dalam Kehidupan
Makalah Tauhid Syahadat dan Implementasi dalam Kehidupan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
B. Pengertian Syahadat
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang memiliki aturan, yakni dengan beriman kepada rukun
islam dan rukun iman, dari kedua rukun tersebut dapat dijadikan sebagai pondasi kokohnya
agama islam. Ketika bicara dengan keimanan maka erat kaitannya dengan masalah
keyakinan.
Di dalam islam, tauhid merupakan ajaran pokok yang harus dipahami dan diamalkan
oleh semua pemeluknya. Lebih dari itu, tauhid harus tercermin dalam kehidupan sehari hari.
Tanpa penghayatan dan pengalaman, tauhid hanyalah perbincangan omong kosong yang
tidak ada dampaknya bagi diri kita, apalagi di hadapan Allah SWT.
Syahadat dalam islam merupakan rukun pertama dan sebagai dasar bagi rukun rukun
lainnya. Syahadat adalah ikrar atau pernyataan tentang dasar-dasar seorang hamba tentang
ketauhidan Allah SWT dan keimanan.
Namun bila kita melihat realita, keimanan dan ikrar hanyalah sebatas ungkapan yang
tak banyak artinya. oleh karena itu, implementasi tauhid dan syahadat di dalam kehidupan
sangat perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih dalam, karena itulah bukti nyata keimanan
serta keyakinan seorang hamba meski disempurnakan lagi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Pengertian Tauhid
Tauhid (Arab : )توحيدdilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”,
mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah atau mengiktikadkan
bahwa Allah SWT itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu
suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran
Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha
Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah
SWT sendiri didalam surat Al-baqarah:163 yang artinya :
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Macam-Macam Tauhid
Tauhid terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Tauhid R ububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid
Al Asma Was Shifat.
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan”(Qs. Al-Fatihah: 5).
3. Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang memiliki nama dan
sifat yang sesuai dengan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan hadits, yakni
Asmaul Husna.
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180). Wallahu a’lam
B. Pengertian Syahadat
Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida ()شهد, yang artinya ia telah
menyaksikan. Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam
keesaan Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai RasulNya.
1. Pengakuan Ketauhidan
Ibnu Rajab dalam Kalimatul Ikhlas mengatakan, “Kalimat Tauhid (yaitu Laa Ilaha
Illallah) memiliki keutamaan yang sangat agung yang tidak mungkin bisa dihitung.” Lalu
beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keutamaan kalimat yang mulia ini. Di antara
yang beliau sebutkan:
Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar muazin mengucapkan ‘Asyhadu alla
ilaha illallah’. Lalu beliau mengatakan pada muazin tadi,
ِ } َخ َرجْ َت ِم َنال َّن
{ ار
“Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’,
maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud.. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam
Misykatul Mashobih no. 1621)
seorang muslim hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Allah dan tiada
tuhan yang lain selain Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi
atau menjadi tujuan seseorang. Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim
memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.
2. Pengakuan Kerasulan
…dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.
Syarat Ketiga: Mengikuti beliau dengan mengamalkan kebenaran yang beliau bawa, dan
meninggalkan kebatilan yang beliau larang.
Syarat Keempat: Membenarkan apa yang beliau kabarkan, berupa perintah dan larangan,
serta perkara-perkara gaib di masa lalu maupun masa datang, serta yang selain itu.
Syarat Kelima: Mencintai beliau dengan kecintaan yang lebih daripada kecintaan kita
kepada diri kita sendiri, daripada harta kita, orang tua kita, anak-anak kita, dan daripada
seluruh manusia.Dalilnya adalah: Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata
bahwa Rasululllah bersabda: , “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai aku
lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR Al Bukhari 15,
Muslim 44)
Syarat Keenam: Mengedepankan ucapan beliau daripada ucapan seluruh manusia, siapa pun
orang tersebut, serta mengamalkan sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Konsep awal dari tauhid adalah menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah telah
menciptakan alam semesta sebagai khaliq (pencipta), dan kita adalah makhluq (yang
diciptakan). Sehingga, manusia harus tunduk pada penciptanya. Konsep ini merupakan
konsep paling pokok dalam aqidah, sehingga jika seseorang belum mengimani hal ini ia tidak
dapat dianggap sebagai seorang muaslim yang lurus.
Akan tetapi, konsep tauhid dalam tataran yang lebih luas tidak cukup hanya dengan
membenarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid sejatinya memerlukan manifestasi dalam
realitas empiris.
Jika tauhid kita artikan peng-esaan Tuhan, pengakuan kita bahwa Tuhan hanya ada
satu. Dan artinya kita hanya fokus kepada satu Tuhan, tidak lebih tidak kurang, dan Dia tidak
lain adalah Allah SWT. Salah satu aplikasi sosialnya adalah tidak percaya akan peramal dan
dukun, artinya kita hanya percaya bahwa Allah-lah yang bisa memberikan pertolongan,
bukan dukun, bukan pula peramal.Karena jika kita tidak berpikiran demikian, maka berarti
kita telah menduakan Dia sebagai Yang Maha memberikan pertolongan.
Akan tetapi, hal ini mulai terhapus dan dihapus pada masa ini, terutama bisa kita
lihat munculnya dukun-dukun entertainer yang sering muncul di televisi, entah Mama
laurent, Ki Bodo atau yang lainnya.
Tidak bisa kita pungkiri jika saat ini banyak orang percaya bahwa Tuhan itu Esa,
mengaku bahwa Muhammad itu Nabi mereka, akan tetapi mereka tidak pernah sekalipun
melakukan penyembahan terhadapNya baik melalu shalat ataupun puasa atau yang lainnya,
mereka juga tidak peka terhadap kehidupan sekitarnya, mereka tidak menghiraukan
ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi didekatnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Tauhid hanya menjadi pajangan hati saja, tanpa implikasi sosial yang berarti.
Makna ini juga mempunya sisi lain yang dapat dan harus kita implementasikan
dalam kehidupan sosial. Kesetiaan dan ketaatan adalah sebuah keniscayaan yang harus kita
miliki selama kita menginginkan kehidupan yang tentram. Karena hanya dengan keduanya
kita bisa menjalin relasi yang baik dengan orang lain, hanya dengan keduanya kita bisa
membangun kepercayaan orang lain terhadap kita. Kita harus setia terhadap aturan dan
hukum sosial yang ada, kita juga harus setia dan taat terhadap segala janji yang kita ucapkan
terhadap orang lain. Ini adalah pondasi kita untuk menggapai kesejahteraan bersama
sebagai mahluk yang oleh Plato disebut Zoon Politicon atau mahluk yang bermasyarakat.
Jika kita ingat sebuah perkataan Nabi yang menyatakan bahwa jika berjanji lalu kita
mengingkari, maka itu berarti kita masuk dalam golongan orang-orang munafik. Maka sama
dengan hal ini, jika kita tidak setia dan tidak taat terhadap janji kita dalam ranah sosial, maka
itu berarti bahwa kita “munafik sosial”.
Tapi, lagi-lagi hal ini juga nampak mulai luntur dalam kehidupan masyarakat kita.
Pengingkarana dan penghianatan telah banyak dilakukan oleh banyak orang, termasuk oleh
para petinggi negeri yang megingkari janjinya dengan memakan uang yang seharusnya tidak
mereka makan. Pengingkaran tauhid sosial ini juga dilakukan oleh para tullab—yang
seharusnya jujur—dengan budaya “mengutip total” alias plagiat bin copy-tempel tugas-tugas
mereka, agar mendapatkan nilai bagus yang mana hal ini juga berarti “musyrik” terhadap
kewajiban utama mereka, krena menduakan kewajiban mencari ilmu dengan mencari nilai.
Sikap tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan menyebabkan
sikap ini mudah berubah-ubah. Adapun hal-hal yang dapat mengurangi sikap tauhid, yaitu:
1. Penyakit riya
Kelemahan ini pun disinyalir oleh Allah sendiri didalam Al-Qur’an sebagai peringatan
bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:
Kemungkinan kedua bagi mereka yang belum stabil sikap pribadinya, selain sikap
riya ialah manusia menempuh jalan pintas. Rasa tidak pasti tadi diatasinya dengan
mementingkan diri sendiri. Namun sifat ini tidak akan tumbuh didalam pribadi yang mau
beribadah ihsan dan khusyu.
Rasa takut ini biasanya timbul terhadap perkara yang akan datang yang belum
terjadi. Adapun cara mengatasi rasa takut ini ialah dengan tawakal’alallah artinya
mewakilkan perkara yang kita takuti itu kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan
pemecahan masalah tersebut.
4. Penyakit Zhalim
Zhalim artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan sesuatu
yang tidak semestinya.
Hasad tumbuh dihati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang
lain. Sikap ini biasanya didahului oleh sikap yang menganggap diri paling hebat dan paling
berhak mendapatkan segala yang terbaik, sehingga jika melihat ada orang lain yang
kebetulan lebih beruntung, ia merasa tersaingi.
Di era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global, seorang muslim
harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan dan pengaruh global yang
datang banyak memuat unsur-unsur negative yang anti-tauhid. Manakala seorang muslim
dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai muatan dunia kapitalis, maka manusia
membutuhkan benteng untuk mempertahankan diri dari arus negative globalisasi tersebut.
Syahadat dalam Islam merupakan rukun pertama dan sebagai dasar atau asas bagi
rukun-rukun lainnya. Syahadat merupakan pernyataan atau ikrar seorang hamba atas apa
yang diimaninya, atau juga sebagai ikrar dari persaksian seorang hamba atas ketuhanan
Allah Swt dan Muhammad bin Abdullah sebagai utusan-Nya dan meniadakan sifat
ketuhanan atas selain Allah. Oleh sebab itu pembahasan tentang syahadat sudah barang
tentu didalamnya membahas tentang iman yang berarti membahas pula tentang aqidah.
Berbicara tentang syahadat, berarti pula berbicara tentang dasar-dasar ajaran islam, tentang
ketauhidan, dan tentang keimanan.
Akan tetapi bukan berarti bahwa syahadat itu merupakan pekerjaan hati semata,
karena syahadat tergolong dalam ketentuan syara’, yakni sebagai rukun Islam yang pertama,
maka konsekwensinya adalah dilakukan sebagaimana rukun-rukun islam yang lainnya.
Aqidah jelas merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya
kepada sesuatu. Sebagai pernyataan keimanannya tentu harus mengucapkan dua kalimat
syahadat sebagai keabsahan bahwa ia telah memeluk islam. Konsekwensinya adalah bahwa
setiap orang yang akan masuk Islam diwajibkan terlebih dahulu mengucapkan dua kalimat
syahadat. Tujuannya agar setiap muslim melakukan amalnya berdasarkan pada makna dua
kalimat syahadat dan dalam setiap tindakannya akan disertai keikhlasan, kejujuran, rendah
hati, dan berkeadilan. Dengan demikian orang yang mengamalkan rukun pertama adalah
orang yang bertakwa kepada Allah SWT.
Sehingga semua amalan yang kita lakukan pada intinya bertujuan untuk menjaga
agar tetap dalam kesaksian kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
hamba dan utusannya. Keyakinan inilah yang harus kita pertahankan hingga mati
menjemput raga kita semua, sedangkan amal kita masih terhalang oleh banyak hal yang
berkaitan dengan kebendaan kita selama hidup di dunia.. Persaksian inilah yang akan
ditanyakan nanti di alam kubur sebagai pintu pertama seseorang mempertanggungjawabkan
keimanannya di depan Allah, yakni tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba
dan utusan Allah.
Pada hakikatnya hidup kita ini merupakan kesaksian diri kita pada adanya Allah
sebagai pencipta alam raya dan sebagai Tuhan kita, kesaksian diri kita pada Dzat yang telah
menunjukkan manusia pada jalan kebenaran melalui para rasulnya, kesaksian kita pada
kebenaran para rasul dan dari semua yang datang dari diri mereka.
Intinya, sebagai ummat nabi Muhammad SAW kita hidup di dunia ini untuk
kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, mengakui dan meyakini bahwa Muhammad SAW
sebagai hamba dan utusan Allah, mengimani semua yang datang dari beliau, termasuk
tentang para nabi dan para rasul Allah yang terdahulu. Setiap tindakan dan amal kita sudah
seharusnya bersandar pada prinsip syahadat tauhid dan syahadat rasul. Karena semua amal
yang kita lakukan adalah derifasi dari pernyataan atas keyakinan dan kesaksian tadi dan
tidak berdiri sendiri melainkan diatasnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tauhid berarti mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah atau mengiktikadkan bahwa Allah
SWT itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
http//Copyleft almanhaj.or.id/
http//Ashshoghir.Wordpress.com/
http//Iqraku.blogspot.com/