Anda di halaman 1dari 17

Hakekat Manusia

Dosen : Drs. M. Yahya Ahmad, M.pd

Nama : Yayang Aqilla Febrianda (Pendidikan Bahasa Inggris)

Npm : 2006102020044
TA 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya
sehingga saya bias menyelesaikan makalah yang brjudul “hakekat manusia”.

Dalam penyusunan makalah ini saya telah beruaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan saya. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian
penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat
sederhana.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Kami berterima kasih kepada Bapak Drs. M. Yahya Ahmad, M.pd selaku dosen mata kuliah
Landasan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
saya susun dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Meulaboh , 31 Oktober 2020


Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya, manusia dikembangkan untuk mengemban tugas tugas pengabdian


kepada penciptanya. Paling tidak , agar tugas tugas yang dimaksud dapat dilaksanakan dengan
baik maka Sang Pencipta telah menganugerahkan manusia seperangkat potensi yang
ditumbuhkembangkan. Potensi yang siap pakai tersebut dianugerahkan dalam bentuk
kemampuan dasar yang hanya mungkin berkembang secara optimal melalui bimbingan dan
arahan yang sejalan dengan petunjuk Sang Penciptanya.
Dengan mengacu pada prinsip penciptaan ini manusia adalah makhluk yang berpotensi
dan memiliki peluang untuk dididik. Pada dasarnya pendidikan itu sendiri adalah aktivitas sadar
berupa bimbingan untuk menumbuhkembangkan potensi Ilahiyat, agar manusia dapat
memerankan dirinya selaku pengabdi Tuhan secara tepat guna dalam kadar yang optimal.
Dengan demikian pendidikan merupakan aktivitas yang bertahap, terpogram, dan
berkesinambungan.
Banyak hal secara parsial yang bersangkutan dengan manusia sudah diketahui secara
jelas dan pasti. Artinya hal- hal yang fisis kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi hal-hal
yang spiritual kualitatif masih tetap tertinggal sebagai misteri.

Manusia siapapun tahu bahwa melakukan perbuatan tertentu yang mengakibatkan


banyak orang sakit dan menderita adalah merusak nilai kemanusiaan. Hal ini menunjukkah
bahwa perilaku negative seperti itu selalu mewarnai kehidupan sehari-hari.
Dan kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku tersebut munculah upaya untuk
mempertemukannya, yaitu melalui pendidikan. Sepanjang eksistensinya manusia memiliki
kekuasaan untuk memanfaatkan potensi alam termasuk dirinya sendiri dan sesamanya.
Dibawah kekuasaan manusia kehidupan ini berlansung menjadi antroposentrik.
Paham eksistensilisme mengemukakan sifat hakekat manusia antara lain : kemampuan
mengendalikan diri, kemampuan bereksistensi, kata hati, moral, tanggung jawab, rasa
kebebasan, kewajiban dan hak, dan kemampuan menghayati kebahagiaan.
B.       Masalah atau Topik Bahasan
Adapun masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian hakekat manusia?
2. Bagaimanakah perbedaan hakekat manusia dengan makhluk lain?
3. Bagaimanakah penjelasan hakekat manusia ditinjau dari berbagai sudut pandang yang
berbeda?
4. Bagaimanakah hubungan hakekat manusia dengan hak asasi manusia?
5. Bagaimanakah hubungan hak asasi manusia dengan kebutuhan terhadap pendidikan?

C.      Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan pengertian hakekat manusia.
2. Menjelaskan perbedaan hakekat manusia dengan makhluk lain.
3. Menjelaskan perbedaan hakekat manusia ditinjau dari berbagai sudut pandang.
4. Mendeskripsikan hubungan hakekat manusia dengan hak asasi manusia.
5. Memaparkan bagaimana hubungan hak asasi manusia dengan kebutuhan terhadap
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Hakekat Manusia


\
B.   Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Pertanyaan tentang berbagai kesamaan karakteristik esensial manusia atau


berbagai aspek hakekat manusia bukanlah objek studi ilmu (science), melainkan
objek studi filsafat. Mencari pengertian dan aspek-aspek mengenai hakikat manusia
merupakan tugas metafisika, lebih spesifik lagi adalah tugas antropologi (filsafat
antropologi). Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan gagasan-gagasan yang
sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang
sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara
prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari makluk lainnya.

Objek formal atau pertanyaan tersebut antara lain berkenaan dengan : (1) asal-
usul keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah ber-ada-nya manusia di
dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil evolusi atau hasil ciptaan Tuhan? (2)
Struktur metafisika manusia, apakah yang esensial dari manusia itu badannya atau
jiwanya atau badan dan jiwa. (3) Berbagai karakteristik dan makna eksistensi
manusia di dunia, antara lain berkenaan dengan individualitas dan sosialitas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa

pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang


mendasar tantang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian
hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia.
Dengan kata lain, pengetian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang
“sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik yang khas, “sesuatu yang
olehnya” manusia memiliki karakteristik yang khas, “sesuatu yang olehnya” ia
merupakan sebuah nilai yang unik, yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis
Leahy, 1985).

Ada yang berpendapat bahwa perbedaan hakekat hewan dan hakekat manusia
itu seperti terlihat pada tabel 1 sebagai berikut :

Perbedaan Hakekat Manusia dan Hewan

NO HEWAN MANUSIA
1 Memiliki kemampuan siap pakai Ketika dilahirkan tidak berdaya
2 Makhluk biologis Makhluk biologis, individu dan

3 Punya instink Potensi yang berkembang


4 Bertindak menurut instink Bertanggung jawab
5 Tidak mengenal etika, estetika Punya etika, estetika, dan

Perbedaan hakekat manusia dan hakekat hewan diantaranya, bahwa;

(1) Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya, adapun hewan lahir dengan
kemampuan siap pakai.

(2) Manusia merupakan mahluk biologis, individu dan social, adapun


hewan merupakan mahluk biologis.

(3) Manusia mempunyai potensi yang terus berkembang, hewan

tidak mempunyai potensi melainkan mempunyai instink.

(4) Manusia merupakan mahluk yang bertanggung jawab, adapun hewan


bertindak sesuai dengan instinknya, bukan sesuai dengan tanggung
jawabnya.

(5) Manusia mempunyai etika, estetika, dan agama, adapun hewan

tidak pernah mengenal etika, estetika, dan agama.


C.      Hakekat Manusia ditinjau dari berbagai sudut pandang Yang Berbeda

2.1. Hakikat manusia ditinjau dari Segi Fenomenologis

Fenomenologis memandang manusia dari gejala yang nampak yaitu :

a. Manusia itu dilahirkan bebas.Bebas untuk menentukan pendapat,


bersikap dan berperilaku sesuai dengan kemampuannya.

b. Manusia lahir dibatasi dengan kodrat yang telah ditentukan Tuhan.Manusia


mempunyqai kerterbatasan kodrati.

c. Manusia memerlukan bantuan orang lain.

d. Perkembangan manusia memerlukan waktu yang cukup panjang


dibandingkan hewan.

2.2. Hakikat manusia ditinjau dari Segi Eksistensialis

Eksistensialis memandang manusia sebagai berikut :

a. Manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menyadari diri.


Manusia dapat membedakan dirinya dan lingkungannya.

Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan


penyadaran diri (self-awarness). Karena itu, manusia adalah subjek yang
menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala
sesuatu yang ada di luar dirinya (objek); selain itu manusia bukan saja
mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar
tentang pemikirannya.

b. Manusia mempunyai kemampuan untuk menerobos ruang dan


waktu.Manusia tidak terikat pada ruang dan waktu,ia dapat menembus
ingatannya pada masa lalu dan masa depan.Kemampuan menembus masa
lalu dan masa depan inilah menjadikannya disebut sebagai makhkluk
eksistensialis.

c. Manusia mempunyai kemampuan untuk menilai baik dan buruk. Manusia


mempunyai kata hati yang tajam apabila ia mampu membuat keputusan
yang baik dan yang buruk bagi dirinya dan orang lain.

d. Ketajaman hati manussia biasanya diikuti dengan perbuatan yang


sejalan dengan kata hatinya.

e. Manusia mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab dengan


baik. Bertanggung jawab dalam hal ini komprehensif, baik untuk dirinya
sendiri, pada sesame manusia dan juga pada Tuhan Yang Maha Esa.
2.3. Hakikat manusia ditinjau dari Segi Antropologis

Manusia dipandang sebagai makhluk paling sederhana yang kemudian


berkembang menjadi makhluk paling sempurna.

