BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar tauhidnya,
maka dia akan mendapatkan keselamatan didunia dan akhirat. Tauhid yang tidak benar,
akan menjatuhkan seseorang kedalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan
membawa kecelakaan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa:48
“sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni yang lebih
ringan dari pada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki. Kedudukan tauhid dalam Islam
sangatlah penting, karena dari pemahaman tentang tauhid itulah keimanan seseorang
muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang
tidak dapat di ganggu gugat dan sangat berpengaruh terhadap keislaman seseorang.
Apabila pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar
keislamannya secara menyeluruh. Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang
menyatakan keesaan Allah. Dengan meyakini akan keesaan Allah maka seorang muslim
tidak akan lagi meyakini adanya Tuhan selain Allah. Sehingga seluruh hidupnya akan
senantiasa di persembahkan hanya untuk mengabdi kepada Allah. Dengan tauhid yang kuat
maka seorang muslim akan mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dengan keyakinan
yang kuat pula.
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
B. SYIRIK
C. KUFUR
1. Definisi Kufur
Kata kufur dalam pengertian bahasa Arab berarti menyembunyikan atau menutup.
Sedangkan menurut syari’at adalah menolak kebenaran dan berbuat kufur karena
kebodohannya. Adapun pengertian kufur yang hakiki adalah keluar dan menyimpang dari
landasan Iman.[12]
Definisi lain menyebutkan Al-Kufr secara bahasa berarti penutup. Sedang menurut
define syar’i berarti tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya
ataupun tidak.[13]
2. Macam-Macam Kufur
Kekufuran ada dua Macam:[14]
1. Kufur Akbar (kufur besar)
Kufur akbar dapat mengeluarkan pelaku dari agama Islam. Kufur ini terbagai menjadi
lagi menjadi lima yaitu:
a. Kufut Takdziib (kafir karena mendustakan).
Dalilnya ialah Firman Allah Ta’ala:
. َْس فِى َجهَنَّ َم َم ْث َوى لِّ ْل َكفِ ِر ْين
َ َألَي ُق لَ َّما َجا َءه
ِّ ب بِ ْال َح ْ َو َم ْن َأ
َ ظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفتَ َرى َعلَى هللاِ َك ِذبًا َأوْ َك َّذ
“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kedustaaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya?
Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang kafir.” (Q.S. al-Ankabut: 68).
b. Kufrul Libaa’ wal Istikbar ma’at Tashdiiq (kafir karena menolak dan sombong).
Dalilnya ialah Firman Allah Ta’ala:
. َْس َأبَى َوا ْستَ ْكبَ َر َو َكانَ ِمنَ ْال َكفِ ِر ْين
َ وَِإ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َملِئ َك ِة ا ْس ُج ُدوْ ا َأِل َد َم فَ َس َج ُدوْ ا ِإاَّل ِإ ْبلِي
“Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada
Adam!’ Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur. Dan ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.” (Q.S. al-Baqarah; 34).
Kekufuran semacam ini adalah kekufurannya Iblis yang dikutuk Allah swt, karena Iblis
sebetulnya tidak menginginkan perintah Allah dan tidak mengingkarinya (tidak melawannya
dengan keingkaran), tetapi menerimanya dengan iba (keengganan menaati/melaksanakannya dan
diterima penuh dengan kesombongan.
c. Kufrusy Syakk (kafir karena ragu).
Dalilnya ialah Firman Allah Ta’ala:
. ٌَوقَالُوْ ِإنَّا َكفَرْ نَا بِ َما َأرْ ِس ْلتُ ْم بِه َوِإنَّا لَفِى شَكٍّ ِم َّما تَ ْد ُعوْ نَنَا ِإلَ ْي ِه ُم ِريْب
“Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu suruh menyampaikannya (kepada
kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap apa
yang kamu ajak kami kepadanya.” (Q.S. Ibrahim: 9).
Orang yang meragukan (tidak secara pasti membenarkan atau membohongkan) apa yang
dibawa Rasulullah saw termasuk orang kafir.
d. Kufur I’radh (kafir karena berpaling)
Dalilnya ialah Firman Allah Ta’ala:
ُأ
ِ َوالَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا َع َّما ْن ِذرُوْ ا ُمع
. َْرضُوْ ن
“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.”
(Q.S. al-Ahqaf: 3).
Kufur semacam ini dibuktikan dengan berpaling dari apa saja yang dibawa Rasulullah
saw. Dia tidak membenarkannya, tetapi juga tidak membohongkannya. Dia hanya berpaling
sehingga termasuk orang yang menganiaya (zalim) pada dirinya atau termasuk orang-orang
yang berdosa (durjana).
Dalam konteks di atas Allah swt berfirman:
. َض َع ْنهَا ِإنَّا ِمنَ ْال ُمجْ ِر ِم ْينَ ُم ْنتَقِ ُموْ ن
َ ت َربِّ ِه ثُ َّم َأ ْع َر ْ َو َم ْن َأ
ِ ظلَ َم ِم َّم ْن ُذ ِّك َر بِاَيَا
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-
ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling daripadanya, sesungguhnya Kami akan memberikan
pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (Q.S. as-Sajdah: 22).
e. Kufrun Nifaaq (kafir karena nifak)
Dalilnya ialah Firman Allah Ta’ala:
. َك بَِأنَّهُ ْم َأ َمنُوْ ا ثُ َّم َكفَرُوْ ا فَطُبِ َع َعلَى قُلُوْ بِ ِه ْم فَهُ ْم اَل يَ ْفقَهُوْ ن
َ ِذل
“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian
menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.”
(Q.S. al-Munafiqun: 3).
2. Kufur Ashgar (kufur kecil)
Kufur kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Kufur ini bersifat
amali (amalan). Yaitu, dosa-dosa yang disebutkan dalam al-Kitab dan as-Sunnah sebagai sebuah
kekufuran tapi tidak sampai pada kufur akbar. Seperti kufur nikmat yang disebutkan dalam
firman Allah:
. َم ْال َكفِرُوْ نxُ ُْع ِرفُوْ نَ نِ ْع َمتَ هللاِ ثُ َّم يَ ْن َك ِروْ نَهَا َوَأ ْكثَ ُره
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang kafir.” (Q.S an-Nahl: 83).
D. NIFAK
1. Definisi Nifak
Secara bahasa kata nifak berasal dari kata nafaqa’; lobang tempat keluar hewan sejenis
tikus (yarbu’) dari sarangnya, jika hendak ditangkap dari satu lobang maka ia akan berlari ke
lobang lainnya dan keluar darinya. Ada yang berpendapat, berasal dari kata an-nafaq, lobang
terowongan yang digunakan untuk bersembunyi.[15]
Sedang menurut pengertia syar’i, maka nifak ialah menampakkan keislaman dan
kebaikan serta menyembunyikan kekafiran dan keburukan.[16]
Orang yang memperlihatkan pennampilan lahirnya sebagai muslim, sedangkan dia
menyembunyikan kekufuran di dalam batinnya, maka orang seperti itu adalah orang munafik
(perbuatan nifaq.[17]
2. Macam-Macam Nifak
Nifak ada dua macam:[18]
1. Nifak I’tiqadi (nifak keyakinan).
Nifak ini disebut juga dengan nifak besar. Yaitu, menampakkan keislaman dan
menyembunyikan kekafiran. Nifak jenis ini dapat menyebabkan pelakunya keluar dari agama
Islam secara total dan menempatkannya di neraka paling bawah. Allah menyifati pelakunya
dengan segala sifat buruk; kafir, tidak mempunyai iman, tindakan mengolok-olok dan
mengejek Islam dan pemeluknya, serta kecenderungan total kepada musuh-musuh Islam karena
keikutsertaan mereka dalam memusuhi Islam.
Nifak jenis ini ada empat macam:
a. Mendustakan Rasul atau mendustakan sebagian ajaran yang beliau bawa.
b. Membenci Rasul atau membenci sebagian ajaran yang beliau bawa.
c. Senang jika melihat agama Islam kemunduran.
d. Tidak senang melihat agama Islam menang.
2. Nifak Amali
Nifak amali yaitu melakukan suatu amalan orang-orang munafik dengan masih
menyisakan iman di dalam hati. Nifak jenis ini tidak sampai menyebabkan pelakunya keluar
dari Islam. hanya saja ia dapat menghantarnya pada hal tersebut. Di dalam diri pelakunya
terdapat iman dan nifak. Semakin banyak ia mengerjakan amalan (nifak) ini, itu akan
menyebabkannya menjadi seorang munafik tulen. Dalilnya ialah sabda Nabi saw:
ِ ِلَةُ ِمنَ النَّافxخَص
ق َحتَّى ْ ْ انxxلَةٌ ِم ْنه َُّن َكxَص
ِهxَت فِ ْي ْ انxxا َو َم ْن َكxص
ْ ِه خxَت فِ ْي ً ِ َكانَ ُمنَافِقًا خَال َأرْ بَ ٌع َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه
َ ب ِوِإ َذا عَاهَ َد َغد ََر َوِإ َذا خَا
.ص َم فَ َج َر َ ث َك َذ
َ يَ َد َعهَا ِإ َذا اْؤ تُ ِمنَ خَ انَ َوِإ َذا َح َّد
“Ada empat sifat, jika kesemuanya ada dalam diri seorang maka ia seorang munafik
tulen. Barang siapa dalam dirinya terdapat salah sifat itu, berarti dalam dirinya ada satu sifat
kemunafikan hingga ia meninggalkannya, yaitu jika dipercaya ia berkhianat, jika berbicara ia
berdusta, jika berjanji ia menyalahinya dan jika bertikai ia berkata kotor.” (H.R. Muttafaq
‘Alaih).
