Anda di halaman 1dari 6

Produksi dan Teknologi

Pada era milenium ini pemerintah masih disibukkan dengan pekerjaan rumah untuk
mengurangi angka pengangguran terdidik. Walaupun perkembangan teknologi informasi di
zaman sekarang sudah sedemikian pesat hingga melahirkan sejumlah peluang usaha dan
mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi masyarakat, tampaknya hal ini belum cukup
signifikan mampu mengurangi angka pengangguran. Menurut penelitian, hadirnya social
media berpengaruh positif dan signifikan meningkatkan motivasi wirausaha (Sari dan Maya,
2017). Sekedar termotivasi rupanya belum cukup, perlu diimplementasikan dalam wujud
nyata sebuah usaha bisnis.
Globalisasi ekonomi dan era informasi telah mendorong perkembangan IDUKA
menggunakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan memiliki jiwa wirausaha
yang tidak hanya sebagai pencari kerja akan tetapi membuat peluang kerja. Pengembangan
teknologi, inovasi teknologi yang kontinu dan tepat guna membutuhkan penguasaan
kompetensi serta otoritas ilmiah dalam implementasinya. Untuk itu diperlukan SDM yang
berkualitas sebagai ahli-praktisi dalam bidang keilmuan dan aplikasinya
Menurut Schumpeter, wirausahawan adalah seorang inovator yang
mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi
baru. Kombinasi tersebut bisa dalam bentuk memperkenalkan produk baru atau dengan
kualitas baru, memperkenalkan metode atau cara produksi baru, membuka pasar yang baru,
memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru pada suatu industri.
Schumpeter mengaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks
bisnis serta mengaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Sektor ekonomi dan kesejahteraan, program kewirausahaan merupakan suatu
gebrakan ekonomi yang berbasis masyarakat untuk berinvestasi di dalam pembangunan
ekonomi serta dalam pengembangan dari sumber daya manusia (SDM), berdasarkan arah
kebijakan ekonomi pemerintah turut andil mengatur kegiatan mikroekonomi dan
makroekonomi.
Kewirausahaan merupakan motor dari inovasi dan pertumbuhan ekonomi nasional,
serta stimulator untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kewirausahaan merupakan
pondasi yang kokoh bagi pembangunan disektor ekonomi, sosial, dan politik yang lebih
demokratis, karena kewirausahaan membangun kemandirian masyarakat (Adam & Jessica,
2020).
Menurut Hafsah (2000:198) pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan
perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri. Sedangkan menurut (Fauzi, 2018) menyatakan bahwa
pengembangan merupakan upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin sepuluh tahun
digunakan segera atau sering untuk kepentingan dimasa depannya. Selanjutnya Yoder (dalam
Rusdiana, 2018: 20) menjelaskan bahwa pengembangan adalah setiap usaha memperbaiki
pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan
informasi mempengaruhi sikap-sikap atau menambah kecakapan. Disisi lain Bone (dalam
Zulaikha, 2020:4) mengatakan bahwa pengembangan adalah memerlukan dan melibatkan
semacam pengarahan, pengaturan, dan pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-
kekuatan bagi perluasan pemeliharaan. Sedangkan dalam Zarkasyi (2008:655) menyatakan
bahwa pengembangan adalah cara atau hasil kerja dalam mengembangkan sesuatu
(pekerjaan, usaha, kepribadian dan lain sebagainya, sebagai upaya dalam memperbaiki diri
dan membuat diri lebih maju dari sebelumnya). Faktor pendukung dalam pengembangan
wirausaha yakni adanya peranan pemerintah yaitu salah satunya yakni adanya beberapa
program pencairan modal usaha agar mampu mengembangkan usaha secara mandiri modal
usaha agar mampu mengembangkan usaha secara mandiri. Untuk pengembangan wirausaha
baik disektor mikro maupun makro dilakukan dengan adanya pencairan modal dan
pengembangan usaha berkelanjutan.
Sebagaimana yang diketahui bahwa modal merupakan salah satunya faktor produksi
yang sangat penting. Menurut Undang-Undang No 25. Tahun 1992 tentang per-koprasian
pada pasal 41 dijelaskan bahwa modal koperasi terdiri dari (a) modal sendiri, yang terdiri dari
simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. (b) modal pinjaman terdiri dari
pinjaman anggota, pinjaman dari koperasi lain bank.
Teknologi sering digunakan untuk menyebut sebuah peralatan, berarti teknologi bisa
dikatakan dapat mempresentasikan peralatan. Sedangkan produksi adalah suatu kegiatan
menghasilkan barang atau jasa. Hubungannya adalah teknologi dapat digunakan dalam
kegiatan produksi, dengan kata lain, agar dalam menghasilkan barang atau jasa (produksi)
lebih praktis, maka dibutuhkan peralatan (teknologi). Dalam konteks kewirausahaan,
kewirausahaan juga sering menggunakan teknologi.
Branding
Trend wirausaha kini sudah menyentuh beragam kalangan, salah satunya adalah
kalangan remaja. Pengabdian ini menyasar pada siswa-siswi SMK yang berusaha
menanamkan soft skill dalam bidang kewirausahaan dengan memiliki beragam produk siap
jual. Namun, ketika branding tidak mampu dikonsep dengan baik maka akan berdampak bagi
pendapatan penjualan serta kesinambungan dari bisnis yang dijalankan.
Industri bisnis adalah industri yang bergerak terus menyesuaikan dengan kondisi
zaman, di era teknologi yang serba cepat ini menuntut para pegiat industri bisnis mampu
mengelola bisnis mereka sesuai dengan kebutuhan pasar yang kini selalu menginginkan
pelayanan yang serba cepat. Keberadaan teknologi yakni internet tentunya memiliki peranan
cukup besar dalam membantu pegiat bisnis dan wirausaha, salah satunya adalah dengan
melakukan branding produk yang dimiliki serta memperkenalkanya kepada masyarakat
melalui teknologi.
Komunikasi pemasaran memuat unsur komunikasi branding terhadap produk secara
online dan melakukan publikasi melalui media sosial. “Brand” menurut Asosiasi Pemasaran
Amerika Serikat didefinisikan sebagai, …name, term, sign, symbol, or design, or a
combination of them intended to identify the goods and services of one seller or group of
sellers and to differentiate them from those of competitors Serikat (The American Marketing
Association) (Muhammad, 2014). Kekuatan branding mampu memberikan perbedaan satu
produk dengan produk lainya, serta dapat menyentuh aspek emosional bagi para target pasar
melalui desain, tagline dan atribut yang terdapat dalam brand itu sendiri. Brand bukanlah
sebatas gambar, tanda atau simbol belaka. Kekuatan branding mampu menjadi dasar bagi
target konsumen untuk menggerakan perilaku mereka. Hal ini diharapkan agar konsumen
selain mengkonsumsi produk merek brand tertentu, mereka memiliki kepuasan tesendiri
sebagai konsumen.
Penamaan merek sebuah produk atau melakukan branding tidak hanya memberi nama
semata. Perlunya perencanaan manajemen yang matang hingga evaluasi hasil dari eksistensi
produk perlu dilakukan oleh pemilik. Salah satu unsur dari branding yaitu brand knowladge
terdiri dari dua komponen yakni (dalam Tjiptono,2008:40) ;
1. Brand awerness yaitu sebuah kemampuan untuk mengenali dan mengingat bahwa
merek merupakan anggota kategori produk tertentu
2. Brand image yaitu proses menciptakan asosiasi merek dalam benak konsumen
Pengabdian masyarakat terutama kepada siswa siswi SMK vokasi yang notabene memiliki
rasio 70% praktikum dan 30% teori diharapkan dapat memberikan wawasan yang sangat luas
terkait praktik bisnis dan kewirausahaan.
Contohnya City branding merupakan pengalaman dan evaluasi pelanggan kota
sebagai kesan menyeluruh dan ide yang diberikan kepada pelanggan sebuah kota. Dari
konsep di atas, maka membangun city branding adalah perbaikan proses internal dan
eksternal yang bukan hanya sekedar menetapkan positioning, slogan kota dan komunikasi
menggunakan berbagai channel, namun sangat penting untuk mengintegrasikan komponen
lingkungan sehingga stakeholder dapat merasakan komunikasi positioning kota tersebut
(Sheng Yu dan Jing Ping, 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa city branding merupakan
bagian dari upaya untuk membangun diferensiasi dan memperkuat identitas kota agar mampu
bersaing dengan kota lainnya sehingga dapat menarik wisatawan, investor, SDM yang handal
serta dapat meningkatkan kepuasan warga kota.
Menurut Andrea Insch dalam Raharjo 2015, terdapat empat langkah proses strategis
city branding yaitu:
1. Identity, merupakan proses mengidentifikasi asset, atribut dan aspek serta
personality suatu kota.
2. Objective/ penentuan tujuan, merupakan proses mendefinisikan secara jelas
tujuan city branding. Alasan utama city branding adalah fakta bahwa kota
dengan brand yang kuat akan menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang kuat
juga.
3. Communication, proses komunikasi, berinteraksi dengan pihak yang
berkepentingan dengan sebuah kota. Komunikasi yang dilakukan bukan hanya
one way communication, tetapi semua bentuk baik online maupun offline
communication.
4. Coherence, merupakan proses implementasi yang memastikan apapun bentuk
program komunikasi dari suatu kota terintegrasi, konsisten dan menyampaikan
pesan yang sama.
Pemasaran
Menurut Baker (2003, 4) pemasaran itu adalah orientasi manajerial yang sebagian
orang akan klaim sebagai filosofi bisnis dan fungsi bisnis, untuk memahami pemasaran,
penting untuk membedakan dengan jelas antara keduanya. Sedangkan menurut Kotler (2002,
1) definisi pemasaran secara ringkas adalah memenuhi kebutuhan dengan cara
menguntungkan. Sedangkan definisi pemasaran secara lengkap terbagi dua yaitu sosial dan
manajerial. Menurut definisi sosial, pemasaran adalah proses sosial di mana individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui menciptakan,
menawarkan, dan bertukar produk dan jasa bernilai bebas dengan orang lain. Menurut
definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual produk. Sedangkan
menurut American Marketing Association bahwa pemasaran secara manajerial adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi, dan distribusi ide, barang dan jasa
untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi. Tujuan
pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga produk
atau layanannya cocok untuk dijual. Idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan
yang siap membeli (Kotler 2002, 4). Dalam tulisan Stokes (2013, 17) menjelaskan pendapat
lain dari Kotler tentang pemasaran yaitu ilmu dan seni mengeksplorasi, menciptakan dan
memberikan nilai untuk memenuhi kebutuhan target pasar dengan keuntungan.
Kotler (2002, 2) berpendapat bahwa ruang lingkup pemasaran meliputi barang, jasa,
pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan gagasan. Menurut
Silk (2006, 9) bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, merek, saluran distribusi,
penjualan pribadi, iklan, promosi, pengemasan, tampilan, pelayanan, penanganan fisik dan
riset pasar. Tetapi Silk menegaskan bahwa elemen bauran pemasaran yang populer yaitu
produk, tempat (saluran distribusi), promosi (strategi komunikasi dan harga (Silk 2006, 9;
Salim 2009, 2- 10; Hendarsyah 2015, 2-3). Senada dengan itu, Firmansyah (2019, 64-65)
mengatakan bahwa proses pemasaran dimulai dengan adanya produk, penetapan harga,
saluran distribusi, promosi dan pembelian.
Jadi konsep pemasaran bertumpu pada empat pilar yaitu: target pasar, kebutuhan
pelanggan, pemasaran terintegrasi dan profitabilitas. Konsep penjualan mengambil perspektif
dari luar kedalam. Dimulai dengan pabrik, berfokus pada produk yang ada, melakukan
penjualan dan promosi yang gencar untuk menghasilkan penjualan yang menguntungkan.
Konsep pemasaran mengambil perspektif dari luar kedalam. Dimulai dengan pasar yang
terdefinisi dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan kegiatan
yang dapat mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan
(Kotler 2002, 12).
Kewirausahaan sangat erat hubungannya dengan pemasaran, karena pemasaran
merupakan bagian dari kewirausahaan. Kewirausahaan berkaitan dengan pemanfaatan
peluang yang diikuti keberanian untuk mengambil risiko dan membutuhkan tindakan yang
penuh perhitungan dalam melakukan eksekusi terhadap peluang tersebut, dan pengolahan
sumber daya secara kreatif terhadap peluang tersebut, dan pengelolaan sumber daya secara
kreatif dan inovatif untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan pemasaran digital merupakan
ilmu dan seni mengeksplorasi, menciptakan dan memberikan nilai untuk memenuhi
kebutuhan target pasar dengan keuntungan internet . jika dilihat dari target maka
kewirausahaan dan pemasaran digital memiliki hubungan dan kesamaan, yang
membedakannya adalah kewirausahaan lebih fokus pada sikap wirausaha terhadap kegiatan
usaha dan pemasaran digital lebih fokus pada kegiatan usahanya secara digital.
Ketika usaha sudah berjalan maka perlu cara untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha. Untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha maka salah
satu faktor yang diperlukan adalah pemasaran yang handal, karena dalam kewirausahaan
perlu kreatifitas dan inovasi ketika memasarkan suatu produk atau jasa dari usaha. Tanpa
Pemasaran yang matang dan handal maka usaha bisa mengalami kemunduran atau
kegagalan, apalagi di era Industri 4.0 saat ini dan menuju era Society 5.0, semua lini
sudah mulai bertransformasi dari konvensional ke digital dan Internet of Thing (IoT)
(Hendarsyah 2019).
Kapabilitas pemasaran dapat diartikan sebagai proses terintegrasi yang dirancang
untuk menciptakan kumpulan pengetahuan, ketrampilan, dan sumber daya dari perusahaan
bagi usaha yang terkait dengan pasar (Lovelock dan Lauren, 2007). Kapabilitas pemasaran
berupa kemampuan perusahaan dalam melakukan berbagai kegiatan pemasaranyang akan
memberikan keunggulan kompetitif (Competitive advantage) berkelanjutan. Kapabilitas
pemasaran merupakan konsep penilaian atas kinerja proses dalam pemasaran maka
dimensionalisme variabel kapabilitas pemasaran berdasarkan pendekatan bauran pemasaran
yaitu 4P (Product, Price, Place dan Promotion) atau 7P dengan ditambah 3P (People, Proses,
Physic). Kinerja pemasaran adalah suatu ukuran prestasi yang diperoleh dari proses aktivitas
pemasaran secara menyeluruh bagi suatu perusahaan (Best 2009). Ukuran ini menjadi salah
satu indikasi yang menggambarkan maju tidaknya suatu perusahaan. Kinerja pemasaran
merupakan output dari semua usaha dan strategi pemasaran yang telah dijalankan pengusaha.
Menurut Farris, et al. (2006) pengukuran kinerja pemasaran perlu dilakukan karena tujuan
bisnis di samping menciptakan pelanggan, juga mampu mendapatkan keuntungan

Widayati, E., Yunaz, H., Rambe, T., Siregar, B. W., Fauzi, A., & Romli, R. (2019).
Pengembangan kewirausahaan dengan menciptakan wirausaha baru dan mandiri. JMBI
UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan Inovasi Universitas Sam Ratulangi)., 6(2).
Sari, I. P. (2018). Implementasi model addie dan kompetensi kewirausahaan dosen
terhadap motivasi wirausaha mahasiswa. Jurnal ekonomi pendidikan dan
Kewirausahaan, 6(1), 83-94.
Sufiyanto, M. I. (2021). PEMBINAAN DAN PELATIHAN DALAM
PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PROGRAM KEGIATAN WIRAUSAHA MUDA
SUMENEP (WMS) UNTUK MENGEMBANGKAN KEWIRAUSAHAAN: Bahasa
Indonesia. JURNAL EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS, DAN SOSIAL (EMBISS), 1(2), 83-
92.
Permana, A. Y., Rahayu, R. D. S., Akbardin, J., Setiawan, A., Jatnika, D., Rohmat,
R., & Rustandi, W. (2021). Pelatihan technopreneur calon arsitek dalam membangun jiwa
wirausaha. Lentera Karya Edukasi, 1(1), 16-24.
Boer, K. M., Wibowo, S. E., & Arsyad, A. W. (2019). Edukasi pemasaran dan
branding dalam meningkatkan skill kewirausahaan. PLAKAT (Pelayanan Kepada
Masyarakat), 1(1), 38-47.
Lestari, R. B. (2016). Membangun Citra Sebuah Kota Dalam Persaingan Global
Melalui City Branding. Jurnal Ilmiah STIE MDP, 5(2), 68-79.
Hendarsyah, D. (2020). Pemasaran Digital Dalam Kewirausahaan. IQTISHADUNA:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 9(1), 25-43.
Hatta, I. H. (2015). Orientasi Pasar, Orientasi Kewirausahaan, Kapabilitas Pemasaran
dan Kinerja Pemasaran. Jurnal Aplikasi Manajemen, 13(4), 653-661.

Anda mungkin juga menyukai