Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM

DOSEN PEMBIMBING

Bpk. Hengki Nurhada, M.Pd

KELAS RPL 1A
KELOMPOK V

Pungki Krisnawati NIM 23.15201.0066

Jeny Kristiana Koa NIM 23.15201.0042

Pyareka Andaresta NIM 23.15201.0059

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
DAFTAR ISI

A. Pengertian Tauhid
1. Tauhid rububiyah
2. Tauhid uluhiyah
3. Tauhid asma wa sifat

B. Makna kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah


1. Syarat-syarat Laa Ilaaha IlIa-Allah
2. Konsekuensi laa ilaaha illa-Allah

C. Tauhid sebagai Landasan bagi Semua Aspek kehidupan

D. Jaminan Allah Bagi Ahli Tauhid


1. Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk
2. Ahli Tauhid Djamin Masuk Surga
3. Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka
4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya
5. Jaminan Bagi Masyarakan yang Bertauhid

E. DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian Tauhid
Secara bahasa, tauhid berasal dari kata dasar yang maknanya sesuatu itu satu
(esa). Sedangkan secara syar’i tauhid bermakna mengesakan Allah dalam ibadah,
bersamaan dengan keyakinan keesaanNya dalam dzat, sifat dan perbuatan-
perbuatanNya.

Tauhid menurut ulama dibagi menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, tauhid
uluhiyah dan tauhid asma wa sifat¹.
1. Tauhid Rububiyah

Artinya kita meyakini keesaan Allah dalam hal penciptaan, pemilik, pengatur,
pemberi rizeki dan pemelihara alam semesta beserta isinya.
2. Tauhid Uluhiyah

Artinya kita meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang berhak disembah
(diibadahi). Ibadah di sini adalah istilah yang meliputi segala apa yang Allah
cintai dan ridhai baik berupa ucapan serta amalan-amalan yang lahir maupun yang
batin.
3. Makna Tauhid Asma wa Sifat

(meng-esakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya) ialah meyakini


secara mantab bahwa Allah menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari
segala sifat kekurangan, dan bahwa Dia berbeda dengan seluruh makhluk-Nya.
Caranya adalah dengan menetapkan (mengakui) nama-nama dan sifat-sifat
Allah yang Dia sandangkan untuk Dirinya atau disandangkan oleh Rasulullah
dengan tidak melakukan tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak ta’thil
(pengabaian) yakni menyangkal seluruh atau sebagaian nama dari sifat itu, tidak
takyif (pengadaptasian) dengan menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak
tasybih (penyerupaan) dengan sifat-sifat makhluk.
B. Makna Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah
Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah mengandung dua makna, yaitu makna
penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah SWT, dan makna
menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia
semata. Berkaitan dengan kalimatini Allah SWT berfirman :
Artinya :"Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang
benar selain Allah". (Qs. Muhammad : 19)
Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib
hukumnya dan mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang lain.
Rasulullah SAW juga menegaskan :"Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha
illa-Allah dengan ikhlas maka akan masuk ke datang surga."(HR. Ahmacl). Yang
dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami, mengamalkan dan
mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.
Rasulullah sendiri mengajak paman beliau Abu Thalib menjelang detik-detik
kematiannya dengan ajakan :"Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaaha illa-Allah,
sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai nutfah di hadapan Allah". Akan
tetapi, Abu Thalib enggan untuk mengucapkan dan meninggal datam keadaan
musyrik.
Selama 13 tahun di Makkah. Nabi Muhammad SAW mengaiak orang-orang
dengan perkataan beliau :"Katakan laa ilaaha illa-Allah”.Kemudian orang-orang
kafir menjawab :"Beribadah kepada sesembahan yang satu. Tidak pernah kami
dengar dari orang tua kami". Orang Quraisy di zaman Rasulullah sangat paham
makna kalimat tersebut, dan barang siapa yang mengucapkannya tidak akan
menyeru/berdoa kepada selain Allah.
1. Syarat-syarat Laa Ilaaha IlIa-Allah
Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat.Tanpa syarat-
syarat itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang mengikrarkannya.
Secara singkat tujuh syarat itu ialah :
1. ‘ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (Kebodohan)
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan)
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
5. Ikhlash, yang menafikan syirik
6. Shidq (jujur), yang menafikan kidzb (dusta)
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
Syarat pertama :'llmu (Mengetahui)
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan
apa yang ditetapkan serta menafikan ketidaktahuannya tentang hal tersebut.

Artinya :"Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memberi syafaat ; akan tetapi (orang yang dapat nemberi syafaat ialah) orang
yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)”. (QS. Az-Zukhruf :
86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illa Allah dan memahami
dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya seandainya ia mengucapkannya,
tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksiaan itu tidak sah dan tidak
berguna.
Syarat kedua: Yaqin (yakin)
Orang yang mengingkarkannya harus meyakini kandungan kalimat laa ilaaha illa-
Allah itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Allah
SWT berfirman:

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang beriman


kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu", (Qs. Al-Hujurat :
15)
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Muhammad Saw besabda:”Siapa
yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada
ilah selain Allah dengan hati yang menyakininya, maka berilah kabar gembira
dengan (balasan) surga” (HR. Al-Bukhari). Maka siapa yang tidak meyakininya,
ia tidak berhak masuk surga.
Syarat ketiga: Qabul (Menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari laa ilaaha illa-Allah, menyembah
Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa yang
mengucapkannya, tetapi tidak menerima dan mentaati, maka ia germasuk orang-
orang yang difirmankan Allah:
Artinya : “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa
ilaaha illa-Allah”(Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembah-sembahan kami karena seorang penyair gila?”.(QS. Ash-
Shafat: 35-36)
Syarat keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)
Allah SWT berfirman:

Artinya : “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh”.(QS. Luqman : 22)
Syarat kelima: Shidq (Jujur)
Yaitu mengucapakan kalimat laa ilaaha illa-Allah dan hatinya juga
membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan,
maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah SWT berfirman:

Artinya : “Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah
dan Hari kemudian”. Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal
mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siska
yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.(QS. Al-Baqarah: 8-10)

Syarat keenam : Ikhlas


Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syrik, dengan jalan tidak
mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadis
Rasulullah dikatakan:”Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang
yang mengucapkan laa ilaaha illa-Allah karena mengiginkan ridha Allah”.(HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Syarat ketujuh : Mahabbah (Kecintaan)
Maksudnya mencintai kalimat laa ilaaha illa-Allah, juga mencintai orang-orang
yang mengamalkan konsekuensinya. Allah SWT berfirman:

Artinya : “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tanding-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”.(QS. Al-
Baqarah: 165)
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih sedangkan ahli
syrik mencintai Allah dan mencintai yang lain. Hal ini sangat bertentangan
dengan isi kandungan laa ilaaha illa-Allah.
2. Konsekuensi laa ilaaha illa-Allah
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang
dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illa-Allah. Dan
beribadah kepada Allah semata tanpa unsur kesyirikan sedikit pun, sebagai
keharusan dari penetapan ilaa-Allah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehungga
mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa makhluk,
kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Dengan kata lain, orang
tersebut mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala
yang dilarang-Nya.

C. Tauhid sebagai Landasan bagi Semua Aspek kehidupan


Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang melandasi setiap
aktivitas manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan luasnya
pandangan, timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap optimistik. Sehingga
tauhid dapat digambarkan sebagai sumber segala perbuatan (amal shalih)
manusia.
Sebetulnya formulasi tauhid terletak pada realitas sosial. Adapun bentuknya,
tauhid menjadi titik sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid
harus diterjemahkan ke dalam realitas historis-empiris. Tauhid harusnya dapat
menjawab semua problematika kehidupan modernitas, dan merupakan senjata
pamungkas yang mampu memberikan alternatif yang lebih anggun dan segar.
Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya, dehumanisasi
merupakan tantangan tauhid yang harus dikembalikan kepada tujuan tauhid, yaitu
memberikan perubahan terhadap masyarakat. Perubahan itu didasarkan pada cita-
cita profetik yang diderivasikan dari misi historis sebagaimana tertera dalam
firman Allah:

Artinya :“Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk
menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah”.(QS.
Ali’Imran: 110).
Kuntowijoyo memberikan tiga muatan dalam ayat di atas sebagai karakteristik
ilmu sosial profetik, yakni kandungan nilai humanisasi, liberasi dan transendensi.
Tujuannya supaya diarahkan untuk merekayasa masyarakat menuju cita-cita
sosial-etiknya di masa depan.

D. Jaminan Allah Bagi Ahli Tauhid


Tidak diragukan lagi bawa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung
dalam Islam. Oleh karena itu, bagi siapa yang mampu merealisasikan tauhid
dengan benar akan mendapat beberapa keistimewaan. Bagi orang-orang yang
termasuk ahli tauhid, Allah janjikan banyak sekali kebahagian,baik di dunia,
lebih-lebih di akhirat. Itu semua hanya khusus diberikan bagi ahli tauhid.
1. Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk
Seorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan
petunjuk. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya :

Artinya : “ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman


meraka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapa keamanan
dan mereka itu adalah –orang-orang yang mendapatkan petunjuk’. (QS. Al-
An’am: 82).
Kezhaliman meliputi tiga perkara, yaitu kezhaliman terhadap hak Allah yaitu
dengan berbuat syirik, kezhaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu
dengan berbuat maksiat, dan kezhaliman seseorang terhadap orang lain yaitu
dengan menganiaya orang lain.
Kezhaliman adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kesyirikan
disebut kezhaliman karna menunjukan ibadah kepada yang tidak berhak
menerimanya. Ini merupakan kezhaliman yang paling zhalim. Hal ini karena
pelaku syirik menunjukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya, mereka
menyamakan Al-Khaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk, menyamakan yang
lemah dengan Maha Perkasa.
Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat di atas adalah syirik,
sebagaimana dijelaskan oleh Rasulallah SAW ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu
Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “ Ketika ayat ini turun,terasa beratlah di
hati para sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah
menzhalimi dri sendiri (berbuat maksiat), maka rasulallah SAW bersabda : “Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya , mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar.(QS. Lukman : 13)”
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan mereka
dengan kezhaliman (kesyirikan). Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia
dan di akhirat serta mendapatkan keamanan di dunia berupa ketenangan hati, dan
keamanan di akhirat dari hal-hal yang ditakti yang akan terjadi di Hari Akhir.
Petunjuk yang mereka dapatkan di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal
shalih, sedangkan petunjuk diakhirat berupa petunjuk yang mereka dapatkan
sesuai dengan kadar tauhidnya. Semakin sempurna Tauhid seseorang, semakin
besar keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh.
2. Ahli Tauhid Djamin Masuk Surga
Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :” Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah


(sesembah) yang berhak disembah selain allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan saksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rosul-Nya, dan ‘Isa
adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada
Maryam serta ruh dari-Nya dan bersaksi bawha surga dan neraka benar adanya,
maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah
dikerjakannya”.
Ini merupakan janji dari Allah SAW untuk ahli Tauhid bawha mereka akan
dimasukkan ke dalam surga. Ahli Tauhid adalah mereka yang bersyahadat
(bersaksi) dengan persaksian yang disebut dalam hadis diatas. Maksud syahadat
yang benar harus terkandung tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan lisan,
memahami maknanya, dan mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup
hanya sekedar mengucapkan saja.
3. Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka
Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya
seseorang yang tidak mnjadi penghuni neraka. Hal ini akan didapatkan oleh
sesorang yang bertauhid dengan benar.
4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya
Hidup kita tidak luput dari gelimbang dosa dan maksiat. Karena itu
pengampunan dosa adaalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan
melaksanakan tauhid swcara benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus
dosa-dosa kita.
5. Jaminan Bagi Masyarakan yang Bertauhid
Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika sesuatu
masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah
SWT akan memberikan jaminan bagi mereka
Demikian sebagian di antara jaminan yang akan didapatkan oleh ahli tauhid.
Mengutip Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan Tauhid
adalah :
a. Dapat menghapus dosa-dosa.
b. Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusuhan
serta bisa menjadi penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia
dan akhirat.
c. Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya tertanam
keimanan sebesar biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak bila dia
menyempurnakan dalam hati. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling mulia.
d. Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan
pahala-Nya. Orang yang paling bahagia dalam memperoleh syafaat Rasulallah
adalah mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas dari hatinya.
e. Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan yang
tersembunyi tergantung kepada tauhid seseorang. Demikian pula penyempurnaan
dan pemberian ganjarannya. Perkara-perkara ini menjadi sempurna dan lengkap
tatkala tauhid dan keikhlasan kepada Allah SWT menguat. Ini termasuk
keutamaan tauhid yang paling besar.
f. Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan
meninggalkan kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala menghadapi
berbagai musibah. Sesorang yang ikhlas kepada Allah SWT dalam beriman dan
bertauhid akan merasa ringan untuk melakukan ketaatan-ketaatan karena dia
menghadapkan pahala dan keridhaan Rabb-Nya.
g. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikannya mencintai
keimanan. Kemudian Allah menjadikan orang tersebut membenci
kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Juga Allah akan menggolongkan ke
dalam orang-orang yang terbimbing.
h. Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai dengan
menyempurnakan tauhid dan iman yang dilakukan oleh seorang hamba. Sesuai
pula dengan sikap seseorang hamba saat menerima segala kesulitan dan rasa sakit
dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang, dan ridha terhadap ketentuan-
ketentuan-Nya.
i. Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada
makhluk. Inilah keagungan dan kemuliaan yang hakiki. Bersamaan dengan itu dia
hanya beribadah dan menghambakan diri kepada Allah, dengan mengharap hanya
kepada Allah.
j. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap
dengan keikhlasan, amal yang sedikit akan berubah menjadi banyak. Segenap
amal dan ucapan berlipat ganda tanpa batas dan hitungan. Kalimat ikhlas menjadi
berat dalam timbangan amal sehingga tidak terimbangi oleh langit dan bumi
beserta seluruh penghuninya.
k. Allah SWT menjamin kemenangan, pertolonga, kemuliaan, kemudahan
danpetunjuk d dunia bagi pemilik tauhid, Cukup banyak dalil yang menguatkan
keterangan ini baik dari Al- Qur’an maupun As-Sunnah.
Dengan demikian cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah limpahkan bagi
para hamba-Nya yang bertauhid, Sangat beruntung orang yang bisa menggapai seluruh
keutamaannya. Namun keberhasilan total hanya milik orang-orang yang mampu
menyempurnakan tauhid sepenuhnya. Tentu manusia
bertingkat-tingkat dalam wujud tauhid kepada Allah SWT. Mereka tidak berada pada
satu tingkatan. Masing-masing menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasi
dalam menerapkan tauhid.
DAFTAR PUSTAKA

The Fundamentals of Tawheed (Islamic Monotheism)" oleh Dr. Abu Ameenah Bilal
Philips (2012).
"Aqeedah at-Tawheed" oleh Sheikh Salih al-Fawzan (2014).
"The Three Fundamental Principles" oleh Sheikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
"The Belief in Allah" oleh Dr. Bilal Philips (2012).
"Understanding the Islamic Creed" oleh Dr. Muhammad ibn Saalih al-Uthaymeen
(2013).

Anda mungkin juga menyukai