Anda di halaman 1dari 7

Nama : Indra jaya

Npm : 1921023

MK : filsafat pendidikan

Pandangan filsuf mengenai manusia menggambarkan betapa manusia hadir sebagai mahluk
yang multi dimensi. Dalam hal ini manusia sebagai mahluk individu benar-benar berdiri kokoh
dalam kemandiriannya. Demikian pula manusia sebagai mahluk sosial senantiasa mengatur
dengan kehidupan kehidupan masyarakat yang beraneka ragam. Keberadaan manusia sangat
akrab dengan alam sekitarnya yang tidak mengangkat manusia, melainkan mengangkat benda-
benda fisik lainnya. Para filsuf yang telah menunjukan kemampuannya untuk menerobos ruang
batas yang amat sulit tentang manusia, pada akhirnya sampai kepada tingkat pemikiran bahwa
terlepas dari dimensi-dimensi tersebut di atas jelaslah bahwa pada hakikatnya adalah makhluk
ciptaan tuhan.

A.Manusia dan tujuan hidup

Mencari kebahagiaan, meninggalkan warisan, mencintai, membuat perbedaan positif, dan


punya banyak pengalaman. Untuk bisa menemukan tujuan hidup, setiap manusia harus paham
betul keinginan dalam hati dan pikirannya.

Bila sudah berhasil menemukan, pahami cara mencapai tujuan hidup tersebut. Mulailah
menciptakan lingkungan yang mendukung, bekerja, konsisten, menjaga motivasi, dan mencatat
progres yang sudah diusahakan selama ini.

Mengenal Tujuan Hidup Manusia

Banyak orang mengabaikan tujuan hidup dan hanya menjalaninya begitu saja. Padahal tujuan
hidup sangat penting bagi kelangsungan hidup. Bukan hanya mencari harta, mencari pasangan,
dan meraih cita-cita.

Tujuan hidup manusia memiliki esensi lebih dari itu. Salah satu tujuan hidup yang populer
adalah menjadi bahagia. Sudah pasti semua manusia ingin merasakan kebahagiaan. Perasaan
bahagia itulah yang selama ini membuat manusia mampu bertahan hidup.
Untuk bisa mencapai tujuan hidup seperti bahagia, manusia akan dihadapkan dengan banyak
pilihan. Pilihan ini yang mampu menunjukkan jalan manusia menemukan tujuan hidupnya
seperti meraih kebahagiaan dalam hidup. Kebahagiaan setiap manusia di dunia berbeda-beda.

B.Proses Pendidikan Bersama Perkembangan Proses Kehidupan

Jika kita renungi pendapat R.C. Lodge tersebut, maka singkatnya dapat kita pahami bahwa
masalah pendidikan memerlukan jawaban secara filosofis. Bidang dilsafat oendidikan adalah
masalah hidup dan kehidupan manusia. Karena, semua pengalamman yang dialami seseorang
selama hidup data dikatakan sebagai pendidikan. Pengertian pendidikan berarti usaha manusia
dewasa secara sadar dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nialai-nialai
dan pandangan hidup kepada manusia yang belum dewasa. Pendidikan formal yang diperoleh
disekolah hanya merupakan bagian kecil, tapi menjadi masalah inti dan tidak bisa dilepas dalam
kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhan dalam kehiduan ini.

Adapun potensi-potensi yang dibawa sejak lahir yang dibina dan dikembangan menjadi sikap
hidup, meliputi:

1. Potensi jasmani dan pancaindra,

Dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memlihara gizi makanan, olahraga teratur,
istirahat yang cukup, lingkungan hidup bersih.

2. Potensi pikir (rasional).

Dengan mengembangkan kecerdasan suka membaca, belajar ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan minat, mengembangkan daya piker kritis, dan objektif.

3. Potensi perasaan dikembangkan,

a. perasaan yang peka dan halus dalam segi oral dan kemanusiaan.

b. perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra
dan budaya.

4. Potensi karsa atau kemauan yang keras


Dengan mengembangkan sikap rajin belajar atau bekerja, ulet, tabah meghadapi segala
tantangan, berjiwa perintis, suka berprakarsa, hidup hemat dan sederhana.

5. Potensi-potensi cipta

Dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi dari segi konsepsi-konsesi pengetahuan

maupun seni budaya.

6. Potensi karya

Konsepi dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi, semuanya diharapkan
dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau karya yang nyata.

7. Potensi budi nurani,

Kesadaran ketuhanan dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan
martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil atau manusia yang
takwa menurut konsepsi agama masing-masing.

