Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN NILAI UNTUK PENDIDIKAN


MANUSIA SEUTUHNYA

Dosen pengampu : A. Ulin Ni’am, M.Pd.

Di susun oleh :

1. Andre Saputra (1986232002)


2. Anisa Nabila (1986232039)
3. Abdu Rohim (1986232001)
4. Arliansah (1986232063)
5. Aliyah (1986232044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NURUL HUDA TANAH MERAH
BELITANG OKU TIMUR SUMATERA SELATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting untuk kelangsungan hidup dan
kemajuan zaman. Lebih dari itu pendidikan ditujukan untuk menciptakan
manuia yang utuh baik segi jasmani dan rohani. Pendidikan tidak hanya
ditujukan untuk perindividu tetapi juga untuk kepentingan manusia
sebagai makhluk sosial sehingga dalam pengajarannya tidak boleh terlepas
dari nilai-nilai yang akan ditanamkan. Nilai-nilai yang diharapkan bisa
mengubah manusia menjadi lebih sempurna dan utuh baik jasmani dan
rohani ataupun sebagai makhluk sosial.
Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan
ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens yang
ketika berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang
ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para nara sumber, mungkin
juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para
penanya mungkin sudah-kita-mampu-untuk-menjawab-pertanyaan-ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang
semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk
membentuk manusia yang seutuhnya perlu ditanamkan nilai-nilai yang
baik baik dari segi vertikal dan horisontal, baik jasmani dan rohani, dan
manusia sebagai makhluk sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi nilai ?
2. Apa definisi manusia?
3. Bagaimana mengembangkan nilai untuk pendidikan
manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Nilai
Nilai memiliki banyak penafsiran oleh para ahli, sebagaimana yang
disampaikan oleh para ahli diantara lainnya:
Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari
tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A.W.Green
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap
objek.
Woods
Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah
berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam
kehidupan sehari-hari
M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang
pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena
mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
Karel J. Veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian
(sesuatu di dalam kepala orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan.
Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.1

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial#Pengertian_Nilai_Menurut_para_Ahli diakses
padakamis, 26 Maret 2015, 19.00 wib 2
Sehingga dapat kita definisikan dengan segala sesuatu yang dilakukan
dengan atau tanppa kesadaran, yang menjadi tolak ukur dalam menghargai
seatu perbuatan manusia.

B. Definisi Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari
segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara
biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang
berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapiotak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti
dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalammitos,
mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologikebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembanganteknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan.2

C. Hakikat Manusia
1. Manusia adalah ciptaan Allah yang berasal dari sgumpal darah
sebagaimana dijelaskan dalam Alqur-an surat Al-‘Alaq ayat 2

‫۞ َخ َلَق اِإْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍق‬


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(Q.S. Al-‘alaq : 2)3

2. Manusia adalah perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan


lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama perkembangan manusia dipengaruhi
oleh pembawaan (nativisme) dan juga lingkungan (empiris). Selain itu ada

2
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia diakses pada kamis, 26 Maret 2015, 19.00 wib
3
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per
Kata( Jakarat, Cipta Bagus Segara)
teori bahwa manusia pada perkembangannya ditentukan oleh pembawaan
dan lingkungannya (konvergensi).4
Sesuai sabda Rosulullah saw. Yang artinya: “Tiap orang dilahirkan
membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim).5
Sesuai hadits diatas manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan, tidak hanya keluaraga lebih luas dari itu pergaulan juga sangat
menentukan perkembangan manusia.
Pengertian manusia seutuhnya
Manusia seutuhnya bisa diartikan dengan manusia yang sempurna. Bila
kita mengartikan manusia yang sempurna atau insan kamil tentu tidak
lepas dari ciri yang dimiliki. Insan kamil atau manusia yang sempurna
adalah manusia yang mimiliki:
-. Jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan
-. Kecerdasan akal berpikir
-. Kekuatan iman atau rohani yang tinggi

D. Wujud Sifat Hakikat Manusia6


1. Kemampuan menyadari diri.
2. Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada
adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia.
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia,
maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas
atau karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemaqmpuan tersebut dengan
istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi
diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai
kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang
kearah kesempurnaan diri.
4
Muzzaki.Akh, Kholilah, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2013) hal. 31
5

6
file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htmdiakses pada kamis, 26
Maret 2015, 19.00 wib
3. Kemampuan-Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia
mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan
“meng-ada”
4. Kata-Hati-(Consecience-Of-Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu
adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan
tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
5. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral
yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik
manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang
tinggi (luhur)
6. Tanggung-jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung
jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa
suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
7. Rasa-Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai
dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan
moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral
yang sesuai dengan kodrat manusia.
8. Kewajiban-dan-Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.
Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah
memenuhi kewajiban.
9. Kemampuan-Menghayati-Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan
manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai
himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan,
kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pahit-dan-penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat,
lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia
mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya,
dengan diri sendiri dan dengan Tuhan.
Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan
kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba
terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri
sendiri. Kebahagian adalah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak
terletak pada keadaan diri secara factual tetapi terletak pada
kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan
mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaitu : usaha,
norma-norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagiaan
adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.

E. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan


Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu
yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi
(indevide). (Lysen, individu dan masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang
dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua
unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang
lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para
pendidik memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai
potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya
sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J.
Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J.
Langeveld,1955:54)
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah.
Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh
menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan
memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan
knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek
psikomotorik. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang
cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi
individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat
otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas
pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik
bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri
dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya
mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah
membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan
kediriannya sendiri.
2. Dimensi-Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah
makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi
dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi
dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya.
Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu,
yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara
dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang
satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki-tingkah-laku-yang-
lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling
membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi
dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi
tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan
kepribadiannya. Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan
semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu
berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan
secara seimbang aspek-individual-dan-aspek-sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya
dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki
hierarki tertentu. Hirarki-kebutuhan-menurut-Maslow:
a.-Kebutuhan-estetis
b.-Kebutuhan-untuk-mengetahui-dan-mengerti
c.-Kebutuhan-untuk-aktualisasi-diri
d.-Kebutuhan-memperolah-penghargaan-orang-lain
e.-Kebutuhan-mendapatkan-kasih-sayang-dan-memiliki
f.-Kebutuhan-rasa-aman
g. Kebutuhan fisiologis
3. Dimensi-Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih
tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang
menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika
dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila
dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-
nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh
manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan
dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya. Sehingga
dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai,
menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
4. Dimensi-Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan
Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus
mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan
pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang
akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam
dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang
akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Agama merupakan
sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama
melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa
pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan
pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d
PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui
pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa
tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran
agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi
afektif harus diutamakan.

F. Pengembangan Nilai untuk pendidikan manusia seutuhnya


Pendidikan Manusia Seutuhnya7

‫َيَأ ُّيَها اَّلِذ ْيَن َأَم ُنْو ا َأْس َتِج ْيُبْو ُهَّللا َو لَّرُسْو ُل ِإَذ اَدَعاُك ُم ِلَم اُيْح ِيْيُك ْم َو اْع َلُم ْو اَأَّن َهلَّلا َيُح ْو ُل َبْيَن اْلَم ْر ِء َو َقْلِبِه َو َأَّنُه ِإَلْيِه‬
‫ُتْخ َش ُرْو َن‬.

Hai orang- orang yang beriman , penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila
Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan
sesungguhnya kepadanyalah kamu-akan-dikumpulkan.-(Q.S-al-Anfal-24)8

Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan ini sangat


lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens yang ketika berada
didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang ditujukan kepada para dosen
ataupun kepada para nara sumber, mungkin juga pertanyaan ini sudah dilontarkan
7
file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htmdiakses pada kamis, 26
Maret 2015, 19.00 wib

8
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per
Kata( Jakarat, Cipta Bagus Segara) hal. 179
kepada kita semua, yang mana para penanya mungkin sudah-kita-mampu-untuk-
menjawab-pertanyaan-ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang
semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk
manusia yang seutuhnya harus diarahkan kepada dua dimensi, yakni:
1. Dimensi dialektikal horisontal , dan
2. Dimensi ketundukan vertikal.
Pada dimensi pertama pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan yang konkret, yakni kehidupan manusia dalam
hubunganya dengan alam ataupun lingkungan sosialnya. Dalam dimensi inilah
manusia dituntut untuk mampu mengatasi berbagai tantangan dan kendala dunia
konkretnya , melalui pengembangan teknologi dan sains.
Sedangkan dalam dimensi kedua, yakni ketundukan vertikal, pendidikan sains
dan teknologi, selain menjadi alat untuk memanfaatkan, dan melestarikan sumber
daya alam juga menjadi jembatan untuk memahami fenomena dan misteri
kehidupan dalam mencapai hubungan yang hakiki juga abadi dengan sang khalik .
Berarti bagaimanapun pesatnya perkembangan sains dan teknologi ia harus
disertai dengan pendidikan hati.
Singkatnya, manusia seutuhnya adalah yang menjadi rahmatan lilàlamin.
Yang mempunyai kemampuan cipta, rasa, kan karsa, atau manusia yang kognitif,
efektif, dan konatif-psikomotorik pada zamanya. Itulah blue print manusia masa
depan yang memiliki zikir, fikir dan amal saleh. Di samping itu ada beberapa
causa pertanyaan yang harus mampu kita menjawabnya, yang mana dengan causa
inilah nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses pendidikan manusia dalam
konteks ruang serta waktu. Causa pertanyaan itu adalah ¨ 1. Causa eficiens
(bagaimana), 2.Causa formalis (menurut rencana apa), 3. Causa materialis
(dengan apa), dan Causa finalis (untuk apa kita di didik).

Manusia sepenuhnya sebagai satu konsepsi modern perlu kita analisis


menurut pendangan sosio-budaya Indonesia .Berdasarkan pikiran demikian dapat
diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup
pengertian sebagai berikut:
1. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.
Kepribadian manusia lahir batin ialah satu kebutuhan yang utuh antara
potensi-potensi hereditas (kabawaan) dengan factor-faktor lingkungan
(pendidikan, tata nilai dan antar hubungan).
Potensi-manusia-secara-universal-mencakup-tujuan-potensi:
1. potensi jasmaniah, pisik badan dan panca indra yang sehat (normal)
2.-potensi-piker-(akal,-rasio,-intelegensi,-intelek)
3.-potensi-rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun
perasaan estetis.
4.-potensi-karsa-(kehendak,-keinginan,-termasuk-prakarsa).
5.-potensi-cipta-(daya-cipta,-kreaktifitas,-khayal-dan-imajenasi).
6.-potensi-karya-(kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai tindak
lanjut 1-5)
7.-potensi-budi-nurani-(kesadaran budi, hati-nurani, yang bersifat
superrasional)

Ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan yang potensial;
artinya dalam proses berkembang dan tidak.Perkembangan atau aktualitas
itu akan menetukan kualitas pribadi seseorang.

2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang
menghayati dan yakin-akan-cita-cita-dan-tujuan-hidupnya.
Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai; artinya
menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai tertentu, baik secara social
(kemasyarakatan dan kenegaraan),-maupun-secara-pribadi-(individual).
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi oleh
wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan dan nilai-nilai yang ada
didalamnya wawasan dimaksud mencakup:

a. Wawasan dunia dan akhirat. Menusia berkeyakinan bahwa


kehidupan didunia akan berakhir dan akan ada kehidupan
diakhirat.
b. Wawasan individualitas dan social, secara keseimbangan.
c. Wawasan individualitas jasmaniah dan rohaniah; memiliki
kesadaran tentang pentingnya kebutuhan jasmaniah dan rohaniah.
d. Wawasan masa lampau dan masa depan; dengan mengingat masa
lampau bias memberikan kesadaran kesedaran cinta bangsa dan
kemerdekaan serta memiliki motivasi berjuang demi cita-cita
nasional.
Keempat-wawasan-ini-akan-memberikan-aspirasi-dan-motivasi-bagi-sikap-dan-
tindakan-seseorang menurut kadar kesedaran wawasannya masing-masing.

Makna Pendidikan Nilai berkaitan dengan masalah baik pertimbangan


moral maupun non-moral tentang suatu objek; termasuk etika dan estetika. Tujuan
pendidikan nilai adalah untuk membantu siswa mengeksplorasi nilai-nilai yang
ada melalui pengujian yang kritis agar mampu meningkatkan kualitas pikiran dan
perasaan siswa. Pendidikan nilai paling sedikit meliputi empat dimensi, yaitu
identifikasi inti nilai-nilai personal dan sosial; penemuan filosofis dan rasional
tentang inti tersebut; respon afektif dan emotif terhadap inti tersebut; pembuatan
keputusan berkaitan dengan inti berdasarkan penemuan dan respon. 9

G. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya


1. Terwujudnya manusia yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri, mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berguna bagi umat,
bangsa dan kemanusiaan
2. Tujuan untuk pendidikan menusia seutuhnya dengan kodrat dan
hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal
mungkin.Adapun aspek pembawaan (potensi manusia) meliputi:
Potensi jasmani (fisiologis dan pancaindra)
Potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani)
9
Makna pendidikan nilai di http://sps.upi.edu/v2/ diakses padakamis, 26 Maret 2015, 19.00
wib
Secara umum, rumusan tujuan dari proses pendidikan meliputi:
1. Pendidikan sebagai tranmisi kebudayaan
2. Pendidikan sebagai pengembangan kepribadian
3. Pendidikan sebagai pengembangan akhlaq mulia serta religious
4. Pendidikan sebagai pengembangan warga Negara yang bertanggung
jawab
5. Pendidikan sebagai mempersiapkan pekerja-pekerja yang terampil dan
produktif
6. Pendidikan sebagai pengembangan pribadi seutuhnya
7. Pendidikan sebagai proses pembentukan manusia baru

Tujuan Khusus10
 Menguasai, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dijiwai oleh nilai kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika
yang bersumber pada ajaran Islam serta memupuk keIkhlasan, melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar yang relevan dengan kebutuhan pembangunan
bangsa;
 Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana, Pascasarjana dan
Profesi yang menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan dunia kerja
baik nasional maupun internasional
 Menghasilkan penelitian dan karya Ilmiah yang menjadi rujukan pada tingkat
nasional dan internasional;
 Mengembangkan kehidupan masyarakat akademik yang ditopang oleh nilai-
nilai Islam yang menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, kejujuran,
kesungguhan dan tanggap terhadap perubahan;
 Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang dapat menumbuhkan
pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-konstruktif dan inovatif;
 Menyediakan sistem layanan yang memuaskan bagi pemangku kepentingan/
stakeholders;
10
Tujuan pendidikan nilai di
http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Muhammadiyah_Yogyakarta
 Menyediakan sumberdaya dan potensi universitas yang dapat diakses oleh
perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah swasta, industri, dan
masyarakat luas untuk mendukung upaya-upaya pengembangan bidang agama
Islam, sosial, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kesehatan dan budaya di
Indonesia;
 Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai institusi nasional
maupun internasional untuk memajukan pendidikan, penelitian, manajemen
dan pelayanan;
 Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas
yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial.
BAB III
KESIMPULAN

1. Nilai adalah definisikan dengan segala sesuatu yang dilakukan


dengan atau tanppa kesadaran, yang menjadi tolak ukur dalam
menghargai seatu perbuatan manusia.
2. Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari
segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara
campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapiotak berkemampuan tinggi.
3. Tujuan Khusus
 Menguasai, mengembangkan dan mengamalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dijiwai oleh nilai
kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika yang bersumber
pada ajaran Islam serta memupuk keIkhlasan,
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar yang relevan
dengan kebutuhan pembangunan bangsa;
 Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana,
Pascasarjana dan Profesi yang menghasilkan lulusan yang
memenuhi kebutuhan dunia kerja baik nasional maupun
internasional
 Menghasilkan penelitian dan karya Ilmiah yang menjadi
rujukan pada tingkat nasional dan internasional;
 Mengembangkan kehidupan masyarakat akademik yang
ditopang oleh nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, kejujuran, kesungguhan dan tanggap
terhadap perubahan;
 Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang
dapat menumbuhkan pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-
konstruktif dan inovatif;
 Menyediakan sistem layanan yang memuaskan bagi
pemangku kepentingan
 Menyediakan sumberdaya dan potensi universitas yang
dapat diakses oleh perguruan tinggi, lembaga-lembaga
pemerintah swasta, industri, dan masyarakat luas untuk
mendukung upaya-upaya pengembangan bidang agama
Islam, sosial, ekonomi, politik, hukum, teknologi,
kesehatan dan budaya di Indonesia;
 Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai
institusi nasional maupun internasional untuk memajukan
pendidikan, penelitian, manajemen dan pelayanan;
 Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian
dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan
individual maupun sosial.

SARAN
Dalam penyelenggarakan suatu lembaga pendidikan harus menentukan tujuan
utama yang akan menjadi dasar dan acuan dalam melakukan semua kegiatan
terkait dan berhubungan dengan dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/
Nilai_sosial#Pengertian_Nilai_Menurut_para_Ahlidiakses pada kamis, 26
Maret 2015, 19.00 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusiadiakses pada kamis, 26 Maret 2015, 19.00
wib
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan
Terjemah Per Kata( Jakarat, Cipta Bagus Segara)
Laila-Nur-file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia
%20seutuhnya.htm diakses pada kamis, 26 Maret 2015, 19.00 wib
Muzzaki.Akh, Kholilah, 2013, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV
Press)

Anda mungkin juga menyukai