FILSAFAT PENDIDIKAN
Di susun oleh :
A. Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting untuk kelangsungan hidup dan
kemajuan zaman. Lebih dari itu pendidikan ditujukan untuk menciptakan
manuia yang utuh baik segi jasmani dan rohani. Pendidikan tidak hanya
ditujukan untuk perindividu tetapi juga untuk kepentingan manusia
sebagai makhluk sosial sehingga dalam pengajarannya tidak boleh terlepas
dari nilai-nilai yang akan ditanamkan. Nilai-nilai yang diharapkan bisa
mengubah manusia menjadi lebih sempurna dan utuh baik jasmani dan
rohani ataupun sebagai makhluk sosial.
Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan
ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens yang
ketika berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang
ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para nara sumber, mungkin
juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para
penanya mungkin sudah-kita-mampu-untuk-menjawab-pertanyaan-ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang
semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk
membentuk manusia yang seutuhnya perlu ditanamkan nilai-nilai yang
baik baik dari segi vertikal dan horisontal, baik jasmani dan rohani, dan
manusia sebagai makhluk sosial.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di makalah kami ini adalah sebagai berikut:
1. Definisi Manusia.
2. Definisi Nilai.
3. Pengertian Pendidikan seutuhnya.
4. Tujuan Pemdidikan seutuhnya.
5. Pendidikan Manusia Seutuhnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Manusia
Manusia adalah makhluk yang unik. Berkat daya psikis cipta, rasa dan
karsanya, manusia bisa tahu bahwa ia menegtahui dan juga ia tahu bahwa ia
dalam keadaan tidak mengetahui. Manusia mengenal duni sekelilingnya dan
lenih daripada itu, mengenal dirinya sendiri. Tetapi, manusia selain bisa jujur
juga bisa berbohong atau berpura-pura.1
1
Suparlan Suhartono, Ph.D, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005),
halaman 31-32
2
langsung mengenai isinya. Jadi, tugas manusia adalah menysusn sistematika isi
bab pendahuluan itu dan memberikan kesimpulan sepasti mungkin berdasarkan
fakta-fakta yang tergelar dalam isi buku itu. Keadaan seperti itu, bagaikan
‘menangkap seekor kucing hitam di dalam kamr yang gelap gulita’. Manusia
hanya meraba-raba dan menduga-duga saja.
B. Definisi Nilai
Dalam perspektif sejarah filsafat, nilai merupakan suatu tema filosofis yang
berumur masih muda. Baru pada akhir abad ke-19 nilai mendapat kedudukan
dalam kajian filsafat akademis secara eksplisit. Menurut Baier nilai sering kali
dirumuskan dalam konsep yang berbeada-beda, hal tersebut disebabkan oleh
sudut pandangnya yang berbeda-beda pula. Menurut Kluchon nilai adalah
konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara,
tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Sementara menurut Bramel
mengungkapkan bahwa definisi memiliki banyak implikasi terhadap
pemaknaan nilai-nilai budaya dalam pengertian lebih spesifik andai kata dikaji
secara mendalam.
3
4. M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang
pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
5. Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena
mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
6. Karel J. Veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian
(sesuatu di dalam kepala orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan.
Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.2
Sehingga dapat kita definisikan dengan segala sesuatu yang dilakukan
dengan atau tanppa kesadaran, yang menjadi tolak ukur dalam menghargai
seatu perbuatan manusia.
C. Pengertian Pendidikan Menusia Seutuhnya
Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa
dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.3 Secara rasional–
filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang semenjak beberapa abad
yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya
harus diarahkan kepada dua dimensi, yakni:
4
dalam dimensi kedua, yakni ketundukan vertikal, pendidikan sains dan
teknologi, selain menjadi alat untuk memanfaatkan, dan melestarikan sumber
daya alam juga menjadi jembatan untuk memahami fenomena dan misteri
kehidupan dalam mencapai hubungan yang hakiki juga abadi dengan sang
khalik . Berarti bagaimanapun pesatnya perkembangan sains dan teknologi ia
harus disertai dengan pendidikan hati. Singkatnya, manusia seutuhnya adalah
yang menjadi rahmatan lilàlamin. Yang mempunyai kemampuan cipta, rasa,
kan karsa, atau manusia yang kognitif, efektif, dan konatif-psikomotorik pada
zamanya. Itulah blue print manusia masadepan yang memiliki zikir, fikir dan
amal saleh.
Di samping itu ada beberapa causa pertanyaan yang harus mampu kita
menjawabnya, yang mana dengan causa inilah nantinya kita akan mentransfer
ke dalam proses pendidikan manusia dalam konteks ruang serta waktu. Causa
pertanyaan itu adalah; 1. Causa eficiens (bagaimana), 2. Causa formalis
(menurut rencana apa), 3. Causa materialis (dengan apa), dan Causa finalis
(untuk apa kita di didik). Menusia sepenuhnya sebagai satu konsepsi modern
perlu kita analisis menurut pendangan sosio-budaya Indonesia .
1. potensi jasmaniah, fisik badan dan panca indra yang sehat (normal)
2. potensi piker (akal, rasio, intelegensi, intelek)
5
3. potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun perasaan
estetis.
4. potensi karsa (kehendak, keinginan, termasuk prakarsa).
5. potensi cipta (daya cipta, kreaktifitas, khayal dan imajenasi).
6. potensi karya (kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai tindak lanjut
1-5)
7. potensi budi-nurani (kesadaran budi, hati-nurani)
Ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan yang potensial;
artinya dalam proses berkembang dan tidak. Perkembangan atau aktualitas itu
akan menetukan kualitas pribadi seseorang.
Keempat wawasan ini akan memberikan aspirasi dan motivasi bagi sikap
dan tindakan seseorang menurut kadar kesedaran wawasannya masing-masing.
6
D. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya
4
Ibid, halaman 58.
5
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: AR-RUZZ Media,2014), halaman 86
7
tujuan tidak mengandung nilai, bahkan dapat menghambat pikiran sehat peserta
didik.
E. Pendidikan Manusia Seutuhnya
1. dasar-dasar filosofis
8
Ketiga potensi diatas akan menentukan martabat dan kepribadian
menusia. Jika ketiga potensi itu dilaksanakan secara seimbang, maka akan
terjadi kesenambungan.
2. Dasar-Dasar Psikofisis
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan atau tanpa kesadaran,
yang menjadi tolak ukur dalam menghargai suatu perbuatan manusia. Hakikat
Manusia adalah berkeprbadian utuh yang dapat menyelaraskan,
menyeimbangkan, dan menyerasikan aspek manusia sebagai makhluk individu,
sosial, religious, bagian dari alam semesta, bagian dari bangsa-bangsa lain, dan
kebutuhan untuk mengejar kemajuan lahir dan kebahagiaan batin. Pendidikan
adalah upaya untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang
berlangsung seumur hidupnya. Pendidikan manusia seutuhnya merupakan
tujuan yang hendak dicapai dalam konsep Value Education dan General
Education yakni: 1) manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang
segala aspek kehidupan, serta 2) memiliki kepribadian yang utuh.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA