Anda di halaman 1dari 11

Sasaran pendidikan adalah manusia.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna

dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain.

Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk

mengatur insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.

Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi ini,

tanpa akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang

lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan

fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu

pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual, makhluk sosial,

makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang beragama.

1. Hakekat Manusia dan Segi Antropologis

Mula-mula orang percaya bahwa manusia dalam wujudnya yang sekarang ini adalah

merupakan suatu produk dari suatu proses evolusi lewat berjuta tahun. Ia berasal dari

suatu sel yang teramat sederhana yang kemudian lewat proses yang teramat lama

berkembang semakin sempurna dan jadilah makhluk yang paling sempurna yang

namanya manusia. Konsep ini pertama di introduksi oleh C. Darwin dalam bukunya “The

Origin of Species”. Pandangan ini juga mengatakan bahwa kebudayaan manusia

berkembang dari tingkat yang paling sederhana (primitif) menuju yang paling komplek

(modern), dan yang paling komplek (modern) itu tidak lain adalah kebudayaan manusia

Eropa Barat. Dan faham itulah kemudiaan muncul “Manusia Frimitif” dan “Manusia

Modern”. Oleh karena faham itu datangnya dan Eropa Barat mereka mencoba

menetapkan patokan-patokan bahwa manusia primitive adalah manusia yang budaya nya

belum maju, masih sederhana, biadab, dsb, tidak seperti manusia dari Eropa Barat. Yang

menjadi pertanyaan sekarang adalah kalau dikatakan misalnya orang primitive adalah
orang yang biadab karena suka berperang tetapi berperang manusia ala primitif paling-

paling korban nya sedikit, sementara orang modern dengan senjata mutakhirnya mampu

menghabisi beribu-ribu manusia hanya sekali pencet tombol.

Apakah manusia modern dengan demikian lebih primitif dari manusia primitif?.

Kemudian kita dapat bertanya lebih lanjut mampukah orang modern memecahkan

misteri.

pembuatan Candi Borobudur yang nota bene adalah karya manusia yang lebih dari 1000

tahun yang lalu?. Oleh karena itu bukti menunjukkan bahwa ukuran primitif atau tidak

primitive itu relatif. Manusia yang di sebut primitive tentu tidak pernah merasa primitif

dalam benak mereka. Mereka mempunyai kekayaan budaya yang mungkin hanya mereka

yang mengerti. Mereka mempunyai keunikan dalam menyiptakan budaya mereka sendiri,

yang pada giliran nya budaya yang mereka ciptakan akan memberikan dampak bagi

kehidupan nya dan konsep tentang manusia. Inilah yang menyebab kan bahwa konsep

manusia tidak bisa di generalisasikan sepanjang berkaitan dengan budaya yang di

sandangnya. Oleh karena itu manusia baru di katakan bermakna apabila ia dapat

menampilkan kemampuan nya mewariskan nilai-nilai budayanya pada generasi penerus

sekaligus mampu merekam apa yang pernah di perolehnya dari generasi sebelumnya.

Negara kita Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau, suku dan budaya. Kita kenal

Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu, artinya meskipun kita memberikan

kesempatan pada tiap warga negara untuk mengembangkan budaya dan tata nilai sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat namun semuanya itu masih dalam koridor

kesatuan dan persatuan bangsa.

2. Hakekat Manusia dari Segi Sosiologi


Konsep manusia dalam Sosiologi belum sepenuhnya melihat manusia sebagai suatu

makhluk yang utuh dan mandiri. Menurut Bapak ahli Sosiologi modern,  Agus Comte.

Pandangan beliau banyak dipengaruhi oleh Louis de Bonald, Seorang filsuf Perancis yang

lahir pada tahun 1875.

Comte berpendapat bahwa masyarakatlah yang menentukan individu. Baginya Manusia

itu ada untuk masyarakat dan masyarakatlah yang menentukan segala-galanya. Comte

melihat bahwa manusia adalah non rational. Oleh karena itu menurutnya “Individual

Liberty”  justru akan menimbulkan bahaya bagi keutuhan masyarakat itu sendiri.

Demikian juga dalam masyarakat, tak seorangpun dapat berpendapat lain dari pada apa

yang telah diputuskan oleh golongan tertinggi masyarakat itu, yaitu “The Intellectual

Scientific Religious Group.”  Ini berarti bahwa manusia adalah hanya suatu bagian dari

masyarakat. Ia hidup dalam masyarakat tetapi ia tidak dapat mengarahkan masyarakat

sesuai dengan keinginannya. Dalam pendidikan manusia diibaratkan suatu benda kosong

dan adalah tugas masyarakat untuk mengisinya dengan norma-norma atau nilai-nilai yang

dapat membuat masyarakat ini berbuat secara lebih terarah dalam artian tidak menggangu

sistem. Oleh karena itu Sosialisasi dalam kehidupan manusia dipandang sangat penting.

Bagaimana hakekat manusia dari segi sosiologi di Indonesia ?

Bagi Indonesia, konsep manusia yang diberikan oleh Comte sulit untuk diterima, karena

konsep tersebut terlalu memberikan porsi yang besar pada masyarakat, sedangkan

individu tidak diberi kesempatan untuk aktif melakukan kegiatan kemasyarakatan.

Pemerintah Indonesia bertujuan membentuk manusia seutuhnya, artinya melihat manusia

tidak hanya sekedar menerima nilai-nilai masyarakat saja, tetapi ia juga dapat

menciptakan nilai-nilai baru dan menyampaikannya pada masyarakat. Oleh karena itu

partsipasi seluruh rakyat dalam proses pembangunan adalah sangat penting dan

diperlukan.
Ketetapan apa yang dibuat pemerintah Indonesia tentang segi sosiologi?

Dalam TAP MPR No.IV / 1992 ditegaskan bahwa manusia adalah makhluk pribadi

sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi ia tidak dapat hidup wajar kecuali

dengan hidup bersama-sama dengan sesamanya untuk menjadi pribadi yang utuh manusia

harus menjadi dirinya sendiri yang mantap dan serasi dalam hubungannya dengan pribadi,

alam semesta dan dengan Tuhan.

3. Hakekat Manusia dan Segi Psikologis Humanistik

Awal Tumbuhnya Psikologi Humanistik

Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang
terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-
ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian
dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai
psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha
untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat
(observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan
mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini.
(John Jarolimak & Clifford D Foster, 1976, halaman 330).

Seperti apakah teori humanistik itu?

Psikologi humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia

melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik

tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir

secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih

potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab

terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk

mengubah sikap dan perilaku mereka.


 Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses

belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa

dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri

dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut

pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Hakekat Manusia dari Segi Psikologi Humanistik

Dipandang dari segi Psikologis Humanistik, Carl Rogers berpendapat bahwa :

manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang

positif. Manusia itu rasional, oleh karena itu dalam berbagai hal ia dapat menentukan

nasibnya sendiri. Ini berarti bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan,

mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri apabila diberikan kesempatan untuk berkembang.

Dunia manusia adalah dunia kemungkinan (a process of becoming), dan ini berjalan terus

menerus tidak pernah selesai. Jadi manusia itu sendirilah menggerakkan dirinya kearah mana

yang diinginkan.

Proses pembentukan kepribadian adalah suatu proses yang melihat manusia secara

keseluruhan dalam rentangan kesejarahannya baik kesejarahan masa kini maupun masa

depan. Manuisa bukan objek yang dibentuk secara pasif oleh pengalamannya tetapi manusia

adalah subjek yang mengolah pengalamannya dan juga memilih untuk mendapatkan

pengalaman tertentu.

Kaum behavioristik menganggap bahwa manuisa sepenuhnya adalah makhluk reaktif

yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Jadi tingkah laku

manusia ditentukan oleh pengaruh lingkungan, sedangkan manusia itu sendiri adalah pasif.

Pandangan behavioristik sering dikritik sebagai pandangan yang merendahkan derajat

manusia karena pandangan ini mengingkari adanya ciri-ciri yang amat penting yang ada pada

manusia dan tidak ada pada binatang seperti kemampuan memilih, menetapkan tujuan,
mencipta, dsb, yang kesemuanya itu merupakan aktifitas manusia dalam mencapai aktualisasi

diri.

Pendekatan humanistik menyatakan bahwa diri terdiri dari konsep-konsep unik untuk

diri kita sendiri komponen. Konsep- konsep tersebut antara lain :

1.        Cukup layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Rogers percaya

perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia dini dan terbentuk dari interaksi anak

dengan ibu dan ayah.

2.        Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita, yang penting untuk kesehatan psikologis

yang baik. Citra diri termasuk pengaruh gambar tubuh kita pada kepribadian batin. Pada

tingkat sederhana, kita mungkin menganggap diri sebagai orang baik atau buruk, indah atau

jelek. Citra diri memiliki mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir merasa dan

berperilaku di dunia.

3.        Ideal diri yaitu ingin menjadi seperti apa diri kita. Ini terdiri dari tujuan kita, ambisi dalam

hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal diri pada anak bukanlah diri ideal

di usia remaja kita atau akhir usia dua puluhan dll

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses

pembelajaran yang mewarnai metode- metode yang diterapkan. Peran guru dalam

pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, yang memberikan

motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi


pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan

pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai proses

pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada

hasil belajar.

Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok diterapkan untuk materi- materi

pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan

analisis terhadap fenomena sosial. Indicator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa

merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku

dan sikap atas kemauan sendiri.

4. Hakekat Manusia dan Segi Dimensi Pendidikan

Dalam pendidikan manusia harus dapat di kembangkan kearah 4 segi pengembangan

kepribadian manusia yaitu:

a. Sebagai makhluk individu

b. Sebagai makhluk sosial

c. Sebagai makhluk susila

d. Sebagai mahkluk beragama

a. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu

Setiap individu anak yang di lahirkan telah di karuniai potensi yang berbeda dengan

individu lain. Dikatakan oleh Langeveld, bahwa setiap individu itu unik, artinya setiap

individu memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Langeveld juga mengatakan bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk mandiri,

meskipun disisi lain pada diri anak terdapat rasa tidak berdaya sehingga ia mendapatkan

bimbingan dari orang lain. Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak(individu) perlu

mendapatkan pengalaman didalam pengembangan konsep, prinsip, inisiatif, kreativitas,

tanggung jawab dan keterampilan nya. Dengan kata lain perwujudan manusia sebagai

makhluk individu memerlukan berbagai macam pengalaman melalui pendidikan, agar

segala potensi yang ada untuk tumbuh kembang menjadi kenyataan. Pola pendidikan

demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi

individu tersebut.

b. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia sejak lahir di karuniai potensi sosialitas, artinya setiap individu mempunyai

kemungkinan untuk dapat bergaul, yang didalam nya ada kesediaan untuk memberi dan

menerima. Manusia tidak dapat mencapai apa yang di inginkan nya secara seorang diri.

Kehadiran manusia lain di hadapan nya bukan saja penting untuk mencapai tujuan

hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pertumbuhan perkembangan

kepribadiannya. Melalui individual dan aspek sosial manusia, artinya individualitas

manusia mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dan orang lain untuk di milikinya

serta menolak sifat-sifat yang tidak di cocokinya.

c. Pengembangan Manusia Sebagai Mahkluk Susila

Dalam kenyataan nya hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dan nilai-

nilai dalam kehidupan. Manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan

bersifat susila seta tingkah laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila.

Setiap masyarakat mempunyai norma dan nilai. Melalui pendidika diusahakan agar
individu menjadi manusia pendukung norma kaidah dan nilai-nilai susila yang di junjung

tinggi oleh masyarakat dan menjadi milik pribadi yang tercermin dalam tingkah laku

sehari-hari. Penghayatan dan perwujudan norma, nilai, dan kaidah-kaidah sosial sangat

penting dalam rangka menciptakan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat.

Penghayatan atas norma dan nilai tersebut hanya mungkin dilakukan oleh individu dalam

hubungannya dengan kehadirannya bersama orang lain.

d. Pengambangan Manusia Sebagai Makhluk Beragama

Pada hakekat nya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan

manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga manusia memerlukan

tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi untuk keselamatan hidupnya. Untuk

itu ia di tuntut untuk dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

dengan sebaik-baiknya melalui pendidikan. Dalam hal ini orang tua lah yang sangat

cocok sebagai pendidik karena pendidikan agama adalah persoalan efektif dan kata hati.

Oleh karena itu harus dimulai sendiri mungkin. Pemerintah dengan berlandaskan pada

GBHN memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulum disekolah dimulai dari

Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Perlu ditekankan bahwa pendidikan

agama di sekolah-sekolah merupakan pengkajian agama yang lebih di tingkatkan pada

pengembangannya. Namun tekanan nya tetap pada segi afektifnya. Disamping itu

mengembangkan kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan di anatara sesama

penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian yang

seksama. Kiranya tidak cukup jika pendidikan agama hanya di tempuh melalui pendidik

formal saja. Kegiatan dalam pendidikan non formal dan informal banyak yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan tersebut.


11

DAFTAR PUSTAKA

Buku Landasan Ilmu Pendidikan UNJ, Oleh: Tim Dosen MKDK

http://amellooows.blogspot.co.id/2012/12/hakekat-manusia-dari-segi-psikologi.html

http://pohanrangga.blogspot.co.id/2012/11/hakekat-manusia-dari-segi-sosiologi.html
12

Anda mungkin juga menyukai