Anda di halaman 1dari 9

ASSALAMUALAIKUM WR WB

NAMA KELOMPOK :
1. ISTIANAH (2117031)
2. NOVIA L. (2117160)
3. HIDAYATUN I. (2117229)
A. ILMU TALFIQ AL-HADIST
Adalah Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan (mempertemukan) hadits-
hadits yang (secara lahiriyah) isinya tampak berlawanan.”
Ilmu Talfiq Al-Hadist disebut juga dengan Ilmu Mukhtalaf Al-Hadist.

Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib mendefiniskan ilmu Ilmu Mukhtalîf al-Hadîs


wa Musykiluh sebagai:

‫ضهَ(ا أَ ْو ُي(( َوفِّ ُق َب((( ْينَهَ(ا َك( َما َي(( ْب َح ُث ِف(((ى‬


َ ‫ض َف(((ي ُِزي ُْل َت((( َع(ا ُر‬
ٌ ‫ار‬ِ (‫ا((لتِ ْيظَا ِه ُرهَا ُمتَ َع‬ َّ ‫ا((ل ِذ ْي َي(( ْب َح ُث ِف(((ى ْا(( َأل َحا ِدي ِْث‬
َّ (‫ا((ل ِع ْل ُم‬
ْ
‫ض ُح َح ِق ْيقَتَهَ(ا‬ َ ‫ص ُّو ُرهَا َف(((يَ ْدفَ (ُع أَ( ْش َك‬
ِّ ‫ا((لهَ(ا َويُ َو‬ َ (((‫ا((لتِ ْي َي(( ْش ُك ُل َف((( ْه ُمهَ(ا أَ ْو َت‬
َّ ‫ْا(( َأل َحا ِدي ِْث‬

Ilmu yang membahas hadis-hadis yang tampaknya saling bertentangan, lalu


menghilangkan pertentangan itu, atau mengkompromikannya, di samping
membahas hadis yang sulit dipahami atau dimengerti, lalu menghilangkan
kesulitan itu dan menjelaskan hakikatnya
B. Sebab-sebab Mukhtalif al-Hadits

1. Faktor Internal Hadits (al ‘Amil Al Dakhily)


yaitu berkaitan dengan internal dari redaksi hadits tersebut. Biasanya
terdapat ‘illat (cacat) di dalam hadits tersebut yang nantinya kedudukan
hadits tersebut menjadi dha’if.

2.  Faktor Eksternal (al’ Amil al Kharijy)


yaitu faktor yang disebabkan oleh konteks penyampaian dari Nabi, yang
mana menjadi ruang lingkup dalam hal ini adalah waktu, dan tempat di
mana Nabi menyampaikan haditsnya.
3. Faktor Metodologi (al Budu’ al Manhajy)
yakni berkaitan dengan bagaimana cara dan proses seseorang memahami hadits
tersebut.

4. Faktor Ideologi
yakni berkaitan dengan ideologi atau manhaj suatu madzhab dalam memahami
suatu hadits, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan dengan berbagai
aliran yang sedang berkembang
C. Penyelesaian Mukhtalif al-Hadits
1. Pendekatan at-Taufiq atau al-Jam’u
Metode ini dinilai lebih baik daripada melakukan tarjih (mengumpulkan salah satu
dari dua hadits yang tampak bertentangan).

2. Pendekatan Tarjih
Metode ini dilakukan setelah upaya kompromi tidak memungkinkan lagi.
Maka seorang peneliti perlu memilih dan mengunggulkan mana di antara hadits-
hadits yang tampak bertentangan yang kualitasnya lebih baik.

3. Pendekatan Nasakh
Jika ternyata hadits tersebut tidak mungkin ditarjih, maka para ulama
menempuh metode nasikh-mansukh (pembatalan). Maka akan dicari makna hadits
yang lebih datang terlebih dahulu dan makna hadits yang datang kemudian.
D. Syarat-syarat terjadinya hadis Mukhtalif

1. Hadis lebih dari satu


2. Sama-sama hadis maqbul
3. Konstek hadis dalam persoalan yang sama
4. Hadis-hadis tersebut secara lahiriah bertentangan
5. Dapat dikompromikan sehingga ke duanya dapat diamalkan. 
Sebagai contoh adalah dua hadis shohih dibawah ini :

)(‫ (روا(ه( ا((لبخرىومسلم‬...‫ال( َع ْد َوى َو َال ِطيَ َرةَ َو َالها َ َم َة‬


َ
Tidak ada penularan, ramalan jelek, reinkarnasi ruh yang telah meninggal ke
burung hantu... (HR. Bukhori dan Muslim)

Secara lahirnya bertentangan dengan hadis :

ْ ‫ِف((( َّر ِم َن‬


)(‫ا((ل َمجْ ُذو ِم( َك( َما َت(((فِ(رُّ ِم َنا((اْلَ َس ِد (روا(ه( ا((لبخرىومسلم‬
“ Larilah dari orang yang sakit lepra, sebagaimana kamu lari dari singa...”
(HR. Bukhori dan Muslim).
Para ulama mencoba mengkompromikan dua hadis ini, antara lain :

1. Ibnu Al Shalah
Menta’wilkan bahwa penyakit itu tidak dapat menular dengan sendirinya. Tetapi
Allah – lah yang menularkannya dengan perantaraan (misalnya) adanya percampuran
dengan orang sakit, melalui sebab – sebab yang berbeda – beda.

2. Al Qadhi al Baqillani
Ketetapan adanya penularan dalam penyakit lepra dan semisalnya itu, adalah
merupakan kekhususan bagi ketiadaan penularan. Dengan demikian arti rangkaian
kalimat “la ‘adwa” itu, selain penyakit lepra dan semisalnya. Jadi seolah – olah
Rasul SAW mengatakan : “ Tak ada suatu penyakit pun yang menular, selain apa
yang telah kami terangkan apa saja yang dapat menular.”
WASSALAMUALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai