Manusia sebagai penghuni alam jagat ini ternyata banyak mengikut kepada hukum yang
berlaku di alam jagat ini. Namun sebagai makhluk, dia bukanlah sebagai makhluk-makhluk lain. Ia
diberi oleh Tuhan ciri-ciri khusus untuk membolehkannya memegang jabatan sebagai wakil atau
khalifah Allah di atas bumi. Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia,
bahwa mereka harus melaksanakan tugas- tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan
baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba dan digoa batu,
atau ditempat lainnya, sampai kehidupan umat abad 21 ini. Di dalam kehidupan manusia yang
sederhana, mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi
perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam memperebutkan
Filosof beraliran Rasionalisme yang berkebangsaan Prancis yang dalam usianya yang
sudah lanjut mempertanyakan tentang ada atau tidak ada dirinya. Dia bertanya, justru karena dia
mengerti barang-barang yang infra human, artinya di bawah taraf manusia, seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan, tidak dapat bertanya karena tidak mengerti. Manusia mengerti, manusia
menangkap dirinya. Dalam tangkapan itu, timbullah pertanyaan tentang diri sendiri dan arti
hidupnya. Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-sungguh akan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi. Proses pemikiran manusia seperti ini dalam kehidupan
manusia, juga mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau sebagai dasar filsafat pendidikan.
Dalam perkembangan sejarah umat manusia, maka tampillah manusia-manusia unggul yang
mengadakan perenungan, pemikiran, penganalisisan terhadap problem hidup dan kehidupan, dan
alam semesta.
Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Organ
tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya. Mengadakan metabolisme atau
penyusunan dan pembongkaran zat, yaitu ada zat yang masuk dan keluar. Memberikan tanggapan
terhadap rangsangan ari dalam dam luar. Memiliki potensi untuk berkembang. Tumbuh dan
berkembang. Berinteraksi dengan lingkungannya. Bergerak. Apabila dibandingkan dengan tubuh
hewan tingkat tinggi lainnya, seperti gajah, harimau, burung dan buaya, tubuh manusia lebih lemah.
Gajah dapat mengangkat balok yang berat, harimau dapat berjalan cepat, burung dapat tebang, dan
buaya dapat berenan cepat. Sekalipun demikian, rohani manusia, yaitu akal budi dan kemauannya,
manusia dapat menggembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kedua alat tersebut,
manusia dapat menguasai dan mengungguli makhluk lain. Manusia memiliki salah satu sifat yang
paling esensial, yaitu berpikir, dan lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia berasal dari
pemikiran manusia tantang jati dirinya yang unik dan misterius.
Menurut Prof. Richey, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas mengenai
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama memperkenalkan kepada
warga mengenai tanggung jawab bersama di dalam masyarakat.
Adapun fungsi pendidikan tentang manusia adalah :
Meningkatkan pola hidup manusia dimuka bumi
Meningkatkan kebudayaan masyarakat dalam merekayasa dan mengengploitasikan alam
Meningkatkan kemandirian manusia dalm bertahan hidup oMemelihara kelangsungan
reproduksi oMewaspadai gejala alam yang akan menimbulkan petaka bagi manusia
oMemelihara dirinya dari berbagai ancaman penyakit oBeradaptasi dengan kondisi alam yang
berubah-ubah omeningkatkan harkat dan martabat manusia dari sgi penidikan kealaman
ofungsi ekonomi, politik, agama dan sosial budaya
Sarana pengabdian kepada Tuhan.
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan. Tujuan proses
perkembangan itu secara alami ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang
paling alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematanga. Potensi ini akan
terwujud apabila prakondisi alamiah dan social manusia memungkinkan, misalnya: iklim, makanan,
kesehatan, keamanan, relative sesuai dengan kebutuhan manusia.
Apakah makna kedewasaan, kematangan diatas bersifat biologis-jasmaniah, rohaniah(pikir,
karsa dan rasa), atau cara moral dalam arti bertanggung jawab, sadar-normatif. Persoalan ini sudah
mencakup scope dan pengertian tujuan pendidikan yang harus didasarkan pula atas system nilai
dan asas-asas normative suatu kebudayaan, dengan demikian masalah tersebut sudah merupakan
bidang filsafat pendidikan. Sebab lebih dari pada hanya perkembangan yang berasas teleologis
secara alamiah itu, manusia pun mengandung potensi-potensi human dengan martabat
kemanusiaannya. Manusia dengan kodrat human dignity itu, memiliki kesadaran diri (self-
existence), potensi piker, rasa dan karsa. Bahkan manusia mempunyai dorongan untuk merealisasi
potensi-potensi psikologisini supaya berkembang sebagai satu self-realization dan ideal-self guna
berfungsi dan bermanfaat bagi hidup pribadi dan sosialnya.
Manusia kemudian melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembang
sebagaimana diharapkan. Lahirlah didalam pemikiran manusia problem-problem tentang
kemungkinan-kemungkinan perkembangan potensi manusia itu. Manakah yang lebih menentukan
potensi yang kodrati, faktor-faktor alam sekitar, factor luar, khususnya pendidikan. Tema problem ini
memang klasik, karena memang sudah lama ada didalam kontteks filsafat, psikologi, pendidikan,
genetika dan sebagainya.
Sesungguhnya adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan jawaban
manusia atas problema itu. Karena umat manusia berkesimpulan dan yakin bahwa pendidikan itu
mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebagai aktualitas. Timbulnya problem dan
pikiran pemecahannya itu adalah bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan. Ini
berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari pada ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat
yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia ttelah
melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan. Jadi
peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya
yang lebih terperinci kemudian, filsafat pendidikan manjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.