Anda di halaman 1dari 28

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

(TUGAS 2)
HAKIKAT MANUSIA DAN HAKIKAT PENDIDIKAN
(Kontra)

OLEH:
ERNITA SUSANTI
15175009
Hari/Tanggal : Selasa / 27 September 2016
Waktu : 09.40 11.30 (PPS A 2015)
DOSEN:
Prof. Dr. FESTIYED, MS

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul Hakikat
Manusia dan Hakikat Pendidikan.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, September 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.

Latar Belakang.............................................................................................

B.

Rumusan Masalah........................................................................................

C.

Tujuan...........................................................................................................

D.

Manfaat.........................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................3


A.

Hakikat Manusia...........................................................................................

B.

Hakikat Pendidikan....................................................................................

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................19


A.

Analisis Hakikat Manusia..........................................................................

B.

Analisis Hakikat Pendidikan......................................................................

BAB IV PENUTUP..............................................................................................20
A.

Kesimpulan.................................................................................................

B.

Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan manusia secara
penuh, dilakukan oleh manusia, antar manusia, dan untuk manusia. Dengan
demikian berbicara tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan
tentang manusia. Banyak pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh
para ahli pendidikan pada umumya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau
diselengarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah
yang positif.
Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi
karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi
seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya
hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan
hakikatnya. Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat
dalam dunia pendidikan sepatutnya merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya

Melalui pendidikan, manusia diharapkan mampu meningkatkan dan


mengembangkan seluruh potensi pemberian Tuhan kepadanya sehingga menjadi
manusia yang lebih baik, lebih berbudaya, dan lebih manusiawi. Kegiatan
pendidikan yang dilaksanakan harus terarah, sehingga hasilnya berupa
pengembangan potensi manusia, yang nantinya dapat berdaya guna dan berhasil
guna dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan itu
diperlukan pemahaman yang tepat, utuh, dan komprehensif tentang hakikat
manusia. Berbicara tentang hakikat manusia, akan mengarahkan kita kepada
pertanyaan penting dan mendasar tentang manusia, yaitu apakah manusia itu?
Makalah ini mencoba menjelaskan hakikat manusia dan hakikat
pendidikan. Makalah ini akan memberikan gambaran perbedaan makna hakikat
manusia dan hakikat pendidikan dengan menampilkan pendapat-pendapat para
pakar pendidikan baik dari literatur barat maupun timur/ indonesia dan menurut
pandangan agama islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan
permasalahan dalam penulisan makalah ini yaitu menjelaskan tentang hakikat
pendidikan dan hakikat pendidikan?
C. Tujuan
Merujuk pada rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menganalisis perbandingan pandangan Barat, Indonesia, dan Islam
mengenai hakikat manusia dan hakikat pendidikan.
D. Manfaat
Sesuai dengan tujuan, maka penulisan makalah ini diiharapkan dapat:
1. Menambah ilmu dan wawasan tentang hakikat manusia dan hakikat
pendidikan.
2. Dapat dijadikan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan.

BAB II
KAJIAN TEORI
A Hakikat Manusia
1. Menurut Pandangan Indonesia
Menurut kaum eksistensialis (dalam Tirta Raharja dan La Sulo, 1985: 411) wujud sifat hakekat manusia melputi:
a. Kemampuan menyadari diri
Kemampuan menyadari diri yakni bahwa manusia itu berbeda dengan
makhluk lain, karena manusia mampu mengambil jarak dengan obyeknya
termasuk mengambil jarak terhadap dirinya sendiri. Dia bisa mengambil jarak
terhadap obyek di luar maupun ke dalam diri sendiri. Pengambilan jarak terhadap
obyek di luar memungkinkan manusia menegmbangkan aspek sosialnya.
Sedangkan pengambilan jarak terhadap diri sendiri, memungkinkaan manusia
mengembangkan aspek individualnya.
b. Kemampuan bereksistensi
Kemampuan bereksistensi dengan kemampuan mengambil jarak dengan
obyekya, berarti manusia mampu menembus atau menerobos dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan hanya
dalam kaitannya dengan soal ruang melainkan juga soal waktu. Manusia tidak
terbelenggu oleh ruang (di ruang ini atau di sini), dia juga tidak terbelenggu oleh
waktu (waktu ini atau sekarang ini), tetapi mampu menembus ke masa depan atau
ke masa lampau. Kemampuan menempatkan diri dan menembus inilah yang
disebut kemampuan bereksistensi. Justru karena

mampu bereksistensi inilah,

maka dalam dirinya terdapat unsur kebebasan.


c. Kata hati (geweten atau conscience yang artinya pengertian yang ikut serta)
Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik dan
yang buruk bagi manusia sebagai manusia. Orang yang tidak memiliki
pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang baik
atau yang buruk, atau pun kemampuannya dalam mengambil keputusan tersebut
dari sudut pandang tertentu saja, misalnya dari sudut kepentingannya sendiri

dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Manusia memiliki pengertian
yang menyertai tentang apa yang akan , yang sedang dan yang telah dibuatnya,
bahkan mengerti pula akibat keputusannya baik atau buruk bagi manusia sebagai
manusia.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab. Wujud tanggung jawab bermacam-macam. Ada
tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat dan kepada Tuhan.
Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati,
misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada
masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial, yang berarti siap
menanggung sangsi sosial manakala tanggung jawab social itu tidak dilaksanakan.
Tanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutannorma-norma agama,
seperti siap menanggung perasaan berdosa, terkutuk dsb.
e. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia untuk tidak
terikat oleh sesuatu, selain terikat (sesuai) dengan tuntutan kodrat manusia.
Manusia bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan (sesuai) dengan tuntutan
kodratnya sebagai manusia. Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan
batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai
segenap perbuatannya.
f. Kewajiban dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai
manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Keduanya tidak bisa dilepaskan
satu sama lain, karena yang satu mengandaikan yang lain. Hak tak ada tanpa
kewajiban, dan sebaliknya. Dalam kenyataan sehari-hari, hak sering diasosiasikan
dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban sering diasosiasikan
dengan beban. Ternyata, kewajiban itu suatu keniscayaan, artinya, selama
seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka
wajib itu menjadi suatu keniscayaan, karena jika mengelaknya berarti dia
mengingkari kemanusiaannya sebagai makhluk social.
g. Kemampuan menghayati kebahagiaan

Kemampuan menghayati kebahagiaan bahwa kebahagiaan manusia itu


tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual, atau pun pada rangkaian
prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada
kesanggupannya atau kemampuannya menghayati semuanya itu dengan
keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut dalam rangkaian atau ikatan
tiga hal, yaitu: usaha, norma-norma dan takdir.
2. Menurut Pandangan Barat
Beberapa ahli filsafat, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai
Das Kranke Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah dan gelisah
(Drijarkara. 1978: 138). Ilmu-ilmu humaniora termasuk ilmu filsafat telah
mencoba menjawab pertanyaan mendasar tentang manusia itu, sehingga terdapat
banyak rumusan atau pengertian tentang manusia. Selain yang telah disebutkan di
atas, beberapa rumusan atau definisi lain tentang manusia adalah sebagai berikut:
a. Homo sapiens atau makhluk yang mempunyai budi.
b. Homo faber atau Tool making animal yaitu binatang yang pandai membuat
bentuk peralatan dari bahan alam untuk kebutuhan hidupnya.
c. Homo economicus atau makhluk ekonomi.
d. Homo religious yaitu makhluk beragama.
e. Homo laquen atau makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan
menjelmakan pikiran dan perasaan manusia dalam kata-kata yang tersusun
(Zuhairini, 2009: 5).
Di samping itu masih ada ungkapan lain tentang definisi manusia, di
antaranya, manusia sebagai: animal rationale (hewan yang rasional atau berpikir),
animal symbolicum (hewan yang menggunakan symbol)dan animal educandum
(hewan yang bisa dididik). Tiga istilah terakhir ini menggunakan kata animal atau
hewan dalam menjelaskan manusia.
Menurut Sardiman (2007: 105) manusia adalah keyword yang harus
dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami pendidikan. Untuk itu perlu
kiranya melihat secara lebih rinci tentang beberapa pandangan mengenai hakikat
manusia.
a. Pandangan Psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya manusia


digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
Hal ini menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan dikontrol oleh
kekuatan psikologis yang memang ada dalam diri manusia. Terkait hal ini diri
manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas nasibnya seseorang
tapi tingkah laku seseorang itu semata-mata diarahkan untuk mememuaskan
kebutuhan dan insting biologisnya.
b. Pandangan Humanistik
Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan
dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan yang positif.
Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota
kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan
selain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga
digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu.
Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai
makhluk sosial.
1) Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa
disebut ini atau itu. Menurutnya manusia adalah sebuah eksistensi atau
keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh kesemestaan alam. Namun
keterbatasan ini hanya bersifat faktual bukan esensial sehingga apa yang akan
dilakukannya tidak dapat diprediksi. Dalam pandangan ini manusia berpotensi
utuk menjadi baik atau jahat, tergantung kecenderungan mana yang lebih besar
dalam diri manusia. Hal ini memungkinkan manusia yang baik kadang-kadang
juga melakukan kesalahan.
2) Pandangan Behavioristik

Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai


makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari
luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor dominan yang
mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar,
seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan keteladanan. Mereka
juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan.
Menurut Desmita (2007: 29) beberapa pendapat lain tentang hakikat
manusia adalah:
a. Pandangan Mekanistik
Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini termasuk
makhluk hidup dipandang sebagai sebagai mesin, dan semua proses termasuk
proses psikologi pada akhirnya dapat diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi.
Lock dan Hume, berdasarkan asumsi ini memandang manusia sebagai robot yang
pasif yang digerakkan oleh daya dari luar dirinya. Menurut penulis pendapat ini
seperti menafikan keberadaan potensi diri manusia sehingga manusia hanya bisa
diaktivasi oleh kekuatan yang ada dari luar dirinya.
b. Pandangan Organismik
Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan
(gestalt), yang lebih dari pada hanya penjumlahan dari bagian-bagian. Dalam
pandangan ini dunia dianggap sebagai sistem yang hidup seperti halnya tumbuhan
dan binatang. Organismik menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia bersifat
aktif, keuTuhan yang terorganisasi dan selalu berubah. Manusia menjadi sesuatu
karena hasil dari apa yang dilakukannya sendiri, karena hasil mempelajari.
Menurut penulis pandangan ini mengakui adanya kemampuan aktualisasi diri
manusia melalui pengembangan potensi-potensi yang telah ada pada diri manusia.
c. Pandangan Kontekstual
Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat dipahami dalam
konteksnya. Manusia tidak independent, melainkan merupakan bagian dari
lingkungannya. Manusia adalah individu yang aktif dan organisme sosial. Untuk
bisa memahami manusia maka pandangan ini megharuskan mengenal

10

perkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan gejala-gejala fisik,


psikis, dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan historis.
3. Menurut Pandangan Islam
Allah sebagai makhluk sempurna dengan berbagai potensi yang tidak
diberikan kepada hewan, seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas
bagaimanapun keadaannya, manusia tidak pernah sama dengan hewan. Munir
Mursyi (1986: 16) seorang ahli pendidikan Mesir mengatakan bahwa pendapat
tentang manusia sebagai animal rationale atau al-Insan Hayawan al-Natiq
bersumber dari filsafat Yunani dan bukan dari ajaran Islam. Jadi pada hakikatnya
manusia tidak pernah berasal dari hewan manapun, tetapi makhluk sempurna
ciptaan Allah dengan berbagai potensinya. Dijelaskan dalam surat At-Tin ayat 4.

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya. (QS:95:4).
Menurut Desmita (2007: 18) ada beberapa dimensi manusia dalam
pandangan Islam, yaitu:
a. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah
selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan.9
Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada
ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus dengan keikhlasan hati, seperti
yang diperintahkan dalam surah Bayyinah:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang
lurus (QS:98:5).
Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan:

10

11

Artinya: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah Aku.(QS51:56).
Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat,
patuh dan mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan
ridha Allah.
b. Manusia Sebagai al- Nas
Manusia, di dalam al- Quran juga disebut dengan al- nas. Konsep al- nas
ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan
masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk
sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan
berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa:

Artinya: Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan

yang

banyak.

Dan

bertakwalah

kepada

Allah

dengan

(mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS:4:1).
Selanjutnya dalam surah al- Hujurat dijelaskan:

Artinya: Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorng lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling

11

12

mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS: 49:13).
c. Manusia Sebagai khalifah Allah
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surah alBaqarah ayat 30:

Artinya: Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat:


Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka
berkata:Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui. (QS:2: 30), dan
surah Shad ayat 26,
12

Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di


muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. (QS:38:26).
Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu
merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia
diberikan beban untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang
harus dipertanggungjawabkan (Quraish Shihab, 1994: 162).

13

d. Manusia Sebagai Bani Adam


Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan
dalam al- Quran yang menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan
bukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh
Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan kepada nilainilai

kemanusiaan.

Konsep

ini

menitikbertakan

pembinaan

hubungan

persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia


berasal dari keturunan yang sama. Dengan demikian manusia dengan latar
belakang sosia kultural, agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai
sama, dan harus diperlakukan dengan sama. Dalam surah al- Araf dijelaskan:

Artinya:Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu


pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam
janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
ibu bapamu dari surga, (QS : 7; 26-27).
e. Manusia Sebagai al- Insan
Manusia disebut al- insan dalam al- Quran mengacu pada potensi yang
diberikan Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan berbicara,
dijelaskan dalam surat Ar-rahmaan ayat 4.

Artinya: Mengajarnya pandai berbicara (QS:55:4)


Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu yang dijelaskan
dalam surat (QS:6:4-5), dan lain-lain. Namun selain memiliki potensi positif ini,
manusia sebagai al- insan juga mempunyai kecenderungan berprilaku negatif
(lupa). Misalnya dijelaskan dalam surah Hud:

13

14

Artinya: Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian
rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih. (QS: 11:9).
f. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia
terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar
(ragawi). Dengan kata lain manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum
terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan
untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam al- Quran surah alMuminn dijelaskan:

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati
tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.(QS:23: 12-14).
B Hakikat Pendidikan
1. Menurut Pandangan Indonesia
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu
masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena

14

15

itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah,
mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah
kepribadian sang anak.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Hak atas pendidikan sebagai bagian dari hak asasi manusia di Indonesia
tidak sekadar hak moral melainkan juga hak konstitusional. Ini sesuai dengan
ketentuan UUD 1945 (pascaperubahan), khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang
menyatakan, Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Kemudian Pasal 31
ayat (1) menyatakan Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hakhak dasar itu adalah akibat logis dari dasar negara Pancasila yang dianut oleh
bangsa Indonesia.

15

16

Permendikbud no 20 Tahun 2016 menjelaskan tentang Sesuai sasaran


pembelajaran

mencakup

pengembangan

ranah

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah


kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang
berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses
Berdasarkan tinjauan terminologis menurut Ki Hajar Dewantara
mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran
serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut
beliau (Kerja Ki Hajar Dewantara 1962:14)menjelaskan bahwa Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
( kekuatan batin, karakter),pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian
Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita
dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anakanak yang kita didik selaras dengan dunianya .
Beliau lebih lanjut mejelaskan bahwa pendidikan harus mengtamakan
aspek-aspek berikut:

a. Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan
b. Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang oleh
karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat prikehidupan
sendiri-sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya semua usaha dan
daya upaya untuk mencapai hidup tertib damai.
c. Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha dan
daya upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh zaman dan
tempat.; oleh karena itu tidak tetap senantiasa berubah.

16

17

d. Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita
mempelajari zaman yang telah lalu
e. Pengaruh baru diperoleh karena bercampurnya bangsa yang satu dengan yang
lain,percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya
hubungan modern.Haruslah waspada dalam memilih mana yang baik untuk
menambah kemuliaan hidup kita dan mana yang akan merugikan. Itulah
diantara pikiran- pikiran beliau yang sangat sarat dengan nilai.
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilainilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.Maka hakikat pendidikan
dapat dirumuskan sebagi berikut :
a. Pendidikan

merupakan

proses

interaksi

manusiawi

yang

ditandai

keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik


b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan
c.
d.
e.
2.

yang mengalami perubahan yang semakin pesat


Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
Pendidikan berlangsung seumur hidup
Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
Menurut Pandangan Barat
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik yaitu ilmu

menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai educare, yaitu


mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa
dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erzichung yang
setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
a. Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan, menurut Carter V. Good dalam Dictionary of
Education dijelaskan sebagai berikut:
a. Pedagogy

1. The art, practice of profession of teaching seni, praktik


atau profesi sebagai pengajar (pengajaran)
2. The sistematized learning or instruction concerning
principles and methods of teaching and of student control
and guidance; lagerly replaced by the term of education.
ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar
pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas diartikan

17

18

dengan istilah pendidikan

b. Education

1.
2.
3.
4.

Proses perkembangan pribadi;


Proses sosial;
Profesional cources;
Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan
yang tersusun yang diwarisi/dikembangkan generasi
bangsa

b. Tinjauan Terminologis
1) Prof. Lodge dalam buku Philosophy of Education
The word education is used, sometimes in a wider, sometimes in a
narrower, sense. In the wider sense, all experienceis said to the educative and life
is education and education is life. Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai
dalam pengertian yang luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas
pendidikan adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah
pendidikan atau pendidikan adalah hidup. In the narrower sense education is
restricted to that function of the community which consists in passing in its
traditions its background and its outlook to the members of the rising generation.
Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada fungsi
tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi)
dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga
masyarakat generasi berikutnya.
2) Menurut Brubacher dalam bukunya Modern Philosophies of Education:
Education should be thought of as the process of mans reciprocal
adjusment to nature to his follows and to the ultimates nature of the cosmos.
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta.
Education is the organized development and equipment of all the power of human
being, moral, intellectual, and physical, by and for their individual and social
uses, directed to word the union of these activities with their creator as their final

18

19

end. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan


kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh
dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan
demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya.
Berdasarkan penjelasan diatas

pendidikan merupakan transfer of

knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang
semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Menurut pandangan
Freire Paulo (1985) pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat
tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk
mendidik diri sendiri.
3. Menurut Pandangan Islam
Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang diambil dari Rabba
yang bermakna memelihara, mengurus, merawat, mendidik. Dalam literaturliteratur berbahasa Arab kata Tarbiyah mempunyai bermacam macam definisi
yang intinya sama mengacu pada proses pengembangan potensi yang
dianugrahkan pada manusia. Definisi-definisi itu antara lain sebagai berikut:
a. Tarbiyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa
yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga anak didik bisa dewasa dan
mandiri untuk hidup di tengah masyarakat. (Ath-Thabari, 1988: 67)
b. Tarbiyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang,
kelembutan hati, perhatian bijak dan menyenangkan; tidak membosankan.( AlMaraghi, Juz V, 1871: 34)
c. Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan
dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.
d. Tarbiyah adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan
metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Fathul Bari Jilid I; 162 )
e. Tarbiyah adalah kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan,
penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan,
penyempurnaan dan perasaan memiliki terhadap anak didik. (Al-Maraghi jilid
III: 79).

19

20

Dalam definisi definisi di atas tersirat unsur-unsur pembelajaran yaitu


talim dan tadris (Instruction ) tahdib dan tadib (penanaman akhlak mulia) dan
Tadrib (Taining pelatihan). Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan
adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan
bimbingan Alquran dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia
berakhlakul karimah (insan kamil).

20

21

BAB III
PEMBAHASAN
A Analisis Hakikat Manusia

21

22

Pandangan Indonesia
Wujud sifat hakekat
manusia melputi:
1. Kemampuan
menyadari diri bahwa
manusia berbeda
dengan makhluk lain
karena mampu
mengambil jarak
dengan obyeknya
2. Dengan kemampuan
mengambil jarak
dengan obyekya,
manusia mampu
menembus atau
menerobos dan
mengatasi batas-batas
yang membelenggu
dirinya
3. Manusia memiliki
kemampuan membuat
keputusan tentang
yang baik dan yang
buruk dengan
menggunakan kata hati
mereka
4. Memiliki tanggung
jawab untuk
menanggung akibat
dari perbuatan yang
mereka lakukan
5. Memiliki kebebasan
untuk tidak terikat oleh
sesuatu, selain terikat
(sesuai) dengan
tuntutan kodrat
manusia
6. Kewajiban dan hak
adalah dua macam
gejala yang timbul
sebagai manifestasi
dari manusia sebagai
makhluk sosial
7. Kemampuan
menghayati
kebahagiaan
Simpulan:

Pandangan Barat
Socrates, menyebut
manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang
bermasyarakat, dan Max
Scheller menyebutnya
sebagai Das Kranke Tier
atau hewan yang sakit
yang selalu bermasalah
dan gelisah.
Beberapa rumusan atau
definisi lain tentang
manusia adalah sebagai
berikut:
1. Homo sapiens atau
makhluk yang
mempunyai budi.
2. Homo faber atau Tool
making animal yaitu
binatang yang pandai
membuat bentuk
peralatan dari bahan
alam untuk kebutuhan
hidupnya.
3. Homo economicus atau
makhluk ekonomi.
4. Homo religious yaitu
makhluk beragama.
5. Homo laquen atau
makhluk yang pandai
menciptakan bahasa
dan menjelmakan
pikiran dan perasaan
manusia dalam katakata yang tersusun
Beberapa pandangan
mengenai hakikat
manusia.
a. Pandangan
Psikoanalitik,
b. Pandangan
c. Pandangan mekanistik
d. Pandangan organismik
e. Pandangan kontekstual

Pandangan Islam
Munir Mursyi (1986: 16)
seorang ahli pendidikan
Mesir mengatakan bahwa
pendapat tentang manusia
sebagai animal rationale
atau al-Insan Hayawan alNatiq bersumber dari
filsafat Yunani dan bukan
dari ajaran Islam. Jadi
pada hakikatnya manusia
tidak pernah berasal dari
hewan manapun, tetapi
makhluk sempurna ciptaan
Allah dengan berbagai
potensinya.
Beberapa dimensi manusia
dalam pandangan Islam,
yaitu:
1. Manusia Sebagai
Hamba Allah (Abd
Allah)
2. Manusia Sebagai alNas
3. Manusia Sebagai
khalifah Allah
4. Manusia Sebagai Bani
Adam
5. Manusia Sebagai alInsan
6. Manusia Sebagai
Makhluk Biologis (alBasyar)

22

23

Pandangan Indonesia
Wujud sifat hakekat
manusia melputi:
1. Kemampuan
menyadari diri bahwa
manusia berbeda
dengan makhluk lain
karena mampu
mengambil jarak
dengan obyeknya
2. Dengan kemampuan
mengambil jarak
dengan obyekya,
manusia mampu
menembus atau
menerobos dan
mengatasi batas-batas
yang membelenggu
dirinya
3. Manusia memiliki
kemampuan membuat
keputusan tentang
yang baik dan yang
buruk dengan
menggunakan kata hati
mereka
4. Memiliki tanggung
jawab untuk
menanggung akibat
dari perbuatan yang
mereka lakukan
5. Memiliki kebebasan
untuk tidak terikat oleh
sesuatu, selain terikat
(sesuai) dengan
tuntutan kodrat
manusia
6. Kewajiban dan hak
adalah dua macam
gejala yang timbul
sebagai manifestasi
dari manusia sebagai
makhluk sosial
7. Kemampuan
menghayati
kebahagiaan
Kontra

Pandangan Barat
Socrates, menyebut
manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang
bermasyarakat, dan Max
Scheller menyebutnya
sebagai Das Kranke Tier
atau hewan yang sakit
yang selalu bermasalah
dan gelisah.
Beberapa rumusan atau
definisi lain tentang
manusia adalah sebagai
berikut:
1. Homo sapiens atau
makhluk yang
mempunyai budi.
2. Homo faber atau Tool
making animal yaitu
binatang yang pandai
membuat bentuk
peralatan dari bahan
alam untuk kebutuhan
hidupnya.
3. Homo economicus atau
makhluk ekonomi.
4. Homo religious yaitu
makhluk beragama.
5. Homo laquen atau
makhluk yang pandai
menciptakan bahasa
dan menjelmakan
pikiran dan perasaan
manusia dalam katakata yang tersusun
Beberapa pandangan
mengenai hakikat
manusia.
a. Pandangan
Psikoanalitik,
b. Pandangan
c. Pandangan mekanistik
d. Pandangan organismik
e. Pandangan kontekstual

Pandangan Islam
Munir Mursyi (1986: 16)
seorang ahli pendidikan
Mesir mengatakan bahwa
pendapat tentang manusia
sebagai animal rationale
atau al-Insan Hayawan alNatiq bersumber dari
filsafat Yunani dan bukan
dari ajaran Islam. Jadi
pada hakikatnya manusia
tidak pernah berasal dari
hewan manapun, tetapi
makhluk sempurna ciptaan
Allah dengan berbagai
potensinya.
Beberapa dimensi manusia
dalam pandangan Islam,
yaitu:
1. Manusia Sebagai
Hamba Allah (Abd
Allah)
2. Manusia Sebagai alNas
3. Manusia Sebagai
khalifah Allah
4. Manusia Sebagai Bani
Adam
5. Manusia Sebagai alInsan
6. Manusia Sebagai
Makhluk Biologis (alBasyar)

23

24

Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
Pandangan Islam
Wujud sifat hakekat
Socrates, menyebut
Munir Mursyi (1986: 16)
manusia melputi:
manusia sebagai Zoon
seorang ahli pendidikan
1. Kemampuan
politicon atau hewan yang Mesir mengatakan bahwa
menyadari diri bahwa
bermasyarakat, dan Max
pendapat tentang manusia
manusia berbeda
Scheller menyebutnya
sebagai animal rationale
dengan makhluk lain
sebagai Das Kranke Tier
atau al-Insan Hayawan alkarena mampu
atau hewan yang sakit
Natiq bersumber dari
mengambil jarak
yang selalu bermasalah
filsafat Yunani dan bukan
dengan obyeknya
dan gelisah.
dari ajaran Islam. Jadi
2. Dengan kemampuan
Beberapa rumusan atau
pada hakikatnya manusia
mengambil jarak
definisi lain tentang
tidak pernah berasal dari
dengan obyekya,
manusia adalah sebagai
hewan manapun, tetapi
manusia mampu
berikut:
makhluk sempurna ciptaan
menembus atau
1. Homo sapiens atau
Allah dengan berbagai
menerobos dan
makhluk yang
potensinya.
mengatasi batas-batas
mempunyai budi.
Beberapa dimensi manusia
yang membelenggu
2. Homo faber atau Tool
dalam pandangan Islam,
dirinya
making animal yaitu
yaitu:
3. Manusia memiliki
binatang yang pandai
1. Manusia Sebagai
kemampuan membuat
membuat bentuk
Hamba Allah (Abd
keputusan tentang
peralatan dari bahan
Allah)
yang baik dan yang
alam untuk kebutuhan
2. Manusia Sebagai alburuk dengan
hidupnya.
Nas
menggunakan kata hati 3. Homo economicus atau 3. Manusia Sebagai
mereka
makhluk ekonomi.
khalifah Allah
4. Memiliki tanggung
4. Homo religious yaitu
4. Manusia Sebagai Bani
jawab untuk
makhluk beragama.
Adam
menanggung akibat
5. Homo laquen atau
5. Manusia Sebagai aldari perbuatan yang
makhluk yang pandai
Insan
mereka lakukan
menciptakan bahasa
6. Manusia Sebagai
5. Memiliki kebebasan
dan menjelmakan
Makhluk Biologis (aluntuk tidak terikat oleh
pikiran dan perasaan
Basyar)
sesuatu, selain terikat
manusia dalam kata(sesuai) dengan
kata yang tersusun
tuntutan kodrat
Beberapa pandangan
manusia
mengenai hakikat
6. Kewajiban dan hak
manusia.
adalah dua macam
a. Pandangan
gejala yang timbul
Psikoanalitik,
sebagai manifestasi
b. Pandangan
dari manusia sebagai
c. Pandangan mekanistik
makhluk sosial
d. Pandangan organismik
7. Kemampuan
e. Pandangan kontekstual
menghayati
kebahagiaan
Pandangan Indonesia
Pandangan Barat

24

25

Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
Pandangan Islam
Wujud sifat hakekat
Socrates, menyebut
Munir Mursyi (1986: 16)
manusia melputi:
manusia sebagai Zoon
seorang ahli pendidikan
1. Kemampuan
politicon atau hewan yang Mesir mengatakan bahwa
menyadari diri bahwa
bermasyarakat, dan Max
pendapat tentang manusia
manusia berbeda
Scheller menyebutnya
sebagai animal rationale
dengan makhluk lain
sebagai Das Kranke Tier
atau al-Insan Hayawan alkarena mampu
atau hewan yang sakit
Natiq bersumber dari
mengambil jarak
yang selalu bermasalah
filsafat Yunani dan bukan
dengan obyeknya
dan gelisah.
dari ajaran Islam. Jadi
2. Dengan kemampuan
Beberapa rumusan atau
pada hakikatnya manusia
mengambil jarak
definisi lain tentang
tidak pernah berasal dari
dengan obyekya,
manusia adalah sebagai
hewan manapun, tetapi
manusia mampu
berikut:
makhluk sempurna ciptaan
menembus atau
1. Homo sapiens atau
Allah dengan berbagai
menerobos dan
makhluk yang
potensinya.
mengatasi batas-batas
mempunyai budi.
Beberapa dimensi manusia
yang membelenggu
2. Homo faber atau Tool
dalam pandangan Islam,
dirinya
making animal yaitu
yaitu:
3. Manusia memiliki
binatang yang pandai
1. Manusia Sebagai
kemampuan membuat
membuat bentuk
Hamba Allah (Abd
keputusan tentang
peralatan dari bahan
Allah)
yang baik dan yang
alam untuk kebutuhan
2. Manusia Sebagai alburuk dengan
hidupnya.
Nas
menggunakan kata hati 3. Homo economicus atau 3. Manusia Sebagai
mereka
makhluk ekonomi.
khalifah Allah
4. Memiliki tanggung
4. Homo religious yaitu
4. Manusia Sebagai Bani
jawab untuk
makhluk beragama.
Adam
menanggung akibat
5. Homo laquen atau
5. Manusia Sebagai aldari perbuatan yang
makhluk yang pandai
Insan
mereka lakukan
menciptakan bahasa
6. Manusia Sebagai
5. Memiliki kebebasan
dan menjelmakan
Makhluk Biologis (aluntuk tidak terikat oleh
pikiran dan perasaan
Basyar)
sesuatu, selain terikat
manusia dalam kata(sesuai) dengan
kata yang tersusun
tuntutan kodrat
Beberapa pandangan
manusia
mengenai hakikat
6. Kewajiban dan hak
manusia.
adalah dua macam
a. Pandangan
gejala yang timbul
Psikoanalitik,
sebagai manifestasi
b. Pandangan
dari manusia sebagai
c. Pandangan mekanistik
makhluk sosial
d. Pandangan organismik
7. Kemampuan
e. Pandangan kontekstual
menghayati
kebahagiaan
Penulis kontra dengan hakikat manusia
Dalam pandangan mekanistik makhluk

25

26

E. Analisis Hakikat Pendidikan


Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
Pandangan Islam
Pendidikan mempunyai
Pendidikan merupakan
Dalam bahasa Arab
pengertian proses
transfer of knowledge,
pendidikan disebut
pengubahan dan tata laku
transfer of value dan
Tarbiyah yang diambil dari
seseorang atau kelompok
transfer of culture and
Rabba yang bermakna
orang dalam usaha
transfer of religius yang
memelihara, mengurus,
mendewasakan manusia
semoga diarahkan pada
merawat, mendidik. Dalam
melalui upaya pengajaran
upaya untuk
literatur-literatur berbahasa
dan latihan, proses
memanusiakan manusia.
Arab kata Tarbiyah
perluasan, dan cara
Menurut pandangan Freire mempunyai bermacam
mendidik
Paulo (1985) pendidikan
macam definisi yang
Maka hakikat pendidikan
adalah proses pengaderan
intinya sama mengacu
dapat dirumuskan sebagi
dengan hakikat tujuannya
pada proses
berikut :
adalah pembebasan.
pengembangan potensi
1. Pendidikan merupakan Hakikat pendidikan adalah yang dianugrahkan pada
proses interaksi
kemampuan untuk
manusia. Unsur-unsur
manusiawi yang
mendidik diri sendiri.
pembelajaran yaitu talim
ditandai keseimbangan
dan tadris (Instruction )
antara kedaulatan
tahdib dan tadib
subjek didik dengan
(penanaman akhlak mulia)
kewibawaan pendidik;
dan Tadrib (Taining
2. Pendidikan merupakan
pelatihan). Dalam konteks
usaha penyiapan
ajaran Islam hakikat
subjek didik
pendidikan adalah
menghadapi
mengembalikan nilai-nilai
lingkungan yang
ilahiyah pada manusia
mengalami perubahan
(fitrah) dengan bimbingan
yang semakin pesat;
Alquran dan as-Sunnah
3. Pendidikan
(Hadits) sehingga menjadi
meningkatkan kualitas
manusia berakhlakul
kehidupan pribadi dan
karimah (insan kamil)
masyarakat;
4. Pendidikan
berlangsung seumur
hidup;
5. Pendidikan merupakan
kiat dalam menerapkan
prinsip-prinsip ilmu
Simpulan:
Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu
atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat,
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Menurut
pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat
tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk

26

27

mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah
mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran
dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil)
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai,
motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Kontra
Pandangan Indonesia
Pandangan Barat
Selain meningkatkan kualitas kehidupan Hakikat pendidikan tidak hanya
pribadi dan masyarakat pendidikan juga kemampuan untuk mendidik diri sendiri
dapat meningkatkan kualitas kehidupan tetapi juga perkembangan dari semua
bangsa dan negara. Selain itu
potensi yang dimiliki manusia, baik
pendidikan tidak hanya merupakan kiat- potensi manusiawi, moral, intelektual dan
kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip
jasmani oleh dan untuk kepribadian
ilmu saja, tetapi pendidikan juga
individunya serta kegunaan masyarakatnya
merupakan proses pembentukan
yang diarahkan demi menghimpun semua
karakter yaitu upaya untuk memajukan
aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya dan
budi pekerti, pikiran serta jasmani
kemampuannya untuk menyesuaikan diri
seseorang agar dapat memajukan
dengan alam, teman dan alam semesta.
kesempurnaan hidup yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada
hakikatnya manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain seperti hewan
ditinjau dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemampuan
manusia dalam mengembangkan potensinya. Sedangkan

hakikat pendidikan

adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan


kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan
manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh atau kaffah. Hakikat
pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran (talim dan
tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta`dib), dan tadrib (latihan) dengan
memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan
sosial. Manusia dan pendidikan pada hakikatnya merupakan dua hal yang saling

berhubungan erat. Manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang tak
terpisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikannya manusia

27

28

yang seutuhnya. Pendidikan dilaksanakan oleh manusia dan bertujuan untuk


memanusiakan manusia itu sendiri.
F. Saran
Jika dilihat dari hakikat manusia dan hakikat pendidikan itu sendiri, ada
baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari
hakikat manusia dan hakikat pendidikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ath-Thabari, Abu Jafar Muhamad Ibnu Jarir . 1988. Jamiul-bayan an Tawil


ayil-Quran, Beirut: Darul-Fikr.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsirul Maraghiy, Beirut: Darul Fkr,1871.
Al-Asqalani, Ahmad ibn Aly ibnu Hajar, Fathul-Bari biSyarh Shahihl Bukhari,
Bairut Darul Maarif, tt.
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosda Karya
Drijarkara. 1987. Percikan Filsafat, Semarang: Kanisius.
Freire, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. LP3ES: Yogyakarta
Langgulung, Hasan. 2008. Azas-Azas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka AlHusna.
Muhammmad Munir Mursyi. 1986. Al-Tarbiyat al-Islamiyyat: Ushuluha wa
Tathawwuruha fil Bilad al-Arab, Kahirat: Alam al-Kitab.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Press.
M. Quraish, Shihab. 1994. Wawasan Al- Quran, Bandung: Mizan.
Zuhairini. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara.

28

Anda mungkin juga menyukai