Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 
Manusia merupakan subjek dari pendidikan dan merupakan sasaran dari pendidikan.
Manusia dikaruniai potensi-potensi yang perlu dikembangkan agar terealisasi dalam
kehidupan. dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki maka manusia perlu
adanya pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
yang dimiliki oleh manusia agar dapat menuju manusia yang seutuhnya. Seorang pendidik
harus memiliki kejelasan mengenai hakikat manusia  agar dapat menyusun rencana dan
pelaksanaan usaha pendidikan. Selain itu seorang pendidik juga harus mampu
mengembangkan dimensi dari sifat hakikat manusia.
Manusia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan hewan. Ciri khas tersebut
terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut
hakikat karena secara hakiki ciri tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat
pada hewan. Untuk mencapai pengetahuan mengenai hakikat manusia tersebut maka akan
dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi hakikat
manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya, pengembangan dimensi hakikat manusia
dan sosok manusia seutuhnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian sifat Hakiki manusia?
1.2.2 Bagaimana wujud dari sifat Hakiki manusia?
1.2.3 Bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia?

1.3 TUJUAN 
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui pengertian sifat Hakiki manusia.
1.3.2 Mengetahui wujud dari sifat Hakiki manusia.
1.3.3 Memahami pengembangan dimensi hakikat manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat hakiki manusia.


2.1.1 Pengertian Sifat Hakiki Manusia.
Sifat Hakiki manusia adalah ciri khas manusia yang membedakan antara manusia
dengan hewan. Disebut sifat hakiki karena sifat tersebut hanya ada pada  manusia.
Meskipun manusia dan hewan memiliki banyak kemiripan seperti contohnya antara
manusia dengan orang utan. Bentuk tubuh dari orang utan jika dilihat sedikit mirip dengan
bentuk tubuh manusia yang membedakan kalau manusia berjalan dengan tegak sedangkan
orang utan berjalan dengan sedikit membungkuk. Dari segi biologis orang hutan dan
manusia juga memiliki kemiripan. Pada orang utan memiliki tulang belakang, menyusui
anaknya, dan berjalan menggunakan kedua kaki yang mana hal tersebut mirip dengan
manusia. Meskipun antara hewan terutama orang hutan dengan manusia memiliki banyak
kesamaan, ada sifat yang membedakan di antara keduanya dan sifat Inilah yang disebut
sifat hakiki manusia.

2.2 Wujud sifat hakiki manusia.


Di bawah ini adalah sifat Hakiki manusia yang tidak dimiliki oleh hewan, meliputi ;
2.2.1 Kemampuan menyadari diri.
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia merupakan kemampuan
yang dimiliki manusia untuk menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik
diri yang berbeda dengan yang lainnya. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan
antara dirinya dengan aku-aku (ia, mereka) yang lain ataupun dengan non aku (lingkungan
fisik) di sekitarnya. manusia juga dikaruniai kemampuan untuk membuat jarak antara diri
dengan akunya sendiri. Aku seolah-olah keluar dari dirinya dengan berperan sebagai
subjek lalu memandang dirinya sendiri sebagai objek. Pada saat tertentu seorang aku dapat
berperan ganda yaitu sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek.
 Manusia dapat berperan sebagai Hakim polisi pendidik pendiri atas dirinya sendiri
ataupun si terdidik. 
Drijarkara ( Drijarkara: 138), menyebutkan bahwa kemampuan tersebut dengan istilah
"meng-aku", yaitu kemampuan untuk mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada aku
dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatannya yang dapat dikembangkan
sehingga aku dapat berkembang ke arah kesempurnaan diri.
2.2.2 Kemampuan bereksistensi.
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia untuk keluar dari dirinya.
Kemampuan yang dimaksud ini adalah menembus atau menerobos dan mengatasi batas-
batas yang membatasi dirinya. Dengan kemampuan bereksistensi inilah yang membedakan
manusia dengan hewan. Bisa diibaratkan hewan yang menjadi di komponen dari

2
lingkungan sedangkan manusia menjadi manajer dari lingkungannya. Kemampuan
bereksistensi ini perlu dibina melalui pendidikan Sehingga peserta didik dapat belajar
mengantisipasi suatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat kemungkinan yang terjadi di
masa depan, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

2.2.3 Kata hati.


Kata hatiatau bisa disebut hati nurani adalah kemampuan manusia yang memberi
penerangan tentang baik ataupun buruk nya perbuatan sebagai manusia. Kata hati yang
tajam dapat digunakan untuk pertimbangan dan dalam mengambil suatu keputusan yang
baik atau benar. Bisa disimpulkan bahwa kata hati itu adalah kemampuan untuk membuat
keputusan tentang yang baik atau yang benar. Usaha untuk mengubah kata hati yang
tumpul agar menjadi tajam bisa dilakukan dengan pendidikan kata hati. Pendidikan kata
hati bertujuan agar orang memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati. 
2.2.4 Moral.
Moral adalah perbuatan yang baik atau benar. Jika kata hati diartikan sebagai
kemampuan yang memberi penerangan tentang perbuatan yang baik atau salah sebagai
manusia, maka moral adalah perbuatan itu sendiri.  Banyak orang yang moral dengan kata
hatinya tidak sesuai. Seseorang memiliki moral yang baik apabila perbuatannya sesuai
dengan kata hatinya yang baik pula. Pendidikan moral sangatlah penting karena masih
banyaknya orang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak memiliki moral (keberanian untuk
berbuat). 
2.2.5 Tanggung Jawab.
Tanggung jawab diartikan sebagai kesediaan dalam menanggung segala akibat dari
perbuatan yang telah dilakukan. Wujud dari tanggung jawab ini  bermacam-macam, seperti
tanggung jawab pada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab
kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada diri sendiri biasanya diungkapkan dalam bentuk
penyesalan setelah perbuatan yang dilakukan. Tanggung jawab kepada masyarakat berarti
menanggung tuntutan norma-norma sosial dalam masyarakat, bentuk tuntutannya berupa
sanksi-sanksi seperti cemooh dari masyarakat. Tanggung jawab kepada Tuhan berarti
menanggung tuntutan norma-norma agama misalnya perasaan berdosa dan terkutuk. Dari
sini dapat dilihat bahwa kata hati, moral, dan tanggung jawab sangat erat kaitanya. Di
mana kata hati adalah pedoman dalam melakukan suatu perbuatan, moral adalah perbuatan
yang dilakukan, dan tanggung jawab adalah kesediaan dalam menanggung semua akibat
dari perbuatan yang telah dilakukan. 
2.2.6 Rasa kebebasan.
Rasa kebebasan atau merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu)
tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Disini yang dimaksud sesuai adalah sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan kata lain bahwa kebebasan berkaitan erat dengan
kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa kebebasan apabila perbuatannya atau
moralnya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya yaitu kata hati yang sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia. 
2.2.7 Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.
Hak dan kewajiban adalah dua gejala yang timbul sebagai perwujudan dari manusia
sebagai makhluk sosial. Jika seseorang mempunyai hak yang menuntut sesuatu maka akan
ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Dan sebaliknya suatu
kewajiban terjadi jika ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya.

3
2.2.8 Kemampuan menghayati kebahagiaan.
Kebahagiaan sering diartikan sebagai rasa senang gembira dan jumlah istilah lain
yang mirip dengan kata-kata itu. Bahagia tidak mudah untuk 
dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya
sebagai kumpulan pengalaman pengalaman yang menyenangkan saja. Tetapi lebih dari itu
yang merupakan satu kesatuan dari segala kesenangan kegembiraan kepuasan dan
sejenisnya serta dengan pengalaman pengalaman pahit dan penderitaan. 
Dalam proses terjadinya Kebahagiaan tidak lepas dari kata takdir, hal ini erat kaitannya
dengan komponen usaha. Kebahagiaan hanya dapat diraih oleh mereka yang mampu
bersyukur, karena dengan bersyukur maka mereka akan menerima semua takdir yang telah
diberikan oleh Tuhan. Pendidikan mempunyai peran penting sebagai tempat untuk
mengantar peserta didik dalam mencapai suatu kebahagiaan yaitu dengan membantu
mereka meningkatkan kualitas hubungan dengan dirinya, lingkungannya, dan Tuhannya. 
2.3 Dimensi hakikat manusia potensi, keunikan, dan dinamikanya. 
Dalam sifat Hakiki manusia terdapat dimensi-dimensi yang akan dibahas. Dimensi tersebut
adalah :
2.3.1 Dimensi keindividualan.
Setiap anak yang dilahirkan kedunia dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain atau menjadi dirinya sendiri jadi tidak ada di muka bumi ini individu yang
identik. Bahkan meskipun anak kembar yang memiliki wajah yang sulit di bedakan,
sesungguhnya mereka itu dapat dibedakan mungkin dari bentuk muka ataupun bentuk
matanya. Karena adanya individualitas setiap orang memiliki perasaan cita-cita semangat
dan daya tahan yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. 
Kesediaan untuk menanggung tanggung jawab sendiri merupakan salah satu ciri
yang sangat mendasar dari adanya sifat individualitas pada diri manusia. Seorang individu
memiliki dorongan untuk menjadi mandiri. Untuk itu perlu dikembangkan melalui
pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Fungsi utama pendidikan adalah membantu
peserta didik untuk membentuk kepribadiannya, atau menemukan jati dirinya sendiri.
Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong peserta didik bagaimana
memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri.
2.3.2 Dimensi kesosialan.
Setiap orang di muka bumi ini dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul.
Artinya setiap manusia dapat saling berkomunikasi yang didalamnya terkandung unsur
saling memberi dan menerima. Menurut Lavengeld, adanya kesediaan untuk saling
memberi dan menerima dipandang sebagai kunci dari 
suksesnya pergaulan. Unsur saling memberi dan menerima sudah dimulai sejak waktu bayi
di mana seorang bayi mendapat rasa kasih sayang dari seorang ibu kemudian sang bayi
memberi senyuman sebagai ungkapan rasa senang atau terhibur. Adanya dimensi
kesosialan pada manusia mendorong manusia untuk bergaul, dengan adanya dorongan ini
setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya sehingga timbulah interaksi diantara mereka
berdua. Dengan interaksi tersebut seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengembangkan kegemarannya, mengembangkan cita-citanya, serta menolak sifat-sifat
yang dianggap tidak cocok baginya. Manusia tidak dapat hidup tanpa manusia yang
lainnya, hal ini sesuai dengan kata bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri. 
2.3.3 Dimensi kesusilaan.

4
Susila berarti kepantasan yang lebih tinggi. Di dalam kehidupan bermasyarakat
tidak cukup hanya berbuat yang pantas tetapi di dalam perbuatan tersebut terdapat
kejahatan yang terselubung. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua istilah yang
mempunyai arti berbeda yaitu etiket dan etika. Etiket adalah persoalan yang menuju pada
kepantasan dan kesopanan dalam berbuat, sedangkan etika adalah persoalan yang mengacu
pada kebaikan. 
Drijarkara mengartikan manusia Susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai,
menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan (Drijarkara:36-39).
Berdasarkan asalnya nilai-nilai tersebut dibedakan atas 3 macam yaitu: nilai otonomi yang
bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat
kolektif ( kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yaitu nilai yang berasal dari
Tuhan.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang memahami nilai ataupun mengetahui
banyak hal tetapi kurang atau tidak Susila. Hal tersebut sangat wajar terjadi karena
memahami adalah kemampuan penalaran, sedangkan bersedia melaksanakan adalah sikap
yang masing-masing diantara keduanya memiliki kondisi yang berbeda. 
2.3.4 Dimensi keberagamaan.
Beragama merupakan kebutuhan manusia yang utama, karena manusia adalah
makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat untuk membantu dalam hidupnya.
Pesan-pesan agama harus disampaikan dari hati ke hati, dan terpancar dari ketulusan serta
kesungguhan hati orang tua. Dalam hal ini orang 
tua adalah sebagai pendidik yang paling cocok karena ada hubungan darah 
dengan anak. Selain dari orang tua pendidikan agama juga dapat dilakukan di sekolah.
Upaya pemerintah dalam menerapkan pendidikan agama di sekolah yaitu dengan
memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai
dengan pendidikan lanjut.  
2.4 Pengembangan dimensi hakikat manusia.
Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam bentuk
potensi dan belum teraktualisasi ke dalam kenyataan. Dalam proses dari potensi untuk
menjadi wujud aktualisasi terdapat proses pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan
potensi yang dimiliki oleh manusia akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh
karena itu harus diyakini dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan oleh Langeveld yaitu :
a. Manusia adalah animal educable, yaitu sebagai makhluk yang dapat dididik.
b. Manusia adalah animal educandum, yaitu manusia pada hakekatnya harus dididik. 
c. Manusia adalah homo educandum, yaitu di samping harus dididik dan dapat dididik
manusia harus dapat mendidik diri sendiri. 
Dalam pendidikan yang dilakukan pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaannya bisa saja
terjadi kesalahan kesalahan yang disebut salah. Berkaitan dengan hal itu ada dua
kemungkinan yang bisa saja terjadi, yaitu :
2.4.1 Pengembangan yang utuh.
Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup mengantarkan peserta didiknya
menjadi seperti dirinya sendiri selaku anggota masyarakat. Jadi kualitas dari hasil
pendidikan harus dikembalikan kepada peserta didik itu sendiri sebagai subjek sasaran
pendidikan. Pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu ;

5
2.4.1.1 Dari wujud dimensinya. 
Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dapat
dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan layanan dengan baik. Dalam hal
ini dimensi keberagamaan menjadi tumpuan dari dimensi-dimensi yang lain. Untuk
pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapatkan
pelayanan yang seimbang. Di sini aspek rohaniah sangat
 penting tetapi aspek fisik juga tidak kalah pentingnya nya, karena jika terdapat gangguan
fisik maka akan berdampak pada kesempurnaan perkembangan rohaniah. 
2.4.1.2 Dari arah pengembangan.
Dalam dimensi hakikat manusia ke empat dimensi yang ada tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya. Jika kita cermati satu per satu maka sebagai berikut :
pengembangan yang sehat terhadap dimensi keindividualan adalah yang berarah
konsentris yang bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat agar menjadi
pribadi yang selaras dengan pribadi lain tanpa mengganggu otonomi masing-masing.
Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan atau bisa disebut pengembangan
sosial di antara sesama manusia dan antara manusia dengan lingkungan fisik. Artinya,
memelihara kelestarian lingkungan di samping menggunakannya. Pengembangan yang
sehat terhadap dimensi kesusilaan akan menopang pengembangan dan pertemuan dimensi
keindividualan dan dimensi kesosialan. pengembangan yang sehat terhadap dimensi
keberagamaan akan memberikan landasan dan arah pengembangan dimensi
keindividualan, kesosialan, dan kesusilaan. 
2.4.2 Pengembangan yang tidak utuh.
Pengembangan yang tidak utuh disebabkan karena adanya unsur dimensi yang terabaikan
untuk ditangani. Pengembangan yang tidak utuh akan berakibat kepada terbentuknya
kepribadian yang tidak lengkap atau tidak mantap. Pengembangan ini merupakan
pengembangan yang tidak normal. 
2.5 Sosok manusia Indonesia seutuhnya. 
Pendidikan manusia seutuhnya adalah tujuan dasar yang hendak dicapai dalam
pendidikan secara umum. Utuh berarti lengkap, yang meliputi semua yang ada dalam diri
manusia. untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh diperlukan suri tauladan atau contoh
yang baik bersama antar keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai Wakil
pemerintah. 
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan dalam GBHN mengenai arah
pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan
didalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan itu tidak
hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun
kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang
bertanggung jawab, atau rasa keadilan,. Melainkan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan anara keduanya sekaligus batiniah.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukan hanya
untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Bisa diartikan juga dengan hubungan
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan lingkungan
alam sekitarnya, keselarasan hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara
cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan di akhirat. 

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa :
3.1.1 Sifat Hakiki manusia adalah ciri khas yang dimiliki oleh manusia yang membedakannya
dengan hewan. Disebut hakikat atau Hakiki karena ciri khas tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak dimiliki oleh hewan. Meskipun antara hewan dengan manusia memiliki
banyak kemiripan Jika dilihat dari segi biologisnya. 
3.1.2 Wujud dari sifat Hakiki manusia yaitu kemampuan menyadari diri, kemampuan
bereksistensi, kata hati, moral, tanggung jawab, rasa kebebasan. Sebenarnya beberapa
hewan ada yg memiliki salah satu atau beberapa dari sifat tersebut. Namun, hal ini tidak
melekat pada hewan karena tidak adanya pendidikan bagi hewan, kecuali jika hewan
tersebut dipelihara sehingga ada didikan dari si pemelihara. Meskipun hewan juga
memiliki sifat tersebut hal ini berbeda dengan manusia, Karena manusia memiliki otak
yang mampu tumbuh dan berkembang yang kemampuannya tidak ada yang bisa
melebihinya. 
3.1.3 Manusia sebagai sasaran pendidikan juga memangku dimensi hakikat manusia. Manusia
yang lahir dikaruniai dengan potensi-potensi yang dimilikinya dan perlu dikembangkan
agar dapat terealisasi dalam kehidupan.melalui pendidikan diharapkan potensi tersebut
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
3.2 Saran.
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan mengenai sifat
hakiki manusia dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis menyadari akan
kemampuan yang penulis miliki masih kurang. Oleh karena itu, penulis mengharap saran
dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.  

7
DAFTAR PUSTAKA

Roesminingsih, dan Lamijan Hadi Susarno. 2019. Teori dan Praktek Pendidikan. Surabaya : 
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
https://www.google.com/amp/s/oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/sifat-dan-hakikat- 
manusia/amp/diakses pada 9 desember 2019, pukul 14.05
https://www.academia.edu/35414260/._Hakikat_Manusia_dan_Pengembangannya_PP_doc 
diakses pada 10 Desember 2019, pukul 19.20

Anda mungkin juga menyukai