PENGANTAR PENDIDIKAN
NIM : A1H120113
KELAS. : A
Adapun sifat hakikat manusia, pada dasarnya terbagi menjadi 8 (delapan) yaitu
sebagai berikut
Manusia harus mampu menyadari dirinya sendiri. Bisa dikatakan bahwa manusia itu
harus dapat menjadi dirinya sendiri atau dalam istilah lain, beyourself. Dalam artian yang
lebih luas, manusia harus mampu dan mengembangkan apa yang ada dalam dirinya demi
kemanusiaannya. Mampu mengembangkan aspek sosialitasnya dan mampu juga
mengembangkan aspek individualitasnya sehingga jika manusia dapat menyeimbangkan
kedua aspek tersebut maka dengan begitu manusia mampu mengekplorasi potensi-potensi
yang ada serta membuat jarak dengan yang lainnya.
Bereksistensi menyatakan bahwa manusia itu ada dan mengetahui apa yang ada di luar
dirinya. Kemampuan bereksistensi berarti manusia mampu membuat jarak antara "aku" atau
egonya dengan "dirinya" sebagai obyektif. Oleh sebab itu, di mana pun dan dalam kondisi
apa pun manusia harus mampu menyatakan keeksistensiannya agar tidak terpengaruh dengan
yang lainnya.Dengan kemampuan bereksistensi, manusia pun mampu melihat obyek sebagai
"sesuatu". Sesuatu di sini adalah dapat merubah obyek yang diamatinya menjadi sesuatu yang
berguna dengan akal pikirannya. Selain itu, manusia juga dapat menerobos ruang dan waktu
tanpa harus merubah segala hal yang ada pada dirinya.
Manusia berbeda dengan binatang dan makhluk lainnya karena manusia memiliki kata
hati atau qalbu yang dapat memberikan penerangan tentang baik dan buruknya perbuatan
sebagai manusia. Jika ada sesuatu yang salah maka kata hati akan berbicara, begitu pun
sebaliknya.Dengan memiliki kata hati, manusia dapat memberikan bentuk pengertian yang
menyertai perbuatan atau membenarkan apa yang dilakukannya tanpa harus terpengaruh oleh
hal-hal lain di luar dirinya, namun harus dalam konteks kebenaran umum atau nilai-nilai
positif dalam kehidupan.
4). Moral (etika)
Secara garis besar, moral (etika) adalah nilai-nilai yang mengatur manusia. Nilai-nilai itu
sendiri mencakup dua hal, yaitu nilai dasar yang bersifat universal (nilai-nilai kemanusiaan
secara umum) dan nilai instrumental yang bersifat bahagian dari nilai-nilai dasar tersebut.
Nilai instrumental lebih menekankan kepada cara atau hal yang nampak dalam keumuman
nilai dasar.
Dengan memiliki moral (etika), manusia mampu membuat jarak antara kata hati dengan
moral. Jadi, moral manusia itu sendiri terjadi karena adanya dorongan dari kata hati. Jika kata
hati berkata baik maka moral manusia itu pun dapat menghadirkan nilai-nilai yang baik.
Dengan begitu, dengan pendidikan berarti manusia dapat menumbuhkembangkan etiket
(sopan santun) dan etika (nilai-nilai kehidupan).
Tanggung jawab manusia di dunia ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tanggung jawab
kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan.
Namun demikian, tanggung jawab itu bermuara kepada Tuhan sebab manusia diciptakan
adalah sebagai bukti pengabdian manusia kepada Tuhannya untuk menjaga atau sebagai
khalifah di muka bumi.Tanggung jawab itu sendiri berasal dari moral manusia yang
dihadirkan oleh kata hatinya.
Rasa kebebasan di sini memiliki arti "merdeka". Kebebasan itu sendiri bukan berarti
manusia harus bebas dari segala tuntutan dalam kehidupan, melakukan semua hal sesuai
dengan keinginan dirinya sendiri, namun bebas di sini adalah bebas yang dibatasi oleh rasa.
Rasa-Rasa kebebasan itu pun harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, mampu
merubah ikatan luar yang membelenggu menjadi ikatan dalam yang menggerakkan hatinya.
Jadi, semua tuntutan yang ada dalam kehidupan harus mampu menyatu dengan dirinya
sendiri sehingga manusia dapat bebas menurut kodratnya.Oleh sebab itu, dalam rasa
kebebasan (kemerdekaan) manusia dapat mengendalikan kata hatinya agar dapat
menciptakan moral yang baik sehingga dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai
dengan rasa kebebasan tersebut.
7). Kewajiban dan Hak
Manusia dilahirkan Tuhan ke dunia karena memiliki hak hidup sejak manusia itu masih
berada di dalam rahim. Namun, hak itu harus dibarengi oleh kewajiban yang merupakan
keniscayaan bagi dirinya sebab jika kewajiban tidak ada maka hak adalah sesuatu yang
kosong.Kita tak perlu menuntut hak lebih awal jika kewajiban yang dituntut belum
dijalankan. Hak itu ada karena kewajiban ada.
a. Dimensi Individual
Setiap individu itu memiliki sifat yang unik, tidak ada bandingannya, dengan adanya
individualitas tersebut, maka setiap orang bebas untuk berkehendak, berperasaan, menggapai
cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda.Salah satu bentuk
contoh sederhananya saja, 2 siswa di kelas yang memiliki nama sama, tentu tak akan pernah
bersedia untuk disamakan satu sama lain, yang berarti, maksudnya, masing-masing ingin
mempertahankan ciri khasnya sendiri yang dimiliki.
M. J. Lavengeled juga mengungkap jika setiap anak mempunyai dorongan tersendiri
untuk bersikap mandiri dengan kuat, walaupun di sisi lain pada anak terdapat rasa yang tak
berdaya, sehingga membutuhkan pihak lain, yang dimaksud di sini adalah pendidik yang bisa
dijadikan sebagai tempat untuk bergantung dalam memberikan perlindungan dan
bimbingan.siifat-sifat yang sebagaimana telah digambarkan di atas secara potensial memang
sudah dimiliki sejak lahir dan perlu untuk ditumbuhkembangkan melalui adanya suatu
pendidikan, sehingga bisa menjadi suatu kenyataan. Sebab, tanpa adanya pembinaan melalui
pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga tersebut akan memungkinkan
terbentuknya kepribadian unik dan akan tetap tinggal laten..
b. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada diri manusia akan terlihat sangat jelas pada dorongan untuk bisa
bergaul satu sama lain, dengan adanya dorongan untuk bergaul tersebutlah, setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia itu sendiri memang dilahirkan sebagai
suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula.Sebagai anggota suatu
masyarakat, seseorang memiliki kewajiban untuk memiliki peran dan menyesuaikan diri serta
melakukan kerja sama terhadap masyarakat. Masih begitu banyak contoh yang lain yang
menunjukkan betapa dorongan sosial tersebut yang kian kuat, tanpa orang sadari, sebenarnya
ada alasan yang cukup kuat ikut menopangnya.
c. Dimensi Susila
Susila berasal dari kata su dan sila, yang memiliki arti kepantasan lebih tinggi.
Namun, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tak cukup hanya berbuat yang pantas jika
di dalam yang pantas atau sopan tersebut misal terkandung kejahatan yang terselubung.
Dimensi-dimensi susila ini juga bisa disebut sebagai keputusan yang lebih tinggi.
Kesusilaan ini diartikan mencakup dari etika dan etiket. Etika adalah persoalan kebijakan,
sedangkan untuk etiket adalah persoalan kepantasan dan kesopanan.Pada hakikatnya,
manusia memang mempunyai kemampuan dalam mengambil suatu keputusan susila, serta
melaksanakan juga. Sehingga, dikatakan jika manusia itu adalah makhluk susilasusPersoalan
akan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan. Susila ini berkembang,
sehingga mempunyai perluasan arti menjadi kebaikan yang jauh lebih sempurna.Manusia
dengan kemampuan akal yang dimilikinya memungkinkan dalam menentukan suatu manakah
yang baik dan mana yang buruk, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Dengan
adanya pertimbangan nilai budaya yang ikut serta dijunjung, memungkinkan manusia untuk
berbuat dan bertindak dengan susila.
d. Dimensi Agama
Manusia sejak lahit hingga masa ajalnya, perlu dibantu oleh orang lain, Manusia itu
sendiri sebisa mungkin harus merasa sadar jika dirinya terpanggil untuk selalu berbuat
baik bagi orang lain dan masyarakat.Pengembangan tersebut harus dimulai sejak dari
keluarga, sekolah dan masyarakat, maka dari itu, nilai/norma/kaidah yang berlaku di
dalam keluarga juga perlu dijunjung tinggi di sekolah dan di masyarakat.
Hanya manusia saja yang mampu untuk menghayati norma dan nilai di dalam
kehidupan, sehingga bisa menetapkan pilihan tingkah laku yang baik dan yang
buruk.Bagi manusia Indonesia, norma dan nilai yang perlu dikembangkan ialah
nilai universal yang diakomodasi dan diadaptasi dari nilai khas yang mana sudah
terkandung dengan baik di dalam budaya bangsa.Sebagai manusia Indonesia yang
ideal adalah manusia yang mempunyai suatu gagasan, ide, dan pikiran yang mana
sudah terkristal di dalam kelima nilai dasar Pancasila tersebut.
Sementara itu, ada pihak yang jauh lebih mengutamakan terciptanya suasana
penghayatan keagamaan, lebih dari pengajaran keagamaan.Maka dari itu, yang perlu
untuk diutamakan ialah contoh sikap teladan dari guru, orang tua, maupun pendidik
yang lain, disertai dengan pilihan metode pendidikan yang tepat dan ditunjang dengan
kemudahan fasilitas yang memadai. Demikian juga di sekolah dan di lingkup
masyarakat.
1. Hubungan vertikal
2. hubungan konsentris
3. hubungan horizontal
1. Disiplin rasional, Adalah jika dilanggar menimbulkan rasa salah .displin rasional ini
banyak di sekali dilanggar oleh diri individu dan peserta didik.apabila telah dilanggar
jarang oleh seseorang individu atau peserta didik menimbulkan rasa bersalah pada
diri individu dan banyak yang tidak mau mintak maaf.Contoh: pada saat sekarang ini
pada sekolah SMP maupun SMA.apabila siswanya atau peserta didikny bolos dalam
satu mata pelajaran ,dan dinasehati oleh guru wali kelas.bukan menimbulkan rasa
bersalah.malah keesokan harinya diulangi lagi bolos dalam pelajaran.
2. Disiplin social, Adalah jika dilanggar menimbulkan rasa malu.dalam kehidupan
sosial disipiln sosial acuan sebagai nilai atau aturan dalam kehidupan sosial dalam
masyarakat,apablia dilanggar akan menimbulkan rasa malu.tapi pada saat ini nilai
sosial sulit untuk ditemukan dalam masyarakat.Contoh: pergaulan bebas yang
sangat merajalela pada saat ini.siswa atau mahasiswa yang tidak malu pacaran
didepanumum,seperti penggangantangan,ciuman dll.bahkan itu dilakukan dalam
kelas,dan lebih menyedikan lagi adalah free seks.
3. Disiplin efektif, Adalah jika dilanggar menimbulkan rasa gelisah.dan disiplin efektif
dilanggar akan menimbulkan rasa gelisah dan membuat hidup seseorang tidak akan
tenang dan dalam kehidupan dan selalu panik dalam berbuat sesuatu.Contoh: mencuri
.orang yang mencuri tersebut akan selalu gelisah,binggung,panik,dan membuat
hidup tidak tenang dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Disiplin agama, Adalah jika dilanggar menimbulkan rasa berdosa dan seseuatu
atuaran atau tata cara dalamBeragama,jika dilanggar akan berdosa dan langsung di
hukum oleh TUHAN.Contoh:banyak orang yang tidak shalat,membayar zakat dan
banyak terputus silahturahmi antar umat beragama maupun dalam kehidupan
sosial,dan sangat menyedihkan saat ini banyak anak-anak yang melawan pada orang
tua.
SUMBER
https://zuwaily.blogspot.com/2012/10/sifat-hakikat-manusia.html
http://www.habibullahurl.com/2018/04/dimensi-hakikat-manusia.html?m=1
https://www.kompasiana.com/rifkafebrianti/5e00cae5097f360d9b6ddd54/menjalin-
hubungan-antar-sesama-tuhan-diri-sendiri-dan-manusia
http://blogfridal.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1