Kelas 3 B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hakikat Manusia” ini.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai
berbagai pendapat atau doktrin mengenai hakikat manusia menurut ilmu antropologi, agama
dan filsafat supaya pembaca bisa memahami apa saja hakikat manusia menurut berbagai
ilmu di Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin JAMBI.
Penulis menyadari bahwa hasil cipta suatu karya manusia itu tidaklah selalu sempurna.
Maka dari itu, saran dan kritik anda sangat kami harapkan dalam membangun kesempurnaan
hasil karya kami selanjutnya. Mohon maaf atas segala kekurangan. Akhir kata
wassalamualaikum wr. wb.
Semoga bermanfaat,
Oktober 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................1
A. Hakikat Manusia........................................................................................................1
B. Hakikat Manusia menurut Agama.............................................................................4
C. Hakikat Manusia menurut Antropologi.....................................................................7
D. Hakikat Manusia menurut Filsafat.............................................................................8
E. Teori hakikat Manusia................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain.
Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk
mengatur insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi
ini, tanpa akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang
lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan
fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu
pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual, makhluk sosial,
makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang beragama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hakikat Manusia ?
2. Apa Hakikat Manusia menurut Agama?
3. Apa Hakikat Manusia menurut Antropologi?
4. Apa Hakikat manusia menurut Filasafat?
5. Apa itu Teori Hakikat manusia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ap aitu Hakikat Manusia menurut Agama, Antropologi dan
Filsafat
2. Untuk mengetahui teori Hakikat Manusia
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT MANUSIA
1. Pengertian Hakikat
Pengertian Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005:3-4),
sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik, yang prinsipiil, yang membedakan
manusia dari hewan. Ada berbagai ungkapan tentang manusia: Zoon Politicon hewan
yang bermasyarakat (Socrates)animal rational (hewan yang berpikir), animal
simbolocum (binatang yang memahami lambang-lambang), homofaber (manusia
yang menciptakan alat- alat), homo educandun (manusia yang terdidik), homo
politicus (manusia yang berpolitik), homo economicus(manusia ekonomik), Das
Kranke Tier= hewan yarg sakit (Max Scheller), hewan yang bermoral, dan lain-lain.
Ungkapan yang mengibaratkan manusia dengan hewan tidaklah tepat; seolah-olah
manusia dan hewan tidak berbeda secara hakiki (gradual saja). Ingat, teori evolusi
Charles Darwin yang mengatakan manusia berasal dari primal (kera) tidak terbukti
(ada: the missing link, rantai yang terputus) Dengan demikian ada suatu proses antara
yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya, tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan
bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera melalui proses
evolusi yang bersifat gradual. 2. Wujud hakikat manusia Wujud hakikat manusia yang
tidak dimiliki oleh hewan adalah: kemampuan menyadari diri, kemampuan
bereksistensi, memiliki kata hati, memiliki moral, kemampuan bertanggung jawab,
rasa kebebasan (kemerdekaan), menyadari hak dan kewajiban, dan kemampuan
menghayati kebahagiaan (Kusdaryani,2009). Berikut ini penjelasan ringkasnya :
a. Kemampuan menyadari diri
Manusia menyadari tentang "aku" yang membedakan (mengambil jarak) dari
engkau" (aku-aku lain, bukan aku; ia, mereka) dan lingkungannya. Kemampuan
mengambil jarak tersebut, ke luar menganggap di luar akunya sebagai objek,
menimbulkan egoisme; dan ke dalam, menganggap di luar akunya sebagai subjek,
menimbulkan pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa (aku keluar dari dirinva dan
menempatkan aku pada diri orang lain). Manusia juga dianugerahi kemampuan
mengambiljarak dari dirinya sendiri (sebagai subjek sekaligus objek meng-Aku).
Implikasi dalam pendidikan:(1) Pendidikan hendaknya mengembangkan secara
1
seimbang antara aku (egois, individualitas) dan sosialitas; antara subjek dan objek,
(2) hendaknya mengembangkan “meng- Aku” (Drijarkara, 1978:138) pada peserta
didik dan kemampuan mendidik diri sendiri = self forming.
b. Kemampuan bereksistensi
Manusia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, yang disebut kemampuan bereksistensi.
Manusia bukan "ber-ada" melainkan "meng-ada" atau "bereksistensi" Implikasi
dalam pendidikan: Peserta didik diajar untuk belajar: dari pengalaman,
mengantisipasi sesuatu keadaan/peristiwa, melihat prospek masa depan,
mengembangkan daya imajinasi kreatif.
c. Kata hati (Concience of man)
Kata hati sering disebut dengan istilah hati nurani, pelita hati, suara hati, lubuk hati
adalah kemampuan memahami apa yang telah, sedang, dan akan terjadi serta akibat
bagi dirinya, yang memberikan penerangan tentang baik- buruknya tindakan sebagai
manusia. Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan yang baik/benar
secara cerdas; menjadi petunjuk moral/perbuatan (Tirtarahardja dan La Sulo, 2005:6).
Implikasi dalam pendidikan: Pendidikan (kata hati) bertugas mempertajam kata hati
dengan melatih akal budi, kecerdasan, dan kepekaan emosi; bertujuan memiliki
keberanian moral (berbuat) berdasarsuara hatinya.
d. Memiliki moral
Moral adalah norma (ukuran) tentang baik-buruknya tindakan; filsafat moral disebut
etika, yang tidak identik dengan etiket (sopan santun). Moral terkait erat (sinkron,
sesuai) dengan kata hati. Orang yang moralnya tidak sesuai dengan kata hatinya =
bermoral rendah (asor), tidak bermoral. Ingat, orang yang etiketnya (sopan-
santunnya) tinggi (penipu) belum tentu bermoral tinggi. Itulah sebabnya pendidikan
moral juga sering disebut pendidikan kemauan yang oleh (Langeveld 1955:28)
dinamakan De opvoedeling omzichzelfs wil. Tentu saja yang dimaksud adalah
kemauan yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Implikasi dalam pendidikan:
perlu dikembangkan pendidikan moral (pendidikar nilai).
e. Tanggung jawab
Tanggung jawab dapat terhadap: diri sendiri (tuntutan hati nurani) sesamanya
(tuntutan masyarakat, norma social), dan Tuhan (tuntutan norma agama). Tanggung
jawab terkait dengan tindakan moral dan suara hati, berdasar kodrat manusia.
Tanggung jawab menjadi hilang bila tindakan yang dilakukan bukan karena
2
keputusan moral sesuai suara hatinya (dipaksakan). Bertanggung jawab berarti sadar
dan rela menerima akibat dari tindakannya sesuai tuntutan hati nurani, norma sosial,
norma agama. Implikasi pedagogis: perlu pendidikan nilai sebagai pribadi dan
aiggota masyarakat.
f. Kebebasan /kemerdekaan
Kebebasan tidak terlepas dari tuntutan kodrat manusia (hati nurani, moral), artinya:
bebas untuk bertindak sejauh tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia
(bebas dalam keterikatan). Kebebasan yang tidak sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia sesungguhnya tidak bebas, karena terikat oleh akibatnya yang tidak
menyenangkan. Sebaliknya, keterikatan yang sesuai dengan moral, suara hati, dan
kodrat manusia bukanlah suatu keterikatan. Implikasi pedagogis: Perlunya
pendidikan nilai umtuk menginternalisasi (menyaturagakan, pembatinan) nilai-nilai,
aturan-aturan, ke dalam dirinya, hingga dirasakan sebagai miliknya.
g. Hak dan kewajiban
Dalam realitas hidup sehari-hari, umumnya hak diasosiasikan dengan sesuatu yang
menyenangkan, sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Tidak ada hak
tanpa kewajiban. Benarkah kewajiban menjadi beban manusia? Ternyata bukan
beban, melainkan keniscayaan (Drijarkara, 1969:24- 27). Mengingkari kewajiban
berarti mengingkari kemanusiannya. Memenuhi kewajiban merupakan keluhuran,
bermartabat sebagai mamusia. Kewajiban bukan keterikatan melainkan keniscayaan.
Namun demikian, hak dan kewajiban dapat menjadi relative, sesuai dengan kondisi
dani situasinya. Hak bersifat netral, tidak harus dituntut, bahkan juga yang terkait
dengan hak asasi sekalipun. Hak dan kewajiban harus dilaksanakan berdasar
keadilan. Implikasi pedagogis: (1) Pendidikan bertugas mengembangkan rasa wajib
hingga dihayati sebagai keniscayaan, yang dapat ditempuh melalui pendidikan
disiplin, dan (2) kedisiplinan dan rasa tanggung jawab hendaknya ditanamkan sejak
anak usia dini melalui pembiasaan (habit forming). Ada empat aspek disiplin, yaitu:
(1) disiplin rasional, yang pelanggarannya menimbulkan rasa salah, (2) disiplin
sosial, yang pelanggarannya menimbulkan rasa malu, (3) disiplin afektif, yang
pelanggarannya menimbulkan rasa gelisah, dan (4) disiplin agama, yang
pelanggarannya menimbulkan rasa berdosa.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan dapat dirasakan, tetapi sulit dirasionalkan. Kebahagiaan merupakan
integrasi dari kesenangan, kegembiraan, kepuasan, pengalaman pahit dan
3
penderitaan. Kebahagian mencakup dua aspek, yaitu usaha dan takdir Tuhan, dan
dapat ditingkatkan. Kebahagiaan terletak pada kesanggupan menghayati pengalaman
senang-tidak senang secara keheningan jiwa, sebagai realita hidup, dan penyerahan
total kepada Sang Pencipta. Implikasi pedagogis: (1) pendidikan bertugas
meningkatkan kemampuan berusaha dan menghayati hasil usaha dalam kaitaninya
dengan takdir, (2) perlunya pendidikan keagamaan sebagai wahana mencapai
kebahagiaan, yang intinya ada pada pendidikan keluarga.
Dirumusan lain tentang manusia adalah sebagai makhluk yang mempunyai budi,
binatang yang membuat alat dari bahan alam, makhluk ekonomi, makhluk beragama,
makhluk yang pandai menciptakan bahasa, pikiran dan perasaan.
4
Beberapa defenisi yang mengungkapkan manusia sebagai hewan yang mana defenisi tersebut
bertentangan dengan pendapat ahli dari kalangan Islam. Dalam Islaam, hewan dan manusia
adalah makhluk yang sangat jauh berbeda. Hewan makhluk yang hanya diberikan nafsu saja
tanpa diberikan akal, sedangkan manusia adalah makhluk yang istimewa yang diberikan
kelebihan akal serta nafsu oleh Allah SWT. Menurut Daud Ali menyatakan pendapatnya
tentang manusia. Manusia bisa saja menjadi hewan, jika seorang manusia tersebut tidak
menggunakan kelebihannya sesuai dengan yang diberikan Allah berupa akal, nafsu dan hati.
Berdasarkan ajaran Islam, ada enam peranan yang menjadi hakikat diciptakannnya manusia
oleh Allah SWT. Berikut adalah hakikat manusia berdasarkan pandangan Islam dalam
berbagai dimensi.
1. Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba Allah. Sebagai seorang hamba,
manusia wajib mengabdi kepada Allah dengan cara menjalani segala perintah-Nya
serta meninggalkan larangan-Nya. Sebagai hamba, manusia juga wajib menjalankan
ibadah dengan sepenuh hati dan keikhlasan, sebagaimana telah disebutkan dalam ayat
yang berbunyi:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS: Al Bayyinah:5).
2. Al Nas
Dijelaskan di dalam Alquran bahwa manusia juga disebut dengan Al Nas. Kata Al
Nas mengacu pada hakikat manusia dalam menjalin hubungan dengan manusia lain.
Ilmu pengetahuan mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa
hidup tanpa bantuan manusia lainnya. Hal ini juga tertera dalam salah satu surat yang
berbunyi:
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).
3. Khalifah Allah
5
Dalam tujuan penciptaan manusia telah disebutkan bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi. Menjadi seorang
khalifah tidaklah mudah. Sebab manusia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat
nanti.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”(QS Shad:26).
4. Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Nabi Adam. Tujuannya agar tidak
terjadi kesalahpahaman bahwa manusia tercipta karena hasil evolusi kera seperti yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam
untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan yang selama ini ada. Dalam Alquran,
Allah berfirman:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf
26-27).
5. Al Insan
Hal ini merujuk pada kemampuan manusia dalam menguasai ilmu pengetahuan,
kemampuan untuk berbicara, serta melakukan berbagai kegiatan lainnya.
6. Makhluk Biologis
Manusia disebut sebagai makhluk biologis karena memiliki raga yang dapat
melakukan aktivitas fisik, tumbuh dan berkembang, memerlukan makanan,
berkembang biak, dan lain sebagainya.
6
Hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian.
Manusia juga dibekali dengan akal dan pikiran serta perbuatan yang harus dapat
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
1. Islam: Dalam Islam, manusia dipandang sebagai khalifah atau wakil Tuhan di dunia.
Kelebihan dari perspektif ini adalah manusia diberikan tanggung jawab untuk menjaga
keharmonisan alam semesta. Namun, kelemahan potensialnya adalah terjadinya
kesalahpahaman dalam menginterpretasikan tugas dan tanggung jawab tersebut.
2. Kristen: Dalam Kristen, manusia dipandang sebagai makhluk yang diciptakan menurut
gambar dan rupa Tuhan. Kelebihannya adalah manusia dihargai dan dianggap bernilai
tinggi, tetapi kekurangannya adalah adanya kemungkinan penggerusan ego dalam
menganggap diri lebih baik dari yang lain.
3. Hindu: Dalam Hinduisme, manusia dipandang sebagai bagian dari siklus kelahiran dan
kematian yang tak terbatas (samsara). Kelebihannya adalah pemahaman bahwa segala
sesuatu saling terkait dan saling ketergantungan, tetapi kekurangannya adalah adanya
risiko terjebak dalam siklus penderitaan tanpa akhir.
4. Budha: Dalam Buddhisme, manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi
untuk mencapai pencerahan atau nirwana. Kelebihannya adalah pemahaman tentang
pentingnya kebijaksanaan dan kepemahaman diri, tetapi kelemahan potensialnya adalah
kesulitan dalam mencapai tingkat pencerahan tersebut.
5. Kepercayaan Lain: Di luar agama-agama besar, terdapat berbagai kepercayaan yang juga
memiliki pandangan tentang hakikat manusia. Beberapa mencakup keyakinan tentang
kelahiran ulang, pemujaan alam, dan spiritualitas universal. Kelebihan dan kekurangan
berkaitan dengan kompleksitas dan variasi pemahaman dalam setiap kepercayaan ini.
7
memilki strutur sarap pusat, substastansial dan susunan otak yang paling baik fungsinya
yang mencakup fungsi berpikir. fungsi gerak,fungsi bicara, fungsi merasa, fungsi berbicara
dan banyak lagi sistem fungsi dari tubuh kita yang dikendalikan oleh otak. Manusia dari
segala macam rumpun bangsa yang sekarang diberi nama: Homo Sapiensis (manusia
bijaksana) atau hom reens (manusia zaman sekarang). Di eropa sejarah manusia sudah ada
sejak zaman Augracian. Manusia prasejarah in juga di sebut sebagai Homo reens Posilis.
Sebelumnya ada jenis-jenis manusia yang primitif bentuk kepala dan tubuhnya, seperti
Homo Neanderthalis dan Homo solloensis. Pada tahun 1981 Eugeune Dubois menemukan
Phitecantrophus Electrus yang memiliki rahang lebih kecil ketimbang manusia purba
lainya.Antara tahun 1936-1941 von konigswaled lebih banyak lagi menemukan rangka
pithecacnttropus elecrus. Adapun Phitechantropus Mojokertensisi, adalah suatu fosil dari
zaman prasejarah, yang ditemukan di pulau jawa dan memiliki usia lebih tua daripada
pithecanthropus electrus. Manusia purba ini hidup di zaman plesteon kuno, mula-mula van
koengnigswald menemukan fosil manusia purba ini di Mojokerto. Phitechantropus Yang
satu ini diperkirakan mati di saat usia muda.Kemudian pada tahun1939 fosil mahluk purba
ini juga ditemukan di dekat sangiran sebelah utara kota surakarta. Jika kita memandang
asal usul manusia secara antropolog maka hukum Charles Darwin yang menyatakan
bahwa nenek moyang manusia adalah kera berarti hampir betul. Karena secara ilmu
Antropologi berdasarkan fosil-fosil yang telah ditemukan maka asal usul manusia berasal
dari kera yang mengalami proses evolusi hingga membentuk organisme yang sempurna.
Namun hal tersebuk akan selalu bertentangan dengan hukum agama yang menyatakan
bahwa nenek moyang umat manusia adalah nabi Adam. Dalam beberapa keterangan nabi
adam di gambarkan sebagai individu manusia yang sempurna seutuhnya . Dan analogi
kera tersebut sangat bertentangan dengan demikan terkadang linear dari ilmu pengetahuan
tidak searah dengan ilmu agama.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang tersusun atas kesatuan hermonik jiwa raga dan eksis
sebagai individu yang memasyarakat. Manusia sebagai makhluk yang lemah yang
keberadaanya sangat ditentukan secara mutlak oleh sang pencipta. Manusia tidak dapat
berbuat apa-apa terhadap Sang pencipta, kecuali pasrah. Segala potensi alam oleh manusia
perlu diolah agar lebih bisa memberikan pemenuhan kebutuhan yang sesuai. Sebagai
mahkluk yang berpikir, jiwa dan badan manusia senantiasa berhadap-hadapan sebgaia
individu yang otonom dan berjiwa bebas berhadapan dengan kecenderungan sosialnya.
8
Hakikat pribadi manusia sebagai jiwa dan raga mempunyai kebutuhan dan kepentingan
masing-masing. Kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan sosia; juga
menuntukkebutuhan dan kepentingan sendiri-sendiri. Semestinya manusia sadar pada
keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan dan mahkluk sosial. Dengan denikian,
pemikiran-pemikirannya senantiasa dipertimbangkan nilai-nilai minimalnya sehingga
mampu meluruskan pembelokan-pembelokan pemikiran yang fungsional-pragmatis
tersebut. Dengan kesadaran penuh yang dimiliki manusia, ia selalu mempertimbangkan
nilai-nilai yang baik dan buruk bagi dirinya.Filsafat manusia secara spesifik menyoroti
hakikat atau asensi manusia. Semua cabang filsafat pada prinsipnya bermuara pada
persoalan asasi mengenai esensi manusia, yang tidak lain merupakan persoalan yang
secara spesifik menjadi objek kaian filsafat manusia.
Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat manusia yang menggunakan metode
sintesis dan reflektifitu, mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis. Berdasarkan
pengalaman dan berbagai pengetahuan tentang manusia, para filsuf mencoba “menyaring”
dan“menggolongkan” isi pengalaman dan pengetahuan tersebut ke dalamatau dua kategori
realitas peling mendasar, yang diandaikan sebagai hakikat dari semua umat manusia.
Ciri ekstensiffilsafat manusia dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau
menyeluruhnya objek kajian yang digeluti oleh filsafat ini. Filsafat manusia bersifat
sinopsis dan universal, mencakup segenap aspek dan dimensi yang terdapat dalam realitas
manusia, maka ia tidak mungkin bisa mendeskripsikan semuanya itu secara rinci dan
detail.Filsafat manusia hanya menggambarkan realitas manusia secara garis besar saja.
Meski demikian, pada prakteknya tidak semua filsafat memperhatikan aspek-aspek atau
dimensi-dimensi tersebut secara seimbang.
Ciri lain dari filsafat manusia adalah penjelasannya yang intensif. Filsafat adalah kegiatan
yang intelektual yang hendak menggali inti, hakikat, akar, atau stuktur dasar, yang
melandasi segenap kenyataan. Menurut penganut dualisme tentang manusia, hakikat
manusia pada prinsipnya sama dengan hakikat alam semesta, yakni substansi yang
memiliki sifat dasar rex extensa dan res cogitans, atau substansiyang memiliki keluasan
dan substansi yang berpikir.
Ciri kritis filsafat manusia berhubungan dengan dua metode yang dipakainya (sintesa
dan refleksi) dan dua ciri yang terdapat di dalam isi atau hasil flsafatnya(ekstensi dan
intensif). Karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk
9
memahami diri manusia sendiri ( pemahaman-diri). Filsafat manusia pun sangat peka
terhadap upay-upaya untuk mensimplifikasikan hidup manusia. Karena filsafta manusia
hendak memahami manusia secara ekstensif dan intensif, maka ia tidak puas terhadap
pengetahuan atau informasi yang bersifat sempit, dangka, dan simplistis tentang manusia.
Sambil menjalankan usahanya dalam memahami manusia secara ekstensif dan intensif ,
filsafat manusia tidak memahami tidak henti-hentinya mengecam kekuatan-kekuatan atau
ideologi-ideologi yang ada dibelakang upaya simplifikasi.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah
SWT. Dimana manusia diberikan kelebihan berupa akal serta manusia
diberikan nafsu oleh Allah Swt. Dalam keberadaan manusia, akal manusia
dibimbing oleh dua pedoman yautu Alquran dan Hadist. Dalam Alquran Allah
mengajarkan tauhid kepada manusia, menyucikan manusia kepada agama,
membimbing manusia kepada kebaikan baik dalam diri sendiri maupun dalam
kehidupan social sehingga manusia dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Dalam Alquran ada tida hakikat manusia yaitu;
1. Basyar, artinya manusia adalah sebagai makhluk biologis
2. Al-insan, artinya manusia sebagai pemakmur bumi, pemegang amanah,
serta dapar dihubungkan dengan proses penciptaan
3. Bani adam dan Dzurriyat Adam, artinya anak-anak keturunan Nab Adam.
Menurut ahli antropologi manusia digolongkan sebagai primata . Manusia
merupakan primata yang paling sempurna diantara primat-primata lainya.
Filsafat manusia secara spesifik menyoroti hakikat atau asensi manusia. Semua
cabang filsafat pada prinsipnya bermuara pada persoalan asasi mengenai esensi
manusia, yang tidak lain merupakan persoalan yang secara spesifik menjadi
objek kaian filsafat manusia.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, yang mana pasi jauh dari kata sempurna
dan tentunya tidak lepas dari kekurangan baik dalam penyusunan maupun
penyajian. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan dan evaluasi dari apa yang kami usahakan dalam penyusunan
makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah ilmu pengetahuan khususnya untuk pelajar sebagai tambahan
literatur yang baik, untuk pendidik sebagai bahan pembelajaran, dan untuk
mahasiswa sebagai rujukan dalam penyusunan makalah
13
DAFTAR PUSTAKA
Drijarkara.1969.Kumpulan Karangan alm.Prof.Dr.N.Drijarkara S.J.yang pernah
dimuat dalam Majalah Basis. Yogyakarta:Kanisius
________.1978.Percikan Filsafat. Yogyakarta: Kanisius
https://www.kompasiana.com/
panirahmayenti1878/61a6fbc906310e61144540e3/hakikat-manusia-menurut-
alquran-dan-pakar-ahli
https://www.kompasiana.com/finamaulida/54f79964a333119e778b4730/hakikat-
manusia-dalam-filsafat
https://kumparan.com/berita-hari-ini/hakikat-manusia
https://www.bing.com/search?q=hakikat+manusia+menurut+ilmu+agama
A. Hakekat Manusia
1. Manusia : Pandangan
Antropologi
Menurut Koentjaraningrat,
antropologi adalah “ilmu
tentang manusia”.
14
Dalam perkembangannya di
Amerika, antropologi dipakai
dalam arti yang
sangat luas, karena meliputi
baik bagian-bagian fisik
maupun sosial dari
“ilmu tentang manusia”.
Pada bahasan selanjutnya
akan dikemukakan
mengenai manusia dalam
pandangan antropologi.
Para ahli biologi pada abad ke-
19-an menyimpulkan bahwa
manusia
merupakan mahluk hidup yang
terbentuk dari jutaan sel.
15
Pada awalnya di dunia ini
hanya ada satu sel yang
kemudian
berkembang dan mengalami
percabangan-percabangan.
Percabangan ini
mengakibatkan adanya variasi
mahluk hidup di dunia ini.
Menurut Charles
Darwin dalam teori
Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari
kera
yang mengalami perubahan
secara bertahap dalam waktu
yang sangat
16
lama. Dalam perjalanan waktu
yang sangat lama tersebut
terjadi seleksi
alam. Semua mahluk hidup
yang ada saat ini
merupakan organisme-
organisme yang berhasil
lolos dari seleksi alam
dan berhasil
mempertahankan dirinya.
Para ahli biologi yang
menyimpulkan bahwa semua
mahluk hidup di
dunia berasal dari suku
primat yang terbagi
menjadi 2 cabang yaitu
17
Anthropoid dan Prosimii.
Berdasarkan klasifikasi
tersebut, manusia
ditempatkan pada subsuku
Anthropoid yang dibagi
menjadi 3 infrasuku
yaitu, Infrasuku Ceboid,
infrasuku Cercopithedoid
dan infrasuku
Hominoid. Infrasuku
Hominoid terbagi kedalam 3
keluarga yaitu Pongidae,
Ramapithecas dan
Hominidae. Manusia berada
pada
18
percabangan kaluarga
Hominidae. Keluarga
Hominidae menggabungkan
manusia purba jenis
Pithecanthropus dengan
Homo Neanderthal dan
dengan manusia sekarang atau
Homo Sapiens. Jenis Homo
Sapiens yang
ada sampai saat ini terdiri
dari 4 ras yaitu ras
Negroid, Caucasoid,
Mongoloid dan Austrloid
(http://
hanykpoespyta.wordpress.com
/ 2008/04/19/manusia-antara-
19
pandangan-antropologi-dan-
agama-islam).
Dapat disimpulkn bahwa
manusia dalam pandangan
Antropologi
bertahap dengan waktu yang
sangat lama (evolusi).
Berdasarkan teori ini,
manusia dan semua mahluk
hidup di dunia ini berasal dari
satu moyang
yang sama. Nenek moyang
manusia adalah kera. Teori
Evolusi yang
dikenalkan oleh Charles
Darwin ini akhirnya
20