Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wyanet Putri Aisha

NIM : 21179015
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen : Prof. Dr. H. Z. Mawardi Effendi, M. Pd

ILMU DAN KEBUDAYAAN


A. Pengertian Ilmu
Akal adalah jauharun anil madah fi dzatihi muqoronun lahafi fi’lihi wa
hiya al-nafsu al-natiqah, yaitu mutiara yang terbatas dari materi dan bersamaan
padanya dalam tindakannya, dan itu adalah ciri yang cerdas (berfikir). Akal juga
merupakan mutiara rohani yang diciptakan Allah yang terkait dengan badan
manusia. Akal juga adalah cahaya hati yang akan mampu membedakan anatara
yang haq dan yang bathil. Menahan diri dan berusaha menahan. Sebagian lain
menterjemahkan akal dengan berusaha keras (asy-syadd). Itulah beberapa
pengertian pokok bagi kata akal yang hamper melingkupi seluruh buku bahasa.
Dan semua makna lain sebenarnya telah mencakup ke dalam pengertian diatas
tidak berbeda secara signifikan.
Para ulama yang mengkaji masalah akal menyebutkan tentang tidak adanya
nama bagi akal, selain ia sendiri dalam hakikat. Sedangkan makna akal dalam
hakikat, bukan selainnya, disebut dengan garizah biasa disebut “instink” yang
diletakan oleh kepada kebanyakan manusia, dimana sebagian hamba dengan yang
yang lainnya tidak mencermatinya, tidak mengkaji lebih jauh, serta tidak
mencermati dari sisi indra, pengecapan, dan perasaan. Allah SWT
memperkanalkan akal ini kepada para hambanya melalui gharizah.Akal merupakan
mutiara termahal yang dimiliki oleh manusia.Manusia tanpa memfungsikan
akalnya untuk mengenal tuhannya, maka nilainya tidak ubahnya seperti binatang.

B. Pengertian Kebudayaa
Kebudayaan adalah hasil karya cipta (pengolahan, pengerahan dan
penghargaan terhadap alam) oleh manusia dengan kekuatan jiwa (pikiran, perasaan,
kemauan, imajinasi, dan fakultas-fakulta ruhaniah lainnya) dan raganya, yang
menyatakan dalam berbagai kehidupan ruhaniah ataupun kehidupan lahiriah
manusia, sebagai jawaban atas segala tantangan, tentuan dan dorongan dari intra
diri manusia dan ekstra diri manusia, menuju arah terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan (spiritual dan material) manusia, baik “individu” maupun
“masyarakat”.
Kebudayaan berarti mempelajari sesuatu soal dari kehidupan manusia, baik
seorang pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan
alam sekitarnya.Karena kebudayaan adalah alam pikiran dan mengasah budi. Juga
mempelajari seluruh segi kehidupan yang merupakan pernyataan dari cara berfikir
dan cara merasa masyarakat dan dapat dipahami bahwa seluruh segi kehidupan
diliputi oleh kebudayaan.
Pada hakekatnya antara ilmu dan kebudayaan terdapat suatu panduan,
karena dalam rangka pembangunan kebudayaan tidak terlepas dari nilai-nilai yang
dikandungnya. Dalam hal ini, ilmu berarti suatu cara berfikir yang menghasilkan
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan, karena ilmu adalah produk berfikir
menurut sistematika tertentu yang secara umum disebut berfikir ilmiah.

Dalam hubungannya dengan manusia, ada beberapa alternatif kedudukan


ilmu yaitu menjadi alat pengantar kearah kesejahteraan manusia.Disamping itu,
dalam hal pengembangan kebudayaan ilmu mempunyai dua kedudukan yaitu
merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan suatu
kebudayaan dan merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak
manusia, masyarakat atau bangsa.
Antara ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung
dan saling mempengaruhi, pada sisi pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat
tergantung pada kondisi kebudayaannya. Sedangkan disisi lain pengembangan
ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Dan dalam beberapa tipe
masyarakat, ilmu dapat berkembang pesat, demikian pula sebaliknya.

2. Manusia dan Kebudayaan

Dalam kehidupan manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan maka hal


inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut.Dalam pemenuhan kebutuhan ini manusia berbeda
dengan binatang, kebudayaanlah dalam konteks ini yang memberikan garis
pemisah antara manusia dan binatang. Maslow mengindefisikasikan lima
kelompok kebutuhan manusia yakni kebutuhan fisikologi, rasa aman, harga diri
dan pengembangan potensi. Sementara binatang kebutuhannya terpusat pada dua
kelompok pertama dari kategori Maslow yakni kebutuhan fisiologis dan rasa aman
dan memenuhi kebutuhan ini secara instinktif. Karena manusia tidak mempunyai
kemampuan bertindak secara otomatis yang berdasarkan instink tersebut maka
manusia berpaling kepada kebudayaan yang mengajarkan tentang cara hidup.
Ketidak mampuan manusia untuk bertindak secara instinktif ini manusia
diimbangi oleh kemampuan lain yakni kemampuan untuk belajar, berkomunikasi
dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik disamping itu manusia mempunyai
budi yang merupakan pola kejiwaan yang didalamnya terkandung dorongan-
dorongan hidup yang dasar instink, perasaan, pikiran, kemauan dan fantasi. Budi
inilah yang mnyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang
bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberi penilaian terhadap objek
dan kejadian.Maka pilihan inilah yang menjadi tujuan dan isi kebudayaan.
Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari
segenap wujud kebudayaan.Kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang
merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang
dikandungnya, pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang konkrit dari
nilai budaya yang bersifat abstrak. Kegiatan manusia dapat ditangkap oleh panca
indera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budaya manusia, maka nilai
budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan yang ketiga
yang berupa sarana kebudayaan, sarana kebudayaan ini merupakan perwujudan
yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang
memberikan kemudahan dalam kehidupan.

Keseluruhan fase dari kebudayaan itu erat hubungannya dengan


pendidikan sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan
diperoleh manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat kegiatan belajar inilah
kebudayaan diteruskan dari generasi yang satu pada generasi selanjutnya.
Manusia dan kebudayaan merupakan dau hal yang sangat erat berkaitan
satu sama lain. Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat
dipandang dari berbagai segi.Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang
ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering
disebut homo economicus (ilmu ekonomi).Manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi).Makhluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya dan lain sebagainya.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tungal,
maksdunya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu
kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta
maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya.Tampak bahwa
keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan.Contoh sederhana yang dapat kita
lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan
kemasyarakatan.Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia setelah
peraturan itu terjadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepaa peraturan
yang dibuatnya sendiri itu.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia
tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri.

Dua pola kebudayaan dan ilmu yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-
ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Kenapa hal ini terjadi,ini terjadi karena besarnya
perbedaan antara ilmu sosial dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu alam
dengan subjek batu,kira-kira saat lain di teliti lagi maka kemungkinan besar akan
berhasil dengan nilai yang sama,tetapi tidak demikin dalam ilmu sosial,dalam ilmu
sosial,ilmu sosial bergerak lebih fleksibel dan dapt berubah swaktu-waktu.
Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah,kedua hal itu tidak
mengubah apa yang menjadai tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud
mengumpulkan fakta tapi untuk mencari penjelasa dari gejala-gejala yang ada,yang
memungkinkan kita mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita hadapi. Ada
dua faktor yang menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu sosial yaitu:
sulitnya melakukan pengukuran,karena emosi dan aspirasi merupakan unsure yang
sulit dan yang kedua banyaknya variable yang mempengaruhi tingkah laku
manusia.
Hal seperti inilah yang menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu
sosial.Itu dikarenakan ilmu sosial lebih terpaku pada tahap kualitatif, dan untuk
mengubah ini ilmu sosial harus lebih masuk ketahap kuantitatif. Di Indonesia hal
seperti ini masih berlaku,tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang kajian ilmu,
yaitu ilmu sosial dan ilmu alam,dan dalam pelaksanaannya ilmu alam selalu
dianggap lebih bergengsi di banding ilmu sosial. Itu membuat sebagian masyarakat
kita terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski mungkin lebih berbakat dalam
bidang sosial,sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan ilmu
sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Thoha, APU, Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial


danHumaniora,Jakarta : Teraju. 2004.
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Bandung : Pustaka Salman ITB, 1983.
..B.Tailor,Primitive culture, London : John Murrai, 1971. N. Drijakarta S.J.,
Filsafat Manusia, (Yogyakarta : Kanisius, 1993).
E.B.Tailor, Primitive culture, London : John Murrai, 1971. N. Drijakarta S.J., Filsafat
Manusia, (Yogyakarta : Kanisius, 1993).
Ibid, hal.261-263
http://vanillabluse.blogspot.com/2014/05/makalah-manusia-dan-
kebudayaan.html
Andi Hakim Nasution. Pengantar Ke Filsafat Dains. Penerbit PT. Pustaka Litera
Antar Nusa,1999.
6

Anda mungkin juga menyukai