C.FILSAFAT PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA

Manusia sebagai penghuni alam jagat ini ternyata banyak mengikut kepada hukum yang
berlaku dialam jagat ini. Namun sebagai makhluk, dia bukanlah sebagai makhluk-makhluk lain.
Ia diberi tuhan cirri-ciri khusus untuk membolehkannya memegang jabatan sebagai wakil atau
khalifah allah di atas bumi.[1]

Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka harus
melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna,
sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba dan digoa batu, atau ditempat
lainnya, sampai kehidupan umat abad 21 ini. Didalam kehidupan manusia yang sederhana,
mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi perjuangan
hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam memperebutkan makanan dan
tempat tinggal.

Kita sebagai orang awam sudah puas dengan jawaban pancaindra, karena sudah menyaksikan
dengan mata sendiri, bahwa manusia itu ada. Tetapi, ahli pikir seperti H.V.Loon tidak puas
dengan hal demikian. Ia ingin hakikat, yakni hakikat hidup. Yang nyata itu belum tentu benar.
Berapa banyak orang yang dikelirukan oleh pandangan mata dan pendengaran telinganya.
Tanggapan pancaindra manusia terbatas, oleh karena itu, tidak dapat dijadikan pegangan yang
kuat dan meyakinkan. Karena kurang percaya pada alat pancaindra itulah, maka
Descartes(1596-1650), Filosof beraliran Rasionalisme yang berkebangsaan Prancis yang dalam
usianya yang sudah lanjut mempertanyakan tentang ada atau tidak ada dirinya. Dia bertanya,
justru karena dia mengerti barang-barang yang infra human, artinya dibawah taraf manusia,
seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, tidak dapat bertanya karena tidak mengerti. Manusia
mengerti, manusia menangkap dirinya. Dalam tangkapan itu, timbullah pertanyaan tentang diri
sendiri dan arti hidupnya. Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-
sungguh akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi. Proses pemikiran manusia seperit ini
dalam kehidupan manusia, juga mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau sebagai
dasar filsafat pendidikan. Dalam perkembangan sejarah umat manusia, maka tampillah
manusia-manusia unggul yang mengadakan perenungan, pemikiran, penganalisisan terhadap
problem hidup dan kehidupan, dan alam semesta.

Proses kehidupan umat manusia pada abad ke-XX telah mengalami perubahan drastis.
Pembangunan yang luar biasa dari ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong
kehidupan umat manusia, prosesnya lebih maju 100 tahun dari sebelumnya. Dengan kemajuan
teknologi, maka jarak antarbenua terasa semakin dekat, baik melalui hubungan transportasi,
telekomonikasi, dan lain-lain. Peristiwa yan terjadi disuatu Negara telah dapat diketahui pada
saat itu juga, atau relative cepat diketahui oleh negara lain. Dan masih banyak lagi dalam
penggunaan teknologi canggih yang ada dinegara kita, yang semula dianggap mustahil dan ajaib
sekarang sudah menjadi barang biasa.

Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya.

2. Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yaitu ada zat yang
masuk dan keluar.

3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan ari dalam dam luar.

4. Memiliki potensiuntuk berkembang.

5. Tumbuh dan berkembang.

6. Brinteraksi dengan lingkungannya.

7. Bergerak.

Apabila dibandingkan dengan tubuh hewan tingkt tinggi lainnya, seperti gajah, harimau, burung
dan buaya, tubuh manusia lebih lemah. Gajah dapat mengangkat balok yang berat, harimau
dapat berjalan cepat, burung dapat tebang, dan buaya dapat berenan cepat. Sekalipun
demikian, rohani manusia, yaitu akal budi dan kemauannya, mnusia dapat menggembangkan
lmu pengetahuan dan tegnologi. Dengan kedua alat tersebut, manusia dapat menguasai dan
mengungguli makhluk lain.

Dalam perspektif filsafat pendidikan, manusia merupakan sumber pengeahuan karena dari
manusialah, pendidikan dilahirkan pertama kali, bahkan orang-orang sifi mengatakan,
“barangsiapa ingin mengethui ang pencipta, pelajarilah jiwa manusia”,

Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial, yaitu berpikir, dan lahirnya filsafat
pendidikan tentang manusia berasal dari pemikiran manusia tantang jati dirinya yang unik dan
misterius.

Adapun fungsi pendidikan tantang manusia adalah ;

1. Meningkatkan pola hidup manusia dimuka bumi

2. Meningkatkan kebudayaan masyarakat dalam merekayasa dan mengengploitasikan alam

3. Meningkatkan kemandirian manusia dalm bertahan hidup

4. Memelihara kelangsungan reproduksi

5. Mewaspadai gejala alam yang akan menimbulkan petaka bagi manusia

6. Memelihara dirinya dari berbagai ancaman penyakit

7. Beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah-ubah

8. meningkatkan harkat dan martabat manusia dari sgi penidikan kealaman

9. fungsi ekonomi, politik, agama dan sosial budaya ; dan

10. sarana pengabdian kepada Tuhan.[2]

B. Filsafat Pendidikan

Pendidikan adalah persoalan yang melekat secara kodrati didalam diri manusia. Pendidikan
terjadi ketika manusia berinteraksi dengan dirinya, dengan masyarakat, dengan alam dan
dengan Tuhan.

Dengan kata lain, hubungan kodrat antara pendidikan dan manusia, pada taraf eksternal,
bagaikan hubungan antara jiwa dan badan manusia. Hal 91
Fakta kehidupan demikian mendorong perlunya dibangun kembali filosofi pendidikan yang
sesuai dengan kodrat hidup manusia. Dengan filosofi pendidikan baru diharapkan
penyelenggaraan pendidikan bisa mengharmonisasikan antara tujuan pendidikan dengan
tujuan kehidupan manusia, sehingga jurang pemisah itu bisa juga dijembatani dan jalan menuju
perkembangan kehidupan manusia lebih lapang.

Filsafat adalah induk semua bidang ilmu dan disiplin ilmu pengetahuan, dengan sudut pandang
yang bersifat komprehensif berupa ‘hakikat’ Artinya, filsafat memandang setiap objek dari segi
hakikatnya sedangkan pendidikan adalah suatu bidang studi sekaligus disiplin ilmu
pengetahuan yang persoalan khususnya adalah ‘menumbuh kembangkan potensi manusia
menjadi semakin dewasa dan matang (maturity human potens)’. Jadi filsafat pendidikan
mempunyai persoalan sentral berupa hakikat pematangan potensi manusia.

Tradisi filsafat adalah selalu berpikir dealiktif dari tingkat metafisis disebut aspek ontologi,
tingkat teoritis disebut epistemologi, dan tingkat praktis disebut aspek etika.

Jika diterapkan pada kegiatan pendidikan, aspek ontologi adalah proses pendidikan dengan
penekana pada pendirian filsafat hidup. Suatu pandangan hidup yang dijiwai nilai kejujuran.
Dari filsafat hidup tersebut, diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan
spiritual, berupa wawasan luas yang menyeluruh dan padu meliputi asal-mula eksistensi, dan
tujuan hidup.

Sedangkan aspek epistemology pendidikan menekankan sistem kegiatan pendidikan pada


‘Pembentukan Sikap Ilmiah’, suatu sikap yang dijiwai nilai kebenaran. Dari sikap ilmiah itu,
diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kematangan intelektual, berupa
kreativitas dan keterampilan hidup.

Sedangkan aspek etika pendidikan menekankan pada sistem kegiatan pendidikan pada
pengembangan perilaku tanggung jawab, suatu perilaku yang dijiwai oleh nilai keadilan. Dengan
perilaku bertanggung jawab ini diharapkan kematangan emosional bisa tumbuh dan
berkembang, yaitu kemampuan pengendalian diri untuk tidak melakukan perbuatan yang
melampaui batas.

Ketiga taraf sistem kegiatan pendidikan tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya secara kausalistik. Aspek ontology mendasari aspek epistemology dan aspek
epistemology memberikan jalan atau metode kepada aspek etika, sedangkan aspek etika
merupakan hasilnya.

Paradigma filosofi pendidikan dipergunakan sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan baik


didalam keluarga, sekolah, maupun dalam kehidupan masyarakat, dapat diharapkan kehidupan
masyarakat bisa diliputi dengan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Dengan
demikian, perkembangan kehidupan masyarakat secara cultural manusiawi diharapkan bisa
terwujud. .

C. Ruang lingkup filsafat pendidikan

Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut ;

1. Pendidik

2. Merid atau anak didik

3. Materi pendidikan

4. Perbuatan mendidik

5. Metode pendidikan

6. Evaluasi pendidikan

7. Tujuan pendidikan

8. Alat-alat pendidikan

9. Lingkungan pendidikan

Anda mungkin juga menyukai