NAMA KELOMPOK :
1. ISTIANAH (2117031)
2. NOVIA L. (2117160)
3. HIDAYATUN I. (2117229)
A. ILMU TALFIQ AL-HADIST
Adalah Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan (mempertemukan) hadits-
hadits yang (secara lahiriyah) isinya tampak berlawanan.”
Ilmu Talfiq Al-Hadist disebut juga dengan Ilmu Mukhtalaf Al-Hadist.
4. Faktor Ideologi
yakni berkaitan dengan ideologi atau manhaj suatu madzhab dalam memahami
suatu hadits, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan dengan berbagai
aliran yang sedang berkembang
C. Penyelesaian Mukhtalif al-Hadits
1. Pendekatan at-Taufiq atau al-Jam’u
Metode ini dinilai lebih baik daripada melakukan tarjih (mengumpulkan salah satu
dari dua hadits yang tampak bertentangan).
2. Pendekatan Tarjih
Metode ini dilakukan setelah upaya kompromi tidak memungkinkan lagi.
Maka seorang peneliti perlu memilih dan mengunggulkan mana di antara hadits-
hadits yang tampak bertentangan yang kualitasnya lebih baik.
3. Pendekatan Nasakh
Jika ternyata hadits tersebut tidak mungkin ditarjih, maka para ulama
menempuh metode nasikh-mansukh (pembatalan). Maka akan dicari makna hadits
yang lebih datang terlebih dahulu dan makna hadits yang datang kemudian.
D. Syarat-syarat terjadinya hadis Mukhtalif
1. Ibnu Al Shalah
Menta’wilkan bahwa penyakit itu tidak dapat menular dengan sendirinya. Tetapi
Allah – lah yang menularkannya dengan perantaraan (misalnya) adanya percampuran
dengan orang sakit, melalui sebab – sebab yang berbeda – beda.
2. Al Qadhi al Baqillani
Ketetapan adanya penularan dalam penyakit lepra dan semisalnya itu, adalah
merupakan kekhususan bagi ketiadaan penularan. Dengan demikian arti rangkaian
kalimat “la ‘adwa” itu, selain penyakit lepra dan semisalnya. Jadi seolah – olah
Rasul SAW mengatakan : “ Tak ada suatu penyakit pun yang menular, selain apa
yang telah kami terangkan apa saja yang dapat menular.”
WASSALAMUALAIKUM WR WB