Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

DOSEN PENGAMPU : AHMAD DINI M.PD

DISUSUN OLEH

EKA RAHAYU ROHMATULLOH PAI2131572223009

AYI BARKAH PAI2131572223010

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MAS’UDIYAH SUKABUMI

TAHUN 2023

Jl. Raya Sagaranten Km. 26 Buniayu, Desa Kertaangsana, Kec. Nyalindung,


Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43196

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT. Sholawat dan
salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW.
dengan segala karunia dan nikmat yang telah Allah SWT. berikan kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan kerja keras dan penuh rasa
syukur kami telah menyelesaikan tugas untuk memenuhi mata kuliah Filsafat
Pendidikan dalam tema/judul Hubungan Filsafat Manusia dan Pendidikan.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ahmad
Dini M. Pd sebagai Dosen dari mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini telah selesai, juga tidak kami lupakan
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Kami sadari bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini masih banyak
kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna, segala kesalahan yang kami buat
akan kami jadikan pembelajaran untuk lebih baik dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat diterima dengan baik, khususnya
bagi kami umumnya bagi kita semua.

Sukabumi, 11 September 2023


Tertanda

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3. Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat.................................................................................................... 3
2.2. Pandangan Filsafat Tentang Hakikat Manusia......................................................... 6
2.3. Hubungan Filsafat Manusia dan Pendidikan.............................................................8
2.4. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pendidikan………………………………….......
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 14
3.2 Saran............................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya dilahirkan ke dunia sebagai bayi yang tidak dapat
berbuat apa-apa tanpa pertolongan orang lain. Mereka memerlukan bantuan orang
lain untuk dapat memepertahankan hidupnya. Dalam hidupnya manusia akan
dihadapkan kepada beberapa kemungkinan. Apa yan dibawanya sejak lahir
merupakan potensi dasar yang masih harus dikembangkan dalam lingkungan
melalui bantuan pihak lain, berupa pendidikan. Untuk dapat memilih dan
melaksanakan cara-cara hidup yang baik dalam berbagai masalah
kehidupan,manusia harus mendapatkan pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia.
Dengan pendidikan manusia akan berkembang menjadi manusia yang lebih
dewasa. Karena pendidikan merupakan suatu upaya mendewasakan manusia yaitu
membimbing agar menjadi manusia yang bertanggungjawab. Dengan
tanggungjawab manusia akan menunjukkan adanya kesadaran normatif pada
dirinya, dimana dia menyadari dan membedakan mana perbuatan yang baik dan
buruk.dengan itu mereka telah membuktikan akan adanya kata hati dan hati nurani
mereka.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kaitan antara Manusia dan Filsafat ?

2. Bagaimana kaitan antara Filsafat dan Pendidikan ?

3. Bagaimana hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan ?

4. Bagaimana kedudukan filsafat dalam ilmu pendidikan?

4
C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Menjelaskan Bagaimana kaitan antara Manusia dan Filsafat ?

2. Menjelaskan Bagaimana kaitan antara Filsafat dan Pendidikan ?

3. Menjelaskan hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan ?

4. Menjelaskan Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat

Filsafat adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal budinya untuk

memahami secara radikal, integral, dan universal tentang hakikat sarwa yang ada

(Tuhan, alam, dan manusia), serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari

pemahaman tersebut.

Berbicara ilmu, maka kita tidak bisa lepas dengan eksistensi pendidikan,

eksistensi pendidikan dari yang sifatnya umum sampai yang ke khusus. Hubungan

filsafat dan ilmu pendidikan ini tidak hanya isidental, tetapi juga suatu keharusan.

John Dewey, filsuf Amerika, mengatakan bahwa filsafat itu merupakan teori

umum dari pendidikan atau landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan.

Lebih dari itu, filsafat memang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan

menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat di

lapangan pendidikan.

B. Pandangan Filsafat Tentang Hakikat Manusia

Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat.

Dalam hal ini, ada empat aliran yang akan di bahas. Pertama, aliran serba zat.

Aliran ini mengatakan alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur

dari alam. Maka dari itu, manusia adalah zat atau materi.

Kedua, aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatu yang

ada di dunia ini adalah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Dasar dari aliran ini

6
ialah bahwa roh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Aliran

ini menganggap roh itu ialah hakikat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau

bayangan.

Ketiga, aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada

hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi

ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama

lain. Jadi, badan tidak berasal dari roh dan roh tidak berasal dari badan.

Perwujudannya manusia tidak serba dua, jasad dan roh. Antara badan dan roh

terjadi sebab akibat keduanya saling memengaruhi.

Keempat, aliran eksistensialisme. Aliran filsafat modern berpandan bahwa

hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa

yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini, manusia dipandang tidak

dari sudut serba zat atau serba roh atau dualisme, tetapi dari segi eksistesi manusia

di dunia ini.

Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain. Meski

demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang

menganugerahi keunggulan pada manusia. Pandangan seperti itulah yang pada

akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka

adalah pencari kebenaran.

1. Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia

Hampir semua disiplin ilmu pengetahuan berusaha menyelidiki dan

mengerti tentang makhluk yang bernama manusia. Begitu juga pendidikan,

secara khusus tujuannya adalah untuk memahami dan mendalami hakikat

7
manusia. Bagi Aristoteles (384-322 SM), manusia adalah hewan berakal

sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal

pikirannya .

2. Kepribadian Manusia Dan Pendidikan

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad

lamanya penghuni bumi. Sebelum terjadi proses pendidikan di luar dirinya,

pada awalnya manusia cenderung berusaha melakukan pendidikann pada

dirinya sendiri, di mana manusia berusaha mengerti adanya mencari hakikat

kepribadian tentang siapa diri mereka sebenarnya.

3. Masalah Rohani Dan Jasmani

Terlalu banyak sebutan yang diberikan untuk makhluk-makhluk

berakal ciptaan Tuhan, seperti homo sapiens, homo rasionali, animal social,

al-insan, dan lain sebagainya. Bentuk sebutan tersebut mencerminkan

keragaman sifat dan sikap manusia. Hal itu dapat terjadi karena di dalam diri

manusia itu sendiri terdapat enam rasa yang menjadi satu, yaitu intelek,

agama, susila, sosial, seni, dan harga diri/sifat ketakuan.

C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan

1. Manusia dan Filsafat

Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak

dan berfikir, dan kerena situasi dan kondisi alam dimana dia hidup selalu

berubahubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dasyat,

yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk menenteng dan menolaknya,

menyebabkan manusia itu tertegun, temenung, memikirkan segala hal yang

8
terjadi disekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, diliatnya

bahwa segala sesuatu tumbuh diatasnya, berkembang, berbuah,dan

melimpah ruah.

Didalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan

kemakmuran manusia meningkat tinggi, maka tampulah manusia-manusia

unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan mengupas

berbagai problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial

masyarakat, alam semesta, dan jagad raya. Maka lahirlah untuk pertama

kalinya filsafat dalam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode

dua, lalu sophisme, kemudian filsafat klasik yang bermula kurang lebih

enam abad sebelum Masehi.

Memang filsafat alam, baik periode pertama maupun periode

kedua, begitu pula pemikiran Sophisme, belumlah mempunyai pengaruh

yang mendalam, dalam bidang pendidikan. Berulah setelah lahir filsafat

klasik yang dipelopori oleh sokrates (470 SM – 399 SM), dan murid-

muridnya plato dan aristoteles, filsafat mulai berpengaruh positif dalam

bidang pendidikan.

Proses kehidupan umat manusia di abad kedua puluh ini, semuanya

perubahan-perubahan yang drastis. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi telah mendorong proses kehidupan umat manusia. Dua kali

perang dunia telah merubah status permukaan bumi secara drastis.

Kemauan teknologi telah mendekatkan jarak bumi yang jauh menjadi

dekat sekali, seperti di sebelah rumah saja.

9
Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang begitu pesat sudah jelas sistem pendidikan, teori pendidikan, dan

filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia

sekarang ini. Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan dan

peralatan pendidikan tradisional sudah jelas tidak akan dapat menjawab

tantangan zaman yang sekarang kita hadapi.

Kita harus mengakui bahwa dalam sistem, teori, dan filsafat

pendidikan kita masih mengimport dari negara lain. Meskipun para ahli kita

dalam bidang ini barangkali sudah ada, akan tetapi belum berani tampil ke

depan. Kita gunakan sistem, teori, peralatan dan filsafat pendidikan orang

lain dulu, sebelum kita dapat menciptakan sendiri semuanya itu, asal kita

usahakan untuk menyesuaikannya dengan kepribadian kita, kita ambil mana

yang baik dan kita buang mana yang mudharat, lalu kita jadikan hak milik

kita sendiri. Jadi dalam hal ini harus ada proses indonesialisme.

2. Filsafat dan Teori Pendidikan

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut,

secara lebih rinci dapat diuraikan sebgai berikut:

1) Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara

pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam

memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori

pendidikannya, disamping menggunakan metoda-metoda ilmiyh

lainnya.

10
2) Fisafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang

telah berkembang oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut

pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relefansi dengan

kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dengan

pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa

diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan

kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.

3) Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi

untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori

pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.

Disamping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori

pendidikan, juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana

dikemukakan oleh Ali Saefullah dalam bukunya antara Filsafat dan

pendidikan, sebagai berikut:

a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan,

konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-

segi pendidikan serta ini moral pendidikannya.

b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi pelitik

pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,

metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akultrasi

dan peran pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.

Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu: filsafat

pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya

11
adalah bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya

diperlakukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai

pengajar bidang studi tertentu.

D. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pendidikan

Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal,

atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha

manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau

pengetahuan.lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak pernah merasa

puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin

memperhaikan hal-hal yang khusus.

Kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau

berfikir filosofis dan berfikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan piaget

tentang epistemologi genetis, yaitu fase-fase berfikir dan pikiran manusia

dengan mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia

anak hingga dewasa sebagaimana diuraikan oleh halford sebagai berikut:

Jasa utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak

dalam hal tinggah laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:

1) Fase Sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun sampai usia dimana

cara berfikir anak masih sangat ditentukan oleh kemampuan pengalaman

sensorinya, sehingga sangat sedikit terjadi peristiwa berfikir yang

sebenarnya, dimana tanggapan tidak berperan sama sekali dalam proses

berfikir dan pikiran anak.

12
2) Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5 – 8 tahun, yang

ditandai adanya kegiatan berfikir dengan mulai menggunakan tanggapan

(disebut logika fungsional).

3) Fase Operasional yang kongkrit, yaitu kegiatan berfikir untuk

memecahkan persoalan secara kongkrit dan terhadap benda-benda yang

kongkrit pula.

4) Fase Operasi Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah mulai

berfikir abstrak, dengan menggunakan konsep-konsep yang umum

dengan menggunakan hipotesa serta memprosenya secara sistematis

dalam rangka menyelesaikan problema walaupun si anak belum mampu

membayangkan kemungkinan-kemungkinan bagaimana realisasinya.

BAB III

PENUTUP

13
A. Kesimpulan

Hubungan antara ManusiaFilsafat, dan Pendidikan. Filsafat adalah

induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak

ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan

diteliti didalamnya. Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan

sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai

kebenaran atau pengetahuan. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang

paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.

Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari


filsafat, antara lain :

1) Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem

2) Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu

pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari

ilmu pengetahuan itu.

3) Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan

dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.

4) Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari

semua ilmu pengetahuan.

5) Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu


pengetahuan.

14
B. Saran

Demikianlah makalah ini semoga bermanfaat, dengan kerendahan hati,

penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Mohon kritik

dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan khazanah keilmuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Prasetya, Filsafat Pendidikan, 1997, CV. Pustaka Setia, Bandung.

Prof. Dr. H. Jalaudin , Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed , 2013 , “Filsafat


Pendidikan

Manusia,Filsafat, Dan Pendidikan”, Cet.Ke-3, Rajagrafindo Persada, Depok

16

Anda mungkin juga menyukai