Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

HAKIKAT MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

DOSEN PENGAMPU: DR. GAWDY PRANANOSA.M.Pd

Disusun Oleh Kelempok 1:

Bella Permatasari (203320008)

Indri Maya Sari (203220002)

Meyliana (203220039)

Satrio Pemungkas (203220026)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang Hakikat Manusia dan Perkembangannya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
sehingga dapat mempelancar pembuatan penyelesaian makalah ini. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya yg ada tidak baku. Oleh
karena itu dengan segala kekurangannya ini kami terima semua kritik dan
sarannya supaya bisa memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang Hakikat Manusia
dan Perkembangannya dapat memberikan manfaat dan motivasi terhadap
pembaca.

Lubuklinggau, 24 September 2022

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk
menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil
berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan
terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di sebut sifat hakikat
manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut
hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena
itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada
seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak
bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia
tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud
sifat hakikat manusia, dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan,
dan dinamikanya, pengembangan dimensi hakikat manusia dan sosok
manusia seutuhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud hakikat manusia?
2. Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?
3. Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?

C. Tujuan
1. Untuk memahami tetang sifat hakikat manusia
2. Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia
3. Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Ibarat biji mangga dan bukannya menjadi pohon jambu.

Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat, jika
pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.

Pemahaman pendidik terhadap sikap hakikat manusia akan membentuk


peta tentang karateristik manusia. Peta ini akan menjadi landasan serta memberi
acuan bagi pendidik dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik, serta
memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan
komunikasi transaksional didalam interaksi edukatif. Gambaran yang benar dan
jelas ialah tentang manusia itu perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya
pengembangan sains dan teknologi yang pesat. Oleh karena itu, adalah sangat
strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada bagian
pertama dari seluruh pengkajian tentang pendidikan.

Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari


kumpulan terpadu (intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Di
sebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimilki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan.

A. Pengertian dan Sifat Hakikat Manusia


Sebelum kita mengetahui sifat hakikat manusia, terlebih dahulu kita harus
mengetahui apa sebenarnya arti kata manusia. Kata manusia berasal dari bahasa
sansekerta”manu”, dan dalam bahasa latin “mens” yang artinya berfikir, berakal
budi atau homo, yang berarti manusia.

Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat


antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal

2
praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan
dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative.

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara


prinsip (jadi bukan hanya gradual) membedakan manus ia dari hewan . Meskipun
antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi
biologinya.

Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru,


mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud
sifat hakikat manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat
manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham
eksistensi dengan maksud menjadi masukan membenahi konsep pendidikan.

Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang
dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan
dalam membenahi konsep pendidikan , Prof. Dr. Umar Tirtaraharja dkk ,
menyatakan :

a) Kemampuan Menyadari Diri.

Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka


manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan
orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Yang lebih istimewa lagi manusia
dikaruniai kemampuan membuat jarak diri dengan dirinya sendiri, sehingga
manusia dapat melihat kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada dirinya.

b) Kemampuan Bereksistensi.

Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri


dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang
membelenggu dirinya. Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan

3
waktu. Dengan demikian manusia dapat menembus ke sana hingga ke masa
depan.

Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik


diajar agar belajar dari pengalamannya, mengatasi keadaan dan peristiwa, belajar
melihat prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi
kreatifnya sejak masa kanak-kanak.

c) Kata Hati

Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara
hati, pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan
tentang yang baik atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai
manusia. Untuk melihat alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh
kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam
kata hatinya. Tujuannya agar orang memiliki keberanian berbuat yang didasari
oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta membedakan mana
yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia.

d) Moral

Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai


perbuatan maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan
kata hati masih ada jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata
hati yang tajam belum tentu moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut
harus ada aspek kemauan untuk berbuat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan
kata hati yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang
tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral yang buruk atau rendahnya
kebaikan.

e) Kemampuan Menghayati Kabahagiaan

4
Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan,
kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan
penderitaan. Proses dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit)
menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha,
hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.

B. Dimensi Hakikat Manusia


Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini
sifat hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi
lain. Ada empat macam dimensi yang akan di jelaskan, yaitu:

1. Dimensi Keindiviualan

Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang


merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya
individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang
memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan
yang berbeda.

Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang


sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat
sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu
ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab
tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat
berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak
akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian
yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu
peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya
sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk
mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana
dimaksud.

2. Dimensi Kesosialan

5
Setiap anak dikaruniai kemungkinan bisa bergaul. Artinya, setiap orang
dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk
saling memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia
tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk
bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan
sesamanya.

Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi


sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat
yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam
saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati
kemanusiaanya.

3. Dimensi Kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih
tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya
berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung
kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa
ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda
yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).
Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket, persoaalan kesusilaan selalu
berhubungan erat dengan nilai-nilai

4. Dimensi keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan


kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang.

Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan


bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati
agama melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata

6
pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-
segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup
di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa perlu mendapat perhatian.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun
pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa
terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan
dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:

1. Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia


ditentukan oleh dua factor, yaitu kulaitas dimensi hakikat manusia itu
sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk
memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai


segi yaitu, wujud dan arahnya.

2. Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan


terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat
manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan
didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain
afektif didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun
domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian
pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian
yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan
pengembangan yang patologis.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia
dengan segnap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia tidak terdapat pada
hewan.

Cirri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan


dari dunia manusia. Adanya hakikat tersebut membrikan tempat kedudukan pada
manusia sedimikian rupa sehingga derajat lebih tinggi dari pada hewan dan
sekaligus menguasai hewan.salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya
kemampuan menghayati kabahagian pada manusia semua sifat hakikat manusia
dapat dan harus ditumbuhkan kembangkan melalui pendidikan. Berkat pendidikan
maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan dan pembuatan tentang hakikat manusia dan
pengembangannya, diharapkan pembaca bisa dapat memahami materi yang kami
sudah bahas, mohon maaf jika ada beberapa kalimat yang tidak baku, materi yang
kurang lengkap, hingga kesalahan dimakalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://macrobio student ummy solok_makalah pengantar pendidikan“hakikat


manusia dan pengembangannya”.html

http://Konsep manusia seutuhnya.html

Pengantar pendidikan,Prof.DR.Umar tirtarahardja dan Drs.s.L.La Sulo

http://Hakikat Manusia dan Perkembangannya Afid Burhanuddin.html

http://nursekhamaulida makalah pendidikan manusia seutuhnya.htm

http://pengantar pendidikan ringkasan materi _ suharnisihombing.htm

Tirtarahardja, umar.1990.pengantar pendidikan.jakarta.rineka cipta.

9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................1
C. Tujuan.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sifat Hakikat Manusia.......................2
B. Dimensi Hakikat Manusia..........................................5
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................8
B. Saran..........................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

ii

Anda mungkin juga menyukai