` Disusun Oleh :
i
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
Halaman judul……....…….…………………………………..……… i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..……….…………………………………..……… 1
B. Rumusan masalah...……………………………………..………... 1
C. Tujuan…………………………………………………………….. 1
BAB II ISI
A. Sifat hakiki……………………………………………………….. 2
B. Dimensi hakikat manusia potensi, keunikan, dan dinamikanya…. 4
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia………………………. 6
A. Kesimpulan……………………………………………………… 8
B. Daftar pustaka……………………………………………………. 8
iii
BAB I
Pendahuluan
A. LatarBelakang
B. RumusanMasalah
1. Apa pengertian sifat hakiki manusia?
2. Apa saja wujud sifat hakiki manusia?
3. Bagaimana pengembangan dimensi sifat hakiki manusia?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi sifat hakiki manusia
2. Menjelaskan wujud sifat hakiki manusia
3. Menjelaskan dimensi hakikat manusia potensi, keunikan,
dandinamikannya.
1
BAB II
ISI
A. Sifat Hakiki
Sifat hakiki manusia menjadi bidang kajian filsafat
antropologi.
1. Sifat Hakiki
Sebagai ciri khas yang secara prinsipil membedakan
manusia dengan hewan. Kenyataan dan pernyataan ini
menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan
manusia hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu
perbedaan yang dengan melalui rekayasa dapat dibuat
menjadi sama keadaanya, misalnya air karena perubahan
temperatur lalu menjadi es batu.
2
Seseorang dapat dikatakan bermoral tinggi jika ia
dapat menyatukan diri dengan nilai-nilai yang tinggi
serta segenap perbuatan nya merupakan peragaan dari
nilai-nilai tinggi tersebut.
e. Tanggung Jawab
Yaitu dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia dan bahwa hanya karena
perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apa pun
yang dilakukan diterima dengan penuh kesadaran dan
penuh ke relaan.
f. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas, dalam arti yang
sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
g. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari
hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang
timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai mahluk
sosial. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada
belum tentu seseorang mengetahuinya.
h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Merupakan istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
Penghayatan hidup yang disebut kebahagiaan ini
meskipun untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk
dirasakan. Kebahagiaan sering dihayati sebagai rasa :
senang, gembira, bahagia, dan sejemlah istilah lain yang
mirip dengan itu. Dapat disimpulkan kebahagiaan ialah
bahwa kebahagian itu tidak terletak pada keadaan
sendiri secara faktual.
3
B. Dimensi Hakikat Manusia Potensi, Keunikan, dan
Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
Merupakan suatu keuntungan yang tidak dapat dibagi-bagi.
Sehingga individu dapat diartikan sebagai pribadi (Lysen,
Individu dan Masyarakat: 4). Kepribadian seseorang tidak
akan terbentuk dengan semestinya sehingga seseorang tidak
memiliki warna kepribadian yang khas sebagai miliknya.
Jika ini terjadi, maka seseorang itu tidak memiliki
kepribadian otonom atau tidak memiliki pendirian yang
nantinya akan mudah dibawa oleh arus masa. Pola
pendidikan perkembangan individualitas berpedoman pada
prinsip ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso,
tutwuri handayani.
2. Dimensi kesosialan
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampa jelas
pada dorongan bergaul. Dengan adanya dorongan untuk
bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Immanuel kant menyatakan : Manusia hanya menjadi
manusia jika berada diantara manusia. Seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, dan cita-citanya
di dalam interaksi dengan sesamannya. Dalam berinteraksi
dengan sesamannya seseorang akan menyadari dan
menghayati kemanusiaannya
3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan
yang lebih tinggi. Pengertian susila memiliki perluasan arti
menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering
4
digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi
berbeda yaitu etiket (persoalan kepaantasan dan kesopanan)
dan etika (persoalan kebaaikan). Sehubungan dengan hal
tersebut ada dua pendapat yaitu:
a. Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan mencakup
keduannya.
b. Golongan yang memandang bahwa etiket pelu dibedakan
dari etika Karena masing-masing mengandung kondisi
yang tidak selamanya bejalan.
Pendidikan kesusilaan meliputi rentangan luas
penggarapannya, mulai dari ranah kognitif yaitu dari
mengetahui sampai menginternalisasi nilai, sampai kepada
ranah afektif dari meyakini, meniati sampai kepada siap
sedia untuk melakukan. Implikasi pedagogisnya ialah
pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan
kesediaan melakukan kewajiban di samping hak kepada
peserta didik.
4. Dimensi Keberagamaan
Dimensi keberagamaan merupakan dimensi dalam
kehidupan manusia, dimana dimensi ini merupakan cara
seseorang mendiami alam semesta yang tidak hanya dalam
konteks keseharian saja, namun dalam keseluruhan hidup
seseorang yang secara khusus adalah refleksi dari karakter
yang kita yakini dan rasakan. Pemahaman agama diperoleh
melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun
meditasi, komitmenaktif dan praktekritual. jauh dekatnya
hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan
ketaqwaan manusia yang bersangkutan.Di dalam masyarakat
Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan yang dianutnya
berbeda-beda, diupayakan terciptanya kehidupan beragama
yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai,
kedamaian, ketentraman, & persahabatan.
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Usaha pengembangan hakekat manusia dalam dimensi
keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan
berangkat dari anggapan dasar bahwa manusia secara potensial
5
memiliki semua dimensi tersebut, yang memungkinkan dan
harus dapat dikembangkan secara bertahap, terarah dan terpadu
melalui pendidikan sehingga dapat menjadi aktual.
Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk
individu Manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
kesemestaan mampu mengembangkan interelasi dan interaksi
dengan orang lain secara selaras serasi seimbang tanpa
kehilangan jati dirinya.
6
ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun dominan afektif
didominasi oleh pengembangan dominan kognitif.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka