Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran.Dia dirawat, dilatih, dijaga, dan dididik oleh orang
tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kematangan, sampai kemudian
terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia
semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.Di dalam keonteks
pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri
sebagai subjek dan objek.Sebagai subjek, selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai
objek) untuk perbaikan perilakunya.
Tidak dapat dipungkiri hubungan manusia dengan pendidikan sangatlah
erat, dalam arti luas dari pendidikan yaitu segala situasi hidup yang mempengaruhi 
pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar  yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan-
kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga tidak
hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat yang
kurang baik. Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan.
Karena melalui pendidikanmanusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan
mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.
Seperti dipahami, tujuan pendidikan adalah bersumber dari tujuan hidup
manusia demikian juga nilai menjadi pandangan hidup manusia.Namun dalam hal
ini disisi lain pendidikan menghasilkan kader yang baik dan juga menghasilkan
kader yang kurang baik, namun kesemuanya itu bergantung dari setiap pribadi yang
bersangkutan dan lingkungan dimana kader ini berpijak.
Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia, baik pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua atau
masyarakat terlebih pendidikan tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah.Jadi
kesimpulannya adalah manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya,

1
yaitu potensi intelektual, rasa.karsa, karya dan religi yang bisa dan akan ditumbuh
dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep-konsep manusia?
2. Apa hakikat Manusia ?
3. Apa Konsekuensi Pendidikan Terhadap Manusia?
4. Apa saja konsep-Konsep Pendidikan?
5. Apa saja Asas-Asas Keharusan Atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia?
6. Bagaimanakah Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Dididik dan Dapat
Dididik?
7. Bagaimana Hubungan manusia dan pendidikan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep-konsep manusia
2. Untuk mengetahui hakikat Manusia
3. Untuk mengetahui Konsekuensi Pendidikan Terhadap Manusia
4. Untuk mengetahui konsep-Konsep Pendidikan.
5. Untuk mengetahui Asas-Asas Keharusan Atau Perlunya Pendidikan Bagi
Manusia
6. Untuk mengetahui Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Dididik dan Dapat
Dididik
7. Untuk mengetahui Hubungan manusia dan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep-konsep Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai
makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-
insaan, al-naas, al-abd, bani adam, dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang,
jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa.Al-naas berarti manusia (jama’).Al-
abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam
karena berasal dari keturunan Nabi Adam
Dalam Al-Qur’an, manusia disebut dengan berbagai nama antara lain, al-
basyar, al-insan, bani adam, al-ins, abdillah, dan, khalifatullah.
1. Konsep Al-Basyar
Manusia dalam konsep al-basyar , dipandang dalam pendekatan
biologis, pada hakikatnya tidak berbeda dengan mahluk lain yang terdiri dari
unsur biotik lainnya walaupun strukturnya berbeda. Manusia memerlukan
makanan serta mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai
tingkat kematangan dan kedewasaan selain itu, manusia memerlukan pasangan
hidupuntuk melanjutkan keturunannya.
2. Konsep Al-Insan
Manusia sebagai mahluk psikis mempunyai potensi rohani, seperti
fitrah, kalbu, dan akal.Potensi itu menjadikan manusia sebagai mahluk yang
mempunyai kedudukan tinggi dan berbeda dengan mahluk lainnya. Apabila
manusia tidak menjalankan fungsi psikisnya ia tidak ubahnya seperti binatang
bahkan lebih hina. Selain itu, manusia juga sebagai mahluk yang lalai sehingga
sering lupa akan tugas dan tanggung jawabnya sehingga mengakibatkan
manusia terjerumus dalam penderitaan hidup.

3
3. Konsep Al-Naas
Manusia adalah mahluk sosial, ia diciptakan sebagai mahluk yang
bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita, kemudian
berkembangbiak menjadi suku bangsa untuk saling mengenal. Peranan
manusia dititikberatkan pada upaya untuk menciptakan keharmonisan hidup
bermasyarakat, sedangkan masyarakat dalam ruang lingkup yang paling
sederhana adalah keluaraga, hingga ke ruang lingkup yang lebih luas, yaitu
antarnegara dan bangsa.
4. Konsep Bani Adam
Manusia selaku bani adam dikaitkan dengaan gambaran peran nabi
Adam As. Saat awal diciptakan. Dikala Adam As akan diciptakan, para
malaikat seakan mengkhawatirkan kehadiran mahluk ini. Mereka
memperkirakan dengan penciptaannya, manusia akan jadi biang kerusakan dan
pertumpahan darah. Kemudian terbukti bahwa Adam As. Bersama istrinya siti
Hawa dikeluarkan karena terjebak hasutan setan.
Mengacu dari latar belakang penciptaannya tampak manusia sebagai
mahluk bani adam memiliki peluang untuk digoda setan. Namun, lebih dari itu,
konsep bani adam dalam bentuk menyeluruh menitikberatkan pada upaya
pembinaan hubungan persaudaraan antara sesama manusia. Menyatukan visi
bahwa manusia pada hakikatnya berawal pada nenek moyang yang sama, yaitu
nabi Adam As. Dengan demikian latar belakang sosial, kultural, agama,
bangsa, dan bahasa harus dihargai dan dimuliakan.
5. Konsep Khalifatullah
Manusia sebagai khalifatullah fil ardh menjadi wakil tuhan
dimuka bumi, yang memegang mandat tuhan untuk mewujudkan kemakmuran
dimuka bumi.Tugas kekhalifahan pada dasarnya adalah tugas kebudayaan yang
berciri kreatif agar selalu dapat menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Manusia dianugerahi
kelebihan dan kemampuan dalam hal pengetahuan konseptual(berpikir),
kemampuannya menerima pelajaran tentang nama-nama benda dan
kemampuannya menegaskan nama-nama tersebut. Tujuannya adalah untuk
mencapai kemakmuran kesejahteraan hidup dibumi ini.
B. Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang selalu belajar dan dipelajari .
Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian filsafat,khusnya filsafat
antrofologi.hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal
peraktek melainkan peraktek yang berlandaskan dan bertujuan. Sedangkan landasan
dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Besifat filosofis karena
untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat
mendasar, sistematis dan universal tentang ciri hakiki manusia. Potensi
kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia
memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia
yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang
disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki
sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat manusia
ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan,  Bersifat normatif karena
pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia
tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur,dan hal itu menjadi keharusan. Manusia
juaga merupakan suatu pribadi yang selalu mencari tau tentang apa yang belum
diketahuinya.

C. Konsekuensi Pendidikan Terhadap Manusia


Kosekuensi pendidikan terhadap manusia sangat luas, dapat menghasilkan
pribadi yang baik dan juga tidak baik, oleh sebab itu mengapa kesuksesan seorang
berpendidikan tergantung daari pribadinya sendiri. Salah satu contoh hasil dari
pendidikan manusia yaitu perkembangan Teknologi , Perkembangan teknologi
terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapinya . Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang
demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi
kemajuan peradaban umat manusia. Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita
capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak
kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa
IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Contoh lain
yaitu yang saat ini sedang marak-maraknya sebagian para wakil-wakil kita (DPR)
yang berjalan tidak lagi mengikuti aturan, meskipun mereka tau tindakan mereka
salah. Mereka merupakan kader-kader yang sudah terlahir dari pendidikan yang
sudah tidak sesuai aturan dalam kinerjanya.

D. Konsep-Konsep Pendidikan
Pendidikan adalah humanisasi (upaya memanusiakan manusia), yaitu suatu
upaya dalam rangka membantu manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai
martabat kemanusiaannya. Pendidikan bersifat personalisasi atau individualisasi,
yaitu bertujuan agar manusia menjadi pribadi atau individu yang mantap
Pendidikan dalam arti luas adalah hidup.Pendidikan adalah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup.Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu.Sedangkan dalam arti sempit pendidikan adalah sekolah.Pendidikan adalah
pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal.Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak
dan remajayang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang
sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas
sosial mereka. Dan dalam arti luas terbatas pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/ atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang
Sementara itu Tirtahardja dan La Sulo mengemukakan bahwa pendidikan
mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.Karena sifatnya yang
kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk
mejelaskan arti pendidikan secara lengkap.Adapun batasan-batasan tersebut adalah
sebagai berikut
1. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, yaitu sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Ada tiga
bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya
nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain, yang kurang cocok
diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawinan, dan yang tidak cocok diganti
misalnya pendidikan seks yang dahulu dianggap tabu diganti dengan
pendidikan seks melalui pendidikan formal.
2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, yaitu sebagai suatu kegiatan
yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbukanya kepribadian peserta
didik. Sistematis disebabkan karena proses pendidikan berlangsung melalui
tahap-tahap bersinambungan (prosedural) dan sistemik disebabkan karena
berlangsung dalam semua situasi, di semua lingkungan yang saling mengisi
baik lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat.
3. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara, yaitu sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi warga
negara yang baik sesuai dengan tuntutan bangsa masing-masing. Bagi bangsa
kita hal ini bertujuan agar peserta didik tahu hak dan kewajiban sebagai warga
negara, hal ini sesuai denganUUD 1945 Pasal 27 yang menyatakan bahwa
setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak
ada kecualinya.
4. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja, yaitu sebagai suatu kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar berupa pembentukan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk siap bekerja. Hal ini sejalan
dengan UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
5. GBHNmemberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut:
pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonsia dan
berdasarkan Pancasila serta UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
E. Asas-Asas Keharusan Atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia
1. Manusia sebagai Makhluk yang Belum selesai.
Manusia tidak bisa menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di
dunia bukan juga karena hasil evolusi tanpa Pencipta sebagaimana diyakini
penganut Evolusionisme, melainkan sebagai ciptaan Tuhan. Manusia
bereksistensi di dunia. Artinya, manusia secara aktif “mengadakan” dirinya,
tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagaimana Tuhan menciptakan
manusia, melainkan manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan dirinya,
ia harus bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi apa nantinya.
Berinteraksi berarti merencanakan, berbuat, dan menjadi sehingga dengan
demikian setiap manusia dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaannya.
Dalam kalimat lain dapat dinyatakan bahwa manusia bersifat terbuka, manusia
adalah makhluk yang belum selesai mengadakan” dirinya.
2. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia.
Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, tetapi tidak
secara otomatis menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi dalam berbagai
aspek hakikat manusia. Sebagai individu atau pribadi, manusia bersifat
otonom, ia bebas menentukan pilihannya, tetapi bahwa bebas itu selalu berarti
terikat pada nilai-nilai tertentu yang menjadi pilihannya dan dengan kebesan
itulah seseorang pribadi wajib bertanggung jawab serta akan diminta
pertanggungjawabannya.
Sebab itu, tiada makna lain bahwa berada sebagai manusia adalah
mengemban tugas dan mempunyai tujuan untuk menjadi manusia, atau
bertugas mewujudkan berbagai aspek hakikat manusia. Karl Jaspers
menyatakan dalam kalimat: “ to be a man is to become a man”, ada sebagai
manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan,1973). Implikasinya jika
seseorang tidak selalu berupaya untuk menjadi manusia maka ia tidaklah
berada sebagai manusia.
3. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka.
Manusia dilahirkan ke dunia dengan mengemban suatu keharusan untuk
menjadi manusia, ia diciptakan dengan susunan yang baik dan berbagai
potensial untuk menjadi manusia. Namun demikian, dalam kenyataan
hidupanya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau mengandung
berbagai kemungkinan. Manusia mungkin berkembang menjadi manusia yang
sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya atau sebaliknya mungkin pula ia
berkembang ke arah yang kurang sesuai bahkan tidak sesuai dengan kodrat dan
martabat kemanusiaannya
Anne Rollet mengemukakan bahwa bahwa sampai tahun 1976 para etnolog
telah mencatat kira-kira 60 anak-anak buas di seluruh dunia.Tidak diketahui
bagaimana asalnya anak-anak tersebut hidup dan dipelihara oleh binatang.Ada yang
hidup dengan serigala, kijang, kera.Anak-anak tersebut berperilaku layaknya hewan
tidak berpakaian, agresif untuk menyerang dan menggigit, tidak dapat tertawa, ada
yang tidak dapat berjalan tegak dan tidak berbahasa layaknya manusia.
Jadi kemampuan berjalan dengan dua kaki, kemampuan berbicara,
kemampuan berperilaku lainnya yang lazim dilakukan manusia yang
berkebudayaan, tidak di bawa manusia sejak kelahirannya.
Demikian halnya dengan kesadaran akan tujuan hidupnya, kemampuan
hidup sesuai individualitas, sosialitasnya, tidak di bawa manusia sejak
kelahirannya, melainkan harus diperoleh manusia melalui belajar, melalui bantuan
berupa pengajaran, bimbingan, latihan, dan kegiatan lainnya yang dapat dirangkum
dalam istilah pendidikan.“ Man can become man through education only”,
demikian pernyataan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya.

F. Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Dididik dan Dapat Dididik


Manusia perlu dididik, implikasinya setiap orang harus melaksanakan
pendidikan dan mendidik diri. Permasalahannya : apakah manusia mungkin atau
dapat dididik?
Atas dasar studi fenomenologis yang dilakukan, M.J. Lengeveld (1980)
mengatakan bahwa “ manusia itu sebagai animal educandum, dan ia memang
adalah animal educabile”.
Ada 5 asas antropologis yang mendasari kesimpulan bahwa manusia
mungkin dididik atau dapat dididik yaitu :
1. Asas Potensialitas
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan berbagai potensi yang ada
pada manusia yang memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, tetapi
untuk itu memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya, dalam aspek
kesusilaan, manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengn norma-norma
moral dan nilai-nilai moral yang diakui. Ini adalah salah satu tujuan pendidikan
atau sosok manusia pendidikan atau sosok manusia ideal berkenaan dengan
dimensi moralitas.
Apakah manusia dapat atau mungkin dididik untuk mencapai tujuan
tersebut? Jawabannya adalah dapat atau mungkin, sebab sebagaimana telah
dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa manusia memiliki potensi untuk
berbuat baik. Demikian pula dengan potensi-potensi lainnya. Berdasarkan hal
itu maka dapat disimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik karena ia
memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia.
2. Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologi maupun spiritualnya. Ia
selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah
ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar
menjadi manusia ideal, baik dalam rangka interaksi atau komunikasinya secara
horizontal (manusia-manusia) maupun vertical atau transendental (manusia-
Tuhan).
Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka
membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain
manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjad manusia
ideal. Karena itu, dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia akan
dapat dididik.
3. Asas Individualitas
Individu antara lain memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda
dari yang lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai
keinginan dirinya sendiri. Sekalipun ia bergaul dengan sesamanya ia tetap
adalah dirinya sendiri. Sebagai individu ia tidak pasif, melainkan bebas dan
aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya.
Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka
mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya. Pendidikan bukan untuk
membentuk manusia sebagaimana kehendak pendidik dengan mengabaikan
dimensi individualitas manusia (peserta didik). Di pihak lain manusia sesuai
dengan individualitasnya berupaya untuk mewujudkan dirinya. Karena itu,
individualitas manusia mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat didik.
4. Asas Sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersamadengan sesamanya, ia
butuh bergaul dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya
ini akan terjadi hubungan pengaruh timbale balik. Setiap individu akan
menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Kenyataan ini memberikan
kemungkinan bagi manusia untuk dapat dididik. Sebab, upaya bantuan atau
pengaruh pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi atau komunikasi
antarsesama manusia; dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau
pengaruh pendidikan juga melalui interaksi atau komunikasi dengan
sesamanya.
5. Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak
baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar
kebebasan dan tanggung jawabnya (aspek moralitas).
Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan
berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan untuk mewujudkan
manusia ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai dan
norma tertentu yang bersumber dari agama maupun budaya yang diakui.
Pendidikan bersifat normative dan manusia memiliki dimensi moralitas karena
itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat dididik.
Atas dasar berbagai asas diatas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan.
Jika berbagai asumsi tersebut diingkari, kita harus sampai pada kesimpulan
bahwa manusia tidak perlu dididik, tidak akan dapat dididik karena itu kita tak
perlu melaksanakan pendidikan.
G. Hubungan manusia dan pendidikan
Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan
suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain
dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan
pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai
ikatan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir
bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan
hidupnya.
Manusia disebut juga “ Homo Sapiens ” yang artinya sebagai makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia
adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang
belum diketahuinya.Berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
menjadi bisa.Dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang bermanfaat
untuk manusia itu sendiri.
Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk
mencapai sesuatu dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam
bermasyarakat.Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan-kemampuan, tetapi
juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan.Manusia tidak hanya memiliki sifat-
sifat yang baik namun juga mempunyai sifat-sifat yang kurang baik.
Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk
mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik.Setiap manusia itu
membutuhkan pendidikan.Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai
kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan
dirinya sendiri.Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat
diarahkan kepada yang lebih baik.Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku
manusia dapat didekati dan di analisis secara murni.Kemampuan seperti itulah yang
tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang
melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun
bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia.
Dalam ajaran Agama Islam memandang bahwa manusia sebagai tubuh, akal
dan hati nurani. Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu tidak lain adalah
bertuhan dan cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan
serta bebas memilih dan berkreasi. Kemampuan kreatif manusia pun berkembang
secara bertahap sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang
kerativitas seperti pendengaran, pengelihatan serta pola piker manusia tersebut.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 BAB I, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk Allah yang sangat mulia, karena ia telah
dilengkapi sejak awal penciptaannya dengan akal pikiran, sehingga atas dasar ini
pula, ia sanggup memikul amanah Tuhan sebagai khalifah fi al-Ardl. Di samping
itu, manusia dilengkapi dengan fitrah yang selalu cenderung kepada kebenaran.
Artinya bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa cenderung untuk
mengetahui siapa Tuhannya, di samping juga terdapat kecenderungan untuk
beragama
Hakikat manusia adalah segala sesutu yang mendasar dari manusia
yaitusebagai makhluk ciptaan Allah yang sangat mulia dan paling sempurna di
alam dunia serta memiliki ciri-ciri karakteristik yang membedakannya dengan
makhluk lain di alam dunia. Manusia adalah makhluk yang mampu berpikir,
makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk
yang mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan.
Antara manusia dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Manusia adalah objek dari pendidikan, dan pendidikan yang dilakukan adalah
untuk manusia. Belajar tentang hakikat manusia akan menyempurnakan pendidikan
dan belajar tentang hakikat pendidikan akan menyempurnakan manusia.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya banyak kesalahan baik dari segi
kata-kata maupun bahasa serta kurang lengkapnya materi dalam makalah ini. Untuk
itu kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun sangat kami
perlukan demi kesempurnaan tugas selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, Dinn. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.


Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mahmud, dkk,2015.Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya. Bandung: Remaja
Rosdakarya,
http://chaesarusman.blogspot.com/2014/12/contoh-makalah-manusia-dan-
pendidikan.html
https://theofani19.wordpress.com/2012/04/10/manusia-dan-pendidikan/
http://wardconanstory.blogspot.com/2016/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x_40.html

15

Anda mungkin juga menyukai