Anda di halaman 1dari 39

BAB 1.

HAKIKAT MANUSIA DAN HAKIKAT PENDIDIKAN

A. Hakikat Manusia
Hakikat berasa dari bahasa arab, “haq” yang berarti kebenaran yang
sesungguhnya. Pada hakikatnya manusia mempunyai perbedaan yang sangat prinsip
dibandingkan makhluk lainnya. Manusia mempunyai karakteristik/ciri/sifat yang
membedakannya dengan makhluk lain sebagai sifat hakikat manusia.
a. Sifat hakikat manusia
Hal ini berarti manusia mempunyai ciri-ciri khas yang membedakannya dengan
makhluk tuhan yang lain, yakni memiliki akal pikiran.
b. Wujud sifat hakikat manusia
 Kemampuan menyadari diri
 Kemampuan bereksistensi
 Memiliki kata hati
 Memiliki moral
 Kemampuan untuk bertanggung jawab
 Memiliki rasa kebebasan
 Kesedian melaksanakan kewajiban dan menyadari haknya
 Kemampuan dalam menghayati kebahagian
c. Harkat dan martabat manusia
Manusia pada dasar merupakan manusia yang fitrah, manusia diciptakan tuhan
sebagai ciptaan yang sebaik-baik ciptaan yang paling sempurna dan paling mulia.
Fitrah (suci, bersih, dan tidak berdosa). Harkat dan martabat manusia akan
semakin mencapai hasil yang baik jika potensi diri manusia itu dikembangkan
dengan baik.
d. Dimensi kemanusiaan
 Manusia sebagai makhluk individu
Dimaksudkan sebagai seorang yang utuh (individu; in-divide : tidak
terbagi) yang terdiri dari kesatuan fisik dan psikis. Keberadaan manusia
sebagai individual bersifat unik (unique) yang artinay berbeda antara satu
dari yang lainnya.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan
individualitas manusia. Kesadaran terhadap dirinya sendiri mencakup
pengertian yang sangat luas. Diantaranya kesadaran akan adanya diri
diantara realitas, self respect, self narcisme, egoisme, martabat
kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan orang lain, dan kesadaran
terhadap potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar dari self realistic.
Pemahaman pendidik yang tepat terhadap karakteristik peserta didik secara
individual sangat diperlukan dalam proses pedidikan. Sebab setiap
individu memiliki latar belakang da kebutuhan yang berbeda yang
membuat pelayanan pendidikan yang berbeda juga.
 Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia merupkan makhluk sosial sekaligus makhluk individu. Seorang
akan menemukan “akunya”, manakala berada di tengah aku yang lain.
Aritnya manusia tidak akan mengenali dirinya dan dapat mewujudkan
potensinya sebelum dia berinteraksi dengan manusia yang lain.
Perwujudan manusia sebagai makhluk sosial terutama tampak dalam
kenyataan nahwa tidak ada manusia yang mampu hidup sebagai manusia
tanpa bantuan orang lain. Realita ini menunjukan bahwa manusia hidup
dalam suasana interdependensi, dalam antar hubungan dan antar-aksi.
Untuk mengembangkannya terhadap peserta didik, idealnya pendidik
menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
interaksi dan interdependensi siswanya, komunikasi yang interaktif serta
penggunaan metode diskusi.
 Manusia sebagai makhluk susila/etika
Dalam pergaulan sosial, manusia diikat oleh nilai-nilai tertentu yang
menjadi patokan atau ukuran bahwa suatu perilaku dianggap baik atau
buruk. Su berarti baik, sila berarti dasar. Jadi, kesusilaan merupakan
ukuran baik dan buruk.
Pada hakikatnya manusia diberikan kemampuan untuk melihat dan
membandingkan antara sesuatu yang baik dan buruk dengan kata lain
manusia memiliki kata hati, hati nurani untuk mengambil keputusan.
Orang yang memiliki kecerdasan akal budi berarti memiliki kata hati yang
tajam.
Pendidik memberikan contoh dan dengan kesadaran mengarahkan perilaku
peserta didiknya pada nilai-nilai yang dianut. Menanamkan kesadaran
terhadap kewajibannya sebagai anggota masyarakat.
 Manusia sebagai makhluk beragama
Manusia pada dasarnya patuh dan tunduk kepada tuhan. Diciptakan
berbeda dengan makhkluk lain karena manusia memiliki akal pikiran.
Diciptakan sebagai khalifah dibumi.
e. Sosok manusia Indonesia seutuhnya
Tergambar dalam GBHN dan mengacu pada Pancasila.

B. Hakikat Pendidikan
a. Hakikat pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan
manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia atau untuk memuliakan
kemanusiaan manusia. Urusan utama pendidikan adalah manusia. Perbuatan
pendidikan diarahkan kepada manusia untuk mengembangkan potensi-potensi
dasar manusia agar menjadi nyata. Perubahan tuntutan yang terjadi dalam
masyarakat, menghendaki peningkatan peranan pendidikan selanjutnya.dengan
demikian, wajarlah kiranya batasan atau konsep mengenai pendidikan selalu
mengalami perubahn sesuai dengan tuntuan keadaan akibat perkembangan
kehidupan manusia.
b. Pengertian pendidikan
 Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”, yang akar
katanya “pais” yang berarti bimbingan yand diberikan kepada anak. Dalam
bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “education”.
“education” berasal dari bahasa Yunani “educare” yang berarti membawa
keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan
berkembang.
 Dalam dictionary of education
Pendidikan ialah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan
sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana
ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapakan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
 Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda yang
pendidikannya berorientasi ke Eropa dan lebih menekankan kepada teori-
teori (ilmu). Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang-orang dewasa kepada perkembangan anak untuk
mencapai kedewasaan nya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
 John Dewey adalah seorang ahli filsafat pendidikan amerika pragmatisme
dan dinamis. Ia lebih menekankan pada kegunaan (pragmatis). Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
 Driyakara adalah toko pendidikan Indonesia. Pendidikan adalah
pemanusiaan. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan
‘tritunggal’ ayah, ibu, dan anak, dimana terjadi pemanusiaan anak, dimana
terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana ia berproses untuk akhirnya
bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
 Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan nasional Indonesia, peletak
dasar yang kuat pendidikan nasional yang progresif untuk generasi
sekarang dan generasi yang akan datang. Pendidikan berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbunya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelek dan tubuh anak); Dalam taman siswa tidak boleh dipisah-
pisahkan bagian-bagian itu supaya kita memajukan kesempurnaan hidup,
kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan
dunianya.
 Manuisa dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Jadi manusia
adalah makhluk yang perlu didik adan mendidik irinya sendiri. M.J.
Langeveld menyebutnya dengan “Animal Educandum”.
BAB 2. HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN

A. Hakikat Ilmu pendidikan


a. Hakikat Ilmu pendidikan
Mewujudkan pendidikan dengan baik dan tepat, diperlukan suatu ilmu yang
mengkaji secara mendalam bagaimana pendidikan itu seharusnya dilaksanakan.
Ilmu yang menjadi dasar tersebut haruslah yang telah teruji kebenaran dan
keampuhannya. Ilmu tersebut adalah ilmu pendidikan. Pendidikan tanpa ilmu
akan menimbulkan kecelakaan pendidikan.
Pendidikan dapat dikaji secara teori dan praktik. Antara teori pendidikan dan
praktik pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain. Pelaksanaan pendidikan
dalam keluarga, di sekolah, dan dalam masyarakat dapat menyusun teori
pendidikan. Sebaliknya, teori pendidikan digunakan sebagai suatu pedoman dalam
melaksanakan praktik pendidikan. Teori tanpa praktik merupakan perbuatan yang
sangat istimewa, tetapi sebaliknya praktik tanpa teori bagai orang gila dan
penjahat. Ilmu pendidikan harus dipelajari agar tidak terjerumus kepada kegiatan
pendidikan yang tidak terarah dan terencana, serta membawa kepada
kemungkinan berbuat kesalahan. Menurut Sikun, ada tiga kesalahan dalam
melaksanakan pendidikan :
1. Satu kesalahan teknis, artinya kesalahan yang disebabkan oleh kekurangan
keterampilan atau kesalahan dalam cara menerapkan pengertian atau prinsip-
prinsip tertentu.
2. Kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian perilaku pendidik
sendiri.
3. Kesalahan yang sifatnya konseptual, artinya kesalahan karena pendidik kurang
mendalami masalah-masalah yang sifatnya teoritis, maka perbuatan
mendidiknya mempunyai akibat yang tidak dapat dibenarkan.
b. Pengertian ilmu pendidikan
Ilmu pendidikan ialah suatu ilmu pengetahuan yang membahas masalah yang
berhubungan dengan pendidikan (mempelajari teori dan praktek pendidikan)
melalui pengajaran dan pelatihan untuk mengembangkan potensi manusia dan
berlangsung sepanjang hayat.

B. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Teoritis, Empiris, Praktis, dan Normatif


Ilmu pendidikan bersifat :
a. Empiris, karena objek yang dijumpai dalam dunia pengalaman
b. Rohaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak
membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.
c. Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk.
d. Historis, karena memberikan uraian teoritis tentang sistem-sistem pendidikan
sepanjang zaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang
berpengaruh pada zaman tertentu.
e. Praktis karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan
yang yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik.

C. Peranan dan Kedudukan Ilmu Pendidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan


a. Peranan
Ilmu pendidikan mempunyai peranan sebagai perantara dalam membentuk
masyarakat yang mempunyai landasan individual, sosial dalam penyelenggaraan
pendidikan. Peranan ilmu pendidikan tidak lepas dari hakikat manusia.
Selanjutnya, pendidikan memegang peranan penting bagi penyiapan peserta didik
untuk menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang pesat.
Pendidikan hendaknya terselenggara dalam tiga dimensi yaitu dimensi
demokratis, dimensi inspiratif, dan dimensi produktif.
b. Kedudukan
Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain dalam
penyelenggaraan pendidikan.
 Ilmu pendidikan untuk mencapai kemanusiaan yang ideal.
 Ilmu pendidikan untuk mengembangkan dimensi kemanusiaan.
BAB 3. LANDASAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA

A. Landasan pendidikan
Landasan pendidikan dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu atau dasar dalam
melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan (fakta) tentang
kebijakan dan praktis pendidikan. Atau merupakan dasar bagi upaya pengembangan
kependidikan dalam segala aspek.
a. Landasan sosiologis
Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalam latar interaksi
sosial. Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya
dan proses saling memengaruhi antara individu yang terlibat didalamnya.
Suatu hal yang dapat dipastikan adalah bahwa pendidikan tidak akan pernah
terjadi dalam kehampaan sosial, artinya pendidikan tidak akan pernah terjadi
tanpa interaksi antara individu, antara satu generasi dan generasi lainnya.
Masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri yang unik. Secara horizontal
ditandai oleh adanya kesatuan sosial atau komunitas berdasarkan perbedaan suku,
agama, adat istiadat, dan kedaerahan. Secara vertikal ditandai oleh adanya
perbedaan pola kehidupan antara lapisan aras, menengah, dan bawah.
b. Landasan legistik (hukum)
Kebijakan penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dalam masyarakat
perlu disalurkan oleh titik tumpu hukum yang jelas dan sah. Agar dengan
landasan hukum segala hak dan kewajian pendidik dan peserta didik terpelihara
dan dapat terhindar dari berbagai benturan kebutuhan.
c. Landasan religius
Landasan religius merupakan landasan yang paling mendasari dalam landasan-
landasan pendidikan, sebab landasan ini adalah landasan yang diciptakan Allah
SWT.
d. Landasan psikologi
e. Landasan kultural
f. Landasan filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam
pendidikan, seperti apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan diperlukan, dan
apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Sehubungan dengan itu, landasan
filosofis merupakan landasan yang bersifat filsafat. Sesuai dengan sifatnya, maka
landasan filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual
yang menghasilan konsepsi-konsepi mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi-
konsepsi tentang kehidupan dan dunia tersebut bersumber dari religi dan etika
serta ilmu pengetahuan.
g. Landasan IPTEKS
Hal ini dikarenakan IPTEKS menjadi bagian utama dalam pendidikan, terutama
dalam bentuk pembelajaran. Oleh karena itu, pendidikan berperan sangat penting
dalam pewarisan dan pengembangan IPTEKS.
h. Landasan ekonomi
i. Landasan historis (sejarah)
Landasan sejarah memberikan peranan penting karena dari suatu landasan sejarah
bisa membuat arah pemikiran pada masa kini. Sejarah pendidikan merupakan
bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.
BAB 4. ASAS PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA

A. Pengertian Asas Pendidikan


Dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan lebih menekankan kepada kajian
kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan tentang kebijakan dan praktik pendidikan
bagi upaya mengembangkan kebijakan dan praktik pendidikan berikutnya. Asas
pendidikan adalah tumpuan cara berpikir yang memberikan corak terhadap
pendidikan. Asas pendidikan lebih menfokuskan perhatian kepada cara
penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang
bagaimana layaknya pendidikan diselenggarakan.
B. Macam-Macam Asas
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini bersumber dari asas taman siswa, yang bermakna bahwa setiap orang
berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tat tertib kehidupan
yang umum. Artinya asas menekankan kemandirian siswa ini merupakan cikal
bakal student centered.
Berasal dari Tamsis oleh Ki Hajar lalu ditambah 2 lagi oleh R.M.P sostrokartono,
ketiganya menjadi satu kesatuan asas, yaitu :
 Ing Ngarso Sung Tulodo (Jika didepan memberi contoh).
 Ing Madyo Mangun Karso (Jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat).
 Tut Wuri Handayani (Jika dibelakang memberi dorongan).
2. Asas Kemandirian Dalam Belajar
Pada asas kemandirian dalam belajar sangat berkaitan erat dengan asas Tut Wuri
Handayani karena prinsipnya bertolak dari kemampuan peserta didik untuk
mandiri. Mewujudkan kemandirian dapat berupa menghindari campur tangan
pendidik namun selalu siap untuk membantu siswa apabila diperlukan. Oleh sebab
itu, Guru berperan sebagai :
 Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai
sumber dengan sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik
berinteraksi dengan sumber.
 Sebagai informator, guru harus menyadari bahwa dirinya hanya bagian
kecil dari sumber informasi pada saat ini. Berarti pendidik harus
memberikan dan merangsang peserta didik untuk memburu informasi
selain dari guru.
 Sebagai motivator, guru menimbulkan prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar secara maksimal.
 Sebagai organisator, guru mengorganisasi kegiatan pendidikan.
3. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum
yang dapat merancang dan mengimplementasikan dengan memperhatikan dua
dimensi yaitu dimensi vertikal dan horizontal.
 Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antara tingkat tingkatan ke sekolahan dan keterkaitan
dengan kehidupan peserta didik di masa depan
 Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yaitu keterkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman belajar diluar sekolah.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk menjadi yaitu makhluk yang tidak
pernah sempurna, dia selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di
lingkungan kehidupannya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan
tantangan perubahan pada beberapa tahun berikutnya, implikasi dari konsep yang
demikian ialah bahwa manusia harus selalu belajar sepanjang hayat, sehingga dia
dapat mempelajari dan menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan yang
berlangsung. Maka konsep belajar tidakhanya sekedar belajar untuk tahu (learning
to know) dan mampu (learning to do), akan tetapi belajar sepanjang hayat
menuntut kemauan dan kemampuan seseorang guna belajar untuk menjadi
(learnign to be).
Asas belajar sepanjang hayat dapat diwujudkan apabila didasarkan pada
asumsi bahwa siswa mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena tidak
mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu bergantung dari
bantuan orang lain (guru) (berkaitan dengan asas Kemandirian dalam Belajar
dan asas Tut Wuri Handayani).
4. Alam Takambang Jadi Guru
Diambil dari falsafah pendidikan di Minangkabau. Asas ini menunjukkan bahwa
suatu keniscayaan bagi seseorang untuk menjunjung dan menepatkan harga diri
pada posisi yang terjadi wajar dan terhormat agar tidak terjadi kesenjangan sosial
dalam masyarakat. Tujuan akhir dari falsafah ini adalah kesuksesan bersama
dengan memberdayakan potensi dan kemampuan yang mereka miliki.
5. Asas Semesta, Menyeluruh, dan Terpadu
Semesta maksudnya pendidikan diselenggarakan secara terbuka bagi seluruh
rakyat Indonesia, menyeluruh maksudnya pendidikan harus mencakup semua jenis
dan jenjang pendidikan. Terpadu artinya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan pembangunan bangsa.
6. Asas Tanggung Jawab Bersama
Aktivitas yang dilakukan dalam proses pendidikan harus selalu berdasarkan pada
asas tanggung jawab karena kegiatan apapun yang dilakukan dalam pendidikan
selalu diarahkan untuk mencapai tujuan. Asas usaha bersama yang berarti
pendidikan menekankan kebersamaan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
7. Asas Manfaat, Adil, dan Merata.
BAB 5. PILAR PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA

A. Pengertian Pilar Pendidikan


Pilar merupakan sebuah penopang atau penyangga dalam sebuah bangunan yang
membuat bangunan itu dapat berdiri dengan kukuh. Eksistensi pilar dalam bisa
dikatakan sangat penting perannya sebagai penopang agar menjadi sesuatu yang utuh
(unity).
Mengubah paradigma teaching (mengajar) menjadi learning (belajar) dengan
perubahan proses pendidikan sebagaimana juga guru termasuk dalam proses belajar.
Sehingga lingkungan sekolah jadi learning Society (masyarakat belajar).
Kesimpulannya bahwa pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dan suatu
kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang akan diberikan kepada
anak didik yang bertujuan untuk pendewasaan anak.
B. Jenis-Jenis Pilar Pendidikan
1. Learning to know
Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu harus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian
yang mendalam atau bermakna. Berperan pada pembentukan generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang tinggi.
Pendekatannya secara trancendental, yaitu kemampuan mengaitkannya dengan
nilai-nilai spiritual. Siswa dapat menghayati dan merasakan serta menerapkan cara
memperoleh pengetahuan. Dalam implementasinya, guru dapat sebagai fasiltator
dan motivator untuk menumbuhkan sifat ilmiah siswa (rasa ingin tahu). Sasaran
akhir penerapan pilar ini ialah generasi yang mendukung IPTEK sebagai
kebudayaannya.
2. Learning to do
Learning to do (belajar untuk berbuat/melakukan), setelah kita memahami dan
mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya. Siswa
dilatih melakukan sesuatu dalam situasi nyata yang menekankan pada penguasaan
keterampilan. Terkait dengan hal tersebut guru perlu mendesain proses belajar
mengajar yang aplikatif maksudnya menekankan pada keterlibatan siswa, baik
fisik, mental, maupun emosionalnya. Hal ini bertujuan membentuk generasi muda
yang terampil dalam berkomunikasi, bekerja sama, mengelola, dan mengatasi
suatu konflik (kompetisi). Sasaran akhir penerapan pilar ini ialah generasi yang
bekerja sangat cerdas dengan berinovasi memanfaatkan IPTEK.
3. Learning to be
Learning to be (belajar untuk menjadi seorang), memaknai belajar sebagai
proses untuk membentuk manusia memiliki jati dirinya sendiri. Siswa diharapkan
mandiri dan bertanggung jawab dan berperikemanusiaan. Siswa mampu menggali
dan menentukan nilai-nilai kehidupannya sebagai hasil belajar. Peran guru ialah
sebagai penunjuk arah dan fasilitator.
4. Learning to live together
Belajar untuk hidup bersama, manusia harus menyadari bahwa manusia tidak
dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Siswa diharapkan dapat
bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses pendidikan. Pemahaman tentang
diri dan orang lain yang didapat melalui kelompok belajar .konsep ini merangsang
kepekaan siswa akan suka duka dan makna empati terhadap orang lain.
5. Learning to believe in God
Belajar untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bahwa manusia
mempunyai pegangan yang universal dalam berhubungan dengan lingkungannya
dan berhubungan dengan penciptanya. Dalam artian ini bahwa pengetahuan yang
dicari seseorang harus dapat memberi manfaat untuk isi alam itu sendiri, dan
bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara berkelanjutan yang
secara religius dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
C. Implementasinya
Pilar-pilar ini harus mampu mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan. Konsep pembelajarannya bermuara dari pilar-pilar ini. sehingga
dalam penerapannya menuntut keprofesionalan guru dengan kesadaran dan komitmen
yang tinggi dalam mengelola interaksi belajar mengajar.
BAB 6. PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM DAN KOMPONEN PENDIDIKAN

A. Pengetian Pendidikan Sebagai Suatu Sistem


Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang lebih mantap tentang
pendidikan, yaitu dengan menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem dalam
pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan yang telah
diterapkan.
Sistem adalah suatu totalitas yang terbentuk dari elemen-elemen yang
mempunyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang
diharapkan. Pendidikan sebagai sistem berarti pendidikan terbentuk dari
komponen-komponen pendidikan yang mempunyai hubungan atau interaksi
fungsional dalam menwujudkan tujuan pendidikan.
B. Komponen Pendidikan
Dalam proses pendidikan terjadi berbagai interaksi komponen-komponen pendidikan.
1. Tujuan
Merupakan komponen yang paling penting dalam proses pendidikan. Tujuan ada
dua, yaitu :
 Tujuan yang sifatnya ideal, dirumuskan dalam bentuk tujuan yang sifatnya
umum (tujuan nasional).
 Tujuan nyata, dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus.

Tujuan yang berfungsi sebagai perantara untuk mencapai tujuan umum


dinamakan tujuan intermedier (tujuan sementara). Kesementaraan tujuan ini
maksudnya terletak di dalam kenyataan bahwa apabila tujuan khusus ini telah
tercapai, maka tujuan itu menjadi alat untuk mencapai tujuan khusus lainnya dan
seterusnya.
Ada empat jenjang tujuan pendidikan, yaitu :
a) Tujuan umum pendidikan, yakni falsafah negara (manusia pancasila).
b) Tujuan institusional, (tujuan lembaga-lembaga pendidikan).
c) Tujuan kurikuler, (tujuan standar kompetensi bidang studi)
d) Tujuan instruksional kompetensi dasar, (tujuan untuk setiap kegiatan
proses belajar mengajar.
2. Pendidik
Pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan
pendidikan. Pendidik terbagi menjadi dua, yaitu :
 Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
 Pendidik menurut jabatan, yaitu guru

Fungsi pendidik dalam sistem yaitu penyelenggara praktik pendidikan.

3. Peserta didik
Peserta didik dalam pendidikan sebagai suatu sistem berfungsi sebagai objek
utama yang terpusat dari pendidikan.
4. Materi pendidikan
Materi pendidikan merupakan objek kajian dari peserta sebagai bahan untuk
mempelajari dan mencapai pendidikan. Dikarenakan hal tersebut, materi
pendidikan harus relevan dengan adanya pertimbangan sebagai berikut :
 Materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan
 Materi harus sesuai dengan karakteristik perkembangan peserta didik.
5. Metode, Media, dan Alat pendidikan
Komponen ini berfungsi untuk keberlangsungan materi pendidikan.
Komponen ini berkaitan erat dengan materi pendidikan dikarenakan peristiwa
pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar proses pendidikan
berjalan demikian diperlukannya metode, media, dan alat pendidikan yang tepat.
 Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
 Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
makna pelajaran ke siswa sehinga merangsang terjadinya proses belajar.
 Alat pendidikan ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu
terwujudnya pencapaian tujuan pendidikan. Alat dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Alat berupa tindakan, berupa upaya kegiatan preventif
b) Alat kebendaan, sarana pengajaran

Komponen ini mempunyai fungsi terhadap materi pendidikan dalam


pendidikan sebagai sistem yaitu untuk memperagakan, mengaktifkan respon
siswa, serta evaluasi dari proses pembelajaran.

6. Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan dalam sistem berfungsi sebagai tempat terjadinya
suatu proses pendidikan yang dapat mempengaruhi peserta didik.
BAB 7. PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan dijiwai suatu
falsafah hidup suatu bangsa dan bertujuan mengabdikan pada kepentingan dan cita-cita
nasional bangsa tersebut. Di Indonesia, dalam UUSPN bab ayat (2) dicantum “Pendidikan
nasional adalah pendidikan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman”.
Dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemauan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangkannya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi negara demokratis, serta
bertanggung jawab.

Konsep-konsep tentang pendidikan nasional Indonesia sebagai berikut :


a. Pendidikan nasional merupakan usaha sadar untuk membangun masyarakat Pancasila.
b. Sistem pendidikan nasional merupakan salah satu bagian / sistem dari pembangunan
nasional yang ada bersama-sama dengan sistem kehidupan lainnya.
c. Sumber masukan sistem pendidikan nasional Indonesia adalah masyarakat.
d. Proses yang diharapkan terjadi dalam sistem pendidikan nasional dewasa ini adalah
proses sosialisasi.

A. Jalur Jenjang dan Jenis Pendidikan


1. Jalur jenjang
Jalur pendidikan nasional terdiri dari 3 yaitu, Pendidikan formal, non formal, dan
informal.
a. Pendidikan formal
 Pendidikan formal terdiri atas 3 yaitu, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan tinggi
b. Pendidikan Nonformal
Diselenggrakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan ini
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan ini meliputi :
 Pendidikan kecakapan hidup
 Pendidikan anak usia dini
 Pendidikan kepemudaan
 Pendidikan pemberdayaan perempuan
 Pendidikan kesetaraan
 Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
 Pendidikan keaksaraan
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas :
 Lembaga kursus
 Lembaga kepelatihan
 Kelompok belajar
 Pusat kegiatan belajar masyarakat
 Majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
c. Pendidikan informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dari lingkungan
terbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui
sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pendidikan anak usia dini pada jakur pendidikan formal berbentuk : taman kanak-
kanak (TK), Raudhatul Athfah (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia
dini pada jakur pendidikan nonformal berbentuk : kelompok bermain (KB), taman penitipan
anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Peada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui 2 jalur, yakni :


1. Jalur pendidikan sekolah, melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan, sifatnya formal dan diatur berdasarkan ketentuan pemerintah ada
keseragaman pola yang bersifat nasional.
2. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan
yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak
berjenjang dan tidak berkesinambungan seperti kursus, kelompok belajar, dan
sejenisnya.

B. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tatanannya (UU RI No. 2 Tahun 1989 ayat (4)).
1. Pendidikan umum dan pendidikan kejuruan
Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik. Yang termasuk pendidikan umum adalah sekolah
dasar, sekolah menengah, dan universitas.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu seperti teknik, tata boga, perhotelan,
dan lainnya. Yang termasuk sekolah kejuruan antara lain sekolah menengah
kejuruan (SMK).
2. Pendidikan khusus
Berfungsi secara khusus menyiapkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan
masing-masing program tersebut. Dapat berbentuk PLB, pendidikan teknik, dan
pendidikan keagamaan.
 Pendidikan luar biasa
Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik
yang menyandang kelainan fisik/mental.
 Pendidikan kedinasan
Adalah pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon
pegawai suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah non
departemen.
 Pendidikan keagamaan
Adalah pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik dalam
melaksanakan peran khusus dalam pengetahuan agama.
 Pendidikan teknis
Dilaksanakan di pusat-pusat atau lembaga pendidikan khusus.
 Pendidikan jarak jauh
Berfungsi untuk memberikan layanan pendidikan kepada kelompok
masyarakat yang tidak bisa mengikuti pendidikan secara tatap muka atau
reguler.
C. Standar Pendidikan Nasional
Pemerintah menetapkan 8 standar nasional pendidikan, yaitu :
1. Standar kompetensi lulusan
Digunakan sebagai pedomanpenilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
2. Standar isi
Mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang tertentu.
3. Standar proses
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran agar pembelajaran agar pembelajaran berjalan efetif dan
efisien.
4. Standar sarana dan prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki saran meliputi perabot, pealatan
pendidikan, media pendidikan , buku, dan sumber belajar, lainnya serta
perlengkapan lain yang menunjang proses pembelajaran yang teratur.
5. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik (tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi) dan kompetensi (pedagogi, kepribadian, profesional, sosial).
Sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan nasional.
Pendidik merupakan pendidik. Sedangkan tenaga kependidikan meliputi kepala
sekolah, pengawasan satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, dan tenaga kebersihan.
6. Standar pengelolaan pendidikan
Terdiri dari tiga bagian, yakni standar pengeolaan oleh satuan pendidikan standar
pengelolaan oleh pemerintah daerah dan standar pengelola oleh pemerintah.
7. Standar pembiayaan pendidikan
Pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal
meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi
meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan.
8. Standar penilaian pendidikan
Penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidiakan, dan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh pendidik dan oleh satuan pendidikan tinggi.

D. Dasar, Fungsi, Tujuan, dan Prinsip Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional


1. Dasar pendidikan nasional
Pendidikan nasional berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
RI Tahun 1945.
Pendidikan di Indonesia berlandaskan Pancasila.
 Landasan idiil dijadikan tumpuan dasar dan pemberi arah dalam
merumuskan tujuan nasional untuk memilih isi kurikulum apa yang harus
diberikan untuk anak didik sesuai dengan jenjang pendidikannya dan
dijadikan dasar dalam proses belajar dan mengajar.
 Landasan konstitusional dalam pendidikan adalah UUD 1945.
 Landasan yang berada dibawah UUD adalah peraturan pemerintah.
2. Fungsi pendidikan nasional
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Tujuan pendidikan nasional
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya.
4. Prinsip pendidikan nasional
 Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif.
 Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multi makna.
 Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
 Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan pengembangan kreativitas peserta didik.
 Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung.
 Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayaan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
BAB 8. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN

A. Pengertian Aliran Pendidikan


Aliran adalah suatu paham atau pendapat yang muncul dari beberapa pelopor
yang dalam hal ini adalah tokoh-tokoh pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar Sehingga dalam
penerapannya dibutuhkan sebuah landasan atas apa yang harus dilakukan dan
Bagaimana cara melakukannya.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan. Pemikiran ini berlangsung seperti diskusi berkepanjangan
yakni pemikiran terdahulu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran baru, dan seterusnya.
B. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan
1. Pemikiran Klasik Dalam Pendidikan
Aliran ini telah dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Aliran klasik meliputi :
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak belakang dari lockean tradition yang
mementingkan simulasi eksternal dalam perkembangan manusia,
perkembangan anak bergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan
tidak dipentingkan.
Aliran ini dipelopori oleh John locke, filsuf Inggris dengan teori
“Tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya.
Menurut konsepsi empirisme ini, pendidikan memegang peranan
penting begitu juga pendidik, sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan
pendidikan bagi anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman.
b. Aliran Nativisme
Aliran nativisme bertolak dari Leibnition tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan
yang sudah diperoleh sejak lahir. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Berdasarkan pandanganini, maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh ana itu sendiri.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua
anak dilahirkan dengan pembawaan baik, namun bisa rusak karena
dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa Malah
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu.
Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib
membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Dengan kata lain pendidikan tidak
diperlukan.
d. Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern. Ia berpendapat bahwa anak
dilahirkan ke dunia dengan pembawaan baik dan buruk.
Proses perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan juga
lingkungan bakat yang dibawa dari lahir, tidak akan berkembang jika tidak
didukung oleh lingkungan. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan
menghasilkan perkembangan yang optimal jika tidak terdapat bakat pada diri
anak itu.
Teori William Stern disebut teori konvergensi (memusat ke satu).
Menurut teori konvergensi :
a) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
b) Pendidikan diartikan sebagai lingkungan yang mendukung perkembangan
potensi baik dan mencegah perkembangan potensi buruk.
c) Yang membatai hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
2. Pemikiran Baru Tentang Pendidikan
a. Pengajaran alam sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain Fr. Finger dan
hamatkunde.
Beberapa prinsip gerakan hamatkunde :
 Dengan pengajaran alam sekitar guru dapat memeragakan secara
langsung
 Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya
agar anak aktif atau giat.
 Pengajaran alam sekitar memberikan pengajaran totalitas.
 Memberikan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas.
 Memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai
ikatan emosional dengan anak.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
dirintis oleh Ovieleminant Decroly. Decroly menyumbangkan dua pendapat
 Metode Global (Keseluruhan)
Anak-anak mengingat secara global dan keseluruhan.
 Centre d’interet (pusat-pusat minat)
Anak-anak mempunyai minat yang spontan, sehingga pengajaran
harus disesuaikan dengan minat spontan tersebut.
c. Sekolah Kerja
Di mana pendidikan juga memberikan keterampilan. J.A. Comeniss
menekankan bahwa pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan
tangan (keterampilan). Dengan kata lain sekolah berkewajiban untuk
menyiapkan :
 Tiap orang adalah pekerja dalam sebuah lapangan jabatan.
 Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk negara.
 Dalam menunaikan kedua tugas mereka tersebut, harus diusahakan
kesempurnaannya.
d. Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran proyek diletakkan oleh John
dewey namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikutnya, W.H. Kilpatrick.
Dewey menegaskan bahwa sekolah haruslah sebagai micromos dari
Masyarakat. Khususnya dalam bidang pengajaran. Dewey menegaskan
pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya, merancang, serta
memimpinnya proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya mencari jalan
pemecahan bila ia menemui kesukaran.
e. Home Schooling
Home schooling adalah model alternatif belajar selain di sekolah.
Home schooling berarti bersekolah di rumah. Home schooling mulai menjadi
pilihan masyarakat sebagai alternatif metode pendidikan karena beberapa hal,
misalnya karena keinginan masyarakat untuk bisa lebih fleksibel mendidik
anak, memberikan pendidikan lebih yang sesuai dengan bakat anak, maupun
karena kondisi sistem pendidikan yang tidak memuaskan keinginan orangtua.
f. Sekolah Alam
Sekolah alam adalah sebuah sekolah di Indonesia yang beberapa kota
memiliki Sekolah Alam. Misalnya sekolah alam di Indonesia di Jakarta.
Biasanya tingkat sekolah di jenis ini adalah SD. Namun, sudah melebar ke
beberapa jenjang dari KB hingga tingkat menengah.
Sekolah Alam merupakan sekolah yang mengedepankan pembentukan
akhlak dan mental siswa dengan konsep mendekatkan diri pada alam.
Umumnya konsep utama dari sekolah alam adalah upaya memaksimalkan
potensi anak untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak
mulia, dan berwawasan ilmu pengetahuan, serta setiap jadi pemimpin.
g. Sekolah Berasrama (Boarding School)
Boarding School adalah sistem Sekolah berasrama, di mana peserta
didik dan guru serta pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam
lingkungan sekolah dalam waktu tertentu dari pagi sampai siang siswa
mengikuti kegiatan belajar reguler, lalu di malam hari dilanjutkan pendidikan
agama atau pendidikan khusus.
C. Pendidikan Inklusi
Istilah inklusi berasal dari bahasa Inggris “Inclusion” yang berarti sebagai penerimaan
anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial,
dan kondisi diri atau visi misi sekolah. Pendidikan inklusi berarti sekolah harus tanpa
memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik, dan kondisi
lainnya, mengakomodasi semua anak. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang
menempatkan anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan
anak normal dalam satu sekolah di seekolah umum.
D. Implikasi Pemikiran Klasik dan Pemikiran Baru Dalam Pendidikan
1. Implikasi Aliran Klasik
Setelah kemerdekaan Indonesia gagasan-gagasan dalam aliran pendidikan itu
masuk ke Indonesia melalui orang Indonesia yang belajar di Eropa, Amerika, dll.
Sistem persekolahan yang dikenakan oleh pemerintah kolonial Belanda di
Indonesia, sebelum itu pendidikan di Indonesia terutama oleh keluarga dan
masyarakat (padepokan, pesantren, dll).
2. Implikasi Pemikiran Baru
Gerakan baru dalam pendidikan berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di
sekolah, dengan dasar pemikiran yang menjangkau semua segi pendidikan, baik
aspek konseptual maupun operasional. Hal tersebut mempengaruhi pendidikan
misalnya berkembang ke dalam kejuruan, pemupukan semangat kerja, dan lain-
lain.

DAFTAR PUSTAKA

David, Smith. 2012. Sekolah Inklusif Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Bandung
: Nuansa.

Efendi, Defindo. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang.

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.


BAB 9. TOKOH PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH DI INDONESIA

1. Ki Hajar Dewantara
a. Riwayat singkat
Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) mendirikan perguruan Taman Siswa
dalam bentuk yayasan pada tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta. Latar belakang
berdirinya yayasan ini ialah bahwa sekolah sekolah yang didirikan oleh
pemerintah India Belanda sesungguhnya tidaklah diperuntukkan bagi rakyat
Indonesia, namu untuk kepentingan politik kolonial belanda meskipun Mr. C. Th.
Van den Venter bahwa Belanda ingin menebus dosa kepada rakyat Indonesia.
b. Asas Taman Siswa
 Setiap orang berhak mengatur dirinya senidiri dengan mengingat tertibnya
persatuan dalam prikehidupan umum. Ketertiban tidak akan tercapai jika
tidak ada kedamaian. Dan tidak akan damai jika tidak merdeka.
 Pendidikan yang diberikan menjadikan manusia yang merdeka batin,
pikiran, dan tenaganya serta bermanfaat untuk kepentingan bersama.
Artinya guru harus mendidik tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu
pengetahuan.
 Pendidikan harus selaras dengan keadaan dan budaya Indonesia sehingga
tidak terpengaruh dengan budaya luar.
 Pendidikan harus dierikan kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa
terkecuali.
 Harus bekerja sesuai kemampuan sendiri .
 Oleh karena kita bersandar pada kekuatan sendiri, maka haruslah memikul
beban belanja dengan uang sendiri.
 Pendidik hendaklah mendidik sepenuh hati, tulus, dan ikhlas.
c. Dasar Taman Siswa
Dasar ini dsebut dengan Panca Darma, yaitu :
 Kebudayaan
Ikut mewujudkan kebudayaan Indonesia berlandaskan kemerdekaan
sejalan dengan kodrat alam dan kodrat ilahi.
 Kemerdekaan
Mengandung arti disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai
hidup yang tinggi, baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat.sehingga dapat dikatakan kemerdekaan menjadi alat
pengembangan kepribadian.
 Kodrat alam

Manusia sangat berkaitan dengan kodrat alam dan kodrat ilahi. Kodrat alam
mengandung arti manusia berkembang mulai dari lahir hingga tumbuh
berkembang dan menyebarkan kehidupan baru yang sampai akhirnya ia
meninggal dunia.

 Kemanusiaan
Artinya manusia haruslah mewujudkan kemajuan manusia lahir dan batin
yang setinggi tingginya.
 Kebangsaan
Artinya manusia haruslah merasa satu dengan bangsa lain baik suka
maupun duka menuju kebahagiaan lahir dan batin.
d. Tujuan Perguruan Taman Siswa
Menciptakan manusia yang merdeka lahir dan batin (bahagia, damai, sejahtera,
dan berkemanusiaan).
e. Semboyan Taman Siswa
 Suci tata ngesti tunggal, artinya dengan kesucian batin dan teraturnya
hidup lahiriah kita mengejar kesempurnaan.
 Bibit, bebet, bobot, artinya menganjurkan pemilihan yang seksama dalam
menentukan calon anak menantu, anak menyehatkan keturunan.
 Ing ngarso sug tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
 Lebih baik mati terhormat daripada hidup nista, artinya tingkah laku dan
budi luhur harus ditumbuhkan.
 Rawe-rawe rantas malang-malang putung, artinya segala sesuatu yang
merintang akan hancur jika mempunyai kemauan yang teguh.
 Neng-ning-nung-nang, artinya ketenangan menimbulkan pikiran jernih
yang menuju kepuasan batin dan membawa kemenangan.
f. Jenis-jenis pendidikan Taman Siswa
 Taman Indriya (taman kanak-kanak, umur sekitar 5 tahun).
 Taman anak (kelas I-III SD, umur 8-10 tahun)
 Taman muda (kelas IV-VI SD, umur 11-14 tahun)
 Taman dewasa (SLTP, umur 15-18 tahun)
 Taman dewasa raya/ taman madya (SLTA, umur 19-21 tahun)
 Taman guru (B1, B2, B3, dan taman guru indriya)
2. Muhammad Syafe’i
a. Riwayat singkat
Mendirikan ruang pendidikan INS (Indonesiaan Nederlandsce School) pada 31
Oktober 1926 di Kayu Tanam. Pada mulanya dipimpin oleh bapak angkatnya,
yaitu marah sutan kemudian oleh Muhammad syafe’i sendiri. Dinamakan ruang
pendidikan karena belajar dilaksanakan pada tempat yang tidak terbatas dengan.
“Ruang pendidikan” artinya suatu tempat yang luas yang digunakan untuk belajar
dan mengajar yang bukan hanya terbatas pada adanya guru dan murid, melainkan
belajar dapat dilaksanakan dari pengalaman dan kehadiran alam di sekitarnya
asalkan ada kemauan.
b. Asas Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam
 Berpikir logis dan rasional
 Keaktifan atau kegiatan
 Pendidikan masyarakat
 Memperlihatkan pembawaan anak
 Menentang intelektualisme
c. Tujuan ruang pendidikan INS Kayu Tanam
 Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
 Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
 Mendidik para pemuda agar berguna bagi masyarakat
 Menanamkan percaya terhadap diri sendiri dan bertanggung jawab
 Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan dengan semboyan “cari sendiri
dan kerjakan sendiri”.
3. Kiai H. Ahmad Dahlan
a. Riwayat singkat
Mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 di Yogyakarta.
Muhammadiyah merupakan gerakan islam amar makruf nahi mungkar, beakidah
islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah (sebagai asas pendidikannya)
serta bertujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga
tercipta masyarakat islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah SWT.
b. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah
Karena ada beberapa gejala yang muncul pada saat itu, yaitu :
 Kerusakan di bidang kepercayaan/aqidah
 Kebekuan dalam bidang hukum fiqh
 Kemunduran dalam bidang pendidikan islam
 Kemajuan zending kristen dan misi katholik
c. Dasar Pendidikan Muhammadiyah
 Tajdid, yaitu kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah
cara berpikir dan berbuat yang sudah terbiasa.
 Kemasyarakatan, yaitu antara individu dan masyarakat saling
membutuhkan dan satu kesatuan.
 Aktivitas, menjadikan aktivitas sebagai cara memperoleh pengetahuan
baru.
 Kreativitas, yaitu anak didik harus cakap dan terampil dalam menentukan
sikap sesuai dengan situasi baru.
 Optimisme, peserta didik yakin terhadap tujuan yang akan dicapai.
4. Rahmah El Yunusiah
a. Riwayat singkat
Mendirikan Diniyah Putri Padang panjang pada 1 november 1923 di Padang
Panjang dengan panggilan “etek amah”. Berdirinya diniyah dilatar belakangi oleh
rasa ketidakpuasannya terhadap Diniya School yang didirikan oleh kakaknya yaitu
Zainuddin Labay. Rahmah disekolah kakaknya adalah sebagai siswi. Diniyah
school menerapkan sistem co-edukasi, yaitu menggabungkan siswa dengan siswi
dalam satu ruang kelas. Sistem ini dalam pandangannya tidak dapat melayani
kebutuhan wanita yang tidak terjangkau, baik yang berkaitan dengan persoalan
agama maupun keterampilan keputrian sebagai istri, ibu dari anak-anak, dan
sebagai penegak moral bangsa.
Selain itu, rahmah juga tidak puas dengan kondisi pemahaman agama yang
memonopoli oleh kelompok laki-laki saja, tetapi juga kewajiban kaum wanita
untuk bersungguh sungguh melakukan kajian tersebut yang bakal melahirkan ahli
agama di kalangan kaum wanita.
b. Tujuan Pendidikan Diniyah Putri
Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan islam dengan tujuan
membentuk putri dan ibu yang berjiwa islam yang cakap, aktif, dan bertanggung
jawab sert mengabdi kepada Allah SWT.
c. Dasar Pendidikan Diniyah Putri
Alqur’an dan sunah. Pendidikan diniyah putri melakukan program pendidikan
asrama.
d. Sikap pendidikan terhadap pemerinth belanda
Rahma menolak untuk menjadikan diniyah sebagai sekolah negri karena tidak
mau berkompromi dengan belanda.
e. Jenis sekolah yang ada hingga sekarang, yaitu :
 Taman kanak-kanak rahmah el yunusiyah
 Madrasah ibtidaiyah (MI)
 Sekolah diniyah putri menengah pertama (DMP)
 Kuliyatul mu’alimat el islamiyah (KMI)
 Pendidikan guru taman kanak-kanak islam (PGTKI)
 Sekolah tinggi ilmu tarbiyah (STIT)
BAB 10. PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Istilah permasalahan diterjemahkan dari istilah “problem” (bahasa inggris) yang berati
perbedaan antara sesuatu yang diharapakan dengan sesuatu yang terlihat / terdapat
sebagaimana adanya, tentang sesuatu. Dalam bahasa yang mudah dimengerti, permaslahan
adalah perbedaan/jarak/kesenjangan antara sesuatu yang dicita-citakan (idealita) dengan
sesuatu yang ternyata ada (realita)”.

Permasalahan pendidikan ialaha perbedaan program-program pendidikan antara yang


diharapkan dengan kenyataan yang terlaksana di lapangan. Dewasa ini permasalahan yang
dipandang rumit/kompleks adalah

A. Permasalahan Pokok Pendidikan (program utama pengembangan pendidikan di RI)


1. Kuantitas
Yaitu masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung
didalam sistem pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon
murid yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat sekolah dasar.
Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini
masalah itu sudah bisa diatasi. Sisa permasalahan ini ada pada anak-anak yang
tinggal di daerah terpencil. Dan permasalahannya ialah bagaimana sistem
pendidikan dikelola sehingga dapat menyediakan kesempatan pendidikan
yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara.
Sehingga diharapakan pendidikan semakin merata, karena merata dalam arti
yang sesungguhnya tidak mungkin dicapai. Hal ini antara lain disebabkan
peraturan perundang-undangan tentang wajib belajar (wajar) tidak diikuti dengan
sanksi bagi yang tidak mengikutinya. Karena sistem pendidikan itu sendiri belum
memungkinkan untuk itu.
2. Kualitas
Mengenai mutu pendidikan, dapat dilihat dari hasil (output) pendidikan itu
sendiri. Kriteria untuk hasil ini adalah kadar ketercapaian tujuan pendidikan. Hal
ini dapat dilihat dari hierarki tujuan terkecil, yaitu tujuan pembelajaran khusus
(instruksional) pada saat pembelajaran di sekolah lalu tujuan kurikuler, kemudian
tujuan institusional hingga tujuan nasional pendidikan.
3. Efisiensi
Pendidikan dikatakan efisiensi (ideal) ialah bila penyelenggaraan dan
pendayagunaan pendidikan tersebut hemat waktu, tenaga, dan biaya, tetapi
produktivitas (hasil) optimal dan tepat sasaran.
Analisisnya dapat seperti apakah waktu digunakan sesuai jadwal/terencana,
apakah guru mengajar atau dosen memberi kuliah minimal sama dengan jam
wajib mengajar setara dengan pegawai negeri. Demikian pula anaisis dapat
dilakukan dari unsur-unsur makro sehingga dapat diketahui efisiensi secara
nasional.
4. Efektivitas
Pendidikan dikatakan efektif ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan rencana
yang dibuat sebelumnya (tepat guna). Bila rencana mengajar yang dibuat
terlaksana secara utuh dan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan dapat
dikatakan efektif. Sempurna disini meliputi semua komponen perencanaan seperti
tujuan, materi/bahan, strategi, dan evaluasi. Maka apabila ada yang tidak
terlaksana, hal itu dapat mengakibatkan permasalahan pendidikan.
5. Relevansi
Pendidikan dikatakan relevan bila sistem pendidikan dapat menghasilkan
output (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kesesuaian
(relevansi) tersebut meliputi kuantitas (jumlah) ataupun kualitas (mutu).
Selanjutnya kesesuaian tersebut hendaknya mempunyai tingkat keterkaitan (link)
dan kesepadanan (match).
Permasalahan dapat ditentukan oelh tingkat kesesuaian antara sistem
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan. Bila tingkat kesesuain
tinggi, maka pendidikan dikatakan relevan. Bila rendah maka dapat menimbulkan
masalah yang rumit/besar.
B. Permasalahan Khusus Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat
tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya.
2. Pendidik kurang menguasai dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh
pendidik maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya
masalah kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang baik.
3. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan kewajiban
sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal.
4. Pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena ini
ditandi dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak
tuntas, bahkan lebih berorientasi proyek. Akibatnya seringkali hasil pendidikan
mengecewakan masyarakat.
5. Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dan tujuan
pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai.
6. Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP
Nomor 19 Tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah
S1/D4. Tetapi dalam kenyataannya masih terdapat pendidik yang belum berijazah
D4 dengan kata lain masih D3.
7. Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yag merangkap
tugas menjadi tenaga kependidikan seperti merangkap menjadi tenaga
administrasi atau tenaga perpustakaan.
C. Saling Keterkaitan Antar Masalah Pendidikan
Permasalahan pokk pendidikan sesungguhnya tidak berdiri sendiri. Dalam
kenyataannya masalah tersebut saling terkait. Misalnya, kita ingin pendidikan ini
merata, maka pada saat ini mutu terabaikan, efisiensi bermasalah, demikian pula
relevansi pendidikan akan mengalami penurunan (bermasalah).
Keadaan seperti itu mengharuskan negara memusatkan program pendidikan
tertentu. Misalnya pada period tertentu, negara memusatkan perhatian pada
pemerataan pendidikan, kemudian pada periode berikutnya pada peningkatan mutu .
bila negara sudah maju (developed) bukan (developing) apalagi uder developing
country, maka pada kondisi ini permasalahan pendidikantidak akan ada lagi. Jika
terdapat juga permasalahannya tidak akan berat/ringan.
BAB 11. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA
PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Jika kita analisis lebih jauh, maka permasalahan tersebut sesungguhnya berkaitan
langsung/tidak dengan perkembangan yang terjadi diluar pendidikan. Perkembangan di luar
(ekstern) merupakan faktor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan pendidikan.

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni


a. Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan mempengaruhi pendidikan yang dapat menimbulkan masalah
karena ilmu pengetahuan yang terus berkembang maka di tuntut pula dengan
perkembangan kurikulum.
b. Teknologi
Perkembangan teknologi dapat merubah kebutuhan manusia seperti berkurangnya
kebutuhan tenaga kerja, sistem layanan yang berubah. Hal ini tentu dapat
mengakibatkan permasalahan pendidikan. Sehingga untuk seluruh komponen
pendidikan harus menyesuaikan dengan berbagai teknologi baru tersebut.
c. Seni
Perkembangan seni mempengaruhi aspek afektif dari peserta didik. Jik seni
dikembangkan melalui sistem pendidikan, maka dapat muncul permasalahan
seperti ketersediaan sarana dan prasarana serta ketenagaan kesenian di sekolah
maupun perkembangan seni yang di masukkan kedalam strategi belajar STEAM
(science, technology, enginareeng, art, mathematics). Hal ini tentu masih baru
dalam dunia pendidikan, dan jika komponen belum pandai mengolahnya secara
optimal, hal ini menimbulkan permasalahan pendidikan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk yang pesat, akan menyebabkan masalah, seperti
masalah pemerataan. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, maka jumlah anak
usia sekolah akan semakin banyak. Jika daya tampung sekolah tidak bertambah, maka
sebagian dari mereka terpaksa antri atau tidak sekolah. Jika di tampung juga, maka
rasio guru terhadap siswa berselisih besar. Hal ini menyebabkan munculnya masalah
lain seperti masalah mutu pendidikn yang menjadi rendah.
Penyebaran penduduk yang tidak merata di tanah air akan menimbulkan masalah
baru misalnya Bagaimana melaksanakan kebijakan sarana pendidikan yang dapat
melayani daerah padat (kota) dan daerah terisolasi yang anak usia sekolah yang tidak
seberapa.
3. Aspirasi Masyarakat
Kecenderungan aspirasi masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun
sudah terlihat. Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih menjamin
memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap atau akan meningkatkan status sosial
mereka.
Penigkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikn ini akan mengakibatkan anak-
anak (juga remaja dan dewasa) akan menyerbu dan membanjiri sekolah (lembaga
pendidikan). Kondisi seperti ini akan menimbulkan berbagai masalah seperti sistem
seleksi siswa/mahasiswa baru, rasio guru-siswa, waktu belajar, permasalahan akan
terus berkembang karena saling kait seperti yang telah dikemukaan pada bab
terdahulu.
4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana
Masyarakat kita yang umumnya berada didaerah terpencil, yang ekonominya
lemah, dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana
kehidupan. Keadaan seperti in isudah jelas akan menimbulkan masalah bagi
pendidikan. Permasalahannya antara lain bagaiman menyadarkan mereka akan
keterbelankangan/ketinggalannya, bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan
dengan baik, khususnya bagaimana sistem pendidikan dapat menjangkau dan
melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut.
BAB 12. UPAYA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

A. Perubahan Kurikulum
Kurikulum memiliki fungsi yang sangat penting sebagai perangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran dan proses selama kegiatan belajar
mengajar. Rencana dan pengaturan yang baik tentu berpengaruh pada pencapaian visi
dan misi dalam terget pendidikan.
Perubahan kurikulum sudah beberapa kali dilakukan sejak 1975 sampai tahun
2004, dalam kenyataannya belum mampu setiap tujuan yang ingin dicapai. Pada
tahun 2004 lahirlah KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan jumlah beban
yang agak longgar. Tahun 2006 muncul KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan) yang memasukkan unsur muatan lokal dan pengembangan diri.
Kecenderungan guru untuk menyelesaikan materi pelajaran nyatanya tidak
memberikan ruang pada siswa untuk mengembangkan diri hingga tercapai
kompetensi yang optimal. Perbedaan mendasar KBK dan KTSP adalah Pada KTSP
sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya mengacu pada
standar yang telah ditetapkan.
Selanjutnya adalah Kurikulum 2013. Karakteristik kurikulum 2013 adalah
usaha untuk mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap, spiritual,
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik.
B. Pengelolaan Pe ndidikan
Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis
yaitu pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan
adalah upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan.
Pengelolaan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan, dan pengembangan. Terdapat beberapa fungsi dari
pengelolaan itu sendiri, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir adalah merumuskan perencanaan
mengenai tindakan yang harus dilakukan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah, atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan
tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha
pemantauan kerja supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari aturan
yang sudah ditetapkan.
5. Pengembangan
Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur
keberhasilan suatu pengelolaan. Dengan adanya pengembangan pengelolaan akan
berjalan sesuai dan melebihi target yang akan diperoleh.
C. Inovasi dalam Pendidikan
1. SD kecil
SD kecil adalah sekolah dasar yang pada umumnya terdapat di daerah terpencil
dengan sistem pendidikan yang berbeda dengan SD konvensional. Jumlah siswa
maksimal dari kelas 1 sampai kelas 6 adalah 60 orang, dengan 2 orang guru dan 1
kepala sekolah.
SD kecil didirikan untuk memberikan tempat belajar bagi siswa yang tidak bisa
sekolah di SD reguler karena jarak yang terlalu jauh. Kurikulum yang digunakan
biasanya sama dengan kurikulum SD reguler hanya saja materi yang diajarkan
adalah materi Ujian Nasional. Pada SD kecil siswa bisa menjadi tutor apabila
dianggap mampu mentutor teman/adik-adiknya.
2. SD Pamong
SD Pamong adalah pendidikan yang diberikan oleh masyarakat, orang tua, dan
guru untuk memberikan pelayanan bagi anak putus sekolah atau anak yang tidak
bisa teratur belajar di sekolah.
Tujuan dari SD Pamong adalah :
a. Membantu anak yang tidak dapat mengikuti sepenuhnya pendidikan melalui
sekolah atau membantu siswa yang Drop-out.
b. Membantu anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu.
c. Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar.

Ciri-ciri SD Pamong :

a. Pada umumnya guru dan mengelola yang mencari murid.


b. Pembelajaran ditentukan oleh kemampuan siswa.
c. Biasanya pengelolaan kelas terbatas, misalnya hanya untuk kelas IV, V, dan
VI saja.
d. Kegiatan belajarnya ditentukan dalam setiap mingguny. Misal 2 hari belajar,
sisanya tugas melalui modul.
3. Sekolah Menengah Pertama Terbuka
SMP terbuka merupakan lembaga pendidikan formal bagian dari SMP induk yang
dalam penyelenggaraannya menggunakan metode belajar mandiri. Ciri-ciri SMP
terbuka:
a. Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur tanpa syarat akademik.
b. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal.
c. Terbuka dalam proses belajar mengajar yakni tidak harus di kelas.
d. Terbuka dalam keluar masuk kelas atau sekolah sesuai waktu yang tersedia
oleh siswa.
e. Terbuka dalam pengelolaan kelas.

Tenaga pendidik dari SMP terbuka adalah guru bian dan guru Pamong. Guru Bina
adalah guru pada sekolah induk yang diberi tugas untuk mengajar di SMP terbuka.
Guru pamong adalah pembimbing Belajar mandiri siswa yang peduli akan
pendidikan. Dengan ketentuan minimal SMA dan berada pada lingkungan sekitar
tempat belajar.

4. Sekolah Menengah Atas Terbuka


SMA terbuka adalah sistem pendidikan pada jenjang menengah yang
mengutamakan kegiatan belajar mandiri para peserta didiknya. SMA terbuka
menginduk pada SMA reguler yang ada. Tujuan dari SMA terbuka adalah
memberikan kesempatan kepada siswa SLTP yang memiliki kendala atau
halangan mengikuti pendidikan di SMA.
5. Universitas Terbuka (UT)
Universitas Terbuka adalah universitas yang menerapkan sistem belajar terbuka
dan jarak jauh. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan bagi warga
negara Indonesia dan asing untuk memperoleh pendidikan tinggi serta
mengembangkan pelayanan pendidikan bagi mereka yang bekerja atau karena
alasan lain tidak bisa melanjutkan belajar perguruan tinggi tatap muka.
Ciri-ciri universitas terbuka :
a. Tidak ada pembatasan jangka waktu penyelesaian studi dan tidak
memberlakukan sistem drop out
b. Tidak ada pembatasan tahun kelulusan SLTA maupun umur.
c. Waktu pendaftaran atau registrasi leluasa sepanjang tahun.
d. Ruang, waktu, dan tempat belajar yang fleksibel sesuai kondisi mahasiswa.
D. Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah
a. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah.
Artinya bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur
sekolah.
b. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Supplement Pendidikan Sekolah.
Artinya pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan
keterampilan yang kurang didapat dari pendidikan sekolah.
c. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Complement Pendidikan Sekolah
Artinya pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan
keterampilan yang kurang diperoleh dari pendidikan sekolah.
1. Program Paket A
Adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan non-formal setara SD
atau MI Bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau yang
berminat dan memilih untuk melakukannya dalam rangka ketuntasan belajar
pendidikan dasar.
2. Program Paket B
Program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs.
3. Program Paket C
Program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA.
4. Kursus
Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan
non-formal. Kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu pendek dan hanya
untuk mempelajari suatu keterampilan tertentu. Peserta yang telah mengikuti
kursus dengan baik dapat memperoleh sertifikat atau surat keterangan.
5. Diklat
Diklat adalah singkatan dari kata pendidikan dan latihan.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Defindo. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang.

BAB 13. PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa pengaruh dan
perubahan yang sangat mendalam dalam berbagai bidang kehidupan. Pengaruh TIK dalam
bidang pendidikan menuntut guru untuk mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut.

A. Era Globalisasi
Globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal (menyeluruh).
Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah globalisasi
pada 1985. Globalisasi sendiri berasal dari bahasa inggris, yaitu Globalization. Kata
Global berarti mendunia, sedangkan lization berarti proses. Globalisasi adalah suatu
proses yang mendunia diman individu tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah.
Setiap individu dapat terhubung oleh siapa saja yang ada dibelahan bumi in idan terjadi
penyebaran informasi dan komunikasi melalui media cetak dan elektronik yang
mendunia. Globalisasi membuat suatu negara semakin kecil dan sempit dikarenakan
kemudahan dalam berinteraksi antar negara, baik itu dalam perdagangan, teknologi, gaya
idup, maupun degan bentuk-bentuk interaksi lainnya. Definisi globalisasi yang tepat harus
bisa mencakup elemen-elemen berikut : jangkauan, intensitas, kecepatan, dan
pengaruhnya.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan globalisasi diantaranya :
a. Internasionalisasi : Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan
internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya
masing-masing, namun menjadi semakin bergantung satu sama lain.
b. Liberalisasi : Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar negara,
misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
c. Universalisasi : Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material
maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi
pengalaman seluruh dunia.
d. Westernisasi : salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya
pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
1. Penyebab Globalisasi
a. Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang memudahkan dalam
pengiriman jasa barang ke luar negeri.
b. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berperan menjamin
kemudahan dalam transaksi ekonomi antar negara.
c. Kerjasama ekonomi internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-
kesepakatan antar negara yang terjalin dengan erat.
2. Dampak Globalisasi
Dampak Positif :
a. Komunikasi yang semakin cepat dan mudah.
b. Meningkatnya taraf hidup dari masyarakat.
c. Mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
d. Tingkat pembangunannya semakin tinggi.
e. Meningkatnya turisme dan pariwisata.
f. Meningkatnya ekonomi menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien.
Dampak Negatif :
a. Informasi yang tak terkendali.
b. Timbulnya sikap yang ke barat-baratan.
c. Munculnya sikap individualisme.
d. Berkurang sikap solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan.
e. Perusahaan dalam negeri lebih mementingkan perusahaan dari luar ketimbang
perusahaan yang ada dalam negeri membuat perusahaan dalam negeri sulit
berkembang.
f. Berkurangnya tenaga kerja pertanian akibat dari sektor industri yang menyerap
seluruh petani.
g. Budaya bangsa akan terkikis.
B. Pemanfaatan TIK Dalam Pendidikan
TIK adalah singkatan dari Teknologi Informasi Dan Komunikasi atau jika dalam
bahasa Inggris ‘Information and Communication Technologies’, jika di singkat ‘ICT’
dapat di artikan sebagai payung besar terminologi yang mencakup semua peralatan teknis
untuk memproses dan menyampaikan Informasi. Itulah secra singkat mengenai pengertian
teknologi informasi dan komunikasi.
Kata teknologi yaitu berasal dari bahasa Yunani “technologia”, atau “techne” yang
memiliki arti “keahlian” dan juga “logia” yang artinya “pengetahuan”. Dalam pengertian
yang sempit dapat di artikan teknologi adalah merupakan suatu yang mengacu pada objek
benda yang digunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, misalnya seperti mesin,
perkakas, perangkat keras, dan lain-lain. TIK mengandung pengertian luas yaitu segala
atau semua kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan dan juga
pemindahan informasi antar media yang satu ke media yang lainnya. Jadi, Teknologi
Informasi dan Komunikasi pada hakikatnya merupakan suatu kajian untuk mengefektifkan
proses komunikasi dengan mempergunakan kemajuan teknologi.
Arti TIK dalam pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran dan sarana yang
dapt dipakai untuk mneyiarkan program pendidikan. Namun pemanfaatan TIK di
Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan
penerapan TIK untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Padahal, Penggunaan
TIK ini bukanlah suatu wacana yang asing di AS. Pemanfaatan IT dalam bidang
pendidikan sudah merupakan hal lazim di AS pada dasawarsa yang lalu. Ini merupakan
salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia.
Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media
utamanya telah mampu memberikan knstribusi yang demikian besar bagi proses
pendidikan.
1. Layanan Pendidikan Berbasis TIK
a. E – Learning
b. Kursus Online
c. Tutorial Online
d. Joint Research
e. Perpustakaan Elektronik
f. Computer Assisted Instruction (CAI)
g. Bahkan hingga media sosial yang biasa digunakan sehari-hari seperti facebook, Wa,
classroom google, dsb.
2. Pembelajaran Berbasis E-Learning dan Blended Learning
Metode E-Learning atau Elektronik Learning merupakan suatu cara dalam proses
belajar mengajar yang menggunakan media elektronik dan menggunakan internet
sebagai perantara dalam proses belajar mengajar tersebut. Sedangkan Blended
Learning adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar yang menggabungkan,
mengkombinasikan dan memadukan sistem pendidikan konvensional dengan sistem
yang serba digital.

E-Learning dan Blended Learning memiliki kesamaan karena menggunakan


komputer dan internet sebagai perantaranya. Namun E-Learning dan Blended
Learning merupakan metode pembelajaran yang berbeda. Dimana dengan
menggunakan metode E-Learning tidak adanya hubungan timbal balik dalam proses
belajar mengajar. Sedangkan dengan menggunakan metode Blended Learning terdapat
interaksi secara langsung berupa diskusi langsung dalam proses belajar mengajar.

Sebelum metode Blended Learning sudah ada metode yang sangat familiar yaitu E-


Learning. Namun dalam implementasinya ternyata E-Learning saja tidak cukup karena
masih terdapat berbagai kendala. Dengan E-Learning tidak adanya interaksi dalam
proses pembelajaran. Proses belajar mengajar tentu membutuhkan suatu sistem yang
dapat melakukan proses secara dua arah. Feedback tentu diperlukan agar hasil belajar
lebih baik dan sempurna. Walaupun banyak materi yang didapat dengan
menggunakan E-Learning, proses belajar yang dapat dilakukkan dimana saja dan kapan
saja namun tetap saja kurang efektif dan efisien.

Blended Learning dikembangkan untuk menyempurnakan metode E-Learning. E-


Learning dan Blended Learning dapat menjadi solusi mengatasi masalah pendidikan di
Indonesia dalam hal perataan pendidikan di Indonesia. Metode E-Learning sedang
dijalankan dalam sistem pendidikan di Indonesia dan akan melakukan transformasi
ke Blended Learning.

Dengan adanya Blended Learning pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan


kapan saja menggunakan internet. Pelajar dapat mengakses materi secara leluasa dan
dituntut dapat belajar secara mandiri karena bahan ajar tersimpan secara online. Antara
pengajar dan yang diajar dapat memberikan feedback baik berupa pertanyaan dan saran
secara realtime. Sehingga diskusi serta tanya jawab antara dosen dan mahasiswa tidak
hanya berlangsung di jam pelajaran namun juga dapat berlangsung di luar jam
pelajaran. Dosen juga dapat mengontrol pelajaran mahasiswa, mahasiswa juga dapat
menggali materi yang akan disampaikan dan proses pemberiaan tugas pendukung dapat
diinformasikan dengan lebih mudah. Tentunya proses belajar mengajar menjadi lebih
efisien dan lebih efektif karena komunikasi dan interaksi antara dosen dan mahasiswa
dapat terus terjadi bukan hanya saat jam pelajaran.

Adanya program kuliah dengan Blended Learning maka jadwal kuliah akan fleksibel


sehingga mahasiswa dapat menyeimbangkan kegiatan akademik dan non
akademik. Blended Learning juga dapat mengurangi biaya pendidikan dan
meningkatkan hasil pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya
berlangsung di kelas namun juga memanfaatkan dunia maya. Sehingga Blended
Learning dapat diterapkan pada perguruan tinggi penyelenggara pendidikan jarak jauh
dan pendidikan terbuka. Selain itu juga dapat dimanfaatkan pada tempat pendidikan
non formal seperti tempat kursus. Karena Blended Learning tidak menggantikan proses
belajar mengajar secara konvensional namun melengkapi sistem konvensional.

Anda mungkin juga menyukai