Darwin dalam bukunya The Oriigin of The Spiciess menyebutkan bahwa “manusia
merupakan makhluk paling sederhana yang kemudian berkembang menjadi
makhluk paling komplek, dan menjadi nmakhluk paling komplek itu karena
kebudayaan manusia”

Kebudayaan tercipta oleh manusia, tapi kemudian manusia itu sendiri dalam
kehidupannya dipengartuhi oleh kebudayaan disekelilingnya Oleh karena itu
wujud dan isi kebudayaan itu akan mewarnai kehidupan manusia, yang pada
dasarnya adalah ciptaan manusia. Hal inilah yang menyebabkan bahwa manusia
tidak dapat digeneralisasikan sepanjang ia sejalan dengan kebudayaannya.

Di dalam metafisika khususnya dalam kosmologi, paham evolusionisme juga


ditentang melalui argumen kosmologi. Argumen kosmologi menyatakan bahwa
segala sesuatu yang ada mesti mempunyai suatu sebab. Adanya alam semesta
termasuk di dalamnya manusia adalah sebagai akibat. Dalam pengalaman hidup
kita menemukan adanya rangkaian sebab-akibat, namun dalam hal ini mesti ada
Sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh yang lainnya. Sebab Pertama adalah
sumber bagi sebab-sebab yang lain, tidak berada sebagai mated, melainkan
sebagai "Pribadi" atau "Khalik". Argumen semacam ini antara lain dikemukakan
oleh Muhammad Baqir Ash-Shadr (1991) dan Thomas Aquinas (Titus, et.al., 1959).

Manusia dapat dikatakan bermakna apabila ia dapat mewariskan nilai-nilai


kebudayaan yang diciptakannya dan tentunya juga berkat kuasa sang Pencipta,
mewariskan pada generasi penerusnya, dan disisi lain manusia tersebut
dapat juga merekam nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi
pendahulunya. Indonesia dengan Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dan
juga Bhineka Tunggal Ika, memberi peluang bagi tiap warga Negara untuk
mengokohkan keimanannya dan mengembangkan seluruh budaya yang ada di
Indonesia.

2.4. Hakikat manusia ditinjau dari Segi Sosialis

Seorang Filosof Yunani pada tahun 1875 yaitu Comte menyebutkan bahwa
masyarakatlah yang menentukan individu. Baginya, manusia itu ada untuk
masyarakat, dan masyarakatlah yang menentukan segala-galanya.

Compte memandang bahwa manusia itu bersifat non rasional. Oleh karena
itu menurutnya Individual Liberty akan menimbulkan bahaya bagi keutuhan
masyarakat itu sendiri. Demikian pula dalam kerhidupan masyarakat, tidak adapt
berpendapat berbeda dengan apa yang telah ditetapkan oleh golongan
masyarakat tertinggi.

Dalam pendidikan manusia diibaratkan sebagai benda kosong yang harus diisi.
Makin diisi dengan berbagai ilmu, maka benda itu akan penuh. Manusia
dipandang sebnagai makhluk yang tergantung kepada apa yang diisikan. Hal
ini berarti kurang memperhatikan factor bakat dan minat yang ada pada diri
manusia. Hal ini kurang tepat untuk dipergunakan dalam sistim pendidikan di
Indonesia. Pendapat Comte cukup sulit untuk diterima, karena individu tidak
diberi peluang untuk berkembang atau mengembangkan kreativitas dan
minatnya sendiri.

2.5. Hakekat Manusia ditinjau dari segi Humanis

Dari segi humanistic, Carl Rogers berpendapat bahwa manusia itu memiliki
dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Manusia itu,
bersifat rasional. Oleh karena itu dalam berbagai hal, dapat menentukan
nasibnya sendiri. Hal ini mengandung arti bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk mengarahkan, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri
apabila diberikan peluang untuk berkembang. Kehidupan manusia adalah
kehidupan yang penuh dengan kemungkinan (a process of becoming)dan hal ini
berjalan terus tidak pernah selesai sepanjang hayatnya.

Berbeda dengan pendapat diatas, kaum behavioristic memandang manusia


sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang perilakunya dikontrol oleh factor factor
yang dating dari luar. Jadi perilaku manusia ditentukan oleh pengaruh lingkungan.

2.6. Hakekat Manusia ditinjau dari segi Hak Asasi Manusia

Hakikat tugas dan tujuan hidup manusia tiada lain adalah menjadi manusia.
Tugas dan tujuan hidup manusia adalah membangun atau "mengadakan" dirinya
mendekati manusia ideal. Inilah yang dalam filsafat disebut self-realization
(realisasi- diri). Realisasi-diri erat hubungannya dengan pandangan tentang
hakikat manusia, yang dapat kita pelajari dengan bersumber dari agama atau
filsafat. Dengan bersumber dari filsafat, hendaknya kita maklumi bahwa
"manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika dapat merealisasikan
hakikatnya secara total" (Henderson, 1959). Adapun sebagaimana telah Anda
pahami melalui Kegiatan Belajar 2, manusia dapat menjadi manusia hanya melalui
Pendidikan. Implikasinya, dalam rangka mencari pengertian atau
mendefmisikan tentang pendidikan sewajarnya bertolak dari suatu pandangan
tentang manusia dan diarahkan kepada wujud manusia ideal berdasarkan
pandangan tentang manusia yang dijadikan asumsinya.
D.       Hubungan Hakekat Manusia dengan Hak Asasi Manusia

Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa; manusia adalah kesatuan
badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya,
mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu serta tujuan hidup; manusia memiliki
berbagai potensi, yaitu potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya, adapun dalam eksistensinya
manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius.
Mesti Anda perhatikan sesungguhnya sosok manusia ini adalah sosok manusia ideal,
sosok manusia yang dicita-citakan atau yang menjadi tujuan, sosok manusia
yang belum terwujud melainkan yang mesti diupayakan untuk diwujudkan.

Dalam hal ini berarti manusia lahir dengan potensi, ia lahir belum
terspesialisasi seperti hewan atau binatang, dan bahwa perkembangannya bersifat
terbuka. Implikasi dari pandangan tentang berbagai aspek hakikat manusia tersebut,
sebagai Hak Asasi Manusia atau sebagai upaya membantu manusia agar mampu
hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya maka pendidikan sewajarnya
diupayakan dengan tujuan untuk membantu mengembangkan berbagai potensi yang
ada pada manusia.

Hakikat tugas dan tujuan hidup manusia tiada lain adalah menjadi manusia.
Tugas dan tujuan hidup manusia adalah membangun atau "mengadakan" dirinya
mendekati manusia ideal. Inilah yang dalam filsafat disebut self-realization (realisasi-
diri). Realisasi-diri erat hubungannya dengan pandangan tentang hakikat manusia,
yang dapat kita pelajari dengan bersumber dari agama atau filsafat. Dengan
bersumber dari filsafat, hendaknya kita maklumi bahwa "manusia menjadi
manusia yang sebenarnya jika dapat merealisasikan hakikatnya secara total"
(Henderson, 1959). Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa; manusia adalah
kesatuan badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu serta tujuan hidup;
manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya, adapun
dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, kultural,
moralitas, dan religius.

Dengan segala potensi yang dimilikinya, dari zaman ke zaman manusia terus
berupaya untuk mampu mempertahankan eksistensinya dan terus menerus menuju
peradaban yang semakin maju dan kompleks.Sejalan dengan itu, tugas dan tujuan
hidup manusia adalah membangun atau "mengadakan" dirinya mendekati manusia
ideal. Inilah yang dalam filsafat disebut self-realization (realisasi-diri). Realisasi-diri erat
hubungannya dengan pandangan tentang hakikat manusia, yang dapat kita pelajari
dengan bersumber dari agama atau filsafat. Dengan bersumber dari filsafat,
hendaknya kita maklumi bahwa "manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika
dapat merealisasikan hakikatnya secara total" (Henderson, 1959).

E. Hubungan Hakekat Manusia dengan Kebutuhan Terhadap Pendidikan

Hak adalah milik manusia karena naturanya, namun karena natura ini
adalah natura sosial maka dengan apa yang dianggap sebagai hak diwajibkan
mengakui hak orang lain begitulah pernyataan dari Jauh Locke, sedangkan
menurut Noah Webster seorang pemikir besar Amerika menyatakan , pemerintah
dispotik akan membatasi pendidikan karena kawatir kekuasaannya lama
kelamaan berkurang. Hak asasi adalah hak yang dasar atau pokok. Hak asasi
manusia merupakan hak-hak yang alamiah yang tidak dapat dicabut karena ini
adalah karunia Tuhan. Hak-hak tersebut antara lain hak hidup, kebebasan dan
mengejar kebahagiaan. Disamping itu hak asasi meliputi kebebasan berbicara,
kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berserikat. Menurut Thomas
Jefferson pendidikan adalah syarat mutlak dari kemerdekaan, ia juga menegaskan
bahwa nodal utama kekuatan politik berada pada rakyat, yaitu rakyat yang
menguasai pengetahuan dan informasi.

Pendidikan sebagai upaya agar manusia memperoleh hak-haknya yang asasi.


Menurut sejarah, di negara-negara Eropa mula-mula muncul masalah mengenai hak-
hak manusia yang telah diinjak-injak oleh pemerintahan monarki atau absolutisme.
Sebab itu, pada mulanya yang menjadi masalah pokok mengenai pendidikan ialah
bagaimana individu itu memperoleh hak-haknya yang asasi. Karena itu, pula tugas
negara adalah menjamin berkembangnya hak-hak individu tersebut. Hal ini antara lain
terlihat dalam pemikiran filsuf Prancis, Condorcet pada akhir abad ke-18. la
menyatakan adalah merupakan tugas negara untuk memberikan hak-hak yang
diperlukan setiap individu dalam memperoleh hak-hak asasinya dan di mana individu
itu dapat mengembangkan kemampuannya yang relevan oleh alam kepadanya.
Dengan diperolehnya kesempatan tersebut maka warga negara itu mempunyai
kesamaan yang aktual dan oleh sebab itu dia dapat memberikan kemampuannya
kepada negara. Menurut Condorcet inilah tujuan pokok pendidikan nasional, dan
dilihat dari segi ini pendidikan merupakan tugas pemerintah yang adil. Model
pendidikan yang demokratis juga mendapatkan dasarnya dari John Dewey dalam
bukunya Democracy and Education (1916). Dewey menyatakan bahwa demokrasi
merupakan sesuatu yang lebih dari pada suatu pengertian politik; demokrasi
merupakan suatu kehidupan bersama yang saling berkaitan dan saling
mengkomunikasikan pengalaman. Suatu masyarakat hanya akan ada karena suatu
komunikasi karena saling membagi pengetahuan, dan itulah kriteria etis suatu
masyarakat yang baik. Jadi, demokrasi dan pendidikan merupakan dua muka dari
suatu mata uang, demokrasi tidak dapat hidup tanpa pendidikan, sebaliknya
pendidikan yang baik tidak akan hidup dalam suatu masyarakat yang tidak
demokratis. Tahun 1982 Mortimer J. Adler atas nama anggota- anggota Paideia
menyatakan,
rakyat kita secara keseluruhanlah yang merupakan kelas yang memerintah kita.
Oleh karena itu, kita harus merupakan suatu masyarakat tanpa kelas di bidang
pendidikan. Makna yang paling dalam dari persamaan sosial adalah kualitas
kehidupan Vang sama bagi semua, yang menuntut kualitas penyekolahan yang sama
bagi semua (Mortimer J. Adler, 1982).

Pendidikan sebagai Hak Setiap Warga Negara. Hak untuk mendapatkan


Pendidikan bagi setiap warga negara tertuang dalam Pasal 31 UUD Rl 1945, sebagai
berikut.

a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah


wajib membiayainya.

c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan


nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.

d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang- kurangnya 20%


dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah, untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan


bahwa "pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa" (ayat I, Pasal 4). Selanjutnya, ayat (1) Pasal
5 menyatakan: "Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu".

Dalam pendidikan terdapat tiga hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir),
aspek gerak ( psikomotorik ) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita
mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil
bagian tapi juga ada unsur- unsur yang berkaitan dengan mengekspresikan rasa
suka tersebut, perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain.

Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan


hakekat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan
manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran terhadap
manusia untuk mampu mengenal, mengerti dan memahami relitas kehidupan yang
ada di sekelilingnya. Dengan adanya pendidikan, diharapkan manusia mampu
menyadari potensi yang ia miliki sebagi makhluk yang berfikir. Potensi yang
dimaksud adalah potensi ruhaniyah (spiritual), nafsiyah (jiwa), aqliyah (pikiran)
dan jasmaniyah (tubuh).

Adapun kewajiban pemerintah diatur dalam Pasal 11 sebagai berikut.


a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,
serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.
b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya
dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.

Hak untuk mendapatkan pendidikan bagi warga negara telah dinyatakan sejak
tanggal 18 Agustus 1945 ketika PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai dasar
konstitusional negara Indonesia. Adapun kewajiban belajar telah sahakan gejak 1950
hingga sekarang, sekalipun terdapat berbagai kendala dan pelaksanaannya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai