(TUGAS 2)
HAKIKAT MANUSIA DAN HAKIKAT PENDIDIKAN
(Kontra)
OLEH:
ERNITA SUSANTI
15175009
Hari/Tanggal : Selasa / 27 September 2016
Waktu : 09.40 11.30 (PPS A 2015)
DOSEN:
Prof. Dr. FESTIYED, MS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul Hakikat
Manusia dan Hakikat Pendidikan.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.
Latar Belakang.............................................................................................
B.
Rumusan Masalah........................................................................................
C.
Tujuan...........................................................................................................
D.
Manfaat.........................................................................................................
Hakikat Manusia...........................................................................................
B.
Hakikat Pendidikan....................................................................................
B.
BAB IV PENUTUP..............................................................................................20
A.
Kesimpulan.................................................................................................
B.
Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan manusia secara
penuh, dilakukan oleh manusia, antar manusia, dan untuk manusia. Dengan
demikian berbicara tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan
tentang manusia. Banyak pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh
para ahli pendidikan pada umumya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau
diselengarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah
yang positif.
Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi
karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi
seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya
hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan
hakikatnya. Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat
dalam dunia pendidikan sepatutnya merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya
BAB II
KAJIAN TEORI
A Hakikat Manusia
1. Menurut Pandangan Indonesia
Menurut kaum eksistensialis (dalam Tirta Raharja dan La Sulo, 1985: 411) wujud sifat hakekat manusia melputi:
a. Kemampuan menyadari diri
Kemampuan menyadari diri yakni bahwa manusia itu berbeda dengan
makhluk lain, karena manusia mampu mengambil jarak dengan obyeknya
termasuk mengambil jarak terhadap dirinya sendiri. Dia bisa mengambil jarak
terhadap obyek di luar maupun ke dalam diri sendiri. Pengambilan jarak terhadap
obyek di luar memungkinkan manusia menegmbangkan aspek sosialnya.
Sedangkan pengambilan jarak terhadap diri sendiri, memungkinkaan manusia
mengembangkan aspek individualnya.
b. Kemampuan bereksistensi
Kemampuan bereksistensi dengan kemampuan mengambil jarak dengan
obyekya, berarti manusia mampu menembus atau menerobos dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan hanya
dalam kaitannya dengan soal ruang melainkan juga soal waktu. Manusia tidak
terbelenggu oleh ruang (di ruang ini atau di sini), dia juga tidak terbelenggu oleh
waktu (waktu ini atau sekarang ini), tetapi mampu menembus ke masa depan atau
ke masa lampau. Kemampuan menempatkan diri dan menembus inilah yang
disebut kemampuan bereksistensi. Justru karena
dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Manusia memiliki pengertian
yang menyertai tentang apa yang akan , yang sedang dan yang telah dibuatnya,
bahkan mengerti pula akibat keputusannya baik atau buruk bagi manusia sebagai
manusia.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab. Wujud tanggung jawab bermacam-macam. Ada
tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat dan kepada Tuhan.
Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati,
misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada
masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial, yang berarti siap
menanggung sangsi sosial manakala tanggung jawab social itu tidak dilaksanakan.
Tanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutannorma-norma agama,
seperti siap menanggung perasaan berdosa, terkutuk dsb.
e. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia untuk tidak
terikat oleh sesuatu, selain terikat (sesuai) dengan tuntutan kodrat manusia.
Manusia bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan (sesuai) dengan tuntutan
kodratnya sebagai manusia. Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan
batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai
segenap perbuatannya.
f. Kewajiban dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai
manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Keduanya tidak bisa dilepaskan
satu sama lain, karena yang satu mengandaikan yang lain. Hak tak ada tanpa
kewajiban, dan sebaliknya. Dalam kenyataan sehari-hari, hak sering diasosiasikan
dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban sering diasosiasikan
dengan beban. Ternyata, kewajiban itu suatu keniscayaan, artinya, selama
seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka
wajib itu menjadi suatu keniscayaan, karena jika mengelaknya berarti dia
mengingkari kemanusiaannya sebagai makhluk social.
g. Kemampuan menghayati kebahagiaan
10
10
11
Artinya: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah Aku.(QS51:56).
Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat,
patuh dan mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan
ridha Allah.
b. Manusia Sebagai al- Nas
Manusia, di dalam al- Quran juga disebut dengan al- nas. Konsep al- nas
ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan
masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk
sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan
berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa:
yang
banyak.
Dan
bertakwalah
kepada
Allah
dengan
(mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS:4:1).
Selanjutnya dalam surah al- Hujurat dijelaskan:
Artinya: Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorng lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling
11
12
mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS: 49:13).
c. Manusia Sebagai khalifah Allah
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surah alBaqarah ayat 30:
13
kemanusiaan.
Konsep
ini
menitikbertakan
pembinaan
hubungan
13
14
Artinya: Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian
rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih. (QS: 11:9).
f. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia
terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar
(ragawi). Dengan kata lain manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum
terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan
untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam al- Quran surah alMuminn dijelaskan:
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati
tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.(QS:23: 12-14).
B Hakikat Pendidikan
1. Menurut Pandangan Indonesia
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu
masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena
14
15
itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah,
mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah
kepribadian sang anak.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia
tidak sekadar hak moral melainkan juga hak konstitusional. Ini sesuai dengan
ketentuan UUD 1945 (pascaperubahan), khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang
menyatakan, Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Kemudian Pasal 31
ayat (1) menyatakan Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hakhak dasar itu adalah akibat logis dari dasar negara Pancasila yang dianut oleh
bangsa Indonesia.
15
16
mencakup
pengembangan
ranah
sikap,
pengetahuan,
dan
a. Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan
b. Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang oleh
karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat prikehidupan
sendiri-sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya semua usaha dan
daya upaya untuk mencapai hidup tertib damai.
c. Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha dan
daya upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh zaman dan
tempat.; oleh karena itu tidak tetap senantiasa berubah.
16
17
d. Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita
mempelajari zaman yang telah lalu
e. Pengaruh baru diperoleh karena bercampurnya bangsa yang satu dengan yang
lain,percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya
hubungan modern.Haruslah waspada dalam memilih mana yang baik untuk
menambah kemuliaan hidup kita dan mana yang akan merugikan. Itulah
diantara pikiran- pikiran beliau yang sangat sarat dengan nilai.
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilainilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.Maka hakikat pendidikan
dapat dirumuskan sebagi berikut :
a. Pendidikan
merupakan
proses
interaksi
manusiawi
yang
ditandai
17
18
b. Education
1.
2.
3.
4.
b. Tinjauan Terminologis
1) Prof. Lodge dalam buku Philosophy of Education
The word education is used, sometimes in a wider, sometimes in a
narrower, sense. In the wider sense, all experienceis said to the educative and life
is education and education is life. Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai
dalam pengertian yang luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas
pendidikan adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah
pendidikan atau pendidikan adalah hidup. In the narrower sense education is
restricted to that function of the community which consists in passing in its
traditions its background and its outlook to the members of the rising generation.
Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada fungsi
tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi)
dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga
masyarakat generasi berikutnya.
2) Menurut Brubacher dalam bukunya Modern Philosophies of Education:
Education should be thought of as the process of mans reciprocal
adjusment to nature to his follows and to the ultimates nature of the cosmos.
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta.
Education is the organized development and equipment of all the power of human
being, moral, intellectual, and physical, by and for their individual and social
uses, directed to word the union of these activities with their creator as their final
18
19
knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang
semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Menurut pandangan
Freire Paulo (1985) pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat
tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk
mendidik diri sendiri.
3. Menurut Pandangan Islam
Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang diambil dari Rabba
yang bermakna memelihara, mengurus, merawat, mendidik. Dalam literaturliteratur berbahasa Arab kata Tarbiyah mempunyai bermacam macam definisi
yang intinya sama mengacu pada proses pengembangan potensi yang
dianugrahkan pada manusia. Definisi-definisi itu antara lain sebagai berikut:
a. Tarbiyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa
yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga anak didik bisa dewasa dan
mandiri untuk hidup di tengah masyarakat. (Ath-Thabari, 1988: 67)
b. Tarbiyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang,
kelembutan hati, perhatian bijak dan menyenangkan; tidak membosankan.( AlMaraghi, Juz V, 1871: 34)
c. Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan
dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.
d. Tarbiyah adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan
metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Fathul Bari Jilid I; 162 )
e. Tarbiyah adalah kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan,
penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan,
penyempurnaan dan perasaan memiliki terhadap anak didik. (Al-Maraghi jilid
III: 79).
19
20
20
21
BAB III
PEMBAHASAN
A Analisis Hakikat Manusia
21
22
Pandangan Indonesia
Wujud sifat hakekat
manusia melputi:
1. Kemampuan
menyadari diri bahwa
manusia berbeda
dengan makhluk lain
karena mampu
mengambil jarak
dengan obyeknya
2. Dengan kemampuan
mengambil jarak
dengan obyekya,
manusia mampu
menembus atau
menerobos dan
mengatasi batas-batas
yang membelenggu
dirinya
3. Manusia memiliki
kemampuan membuat
keputusan tentang
yang baik dan yang
buruk dengan
menggunakan kata hati
mereka
4. Memiliki tanggung
jawab untuk
menanggung akibat
dari perbuatan yang
mereka lakukan
5. Memiliki kebebasan
untuk tidak terikat oleh
sesuatu, selain terikat
(sesuai) dengan
tuntutan kodrat
manusia
6. Kewajiban dan hak
adalah dua macam
gejala yang timbul
sebagai manifestasi
dari manusia sebagai
makhluk sosial
7. Kemampuan
menghayati
kebahagiaan
Simpulan:
Pandangan Barat
Socrates, menyebut
manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang
bermasyarakat, dan Max
Scheller menyebutnya
sebagai Das Kranke Tier
atau hewan yang sakit
yang selalu bermasalah
dan gelisah.
Beberapa rumusan atau
definisi lain tentang
manusia adalah sebagai
berikut:
1. Homo sapiens atau
makhluk yang
mempunyai budi.
2. Homo faber atau Tool
making animal yaitu
binatang yang pandai
membuat bentuk
peralatan dari bahan
alam untuk kebutuhan
hidupnya.
3. Homo economicus atau
makhluk ekonomi.
4. Homo religious yaitu
makhluk beragama.
5. Homo laquen atau
makhluk yang pandai
menciptakan bahasa
dan menjelmakan
pikiran dan perasaan
manusia dalam katakata yang tersusun
Beberapa pandangan
mengenai hakikat
manusia.
a. Pandangan
Psikoanalitik,
b. Pandangan
c. Pandangan mekanistik
d. Pandangan organismik
e. Pandangan kontekstual
Pandangan Islam
Munir Mursyi (1986: 16)
seorang ahli pendidikan
Mesir mengatakan bahwa
pendapat tentang manusia
sebagai animal rationale
atau al-Insan Hayawan alNatiq bersumber dari
filsafat Yunani dan bukan
dari ajaran Islam. Jadi
pada hakikatnya manusia
tidak pernah berasal dari
hewan manapun, tetapi
makhluk sempurna ciptaan
Allah dengan berbagai
potensinya.
Beberapa dimensi manusia
dalam pandangan Islam,
yaitu:
1. Manusia Sebagai
Hamba Allah (Abd
Allah)
2. Manusia Sebagai alNas
3. Manusia Sebagai
khalifah Allah
4. Manusia Sebagai Bani
Adam
5. Manusia Sebagai alInsan
6. Manusia Sebagai
Makhluk Biologis (alBasyar)
22
23
Pandangan Indonesia
Wujud sifat hakekat
manusia melputi:
1. Kemampuan
menyadari diri bahwa
manusia berbeda
dengan makhluk lain
karena mampu
mengambil jarak
dengan obyeknya
2. Dengan kemampuan
mengambil jarak
dengan obyekya,
manusia mampu
menembus atau
menerobos dan
mengatasi batas-batas
yang membelenggu
dirinya
3. Manusia memiliki
kemampuan membuat
keputusan tentang
yang baik dan yang
buruk dengan
menggunakan kata hati
mereka
4. Memiliki tanggung
jawab untuk
menanggung akibat
dari perbuatan yang
mereka lakukan
5. Memiliki kebebasan
untuk tidak terikat oleh
sesuatu, selain terikat
(sesuai) dengan
tuntutan kodrat
manusia
6. Kewajiban dan hak
adalah dua macam
gejala yang timbul
sebagai manifestasi
dari manusia sebagai
makhluk sosial
7. Kemampuan
menghayati
kebahagiaan
Kontra
Pandangan Barat
Socrates, menyebut
manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang
bermasyarakat, dan Max
Scheller menyebutnya
sebagai Das Kranke Tier
atau hewan yang sakit
yang selalu bermasalah
dan gelisah.
Beberapa rumusan atau
definisi lain tentang
manusia adalah sebagai
berikut:
1. Homo sapiens atau
makhluk yang
mempunyai budi.
2. Homo faber atau Tool
making animal yaitu
binatang yang pandai
membuat bentuk
peralatan dari bahan
alam untuk kebutuhan
hidupnya.
3. Homo economicus atau
makhluk ekonomi.
4. Homo religious yaitu
makhluk beragama.
5. Homo laquen atau
makhluk yang pandai
menciptakan bahasa
dan menjelmakan
pikiran dan perasaan
manusia dalam katakata yang tersusun
Beberapa pandangan
mengenai hakikat
manusia.
a. Pandangan
Psikoanalitik,
b. Pandangan
c. Pandangan mekanistik
d. Pandangan organismik
e. Pandangan kontekstual
Pandangan Islam
Munir Mursyi (1986: 16)
seorang ahli pendidikan
Mesir mengatakan bahwa
pendapat tentang manusia
sebagai animal rationale
atau al-Insan Hayawan alNatiq bersumber dari
filsafat Yunani dan bukan
dari ajaran Islam. Jadi
pada hakikatnya manusia
tidak pernah berasal dari
hewan manapun, tetapi
makhluk sempurna ciptaan
Allah dengan berbagai
potensinya.
Beberapa dimensi manusia
dalam pandangan Islam,
yaitu:
1. Manusia Sebagai
Hamba Allah (Abd
Allah)
2. Manusia Sebagai alNas
3. Manusia Sebagai
khalifah Allah
4. Manusia Sebagai Bani
Adam
5. Manusia Sebagai alInsan
6. Manusia Sebagai
Makhluk Biologis (alBasyar)
23
24
Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
Pandangan Islam
Wujud sifat hakekat
Socrates, menyebut
Munir Mursyi (1986: 16)
manusia melputi:
manusia sebagai Zoon
seorang ahli pendidikan
1. Kemampuan
politicon atau hewan yang Mesir mengatakan bahwa
menyadari diri bahwa
bermasyarakat, dan Max
pendapat tentang manusia
manusia berbeda
Scheller menyebutnya
sebagai animal rationale
dengan makhluk lain
sebagai Das Kranke Tier
atau al-Insan Hayawan alkarena mampu
atau hewan yang sakit
Natiq bersumber dari
mengambil jarak
yang selalu bermasalah
filsafat Yunani dan bukan
dengan obyeknya
dan gelisah.
dari ajaran Islam. Jadi
2. Dengan kemampuan
Beberapa rumusan atau
pada hakikatnya manusia
mengambil jarak
definisi lain tentang
tidak pernah berasal dari
dengan obyekya,
manusia adalah sebagai
hewan manapun, tetapi
manusia mampu
berikut:
makhluk sempurna ciptaan
menembus atau
1. Homo sapiens atau
Allah dengan berbagai
menerobos dan
makhluk yang
potensinya.
mengatasi batas-batas
mempunyai budi.
Beberapa dimensi manusia
yang membelenggu
2. Homo faber atau Tool
dalam pandangan Islam,
dirinya
making animal yaitu
yaitu:
3. Manusia memiliki
binatang yang pandai
1. Manusia Sebagai
kemampuan membuat
membuat bentuk
Hamba Allah (Abd
keputusan tentang
peralatan dari bahan
Allah)
yang baik dan yang
alam untuk kebutuhan
2. Manusia Sebagai alburuk dengan
hidupnya.
Nas
menggunakan kata hati 3. Homo economicus atau 3. Manusia Sebagai
mereka
makhluk ekonomi.
khalifah Allah
4. Memiliki tanggung
4. Homo religious yaitu
4. Manusia Sebagai Bani
jawab untuk
makhluk beragama.
Adam
menanggung akibat
5. Homo laquen atau
5. Manusia Sebagai aldari perbuatan yang
makhluk yang pandai
Insan
mereka lakukan
menciptakan bahasa
6. Manusia Sebagai
5. Memiliki kebebasan
dan menjelmakan
Makhluk Biologis (aluntuk tidak terikat oleh
pikiran dan perasaan
Basyar)
sesuatu, selain terikat
manusia dalam kata(sesuai) dengan
kata yang tersusun
tuntutan kodrat
Beberapa pandangan
manusia
mengenai hakikat
6. Kewajiban dan hak
manusia.
adalah dua macam
a. Pandangan
gejala yang timbul
Psikoanalitik,
sebagai manifestasi
b. Pandangan
dari manusia sebagai
c. Pandangan mekanistik
makhluk sosial
d. Pandangan organismik
7. Kemampuan
e. Pandangan kontekstual
menghayati
kebahagiaan
Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
24
25
Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
Pandangan Islam
Wujud sifat hakekat
Socrates, menyebut
Munir Mursyi (1986: 16)
manusia melputi:
manusia sebagai Zoon
seorang ahli pendidikan
1. Kemampuan
politicon atau hewan yang Mesir mengatakan bahwa
menyadari diri bahwa
bermasyarakat, dan Max
pendapat tentang manusia
manusia berbeda
Scheller menyebutnya
sebagai animal rationale
dengan makhluk lain
sebagai Das Kranke Tier
atau al-Insan Hayawan alkarena mampu
atau hewan yang sakit
Natiq bersumber dari
mengambil jarak
yang selalu bermasalah
filsafat Yunani dan bukan
dengan obyeknya
dan gelisah.
dari ajaran Islam. Jadi
2. Dengan kemampuan
Beberapa rumusan atau
pada hakikatnya manusia
mengambil jarak
definisi lain tentang
tidak pernah berasal dari
dengan obyekya,
manusia adalah sebagai
hewan manapun, tetapi
manusia mampu
berikut:
makhluk sempurna ciptaan
menembus atau
1. Homo sapiens atau
Allah dengan berbagai
menerobos dan
makhluk yang
potensinya.
mengatasi batas-batas
mempunyai budi.
Beberapa dimensi manusia
yang membelenggu
2. Homo faber atau Tool
dalam pandangan Islam,
dirinya
making animal yaitu
yaitu:
3. Manusia memiliki
binatang yang pandai
1. Manusia Sebagai
kemampuan membuat
membuat bentuk
Hamba Allah (Abd
keputusan tentang
peralatan dari bahan
Allah)
yang baik dan yang
alam untuk kebutuhan
2. Manusia Sebagai alburuk dengan
hidupnya.
Nas
menggunakan kata hati 3. Homo economicus atau 3. Manusia Sebagai
mereka
makhluk ekonomi.
khalifah Allah
4. Memiliki tanggung
4. Homo religious yaitu
4. Manusia Sebagai Bani
jawab untuk
makhluk beragama.
Adam
menanggung akibat
5. Homo laquen atau
5. Manusia Sebagai aldari perbuatan yang
makhluk yang pandai
Insan
mereka lakukan
menciptakan bahasa
6. Manusia Sebagai
5. Memiliki kebebasan
dan menjelmakan
Makhluk Biologis (aluntuk tidak terikat oleh
pikiran dan perasaan
Basyar)
sesuatu, selain terikat
manusia dalam kata(sesuai) dengan
kata yang tersusun
tuntutan kodrat
Beberapa pandangan
manusia
mengenai hakikat
6. Kewajiban dan hak
manusia.
adalah dua macam
a. Pandangan
gejala yang timbul
Psikoanalitik,
sebagai manifestasi
b. Pandangan
dari manusia sebagai
c. Pandangan mekanistik
makhluk sosial
d. Pandangan organismik
7. Kemampuan
e. Pandangan kontekstual
menghayati
kebahagiaan
Penulis kontra dengan hakikat manusia
Dalam pandangan mekanistik makhluk
25
26
26
27
mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah
mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran
dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil)
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai,
motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Kontra
Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
Selain meningkatkan kualitas kehidupan Hakikat pendidikan tidak hanya
pribadi dan masyarakat pendidikan juga kemampuan untuk mendidik diri sendiri
dapat meningkatkan kualitas kehidupan tetapi juga perkembangan dari semua
bangsa dan negara. Selain itu
potensi yang dimiliki manusia, baik
pendidikan tidak hanya merupakan kiat- potensi manusiawi, moral, intelektual dan
kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip
jasmani oleh dan untuk kepribadian
ilmu saja, tetapi pendidikan juga
individunya serta kegunaan masyarakatnya
merupakan proses pembentukan
yang diarahkan demi menghimpun semua
karakter yaitu upaya untuk memajukan
aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya dan
budi pekerti, pikiran serta jasmani
kemampuannya untuk menyesuaikan diri
seseorang agar dapat memajukan
dengan alam, teman dan alam semesta.
kesempurnaan hidup yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada
hakikatnya manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain seperti hewan
ditinjau dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemampuan
manusia dalam mengembangkan potensinya. Sedangkan
hakikat pendidikan
berhubungan erat. Manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang tak
terpisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikannya manusia
27
28
28