hal sama dalam kuantitas, maka hubungannya disebut dengan
“ekualitas”.

Dua hal identik itu benar-benar satu. Sedangkan dua hal dikatakan serupa, itu benar-benar dua.
Identitas adalah hubungan logis. Sedangkan keserupaan adalah hubungan riel.

Pembagian pembedaan

Ada beberapa bentuk-bentuk dari pembedaan, antara lain :

 Pembedaan riel
 Pembedaan logis
 Pembedaan formal
 Pembedaan intrinsic virtual
 Pembedaan modal

2.4      Definisi

Pengantar

Dalam proses pembicaraan atau membaca, tidak jarang orang bertemu dengan kata-kata yang
artinya tidak menjadi jelas melalui konteksnya. Untuk memahami artinya dibutuhkan defenisi
sehingga salah satu tujuan defenisi adalah menambah perbendaharaan bahasa bagi orang yang
tidak tahu tersebut.

Tujuan berikut dari defenisi adalah untuk menghapus kedwiartian kata, khususnya kata-kata
kunci, agar tukar pikiran tidak menjurus pada kesalahan berpikir dan tidak sekedar bersifat
verbal.

Defenisi berasal dari kata Latin : definire, yang berarti : menandai batas-batas pada sesuatu,
menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Secara umum defenisi menjelaskan apa
yang dimaksud dengan suatu term. Pembagian utama defenisi, yakni defenisi nominal dan
defenisi riel.

Defenisi nominal

Defenisi nominal adalah sekedar menjelaskan kata, bukan menjelaskan hal yang ditandai dengan
kata. Untuk membuat defenisi nominal dapat ditempuh dengan berbagai jalan, misalnya :
1. Dengan sekedar memberikan sinonim term tersebut atau sekedar memberikan kata-kata
yang lebih dimengerti. Misalnya : memeram adalah menyimpan buah-buahan yang belum
masak agar lekas masak.
2. Dengan membuat pembedaan berbagai arti dari suatu term yang samar-samar, berarti dua
atau lebih.
3. Dengan memberikan asal-usul kata. Misalnya : monokromasi adalah satu warna.
4. Dengan menunjuk dan menjumlah beberapa atau semua benda yang ditandai.
5. Dengan memintakan perhatian pada artinya yang biasa.
6. Dengan memberikan contoh.
7. Dengan jalan menguraikan. Misalnya : gajah adalah hewan yang sangat besar, telinganya
sangat lebar,dst.

Penggunaan defenisi nominal

Dipakai pada permulaan suatu pembicaraan, diskusi, perdebatan. Guna menunjukkan apa yang
menjadi pokok pambicaraan, diskusi, dan perdebatan.

Hukum definisi nominal

1. Apabila suatu kata hanya mempunyai suatu arti tertentu, hal ini selalu harus dipegang.
Juga kata-kata yang biasa diketahui orang, hendaknya dipakai juga menurut arti dan
pengertiannya yang biasa.
2. Jangan pernah menggunakan suatu term (kata) yang anda tidak dapat memberikan arti
dan pengertiannya yang tepat dan terumus jelas.
3. Apabila arti dan pengertian suatu term menjadi suatu objek pembicaraan, definisi
nominal atau defenisi taraf pertamanya harus sedemikian rupa sehingga dapat secara
tetap diakui oleh kedua pihak yang berdiskusi atau berdebat.

Defenisi riel

Defenisi riel bukanlah sekedar penjelasan term, tetapi penjelasan tentang hal yang ditandai
dengan term tersebut. Ia memperlihatkan struktur sesuatu.

Analisis adalah metode yang sangat penting dalam defenisis riel. Analisis adalah penguraian
kedalam bagian-bagian. Sedangkan bagian dapat berupa bagian fisik atau bagian meta fisik.

Pembagian defenisi riel, yaitu:

 Defenisi Esensial
Defenisi esensial adalah penjelasan melalui bagian-bagian esensial suatu hal. Bagian – bagian
tersebut antara satu samalain dapat berbeda secara riel atau hanya berbeda dalam pikiran kita
saja. Oleh karena itu defenisi esensial dapat dibagi lagi mejadi defenisi esensial fisik dan defenisi
esensial metafisik.

1. Defenisi esensial metafisik terdiri dari genus terdekat dan diferensia spesifik. Misalnya :
manusia adalah hewan yang berakal budi. Defenisi ini memberi jawaban yang mendasa,
radikal, atas sesuatu.
2. Defenisi esensial fisik menunjukkan bagian- bagian suatu benda yang mewujudkan
esensinya. Tetapi bagian – bagian tersebut satusama lain berbeda secara riel.

 Defenisi deskriptif

Mirip defenisi esensial metafisik, defenisi deskriptif menunjukkan sebagian ciri-ciri yang
dimiliki hal yang harus di defenisikan dan suatu tanda khas yang membedakannya dari semua
lainnya yang terdapat dalam golongan yang sama. Ada empat jenis definisi deskriptif.

1. Defenisi asli menerangkan benda yang harus didefenisikan dengan menggunakan salah
satu atau beberapa cirinya.
2. Defenisi kausal menjelaskan sesuatu melalui sebab ekstrinsiknyayang asli, terutama
melalui tujuannya.
3. Defenisi genetik menjelaskan bagaimana suatu hal muncul atau terbit.
4. Defenisi aksidental menjelaskan sesuatu dengan menunjuk dan menjumlah accidentia
(logis) yang banyak sekali jumlahnya itu sehingga semua accidentia tersebut hanya dapat
diterapkan pada sesuatu tersebut.

Hukum defenisi (riel)

1. Defenisi singkat, tepat, jangan memuat kelebihan sesuatu  pun.


2. Defenisi mutlak konvertible.subjek dan predikat harus dapat dibalik dengan pas.
3. Definisi harus jelas, harus lebih jelas dari hal yang harus didefenisikan, sehingga orang
dapat dengan cepat mengerti artinya, apa yang tercakup didalamnya, apa yang
disingkirkan, atribut-atribut apakah yang termasuk pada hal yang harus di defenisikan
tadi.

Beberapa posisi tentang defenisi

Ada 3 kategori pandangan utama,yakni pandangan esensialis, preskriptif, dan linguistik.

Dalam pandangan esensialais, defenisi dapat memberikan informasi yang lebih eksak dan pasti
daripada statement yang deskriptif sifatnya.
Posisi pandangan preskripti yang berpendapat bahwa defenisi adalah semacam pengaturan,
tampil dalam wajah nominalis dan formalis.

Dalam posisi pandangan linguistik merumuskan bahwa defenisi sekedar sebagai pernyataan yang
bersifat kebahasaan, dan defenisi adalah sekedar laporan tentang pemakaian bahasa.

Defenisi dalam ilmu

Pentingnya defenisi dalam ilmu dapat terlihat jelas dari hakikat ilmu tersebut sendiri. Ilmu adalah
bentuk pengetahuan yang telah menentukan batas-batasnya. Setiap ilmu adalah fragmentaris,
tidak hanya dalam arti ekstensif, tetapi juga dalam arti intensif.

Pemakaian defenisi secara ketat di tuntut di dalam ilmu alam yang pada dasarnya selalu
mengacuh pada metode matematisdengan tanda-tanda ideografisnya yang sejak semula telah di
temukan artinya.

Defenisi didalam ilmu sosial sangat berbeda dengan ilmu alam, karena seluk beluk hubungan
yang harus dipaparkan oleh seorang ilmuan sosial adalah jauh lebih rumit, dan semuanya itu
tidak gampang direduksikan kedalam bentuk-bentuk yang sederhana.

Apabila seorang kimiawan membutuhkan untuk memberi defenisi katalis, maka ia membuatnya
dalam lambang-lambag, jika ia mau memakai kata-kata tersebut seluruhnya menunjukan suatu
hal konkret tertentu. Lain halnya jika seorang ilmuan sosial harus memberi defenisi ‘
kekerabatan’, atau ‘prasangka’, atau ‘ kemauan’,ia segera akan dihadapkan dengan selukbeluk
konotatif dari kata-kata tersebut dengan suatu gejala yang begitu rumit, yang luar biasa sulit
untuk dianalisis.

Jelas perbedaan cara-cara membuat defenisi. Ilmu alam henya mengenal satu cara, yakni dengan
mengorbankan sementara dengan selukbeluk definiendum untuk mencapai keabstrakan dan
hingga dapat dimanipulasikan; sedangkan ilmu sosial dalam memberikan defenisi memakai
banyak cara, kerapian rumusan dikorbankan demi mempertahankan seluk beluk.

2.5       Argumentasi

Pengantar

Modus sciendi  ketiga adalah argument dan argumentasi. Argument adalah kata lain untuk
pemikiran, penalaran. Sedangkan argumentasi lebih menunjukkan metode pemikiran, lebih-lebih
apabila mencakup banyak langkah.
Pemikiran, mencakup beberapa langkah atau banyak langkah, adalah suatu proses mental yang di
dalamnya kita bergerak dari apa yang diketahui hal yang tidak diketahui. Oleh karena itu, kita
dapat membedakan tiga hal dalam pemikiran:

1. Hal yang diketahui


2. Hal yang tidak diketahui
3. Proses mental dari yang pertama ke yang kedua

Prinsip argumentasi: prinsip material dan formal

Semua pemikiran membutuhkan prinsip-prinsip tertentu, yaitu hal-hal yang harus diketahui dan
diakui sebelumnya. Tanpa prinsip-prinsip ini, pemikiran sama sekali tidak mungkin dapat
dilaksanakan. Disebut prinsip-prinsip karena proses pemikiran bertolak belakang dengan mereka,
dan kesimpulan terbit dari mereka.

Dalam member definisi, kita kadang-kadang menyentuh pengertian-pengertian yang dengan


tegas tidak dapat didefinisikan, demikian juga dalam argumentasi kita harus menumpukkan diri
pada prinsip-prinsip dasar dan pertama yang tidak dapat dibuktikan oleh proses pemikiran mana
pun juga.

Prinsip-prinsip material adalah term-term atau proposisi-proposisi (premis-premis), sedangkan


prinsip formal adalah kebenaran-kebenaran yang menjamin terlaksananya proses pemikiran yang
benar.

Apa-apa yang harus kita ketahui sebelumnya tentang prinsip-prinsip ini? Apa yang harus diakui
oleh kedua belah pihak yang berbicara supaya dapat mencapai kesimpulan?

1. Mengenai term-term: mengenai S kita paling sedikit harus mengetahui definisi


nominalnya. Selain itu, kita harus tahu betul bahwa hal itu ada (kecuali, tentu saja, jika
justru eksistensinya dipersoalkan). Mengenai P dan terminus medius, definisi rielnya
harus diketahui
2. Premis-premisnya harus diakui kepastiannya atau paling sedikit mungkin
3. Prinsip-prinsip formal harus paling sedikit diketahui secara implicit dan pasti. Sebab,
tanpa prinsip-prinsip formal tersebut, argumentasi tidak akan mempunyai kekuatan sama
sekali

Macam-macam argumentasi
 Demonstrasi dan argument probable

Demonstrasi adalah suatu argument yang benar yang bertolak dari premis-premis yang pasti dan
eviden. Sedangkan argument probable adalah suatu argument yang benar yang dari premis-
premis yang probable (mungkin).

Perbedaannya juga nampak pada kesimpulan. Kesimpulan suatu demonstrasi adalah pasti dan
eviden, sedangkan kesimpulan suatu argument probable hanya dapat membawa kita pada
kesimpulan yang probable juga, yakni tidak pasti.

 Argumentasi langsung dan tidak langsung

            Argumentasi tidak langsung membuktikan suatu proposisi dengan menunjukkan bahwa
kontradiksinya proposisi tersebut adalah salah atau tidak masuk akal. Biasanya berbentuk
hipotesis dan bertumpu pada prinsip yang jelas-dengan-sedirinya, yakni apabila salah satu
proposisi kontradiktoris itu palsu, maka yang lainnya benar. Argumentasi langsung membuktikan
suatu proposisi tanpa menggunakan cara yang berputar itu.

Semua proposisi yang benar dapat dibuktikan secara tidak langsung. Namun pembuktian tidak
langsung mempuyai kelemahan yaitu, hanya menunjukkan bahwa suatu proposisi tidak dapat
disangkal menurut akal budi, tetapi tidak menunjukkan mengapa proposisi tadi harus diakui
kebenarannya. Oleh karena itu, pembuktian tidak langsung disebut argument tidak sempurna.

Akrab hubungannya dengan pembuktian tidak langsung adalah:

1. Argumen negative, yang sekedar menunjukkan bahwa suatu penuturan (keterangan)


belum atau tidak dapat dibuktikan
2. Argumentum ad hominem, yang bertolak dari pengakuan lawan adakah pengakuan-
pengakuan tadi benar atau palsu
3. Retorsi, yang menunjukkan kepada lawan bahwa ia berlawanan asas dengan dirinya
sendiri

 Argumentasi a priori dan a posteriori

Premis-premis secara logis selalu mendahului (prior) keseimpulan. Sebab premis-premis


merupakan alasan logis mengapa kita setuju dengan kesimpulan. Akan tetapi, hal-hal yang
ditunjuk oleh premis dalam kenyataannya dapat mendahului atau mengikuti hal yang dinyatakan
dalam kesimpulan. Apabila mereka mendahului, pemikiran disebut a priori. Apabila mengikuti,
pemikirannya disebut a posteriori.

BAB III

KESIMPULAN

            Secara mendasar, sistematika kerja akal budi manusia mempunyai 3 cara yaitu, membagi
(distinct), memberikan ketentuan, dan menyusun pemikiran.
Ada beberapa jenis-jenis keseluruhan :

 Keseluruhan aksidental
 Keseluruhan esensial
 Keseluruhan universal
 Keseluruhan integral

Ada pun 2 macam pembagian, yaitu :

1. Pembagian esensial
2. Pembagian aksidental

Hukum-hukum pembagian/klasifikasi

1. Pembagian haruslah utuh/adekuat


2. Pembagian haruslah mengekslusifkan yang lainnya/idak boleh bertumpukan, tumpang
tindih.
3. Pembagian haruslah dilakukan secara rapi. Hokum ini  lebih-lebih harus diperhatikan
apabila kita hendak mengadakan sub-pembagian.

Ada beberapa bentuk-bentuk dari pembedaan, antara lain :

 Pembedaan riel
 Pembedaan logis
 Pembedaan formal
 Pembedaan intrinsic virtual
 Pembedaan modal

Pembagian utama defenisi, yakni defenisi nominal dan defenisi riel.

Defenisi nominal dipakai pada permulaan suatu pembicaraan, diskusi, perdebatan. Guna
menunjukkan apa yang menjadi pokok pambicaraan, diskusi, dan perdebatan.

Hukum definisi nominal

1. Apabila suatu kata hanya mempunyai suatu arti tertentu, hal ini selalu harus dipegang.
Juga kata-kata yang biasa diketahui orang, hendaknya dipakai juga menurut arti dan
pengertiannya yang biasa.
2. Jangan pernah menggunakan suatu term (kata) yang anda tidak dapat memberikan arti
dan pengertiannya yang tepat dan terumus jelas.
3. Apabila arti dan pengertian suatu term menjadi suatu objek pembicaraan,

definisi nominal atau defenisi taraf pertamanya harus sedemikian rupa sehingga dapat secara
tetap diakui oleh kedua pihak yang berdiskusi atau berdebat.
 

Pembagian defenisi riel, yaitu:

 Defenisi Esensial
 Defenisi deskriptif

Hukum defenisi (riel)

1. Defenisi singkat, tepat, jangan memuat kelebihan sesuatu  pun.


2. Defenisi mutlak konvertible.subjek dan predikat harus dapat dibalik dengan pas.
3. Definisi harus jelas, harus lebih jelas dari hal yang harus didefenisikan, sehingga

 orang dapat dengan cepat mengerti artinya, apa yang tercakup didalamnya, apa yang
disingkirkan, atribut-atribut apakah yang termasuk pada hal yang harus di defenisikan
tadi.

Prinsip argumentasi: prinsip material dan formal

Macam-macam argumentasi

 Demonstrasi dan argument probable

 Argumentasi langsung dan tidak langsung


 Argumentasi a priori dan a posteriori

https://japanesebuginese.wordpress.com/2012/10/05/sistematika-kerja-akal-budi/

sumbernya

Anda mungkin juga menyukai