Dalam hadis shahih lain disebutkan Rasulullah saw bersabda:
. َب َوِإ َذا َو َع َد َأ ْخلَفَ َوِإ َذا اْئتُ ِمنَ خَ ان
َ ث َك َذ xُ ِايَةُ ْال ُمنَاف
ٌ ق ثَاَل
َ ِإ َذا َح َّد: ث
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu: jika berbicara suka bohong, jika berjanji
suka mengingkari dan jika diberi kepercayaan (amanat) suka khianat.” (H.R Imam Bukhari dan
Imam Muslim, diterima dari Abu Hurirah).
Sungguh, di dalam diri seorang hamba terkadang ada sifat-sifat yang baik dan buruk,
juga sifat orang-orang beriman, orang kafir dan munafik. Ia akan mendapat pahala dan siksa
sesuai dengan konsekwensi perbuatan yang dilakukannya. Contoh: Malas shalat berjamaah
dimasjid, perbuatan tersebut termasuk salah satu sifat orang munafik.
.
E. BID’AH
Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh. Sebelumnya
Allah berfirman.
ِ ْت َواَأْلر
ض َ بَ ِدي ُع ال َّس َم
ِ اوا
“Katakanlah : ‘Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul“. [Al-Ahqaf/46 : 9].
Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah
Ta’ala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah
mendahuluiku.
Dan dikatakan juga : “Fulan mengada-adakan bid’ah“, maksudnya : memulai satu cara yang belum
ada sebelumnya.
1. Perbuatan bid’ah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya penemuan-penemuan baru
dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai
macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat
(kebiasaan) adalah mubah.
2. Perbuatan bid’ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu
adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini
yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)“. Dan di dalam
riwayat lain disebutkan : “Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan
kami, maka perbuatannya di tolak“.
MACAM-MACAM BID’AH
Bid’ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :
1. Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan
orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok)
yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.
2. Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak
disyari’atkan oleh Allah : dan bid’ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :
a. Bid’ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang
tidak ada dasarnya dalam syari’at Allah Ta’ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak
disyari’atkan, shiyam yang tidak disyari’atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak
disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.
b. Bid’ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti menambah
rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.
c. Bid’ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak
disyari’atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama’ah dan suara
yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari
batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
d. Bid’ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari’atkan, tapi tidak dikhususkan
oleh syari’at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan
Sya’ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di
syari’atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.
ٌضالَلَة
َ ور فَِإ َّن ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعةٌ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة َو ُمحْ َدثَا ِ ُأل
ِ ت ا ُم
“Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak“.
“Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya
tertolak“.
Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah
bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat dan tertolak.
Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.
Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid’ahnya, ada diantaranya yang menyebabkan
kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk mendekatkan diri kepada ahli
kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadzar-nadzar kepada kuburan-kuburan itu, berdo’a
kepada ahli kubur dan minta pertolongan kepada mereka, dan seterusnya. Begitu juga bid’ah
seperti bid’ahnya perkataan-perkataan orang-orang yang melampui batas dari golongan
Jahmiyah dan Mu’tazilah. Ada juga bid’ah yang merupakan sarana menuju kesyirikan, seperti
membangun bangunan di atas kubur, shalat berdo’a disisinya. Ada juga bid’ah yang merupakan
fasiq secara aqidah sebagaimana halnya bid’ah Khawarij, Qadariyah dan Murji’ah dalam
perkataan-perkataan mereka dan keyakinan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan ada juga bid’ah yang
merupakan maksiat seperti bid’ahnya orang yang beribadah yang keluar dari batas-batas sunnah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shiyam yang dengan berdiri di terik matahari, juga
memotong tempat sperma dengan tujuan menghentikan syahwat jima’ (bersetubuh).
Catatan :
Orang yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah syayyiah (jelek) adalah salah
dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya setiap bentuk
bid’ah adalah sesat“.
Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghukumi semua bentuk bid’ah itu adalah
sesat ; dan orang ini (yang membagi bid’ah) mengatakan tidak setiap bid’ah itu sesat, tapi ada
bid’ah yang baik !
Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan dalam kitabnya “Syarh Arba’in” mengenai sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Setiap bid’ah adalah sesat”, merupakan (perkataan yang
mencakup keseluruhan) tidak ada sesuatupun yang keluar dari kalimat tersebut dan itu
merupakan dasar dari dasar Ad-Dien, yang senada dengan sabdanya : “Barangsiapa mengadakan
hal baru yang bukan dari urusan kami, maka perbuatannya ditolak“. Jadi setiap orang yang
mengada-ada sesuatu kemudian menisbahkannya kepada Ad-Dien, padahal tidak ada dasarnya
dalam Ad-Dien sebagai rujukannya, maka orang itu sesat, dan Islam berlepas diri darinya ; baik
pada masalah-masalah aqidah, perbuatan atau perkataan-perkataan, baik lahir maupun batin.l
F. KHURAFAT
1. Pengertian Khurafat
Khurafat berasal dari bahasa arab (al-khurafat) berarti dongeng, legenda, kisah, cerita
bohong, asumsi, dugaan dan keyakinan yang tidak masuk akal atau akidah yang tidak benar.
Sedangkan secara istilah khurafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan, pandangan dan
ajaranyang sesungguhnya tidak memiliki dasar dar agama. Dengan demikian bagi umat Islam,
ajaran atau pandangan, kepercayaan dan keyakinan apa saja yang dipastikan ketidakbenarannya
atau yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis Nabi saw, dimasukan
kedalam kategori khurafat.
Sumber khurafat (ejaan lama: churafat) adalah dinamisme dan animisme. Dinamisme
adalah kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda.
Sedangkan animisme adalah kepercayaan adanya jiwa dan roh yang dapat mempengaruhi alam
manusia. Khurafat diartikan sebagai cerita-cerita yang mempesonakan yang dicampuradukkan
dengan perkara dusta atau semua cerita rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adat
istiadat, ramalan-ramalan, pemuajaan atau kepecayaan yang menyimpang dari ajaran Islam.
[21]
Khurafat adalah budaya masyarakat Jahiliyah oleh karena itu Prof. Dr. Harun Nasution
dalam bukunya Islam di Tinjau dari Berbagai Aspek, membagi agama ada yang bersifat primitif
dan yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama animisme dan dinamisme termasuk
kedalam primitif tersebut.
Agama dinamisme adalah mengandung kepercayaan kepada kekuatan gaib yang
misterius sedangkan agama animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda,
baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa mempunyai roh.[22]
(Syirik, Kufur, Nifak, Fasik, Khurafat dan Tahayul)
(Syirik, Kufur, Nifak, Fasik, Khurafat dan Tahayul)Contoh dari perbuatan khurafat
ialah: Kepercayaan kepada keramat seperti kubur, pokok kayu atau batu hikmat yang konon
katanya menyembuhkan berbagai macam penyakit, memuja objek tertentu, roh nenek moyang,
kubur wali keramat dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam suarat adz-Zariyat ayat 56 Allah swt berfirman yang artinya “Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali hanya beribadah kepada-Ku”. Dalam ayat ini Allah
memerintahkan kepada seluruh umat manusia beribadah kepada Allah dan hanya Allah yang
wajib disembah. “Tiada Tuhan selain Allah” inilah tauhid dalam pengertiannya sebagai
pengakuan dan penyaksian, namun manusia ada yang keluar dari rel kehidupan yang telah
ditentukan dalam ajaran agama Islam. Ada manusia yang menyimpang sehingga dia menyembah
selain Allah, dia mempercayai sesuatu yang tidak masuk akal seperti menyembah patung,
pohon, batu dan lain sebagainya yang membuat dia musyrik. Oleh karena itu kita selaku
mahasiswa generasi Islam, untuk menegakkan kalimat Tauhid dipermukaan bumi ini sehingga
kita tidak terjatuh kedalam lembah yang hina yaitu ajaran-ajaran jahiliyah seperti yang telah
diuraikan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah al-Wajaf Abdullah. Salamah Ahmad dkk. 1994. Pokok-Pokok Keimanan.
Bandung: Trigenda Karya.
Saleh, Fauzi. 2007. Pilar-Pilar Tauhid. Banda Aceh: Ar-Raniry Press.
Fauzan al-Fauzan Bin Shalih. 20014. Kitab-Kitab Tauhid. Jakarta: Ummul Qura.
Latif Fakih, Abdul. 2011. Deklarasi Tauhid. Tangerang: Inbook
Nasution, Harun. 1974. Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.
Abdul Khalid, Abdul Rahman. 1996. Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman. Jakarta: Bumi
Aksara..
www. Risalah.com