Anda di halaman 1dari 17

BAB IX

Perkembangan Jiwa Agama Pada masa Dewasa

A. Pengertian

Kedewasaan adalah suatu fase dalam proses hidup, dalam proses menjadi tua. Menuju tua itu
pasti dan kedewasaan adalah pilihan.

Usaha untuk mencapai kematangan beragama merupakan perjalanan yang tidak ada akhirnya
seperti kehidupan seseorang (...the process of religious development in never complete).

B. Sikap-sikap orang dewasa

1. Menemukan pribadinya

2. Menentukan cita-citanya

3. Menggariskan jalan hidupnya

4. Bertanggung jawab

5. Menghimpun norma-norma sendiri

C. Ciri-ciri orang dewasa

1. Usia reproduktif (reproductive age)

2. Usia memantapkan letak kedudukan (setting down age)

3. Usia banyak masalah (problem age)

4. Usia tegang dalam hal emosi (emotional tension)

D. Allport memberikan 6 ciri kepada kejiwaan orang dewasadewasa

1. Adanya usaha pribadi pada salah satu lapangan yang penting dalam kebudayaan yaitu
pekerjaan, politik, agama, kesenian dan ilmu pengetahuan

2. kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubugan yang fungsional
maupun yang tidak fungsional

3. suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungan
dengan penerimaan diri.
4. Penguatan, pikiran dan tingkah laku menunjukkan sikap realitas yang jelas, namun
masih ada relativitasnya juga

5. dapat melihat diri sendiri seperti adanya dan dapat juga melihat segi-segi kehidupan
yang menyenangkan

6. menemukan suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan gambaran dunia, atau filsafat
hidup yang dapat merangkum kehidupan menjadisuatu kesatuan.

E. Sikap keagamaan orang dewasa

1. Menerima ajaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan


sekedar ikut-ikutan.

2. cenderung bersifat realistik, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan


dalam sikap dan tingkah laku

3. bersikap positif pada ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari
dan memperdalam pemahaman agama.

4. tingkat keataatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup

5. sikap lebih terbuka dan wawasan lebih luas

6. bersikap lebih kritis pada materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain
didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan pertimbangan atas hati nurani.

7. sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe kepribadian masing-masing,


sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial,


sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah
berkembang

F. Faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan orang dewasa

1. Faktor hereditas dan asal-usul keluarganya sendiri.

2. Asal-usul keluarga suami/istri serta kondisi keberagamaan keluarga yang dibangunnya


sekarang.

3. pendidikan formal maupun non formal yang pernah dialaminya.


4. pengalaman hidup, baik masa lalu maupun sekarang.

5. lingkungan hidup, baik masa lalu maupun sekarang.

6. pekerjaan.

7. pergaulan, baik di lingkungan masyarakat sekitar maupun lingkungan kerja.

8. hasil olah pikir, motivasi, inovasi serta olah perasaan (batin) yang dialami dan dilakukan
selama ini.

9. pengaruh media cetak maupun elektronik yang mereka terima selama ini, dan

10. Faktor hidayah dari Allah SWT.

BAB X Konversi Agama

A. Pengertian Secara etimologi


Konversi agama berasal dari bahasa latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah
(agama).

Dalam bahasa Inggris “conversion” yang berarti berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu
agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to another).

Dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian bertobat, berubah agama,
berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam ajaran agama.

B. Faktor yang menyebabkan terjadinya konversi Agama

 Menurut para ahli agama, faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk
ilahi (pengaruh supernatural).

 Sementara menurut para ahli sosiologi yang menyebabkan terjadinya konversi agama
adalah pengaruh sosial.

 Sedangkan menurut para ahli jiwa, yang menjadi pendorong konversi agama adalah
faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern.

C. Faktor Pengaruh sosial antara lain;

1. Pengaruh hubungan antara pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun
non agama (keseniaan, ilmu pengetahuan, ataupun bidang kebudayaan yang lain).

2. Pengaruh kebiasaan yang rutin

3. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat misalnya: karib,
keluarga, famili dan sebagainya.

4. Pengaruh pimpinan keagamaan

5. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi

6. Pengaruh kekuasaan pemimpin

Sedangkan menurut para ahli jiwa, yang menjadi pendorong konversi agama adalah faktor
psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern.

Menurut William James, timbulnya konversi agama disebabkan:

adanya tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul
persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.

Karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses)


D. Selain itu, faktor penyebab konversi agama antara lain;

1. Faktor intern; kepribadiaan, pembawaan.

2. Faktor ekstern; keluarga, lingkungan tempat tinggal, perubahan status, kemiskinan.

E. Proses konversi agama

1. Unsur dari dalam (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang atau kelompok.

2. Unsur dari luar (exogenes origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar atau
kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang
bersangkutan.

F. Pentahapan konversi agama:

 Menurut H. Carrier, proses tersebut dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang
dialami

2. Reintegrasi kepribadiaan berdasarkan konsepsi agama yang baru

3. Tumbuhnya sikap menerima konsepsi agama yang baru serta peranan yang dituntut
oleh ajarannya.

4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk
Tuhan

 Menurut Zakiah Daradjat, proses konversi agama terjadi melalui 5 tahap:

1. Masa tenang

2. Masa ketidaktenangan

3. Masa konversi

4. Masa Tenang dan tentram

5. Masa Ekspresi Konversi

BAB XI Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan


A. Pengertian kebudayaan

 Kebudayaan adalah perangkat-perangkat acuan yang berlaku secara umum dan


menyeluruh dalam menghadapi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
para warga masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.

 Kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan suatu sistem nilai tertentu yang
dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena itu
kebudayaan menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.

B. Tradisi Kebudayaan dan Agama

 Tradisi merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan
masyarakat dan sulit berubah. Dalam masyarakat pedesaan tradisi erat kaitannya
dengan mitos dan agama.

 Tradisi keagamaan berkaitan dengan ke-Tuhanan atau keyakinan, tindak keagamaan,


perasaan-perasaan yang bersifat mistik, penyembahan kepada yang suci (ibadah), dan
keyakinan terhadap nilai-nilai yang hakiki.

C. Tradisi Keagamaan dan Sikap Keagamaan

 Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi. Sikap keagamaan


mendukung terbentuknya tradisi keagamaan, sedangkan tradisi keagamaan sebagai
lingkungan kehidupan turut memberi nilai-nilai, norma-norma, pola tingkah laku
keagamaan kepada seseorang.

 Tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran


agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang hidup
dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

D. Contoh pengaruh tradisi keagamaan terhadap sikap keagamaan.

Seorang muslim yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat akan menunjukkan sikap
yang menolak ketika diajak masuk ke kelenteng, Pure atau Gereja. Sebaliknya hatinya akan
tenteram saat menjejakkan kakinya ke masjid.

E. Pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan

Kebudayaan dalam era globalisasi mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa keagamaan, khususnya di kalangan generasi muda. Walaupun
dalam hal-hal tertentu kehidupan tradisi keagamaan semakin meningkat dalam
kesemarakannnya, namun kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuler barangkali ada
pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan generasi muda.

F. Perbedaan norma, adat istiadat dan tradisi

 Norma: aturan2 yang berisi petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.

 Adat istiadat: Segala aturan yang sudah ada sejak lama. Contoh:

 Tradisi: perilaku manusia yang berproses sejak lama diturunkan dari nenek moyang
(secara turun-menurun/diulang-ulang).

 Sekumpulan aturan yang mengikat. Contoh: Tradisi nyadran.

G. AGAMA VS BUDAYA

1. Agama adalah budaya

2. Budaya adalah agama

3. Agama bukan budaya

4. Budaya bukan agama

H. Agama dan budaya

1. Agama

a. Sistem kepercayaan yang bersumber pada Tuhan berupa ajaran

b. Sumber: Wahyu, Agama melahirkan: ritual, Ritual yang dilakukan secara terus
menerus bisa menjadi...... , Maka agama bisa budaya

2. Budaya

a. Sistem kepercayaan tertentu yang berwujud cipta, rasa dan karaja

b. Sumber: Manusia; Budaya melahirkan: Tradisi, adat istiadat; Budaya bisa melahirkan
keyakinan; Budaya bisa berarti agama; Mis. Agama primitif

Paling tidak ada dua kecenderungan yang tampak.

Pertama, muncul sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang tinggi (di
kalangan kelompok moderat).
Kedua, muncul sikap fanatik keagamaan (di kalangan kelompok fundamental).

BAB XII (1) Agama dan Kesehatan Mental

A. Pengertian Kesehatan Mental

Ada yang membatasi pengertian kesehatan mental dengan definisi; absennya seseorang
dari gangguan dan penyakit jiwa.
1. Willwam Glasser membatasi pengertian kesehatan mental itu pada dasarnya “rasa
tanggung jawab” seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Musthafa Fahmi dikutip Muhammad Mahmud, mendefinisikan 2 pola kesehatan


mental. Pertama, pola negatif (salabiy), yaitu terhindarnya seseorang dari gejala
neurosis (al-amradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amradh al-dzibaniyah). Kedua,
pola positif (ijabiy), yaitu kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam
penyesuain terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya.

3. Hanna Djumhana Bastaman membuat pola kesehatan mental dengan 4 pola:

Pertama, pola simtomatis, yaitu pola yang berkaitan dengan gejala (symtoms)
dan keluan (compliants).

Kedua, pola penyesuaian diri, yaitu keaktifan seseorang dalam memenuhi


tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga diri.

Ketiga, pola pengembangan diri, yaitu pola yang berkaitan dengan kualitas khas
insani (human qualities) seperti kreativitas, produktivitas, kecerdasan, tanggung jawab.

Keempat, pola agama, yaitu pola yang berkaitan dengan ajaran agama adalah
kemampuan individu untuk melaksanakan ajaran agama secara benar dan baik dengan
landasan keimanan dan ketaqwaan.

4. Zakiah Daradjat, kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-


sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara
manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan
ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di
dunia dan di akhirat.

Simpulan

 Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gangguan-gangguan jiwa


(neorose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).

 Kesehtan mental adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan


diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup
(Zakiah Daradjat, 1982: 12).

 Atau terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa ,


serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema kehidupan yang biasa
terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
B. Ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental

1. Memiliki sikap batin yang positif terhadap dirinya sendiri

2. Aktualisasi diri

3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada

4. Memiliki sikap otonom (Mandiri)

5. Memiliki persepsi obyektif terhadap realitas yang ada

6. Mampu menyelaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri

 Menurut Marie Jahoda, kesehatan mental memiliki ciri-ciri sbb.

1. Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri dalam arti dia mengenal dirinya
dengan sebaik-baiknya

2. Memiliki pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri

3. Memiliki integrasi diri yang meliputi keseimbangan jiwa kesatuan pandangan dan
tahan terhadap tekanan-tekanan jiwa yang terjadi

4. Memiliki otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam
atau kelakuan-kelakuan bebas

5. Memiliki persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, dan


penciptaan empati serta kepekaan sosial.

6. Memilki kemampuan untuk menguasai lingkungan

C. Pengaruh kesehatan Mental terhdap kehidupan beragama

Sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan

D. Metode perolehan dan pemeliharan kesehatan mental

1. Pengembangan Potensi jasmani dan Potensi rohani

2. Metode iman, Islam dan Ihsan

3. Metode takhalli, tahalli dan tajalli

4. Metode Murabathah

5. Metode Riyadhoh
6. Metode Pengendalian nafsu

BAB XII (2) Kesehatan Mental

A. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-
peratauran serta prosedurnya untuk mempertinggi kesehatan rohani

B. Ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental

1. Fisik

2. Psikis
3. Sosial

4. Moral religius

C. Metode perolehan dan pemeliharan kesehatan mental

1. metode pengembangan potensi jasmani dan rohani

2. metode Iman, Islam dan Ihsan

3. metode takhalli, tahalli dan tajalli

4. metode murabathah

5. Metode Riyadhah

6. metode pengendalian nafsu.

D. Metode Takhalli Tahalli dan Tajalli

1. Takhalli pada umumnya diartikan sebagai pembersihan diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir dan maksiat batin.

Pada tahap ini, seseorang berjuang keras untuk mengosongkan jiwa


mereka dari segala sifat tercela yang dapat mendatangkan kegelisahan pada
jiwanya. Sifat-sifat tercela itu, antara lain sebagai berikut: Hasad, Hiqd , Takabbur,
Nifaq, Kikir, Su’al-Dzann, Riya’, Ghadhab, Ghibah, Hub al-Duniya, Namimah.

2. Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji.

Diantara sifat-sifat yang baik dan terpuji adalah: Taubat, Zuhd, Khauf , Shabr, Syukur,
Ikhlas, Tawakkal, Ridha, Zikr al- Maut.

3. Tajalli adalah terungkapnya nur ghaib untuk hati. Tajalli merupakan lenyap atau
hilangnya hijab dan sifat-sifat kebasyariyahan (kemanusiaan), lenyapnya segala yang lain
ketika nampak wajah Allah.

E. Metode murabathah

 Murabathah pada umumnya diartikan melakukan ketekunan. Kalau dihubungkan


dengan ajaran islam berarti tekun dalam melaksanakan perintah Allah SWT.

 Menurut Said Hawwa untuk melaksanakan metode murabathah ada beberapa usaha
yang harus dilakukan.
1. Musyarathah

2. Muraqabah

3. Muhasabah

4. Mu’aqabah (Berusaha agar tidak tegelincir pada dosa)

5. Mujahadah

6. Mu’atabah (Mencela keburukan yang dilakukan dan menghukum diri sendiri)

F. Metode Riyadhah

Riyadhah adalah suatu latihan yang dilaksanakan secara terus menerus dalam rangka
menekan daya nafsu.

Menurut Abdul Mujib substansi manusia memiliki tiga daya yaitu:

(1) qalbu (fitrah ilahiyah),

(2) akal (fitrah insaniyah) dan

(3) nafsu (fitrah hayawaniyah).

G. Metode Pengendalian Nafsu

1. Pengertian Nafsu

Menurut Hujawairi yang dikutip Amir Najar bahwa hawa nafsu merupakan
sumber kejahatan dan sarang dari keburukan dan akhlak yang tercela.

2. Pembagian Nafsu

Adapun kualitas nafsu tersebut secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an


dengan tiga macam yaitu: (1) nafs al- ammarah,(2) nafsu al-lawwamah (3) nafs al-
muthmainnah.

H. Pengaruh kesehatan mental dalam kehidupan

 Pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan misal; rasa cemas, iri hati dan dengki,
rasa sedih, rasa rendah hati dan kurangnya kepercayaan diri, dan pemarah.

 Pengaruh kesehatan mental terhadap pikiran, misal; sering lupa, tidak bisa konsentrasi,
kemampuan berpikir menurun.
 Pengaruh kesehatan mental terhadap tingkah laku, misal; gelisah, pemarah dan
temperamental.

 Pengaruh kesehatan mental terhadap kesehatan badan,

I. Metode Kesehatan Mental

1. sholat

2. Membaca al-Qur’an

3. Berdzikir

4. Berpuasa

J. Metode yang lain

BAB XIII Agama dan pengaruhnya dalam kehidupan

A. Agama dalam kehidupan individu

 Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat
norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap
dan bertingkah laku agar sejalan dengan ajaran agama yang dianutnya.

 Manusia memiliki sistem nilai yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem nilai
tersebut dibentuk melalui agama.

 Segala bentuk simbol-simbol keagamaan, mukjizat, magis maupun upacara ritual sangat
berperan dalam proses pembentukan sistem nilai dalam diri seseorang.
 Pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa
bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Agama dalam kehidupan individu
selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.

 Agama dapat mendorong individu untuk melakukan aktivitas, karena perbuatan yang
dilakukan dengan basis keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta
ketaatan.

 Agama sebagai nilai etik artinya dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan
terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh mana yang tidak boleh menurut
ajaran agamanya.

 Agama sebagai pemberi harapan bagi pelakunya artinya seseorang yang melaksanakan
perintah agama umunya karena adanya harapan terhadap pengampunan atau kasih
sayang dari sesuatu yang gaib atau supernatural.

B. Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat:

1. Berfungsi edukatif

2. Berfungsi penyelamat

3. Berfungsi sebagai pendamaian

4. Berfungsi sebagai sosial kontrol

5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas

6. Berfungsi transformatif

7. Berfungsi kreatif

8. Berfungsi sublimatif (mennyucikan, mengkulduskan/satu hal tapi bisa mengubah


semuanya).

Penjelasan:

a. Fungsi Edukatif

Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis
berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsure seruhan dan larangan ini
mempeunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya
menjadi baik dan terbiasa dengan baik menurut ajaran agama masing-masing.
b. Fungsi penyelamat

Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan


yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama.
Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan
yang meliputi dua alam yaitu: dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu
agama mengajarkan para penganutnya.

c. Fungsi Pendamai

Melalui agama aseseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian
batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi
hilang dari batinnya adalah apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya
melalui: tobat, pensucian atau penebusan dosa.

d. Fungsi sosial kontrol

Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin
kepada tuntutan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok.
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini
agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun
kelompok

e. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritassolidarita

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan
dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membeina rasa
solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat
membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan
itu bahkan dapat mengalakan rasa kebangsaan.

f. Fungsi transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok


menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan
baru diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu
mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya
sebelum itu.

g. Fungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif
bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang
lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang
sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

h. Fungsi sublimatif

Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama
ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak
bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus,
karena dan untuk Allah beribadah

C. Peran agama dalam pembangunan

1. Sebagai etos pembangunan

Maksudnya adalah bahwa agama yang menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika
diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai moral
dalam sikap.

Selanjutnya nilai moral tersebut akan memberikan garis-garis perpedoman tingkah laku
seseorang dalam bertindak, sesuai dengan ajaran agamanya. Segala bentuk perbuatan
yang dilarang oleh agama dijauhinya dan sebaliknya selalu giat dalam menerapkan
perintah agama, baik dalam kehidupan pribadi maupun demi kepentingan orang banyak

2. Sebagai motivasi
Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang
atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik. Pengalaman ajaran
agama tercermin dari pribadi yang berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan
tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap
perbuatan baik tanpa mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi
seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material. Balasan dari Tuhan berupa pahala
bagi kehidupan hari akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat.

Anda mungkin juga menyukai