Npm : 2006102020044
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya
sehingga saya bias menyelesaikan makalah yang brjudul “hakekat manusia”.
Dalam penyusunan makalah ini saya telah beruaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan saya. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian
penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat
sederhana.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
Kami berterima kasih kepada Bapak Drs. M. Yahya Ahmad, M.pd selaku dosen mata kuliah
Landasan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
saya susun dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Objek formal atau pertanyaan tersebut antara lain berkenaan dengan : (1) asal-
usul keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya manusia di
dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil ciptaan Tuhan? (2)
Struktur metafisika manusia, apakah yang esensial dari manusia itu badannya atau
jiwanya atau badan dan jiwa. (3) Berbagai karakteristik dan makna eksistensi
manusia di dunia, antara lain berkenaan dengan individualitas dan sosialitas.
Ada yang berpendapat bahwa perbedaan hakekat hewan dan hakekat manusia
itu seperti terlihat pada tabel 1 sebagai berikut :
NO HEWAN MANUSIA
1 Memiliki kemampuan siap pakai Ketika dilahirkan tidak berdaya
2 Makhluk biologis Makhluk biologis, individu dan
(1) Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya, adapun hewan lahir dengan
kemampuan siap pakai.
Darwin dalam bukunya The Oriigin of The Spiciess menyebutkan bahwa “manusia
merupakan makhluk paling sederhana yang kemudian berkembang menjadi
makhluk paling komplek, dan menjadi nmakhluk paling komplek itu karena
kebudayaan manusia”
Kebudayaan tercipta oleh manusia, tapi kemudian manusia itu sendiri dalam
kehidupannya dipengartuhi oleh kebudayaan disekelilingnya Oleh karena itu
wujud dan isi kebudayaan itu akan mewarnai kehidupan manusia, yang pada
dasarnya adalah ciptaan manusia. Hal inilah yang menyebabkan bahwa manusia
tidak dapat digeneralisasikan sepanjang ia sejalan dengan kebudayaannya.
Seorang Filosof Yunani pada tahun 1875 yaitu Comte menyebutkan bahwa
masyarakatlah yang menentukan individu. Baginya, manusia itu ada untuk
masyarakat, dan masyarakatlah yang menentukan segala-galanya.
Compte memandang bahwa manusia itu bersifat non rasional. Oleh karena
itu menurutnya Individual Liberty akan menimbulkan bahaya bagi keutuhan
masyarakat itu sendiri. Demikian pula dalam kerhidupan masyarakat, tidak adapt
berpendapat berbeda dengan apa yang telah ditetapkan oleh golongan
masyarakat tertinggi.
Dalam pendidikan manusia diibaratkan sebagai benda kosong yang harus diisi.
Makin diisi dengan berbagai ilmu, maka benda itu akan penuh. Manusia
dipandang sebnagai makhluk yang tergantung kepada apa yang diisikan. Hal
ini berarti kurang memperhatikan factor bakat dan minat yang ada pada diri
manusia. Hal ini kurang tepat untuk dipergunakan dalam sistim pendidikan di
Indonesia. Pendapat Comte cukup sulit untuk diterima, karena individu tidak
diberi peluang untuk berkembang atau mengembangkan kreativitas dan
minatnya sendiri.
Dari segi humanistic, Carl Rogers berpendapat bahwa manusia itu memiliki
dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Manusia itu,
bersifat rasional. Oleh karena itu dalam berbagai hal, dapat menentukan
nasibnya sendiri. Hal ini mengandung arti bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk mengarahkan, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri
apabila diberikan peluang untuk berkembang. Kehidupan manusia adalah
kehidupan yang penuh dengan kemungkinan (a process of becoming)dan hal ini
berjalan terus tidak pernah selesai sepanjang hayatnya.
Hakikat tugas dan tujuan hidup manusia tiada lain adalah menjadi manusia.
Tugas dan tujuan hidup manusia adalah membangun atau "mengadakan" dirinya
mendekati manusia ideal. Inilah yang dalam filsafat disebut self-realization
(realisasi- diri). Realisasi-diri erat hubungannya dengan pandangan tentang
hakikat manusia, yang dapat kita pelajari dengan bersumber dari agama atau
filsafat. Dengan bersumber dari filsafat, hendaknya kita maklumi bahwa
"manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika dapat merealisasikan
hakikatnya secara total" (Henderson, 1959). Adapun sebagaimana telah Anda
pahami melalui Kegiatan Belajar 2, manusia dapat menjadi manusia hanya melalui
Pendidikan. Implikasinya, dalam rangka mencari pengertian atau
mendefmisikan tentang pendidikan sewajarnya bertolak dari suatu pandangan
tentang manusia dan diarahkan kepada wujud manusia ideal berdasarkan
pandangan tentang manusia yang dijadikan asumsinya.
D. Hubungan Hakekat Manusia dengan Hak Asasi Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa; manusia adalah kesatuan
badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya,
mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu serta tujuan hidup; manusia memiliki
berbagai potensi, yaitu potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya, adapun dalam eksistensinya
manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius.
Mesti Anda perhatikan sesungguhnya sosok manusia ini adalah sosok manusia ideal,
sosok manusia yang dicita-citakan atau yang menjadi tujuan, sosok manusia
yang belum terwujud melainkan yang mesti diupayakan untuk diwujudkan.
Dalam hal ini berarti manusia lahir dengan potensi, ia lahir belum
terspesialisasi seperti hewan atau binatang, dan bahwa perkembangannya bersifat
terbuka. Implikasi dari pandangan tentang berbagai aspek hakikat manusia tersebut,
sebagai Hak Asasi Manusia atau sebagai upaya membantu manusia agar mampu
hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya maka pendidikan sewajarnya
diupayakan dengan tujuan untuk membantu mengembangkan berbagai potensi yang
ada pada manusia.
Hakikat tugas dan tujuan hidup manusia tiada lain adalah menjadi manusia.
Tugas dan tujuan hidup manusia adalah membangun atau "mengadakan" dirinya
mendekati manusia ideal. Inilah yang dalam filsafat disebut self-realization (realisasi-
diri). Realisasi-diri erat hubungannya dengan pandangan tentang hakikat manusia,
yang dapat kita pelajari dengan bersumber dari agama atau filsafat. Dengan
bersumber dari filsafat, hendaknya kita maklumi bahwa "manusia menjadi
manusia yang sebenarnya jika dapat merealisasikan hakikatnya secara total"
(Henderson, 1959). Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa; manusia adalah
kesatuan badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu serta tujuan hidup;
manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya, adapun
dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, kultural,
moralitas, dan religius.
Dengan segala potensi yang dimilikinya, dari zaman ke zaman manusia terus
berupaya untuk mampu mempertahankan eksistensinya dan terus menerus menuju
peradaban yang semakin maju dan kompleks.Sejalan dengan itu, tugas dan tujuan
hidup manusia adalah membangun atau "mengadakan" dirinya mendekati manusia
ideal. Inilah yang dalam filsafat disebut self-realization (realisasi-diri). Realisasi-diri erat
hubungannya dengan pandangan tentang hakikat manusia, yang dapat kita pelajari
dengan bersumber dari agama atau filsafat. Dengan bersumber dari filsafat,
hendaknya kita maklumi bahwa "manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika
dapat merealisasikan hakikatnya secara total" (Henderson, 1959).
Hak adalah milik manusia karena naturanya, namun karena natura ini
adalah natura sosial maka dengan apa yang dianggap sebagai hak diwajibkan
mengakui hak orang lain begitulah pernyataan dari Jauh Locke, sedangkan
menurut Noah Webster seorang pemikir besar Amerika menyatakan , pemerintah
dispotik akan membatasi pendidikan karena kawatir kekuasaannya lama
kelamaan berkurang. Hak asasi adalah hak yang dasar atau pokok. Hak asasi
manusia merupakan hak-hak yang alamiah yang tidak dapat dicabut karena ini
adalah karunia Tuhan. Hak-hak tersebut antara lain hak hidup, kebebasan dan
mengejar kebahagiaan. Disamping itu hak asasi meliputi kebebasan berbicara,
kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berserikat. Menurut Thomas
Jefferson pendidikan adalah syarat mutlak dari kemerdekaan, ia juga menegaskan
bahwa nodal utama kekuatan politik berada pada rakyat, yaitu rakyat yang
menguasai pengetahuan dan informasi.
Dalam pendidikan terdapat tiga hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir),
aspek gerak ( psikomotorik ) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita
mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil
bagian tapi juga ada unsur- unsur yang berkaitan dengan mengekspresikan rasa
suka tersebut, perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain.
Hak untuk mendapatkan pendidikan bagi warga negara telah dinyatakan sejak
tanggal 18 Agustus 1945 ketika PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai dasar
konstitusional negara Indonesia. Adapun kewajiban belajar telah sahakan gejak 1950
hingga sekarang, sekalipun terdapat berbagai kendala dan pelaksanaannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN