Anda di halaman 1dari 4

Nur Aisyah Imran

1913442009
Hakikat Manusia Dan Perkembangannya
Manusia merupakan tujuan atau objek sasaran pendidikan. sehingga calon pendidik
atau calon guru harus memahami tentang hakikat manusia dan pengembangannya. Pada
dasarnya manusia berbeda dengan hewan. Manusia dibekali akal pikiran sedangkan hewan
tidak itulah yang membedakan. Ciri-ciri manusia lainnya yang membedakan dengan hewan
adalah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh hewan. Dengan pemahaman tetang hakikat manusia
dan pengembangannya diharapkan calon pendidik dapat menjalan tugas dan kewajibannya
yaitu mendidik manusia dengan benar.
Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia diartiakn sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil
(jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia
dengan banyak kemiripan tertama jika dilihat dari segi biologisnya.

Kenyataan dari pernyantaan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira hewan
dan manusia itu hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang dengan melalui
rekayasa dapat dibuat menjad es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan
orang hutan dapat dijadikan manusia. Upaya manusia untuk medapatkan keterangan bahwa
hewan tidak identic dengan manusia telah ditemukan. Ada suatu proses antara yang tidak
dapat dijelaskan. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia
muncul sebagai bentu ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi ang bersifat grandual.

1. Bersifat Filosofis, Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan


akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hokum, termasuk
termasuk teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika,
estetika, metafisika, epistemology dan falsafah) Untuk mendapatkan landasan
pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis
dan Universal tentang ciri hakiki manusia
2. Bersifat Normatif,- Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai
tujuan/aturan Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat
hakikat manusia sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.
Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya
Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial
yang ada pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia
sebagai mahluk social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia
tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)      Manusia sebagai mahluk pribadi/individu (individual being)
Lysen mengartikan individu sebagai “orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai
pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan
diatas secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, benih-
benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya sesuatu
kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki
warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah
membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kepribadiannya
sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong
bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter )
dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis
2)      Manusia sebagai mahluk social / dimensi social
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan dan
menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan
untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam
interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta
menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam
saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3)      Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan
Susila berasaldari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan
tetapi didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika
didalam yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean itu
maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang
mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan  etiket. Persoalan kesusilaan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu
adalah mahluk susila.
Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan
dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya
baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi keslahan-kesalahan yang lazimnya
disebut salah didik. Sehubugan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu:
1. Pengembangan yang utuh
Tingkst krutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor,
yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang disediakan
untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
a)      Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualian,
sesosialan,kesusilaan dan keberagamaan, antar aspek kognitif. Afektif dan psikomotorik.
Pengembangan aspek jasmanisah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat
pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,kesusilaan
dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan layanan dengan
baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif
dan psikomotor dikatakan utuh jika tiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.
b)      Dari arah pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dpat diarahkan kepada
pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dam kebergamaan secara
terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusi yang utuh
diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat
tumbuh dan berkembang seacra selaras. Perkrmbangan di maksud mencakup yang horizontal
(yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian
martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan
untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oelh pengembangan dimensi
keindividualan atupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif.
Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak
mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.
Sosok Manusia Indonesia
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai
arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan
di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar
kemajuan lahirlah, sperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan atupun kepuasaan batiniah
seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau
rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara kedua sekaligus
batiniah.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan
hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai
keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga
keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat.

Anda mungkin juga menyukai