A. Pengertian
Kedewasaan adalah suatu fase dalam proses hidup, dalam proses menjadi tua. Menuju tua itu
pasti dan kedewasaan adalah pilihan.
Usaha untuk mencapai kematangan beragama merupakan perjalanan yang tidak ada akhirnya
seperti kehidupan seseorang (...the process of religious development in never complete).
1. Menemukan pribadinya
2. Menentukan cita-citanya
4. Bertanggung jawab
1. Adanya usaha pribadi pada salah satu lapangan yang penting dalam kebudayaan yaitu
pekerjaan, politik, agama, kesenian dan ilmu pengetahuan
2. kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubugan yang fungsional
maupun yang tidak fungsional
3. suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungan
dengan penerimaan diri.
4. Penguatan, pikiran dan tingkah laku menunjukkan sikap realitas yang jelas, namun
masih ada relativitasnya juga
5. dapat melihat diri sendiri seperti adanya dan dapat juga melihat segi-segi kehidupan
yang menyenangkan
6. menemukan suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan gambaran dunia, atau filsafat
hidup yang dapat merangkum kehidupan menjadisuatu kesatuan.
3. bersikap positif pada ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari
dan memperdalam pemahaman agama.
4. tingkat keataatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup
6. bersikap lebih kritis pada materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain
didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan pertimbangan atas hati nurani.
6. pekerjaan.
8. hasil olah pikir, motivasi, inovasi serta olah perasaan (batin) yang dialami dan dilakukan
selama ini.
9. pengaruh media cetak maupun elektronik yang mereka terima selama ini, dan
Dalam bahasa Inggris “conversion” yang berarti berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu
agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to another).
Dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian bertobat, berubah agama,
berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam ajaran agama.
Menurut para ahli agama, faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk
ilahi (pengaruh supernatural).
Sementara menurut para ahli sosiologi yang menyebabkan terjadinya konversi agama
adalah pengaruh sosial.
Sedangkan menurut para ahli jiwa, yang menjadi pendorong konversi agama adalah
faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern.
1. Pengaruh hubungan antara pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun
non agama (keseniaan, ilmu pengetahuan, ataupun bidang kebudayaan yang lain).
3. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat misalnya: karib,
keluarga, famili dan sebagainya.
Sedangkan menurut para ahli jiwa, yang menjadi pendorong konversi agama adalah faktor
psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern.
adanya tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul
persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
1. Unsur dari dalam (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang atau kelompok.
2. Unsur dari luar (exogenes origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar atau
kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang
bersangkutan.
1. terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang
dialami
3. Tumbuhnya sikap menerima konsepsi agama yang baru serta peranan yang dituntut
oleh ajarannya.
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk
Tuhan
1. Masa tenang
2. Masa ketidaktenangan
3. Masa konversi
Kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan suatu sistem nilai tertentu yang
dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena itu
kebudayaan menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.
Tradisi merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan
masyarakat dan sulit berubah. Dalam masyarakat pedesaan tradisi erat kaitannya
dengan mitos dan agama.
Seorang muslim yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat akan menunjukkan sikap
yang menolak ketika diajak masuk ke kelenteng, Pure atau Gereja. Sebaliknya hatinya akan
tenteram saat menjejakkan kakinya ke masjid.
Kebudayaan dalam era globalisasi mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa keagamaan, khususnya di kalangan generasi muda. Walaupun
dalam hal-hal tertentu kehidupan tradisi keagamaan semakin meningkat dalam
kesemarakannnya, namun kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuler barangkali ada
pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan generasi muda.
Norma: aturan2 yang berisi petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
Adat istiadat: Segala aturan yang sudah ada sejak lama. Contoh:
Tradisi: perilaku manusia yang berproses sejak lama diturunkan dari nenek moyang
(secara turun-menurun/diulang-ulang).
G. AGAMA VS BUDAYA
1. Agama
b. Sumber: Wahyu, Agama melahirkan: ritual, Ritual yang dilakukan secara terus
menerus bisa menjadi...... , Maka agama bisa budaya
2. Budaya
b. Sumber: Manusia; Budaya melahirkan: Tradisi, adat istiadat; Budaya bisa melahirkan
keyakinan; Budaya bisa berarti agama; Mis. Agama primitif
Pertama, muncul sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang tinggi (di
kalangan kelompok moderat).
Kedua, muncul sikap fanatik keagamaan (di kalangan kelompok fundamental).
Ada yang membatasi pengertian kesehatan mental dengan definisi; absennya seseorang
dari gangguan dan penyakit jiwa.
1. Willwam Glasser membatasi pengertian kesehatan mental itu pada dasarnya “rasa
tanggung jawab” seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertama, pola simtomatis, yaitu pola yang berkaitan dengan gejala (symtoms)
dan keluan (compliants).
Ketiga, pola pengembangan diri, yaitu pola yang berkaitan dengan kualitas khas
insani (human qualities) seperti kreativitas, produktivitas, kecerdasan, tanggung jawab.
Keempat, pola agama, yaitu pola yang berkaitan dengan ajaran agama adalah
kemampuan individu untuk melaksanakan ajaran agama secara benar dan baik dengan
landasan keimanan dan ketaqwaan.
Simpulan
2. Aktualisasi diri
1. Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri dalam arti dia mengenal dirinya
dengan sebaik-baiknya
3. Memiliki integrasi diri yang meliputi keseimbangan jiwa kesatuan pandangan dan
tahan terhadap tekanan-tekanan jiwa yang terjadi
4. Memiliki otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam
atau kelakuan-kelakuan bebas
4. Metode Murabathah
5. Metode Riyadhoh
6. Metode Pengendalian nafsu
Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-
peratauran serta prosedurnya untuk mempertinggi kesehatan rohani
1. Fisik
2. Psikis
3. Sosial
4. Moral religius
4. metode murabathah
5. Metode Riyadhah
1. Takhalli pada umumnya diartikan sebagai pembersihan diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir dan maksiat batin.
Diantara sifat-sifat yang baik dan terpuji adalah: Taubat, Zuhd, Khauf , Shabr, Syukur,
Ikhlas, Tawakkal, Ridha, Zikr al- Maut.
3. Tajalli adalah terungkapnya nur ghaib untuk hati. Tajalli merupakan lenyap atau
hilangnya hijab dan sifat-sifat kebasyariyahan (kemanusiaan), lenyapnya segala yang lain
ketika nampak wajah Allah.
E. Metode murabathah
Menurut Said Hawwa untuk melaksanakan metode murabathah ada beberapa usaha
yang harus dilakukan.
1. Musyarathah
2. Muraqabah
3. Muhasabah
5. Mujahadah
F. Metode Riyadhah
Riyadhah adalah suatu latihan yang dilaksanakan secara terus menerus dalam rangka
menekan daya nafsu.
1. Pengertian Nafsu
Menurut Hujawairi yang dikutip Amir Najar bahwa hawa nafsu merupakan
sumber kejahatan dan sarang dari keburukan dan akhlak yang tercela.
2. Pembagian Nafsu
Pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan misal; rasa cemas, iri hati dan dengki,
rasa sedih, rasa rendah hati dan kurangnya kepercayaan diri, dan pemarah.
Pengaruh kesehatan mental terhadap pikiran, misal; sering lupa, tidak bisa konsentrasi,
kemampuan berpikir menurun.
Pengaruh kesehatan mental terhadap tingkah laku, misal; gelisah, pemarah dan
temperamental.
1. sholat
2. Membaca al-Qur’an
3. Berdzikir
4. Berpuasa
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat
norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap
dan bertingkah laku agar sejalan dengan ajaran agama yang dianutnya.
Manusia memiliki sistem nilai yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem nilai
tersebut dibentuk melalui agama.
Segala bentuk simbol-simbol keagamaan, mukjizat, magis maupun upacara ritual sangat
berperan dalam proses pembentukan sistem nilai dalam diri seseorang.
Pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa
bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Agama dalam kehidupan individu
selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama dapat mendorong individu untuk melakukan aktivitas, karena perbuatan yang
dilakukan dengan basis keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta
ketaatan.
Agama sebagai nilai etik artinya dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan
terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh mana yang tidak boleh menurut
ajaran agamanya.
Agama sebagai pemberi harapan bagi pelakunya artinya seseorang yang melaksanakan
perintah agama umunya karena adanya harapan terhadap pengampunan atau kasih
sayang dari sesuatu yang gaib atau supernatural.
1. Berfungsi edukatif
2. Berfungsi penyelamat
6. Berfungsi transformatif
7. Berfungsi kreatif
Penjelasan:
a. Fungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis
berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsure seruhan dan larangan ini
mempeunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya
menjadi baik dan terbiasa dengan baik menurut ajaran agama masing-masing.
b. Fungsi penyelamat
c. Fungsi Pendamai
Melalui agama aseseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian
batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi
hilang dari batinnya adalah apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya
melalui: tobat, pensucian atau penebusan dosa.
Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin
kepada tuntutan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok.
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini
agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun
kelompok
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan
dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membeina rasa
solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat
membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan
itu bahkan dapat mengalakan rasa kebangsaan.
f. Fungsi transformatif
g. Fungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif
bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang
lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang
sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
h. Fungsi sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama
ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak
bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus,
karena dan untuk Allah beribadah
Maksudnya adalah bahwa agama yang menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika
diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai moral
dalam sikap.
Selanjutnya nilai moral tersebut akan memberikan garis-garis perpedoman tingkah laku
seseorang dalam bertindak, sesuai dengan ajaran agamanya. Segala bentuk perbuatan
yang dilarang oleh agama dijauhinya dan sebaliknya selalu giat dalam menerapkan
perintah agama, baik dalam kehidupan pribadi maupun demi kepentingan orang banyak
2. Sebagai motivasi
Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang
atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik. Pengalaman ajaran
agama tercermin dari pribadi yang berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan
tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap
perbuatan baik tanpa mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi
seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material. Balasan dari Tuhan berupa pahala
bagi kehidupan hari akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat.