Anda di halaman 1dari 43

Kisi-Kisi Ujian Mentoring Semester Genap 2017

1. Makna syahadah dan syahadatain


2. Faktor dan sumber pembentuk akhlak
3. Ayat kauniyah
4. Penghalang mengenal Allah SWT
5. Ciri-ciri dan fungsi diturunkanya Rasul
6. Keistimewaan Rasulullah SAW
7. Sifat-sifat asasiyah Rasul
8. Nama lain dari Al-qur’an dan Karakteristik Al-qur’an
9. Sahabat nabi yang mendapat hidayah karena Al-qur’an
10. Pengertian dan karakteristik islam
11. Dienullah dan ghairu dinullah
12. Fenomena kemunduran umat islam
1. Makna syahadah dan syahadatain

Syahadat mengandung makna ikrar akan keimanan kepada Allah dan kepada Nabi-Nya
Muhammad saw. sehingga untuk melakukan segala bentuk peribadatan harus dimulai dengan
syahadat. Syahadat merupakan pintu masuknya seorang mukallaf dalam Islam, sehingga untuk
dapat diterimanya ketaatan dan peribadatan oleh Allah maka mukallaf harus bersyahadat
(berikrar) bahwa tiada tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, dan Nabi Muhammad adalah
utusan Allah. Oleh sebab itu perlu didahulukannya syahadat dari semua bentuk peribadatan,
karena syahadat merupakan syarat sahnya amalan sesudahnya yaitu shalat, zakat, puasa, haji,
dan yang lainnya.
Syahadat merupakan ilmu dan keyakinan yang di dalamnya terkandung seluruh ilmu baik
itu yang alamiyah maupun yang ilmiyah semuanya bersumber pada dua kalimat syahadat,
sehingga sangatlah penting mempelajari syahadat baik itu bagi orang kafir maupun bagi orang-
orang Islam, karena dengan mempelajari syahadat dapat menghilangkan berbagai macam
penyakit hati dan kemusyrikan yang akan menghalangi manusia dari ma'rifat billah.
Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (‫)شهد‬, yang artinya ia telah
menyaksikan. Kalimat Kata “syahadat” dalam bahasa arab diambil dari kata “musyahadah”
yang artinya “melihat dengan mata kepala”. “Syahadat” adalah mengungkapkan isi hati. Oleh
karena itu, “syahadat” haruslah mengandung keyakinan hati yang kokoh dan pengungkapan
secara lisan. Maka, orang yang bersyahadat “Asyahadu an Laa ilaaha illallah wa asyhadu
anna muhammadan rasulullah” berarti ia mengakui dengan lisan dan hati secara yakin
bagaikan ia melihat dengan mata kepala.[1]Syahadat (Bahasa Arab: ‫الشهادة‬asy-
syahādah) merupakan asas dan dasar dari lima rukun Islam dan merupakan ruh, inti dan
landasan seluruh ajaran Islam
Syahadat sering disebut dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam
bahasa arab Syahadatain berarti 2 kalimat Syahadat). Kedua kalimat syahadat itu adalah:
 Kalimat pertama :

ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh


artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah
 Kalimat kedua :

wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh


artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

Makna syahadat
a. Pengakuan ketauhidan.
Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah dan tiada
tuhan yang lain selain Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi
atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim
memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.
b. Pengakuan kerasulan.
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini
ajaran Allâh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya
meyakini hadist-hadis Muhammad saw.
C. Makna Laa Ilaaha Illallah
Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna
penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-
satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah semata.
Berkaitan dengan mengilmui kalimat ini Allah ta'ala berfirman: "Maka
ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah" (QS
Muhammad : 19)
Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti
didahulukan daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun
menyatakan: "Barang siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan
masuk ke dalam surga."
Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan
dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya
terkandungtauhid yang Allah menciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau
Abu Thalib, Ketika maut datang kepada Abu Thalib dengan ajakan "wahai pamanku
ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai hujah di
hadapan Allah" namun Abu Thalib enggan untuk mengucapkan dan meninggal dalam
keadaan musyrik.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun di makkah mengajak orang-
orang dengan perkataan beliau "Katakan Laa Ilaaha Illallah" maka orang kafir pun
menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang
demikian dari orang tua kami". Orang qurays di zaman nabi sangat paham makna kalimat
tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain
Allah.
D. Inti syahadat
Inilah sekilas tentang makna Laa Ilaaha Illallah yang pada intinya adalah pengakuan bahwa
tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah ta'ala semata.
E. Kandungan syahadat

a. Ikrar
Ikrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang diyakininya.Ketika
seseorang mengucapkan kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan
dan memperjuangkan apa yang ia ikrarkan itu.
b. Sumpah
Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima
akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim
itu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.
c. Janji
Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia
untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang
terkandung dalam Al Qur'an maupun Sunnah Rasul.
Syarat syahadat
Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya
itu tidak sempurna. Jadi jika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi
syarat-syaratnya, bisa dikatakan syahadatnya itu tidak sah.
Syarat syahadat ada tujuh , yaitu:
 Pengetahuan
Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib
memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi
ucapannya.
 Keyakinan
Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa
sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.
 Keikhlasan
Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat.
Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan
diterima oleh Allah SWT.
 Kejujuran
Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus
dinyatakan dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.
 Kecintaan
Kecintaan berarti mencintai Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman. Cinta juga
harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan
dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah
Rasulullah SAW.
 Penerimaan
Penerimaan berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan
Rasul-Nya. Dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan
jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran
yang datang dari syariat Islam. Artinya, bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecualiAl
Qur'an dan Sunnah Rasul.
 Ketundukan
Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara
lahiriyah. Artinya, seorang muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah-
Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Perbedaan antara penerimaan dengan
ketundukan yaitu bahwa penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan
dengan fisik.Oleh karena itu, setiap orang yang bersyahadat tidak harus disaksikan amirnya
dan selalu siap melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupannya.
Asas dari tauhid dan Islam
Laa Ilaaha Illallah adalah asas dari tauhid dan Islam dengannya direalisasikan dalam segala
bentuk ibadah kepada Allah dengan ketundukan kepada Allah, berdoa kepadanya semata dan
berhukum dengan syariat Allah.
Seorang ulama besar Ibnu Rajab mengatakan: Al ilaah adalah yang ditaati dan tidak
dimaksiati, diagungkan dan dibesarkan dicinta, dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan
harapan. Itu semua tak boleh dipalingkan sedikit pun kepada selain Allah. Kalimat Laa
Ilaaha Illallah bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya selama tidak membatalkannya
dengan aktivitas kesyirikan.
Makna syahadat bagi Muslim
Bagi penganut agama Islam, Syahadat memiliki makna sebagai berikut:
1. Pintu masuk menuju islam; syarat sahnya iman adalah dengan bersyahadatain
(bersaksi dengan dua kalimat syahadah)
2. Intisari ajaran islam; pokok dari ajaran Islam adalah syahadatain, sebagaimana
ajaran yang dibawa nabi-nabi dan rosul-rosul sebelumnya
3. Pondasi iman; bangunan iman dan Islam itu sesungguhnya berdiri di atas dua
kalimat syahadah
4. Pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban syariat yang akan diterima atau ditanggung oleh seseorang
setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadah
5. Jaminan masuk surga; Allah SWT memberi jaminan surga kepada orang yang
bersyahadatain
Kalimah Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam.
Tanpa syahadat maka rukun Islam lainnya akan runtuh begitupun dengan rukun Iman.
Tegaknya syahadat dalam kehidupan seorang individu akan mengukuhkan ibadah dan dien
dalam hidup kita. Dengan syahadat maka wujud sikap ruhaniah yang akan memberikan
motivasi kepada tingkah laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk
melaksanakan rukun Islam lainnya.

AHAMMIYATU SYAHADATAIN
Kepentingan syahadat (ahamiyah syahadat) perlu didedahkan kepada mad’u agar dapat
betul-betul memahami syahadat secara konsep dan aplikasinya. Kenapa syahadat penting
karena dengan bersyahadat seseorang boleh menyebutkan dirinya sebagai muslim, syahadat
sebagai pintu bagi masuknya seseorang kedalam Islam. Kefahaman seorang muslim dapat
melakukan perubahan-perubahan individu, keluarga ataupun masyarakat. Dalam sejarah para
nabi dan rasul, syahadat sebagai kalimah yang diperjuangkan dan kalimah inilah yang
menggerakkan dakwah nabi dan rasul. Akhir sekali, dengan syahadat tentunya setiap muslim
akan mendapatkan banyak pahala dan ganjaran yang besar dari Allah Swt.
1. Ahamiyah Syahadah (kepentingan bersyahadat).
Syahadatain adalah rukun Islam yang pertama. Kepentingan syahadat ini karena
syahadat sebagai dasar bagi rukun Islam yang lain dan bagi tiang untuk rukun Iman dan Dien.
Syahadatain ini menjadi ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh sebab itu, sangat
penting syahadat dalam kehidupan setiap muslim. Sebab-sebab kenapa syahadat penting bagi
kehidupan muslim adalah:
· Pintu masuknya Islam
· Intisari ajaran Islam
· Dasar-dasar perubahan menyeluruh
· Hakikat dakwah para rasul
· Keutamaan yang besar
2. Madkhal Ila Islam (pintu masuk ke dalam Islam).
· Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain
· Kesempurnaan iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain
· Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir
· Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadat Rubbubiyah di alam arwah, tetapi ini
saja belum cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadat Uluhiyah dan syahadat
Risalah di dunia.
Dalil:
· Hadits: Rasulullah Saw memerintahkan Mu’az bin Jabal untuk mengajarkan dua kalimah
syahadat, sebelum pengajaran lainnya.
· Hadits: Pernyataan Rasulullah Saw tentang misi Laa ilaha illa Allah dan kewajiban
manusia untuk menerimanya.
· Q.47: 19, Pentingnya mengerti, memahami dan melaksanakan syahadatain. Manusia
berdosa akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain.
· Q.37: 35, Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illa
Allah.
· Q.3: 18, Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu yaitu para Nabi dan orang yang beriman kepada
mereka.
· Q.7: 172, Manusia bersyahadat di alam arwah sehingga fitrah manusia mengakui
keesaan Allah. Ini perlu disempurnakan dengan syahadatain sesuai ajaran Islam.
3. Khalasha Ta’lim Islam (Intisari ajaran Islam).
· Kefahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada kefahamannya pada syahadatain.
Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimah yang sederhana ini.
· Ada 3 hal prinsip syahadatain:
1. Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada
Allah saja.Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepadaNya.
2. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu
dari Muhammad Saw. Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Minhajillah.
3. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan
manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.
Dalil:
· Q.2: 21, 51: 56, Ma’na Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah. 21: 25,
Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid.
· Q.33: 21, Muhammad Saw adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan. 3: 31, aktifitas
hidup hendaknya mengikuti ajaran Muhammad Saw.
· Q.6: 162, Seluruh aktivitas hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti
ditujukan kepada mengabdi Allah Swt saja. 3: 19, 3: 85, 45: 18, 6: 153, Islam adalah satu-
satunya syariat yang diridhai Allah. Tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.
4. Asasul Inqilab (dasar-dasar perubahan).
Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan
hidupnya.Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau
masyrakat.
Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan
generasi sekarang.Perbedaan tersebut disebabkan kefahaman terhadap makna syahadatain
secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadat tersebut dalam pelaksanaan
ketika menerima maupun menolak.
Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain.Sehingga mereka yang tadinya
bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi
takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah.Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi
bersaudara di jalan Allah.
Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat
sekarang menjadi baik.
Dalil:
· Q.6: 122, Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi,
yang dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang
gemilang.
· Q.33: 23, Perubahan individu contohnya terjadi pada Muz’ab bin Umair yang sebelum
mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang
glamour di kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang
da’i, duta rasul untuk kota Madinah. Kemudian menjadi syuhada Uhud.Saat syahidnya
rasulullah membacakan ayat ini.
· Q.37: 35-37, reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimah tauhid. 85: 6-10, reaksi musuh
terhadap keimanan kaum mukminin terhadap Allah 18: 2, 8: 30, musuh memerangi mereka
yang konsisten dengan pernyataan Tauhid.
5. Haqiqat Dakwah Rasul.
Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi besar Muhammad Saw membawa misi
dakwahnya adalah syahadat.
Makna syahadat yang dibawa juga sama yaitu laa ilaha illa Allah.
Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah saja.
Dalil:
· Q.60: 4, Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawanya kepada
pengabdian Allah saja.
· Q.18: 110, Para nabi membawa dakwah bahwa ilah hanya satu yaitu Allah saja.
6. Fadhailul A’dhim (Keutamaan yang besar)
Banyak ganjaran-ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi
Muhammad Saw.Ganjaran dapat berupa material ataupun moral.Misalnya kebahagiaan di
dunia dan akhirat, rezeki yang halal dan keutamaan lainnya.
Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan aplikasi dan implikasi syahadat dalam kehidupan
sehari-hari.Dipeliharanya kita dari segala macam kesakitan dan kesesatan di dunia dan di
akhirat.[2]
Ada 3 hal prinsip syahadatain :
A. Pernyataan Laa ilaha illallahmerupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada
Allah saja.Melaksanakan minhajillah (way of life yang ditetapkan Allah) merupakan ibadah
kepada-Nya.
B. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu
dari Muhammad saw. Dan Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Manhaj Allah.
C. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan
manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya.[3]
2. Faktor dan sumber pembentuk akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan
pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah bentukan akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
misalnya mengatakn bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan
tujuan pendidikan islam.[1] Demikian pula Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa
tujuan utama pendidikan islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim
yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri
kepadanya dengan memeluk agama islam.[2] Berikut ini faktor-faktor pembentuk
akhlak menurut Mahjuddin:
1. Faktor Pembawaan Naluriyah (Gharizah atau Instink).
Sebagai makhluk biologis, ada faktor bawaan sejak lahir yang menjadi pendorong
perbuatan setiap manusia. Faktor itu disebut dengan naluri atau tabiat menurut J.J.
Rousseau. Lalu Mansur Ali Rajab menamakannya dengan tabiat kemanusiaan (al
tabi’ah al-insaniyyah). Ia menyetir pendapat Plato yang menyatakan; bahwa tabiat
(bawaan) baik dengan bawaan buruk dalam diri manusia sangat berdekatan, karena
itu sering muncul perbuatan baiknya dan perbuatan buruknya. Lalu menyetir lagi
pendapat J.J. Rousseau (1712-1778) dari Perancis dengan mengatakan:
Sesungguhnya anak yang baru lahir memiliki pembawaan baik, lalu sifat buruknya
muncul karena pengaruh dari lingkungannya (pergaulannya). [3]

Dengan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa kecenderungan naluriyah dapat


dikendalikan oleh akhlaq atau tuntunan agama, sehingga manusia dapat
mempertimbangkan kecenderungannya; apakah itu baik atau buruk. Gharizah atau
naluri tidak pernah berubah sejak manusia itu lahir, tetapi pengaruh negatifnya yang
bisa dikendalikan oleh faktor pendidikan atau latihan. Karena faktor naluri ini sangat
terkait dengan nafsu (ammarah dan muthmainnah), maka sering ia dapat membawa
manusia kepada kehancuran moral, dan sering pula menyebabkan manusia
mencapai tingkat yang lebih tinggi, dengan kemampuan nalurinya. Tatkala naluri
cenderung kepada perbuatan baik, maka akal dan tuntunan agama yang
memberikan jalan seluas-luasnya, untuk lebih meningkatkan intensitas perbuatan
itu. Maka disinilah perlunya manusia memiliki agama, sebagai pengendali dan
penuntun dalam hidupnya. [4]

2. Faktor sifat-sifat keturunan (al-Warithah)


Mansur Ali Rajab mengatakan, bahwa sifat-sifat keturunan adalah sifat-sifat
(bawaan) yang diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya (anak dan
cucunya). [5]

Warisan sifat-sifat orang tua kepada keturunannya ada yang sifatnya langsung
(mubasharah) dan ada juga yang tidak langsung (gairu mubasharah), misalnya sifat-
sifat itu tidak langsung turun kepada anaknya, tetapi bisa turun kepada cucunya.
Sifat-sifat ini juga kadang dari ayah atau ibu, dan kadang anak atau cucu mewarisi
kecerdasan (sifah al-‘aqliyah) dari ayahnya atau kakeknya, lalu mewarisi sifat
baik (sifah al-khuluqiyaah) dari ibunya atau neneknya, atau dengan sebaliknya.
Di samping adanya sifat bawaan anak sejak lahir (naluri dan sifat keturunan),
sebagai potensi dasar potensi dasar untuk mempengaruhi perbuatan setiap
manusia, dan juga faktor lingkungan yang mempengaruhinya; misalnya pendidikan
dan tuntunan agama. Faktor ini, disebut faktor usaha (al-muktasabah) dalam ilmu
akhlaq. Semakin besar pengaruh faktor pendidikan atau kemungkinan warisan sifat-
sifat buruk orang tua dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anaknya.
Kemampuan ilmu (kognitif), sikap kejiwaan yang baik (afektif) dan keterampilan yang
didasari oleh ilmu dan sikap baik manusia (psikomotorik) yang telah diperoleh dari
proses pendidikan dan tuntunan agma, termasuk kemampuan dan sifat-sifat yang
telah diusahakan oleh manusia (sifah al-muktasabah). Maka disinilah peranan orang
tua di rumah tangga, guru di sekolah, dan tokoh agama di masyarakat, untuk
membentuk manusia yang beragama, berilmu, dan berakhlaq mulia.
3. Faktor Lingkungan Dan Adat Istiadat
Pembentukan akhlaq manusia, sangat ditentukan oleh lingkungan alam dan
lingkungan sosial (faktor adat kebiasaan), yang dalam pendidikan disebut dengan
faktor empiris (pengalaman hidup manusia), terutama sekali dipelopori oleh John
Lock.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia, ditentukan juga oleh faktor dari luar
dirinya; yaitu faktor pengalaman yang disengaja, termasuk pendidikan dan pelatihan,
sedangkan yang tidak disengaja, termasuk lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam disebut “al-biah” dalam ilmu akhlaq, sedangkan lingkungan sosial
disebut dengan “al-‘adah” dalam ilmu akhlaq.

Paham empirisme ini, berkembang luas di dunia Barat, terutama di Amerika Serikat,
yang menjelma menjadi liran behaviorisme dalam ilmu pendidikan. Sedangkan
dalam ilmu akhlaq, Mansur Ali Rajab mengemukakan pendapat J.J Rosseau yang
mengatakan, bahwa faktor dalam diri manusia, termasuk pembawaannya, selalu
membentuk akhlaq baik manusia, sedangkan faktor dari luar, termasuk lingkungan
alam dan lingkungan sosialnya; ada kalanya berpengaruh baik, dan ada kalanya
berpengaruh buruk. Ketika manusia lahir di ligkungan yang baik, maka pengaruhnya
kepada pembentukan akhlaqnya juga baik, dan ketika ia lahir di lingkungan yang
kurang baik, maka pengaruhnya juga menjadi tidak baik. Maka disinilah pendidikan
dan bimbingan akhlaq sangat diperlukan, untuk membentuk dan mengembangkan
akhlaq manusia. Ini diakui oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulum al-Din
yang mengaatakan: seandainya akhlaq manusia tidak bisa diubah, maka tidak ada
gunanya memberikan pesan-pesan, nasehat-nasehat dan pendidikan kepada
manusia. [6]

4. Faktor Agama (Kepercayaan)


Agama bukan saja kepercayaan yang harus dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ia
harus berfungsi dalam dirinya, untuk menuntun segala aspek kehidupannya;
misalnya berfungsi sebagai sistem kepercayaan, sistem ibadah dan sistem
kemasyarakatan yang terkait dengan nilai akhlaq.[7]

[1] Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, h.15


[2] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h.48-49
[3] Mansur Ali Rajab, Taammulat Fi al-Falsafah al-Akhlaq, (Qairo: al-Injiliwi al-
Misriyyah, 1961 M), h.96
[4] Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II, h.31-32
[5] Mansur Ali Rajab, Taammulat Fi al-Falsafah al-Akhlaq, h.367
[6] Al-Ghazali, Juz III, h.54
[7] Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II, h.33

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak


Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang
dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang
dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator
penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
1. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat
makan tanpa didorang oleh orang lain.
2. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam alquran diterangkan yang artinya :

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).
[186] yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis
unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Kalimat yang dimaksud untuk naluri berjodoh ini pada kata-kata ini :
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".
3. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
4. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri
dari gangguan dan tantangan.
5. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari
terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat:
perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu
dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
Maksudnya adalah Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak
keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-
kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4.Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan
manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada
2 macam:
a.Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah
laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang
dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing
di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat
menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak
akan tau norma-norma yang berlaku.
b.Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus
bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan
tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya,
begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan
oleh guru-guru disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan
manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan,
namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya, ada tiga aliran yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan
dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah
memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini
begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan
pendidikan.
2) Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah
faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian
jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan
dan pengajaran.
3) Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal
(pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih
baik yang dibina secara intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

selanjutnya yg artinya :

setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan kecendrungan
kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani,
atau majusi. (HR. Bukhori).
Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam
pendidikan adalah kedua orang tua.
Didiklah anakmu sekalian dengan tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan
membaca al-Qur’an, karena orang yang membawa(lafal) al-Qur’an akan berada dibawah
perlindungan Allah, di hari tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, bersama para nabi
dan kekasihnya.(HR.al-Dailami dari Ali). Hal ini sesuai pula dengan perlakuan lukmanul hakim
kepada anaknya seperti ayat dibawah ini :

Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180].
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Dan dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak ada dua, yaitu faktor
dalam, yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar
yaitu, kedua orang tua, guru disekolah,dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

3. Ayat kauniyah

Ayat Qauliyah

Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an.
Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.

QS. At-Tin (95): 1-5


Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang
aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).

Ayat Kauniyah

Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah.
Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di
dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala
sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan
Penciptanya.

QS. Nuh (41): 53


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
4. Penghalang mengenal Allah SWT

Penghalang Mengenal Allah


Al-Mawani’ Fii Ma’rifatullah ( Penghalang Mengenal Allah )
Tujuan Materi:

1. Mengerti sifat-sifat pribadi manusia yang menjadi penghambat dari mengenal Allah.

2. Menyadari bahwa sifat-sifat itu dapat membawanya pada kekufuran karena itu ia

berupaya menjauhi sifat-sifat itu.

3. Menumbuhkan motivasi untuk mewujudkan sifat yang memudahkan mengenal Allah

Kisi-Kisi Materi:

Sifat-sifat yang menghambat pengenalan terhadap Allah

1. Sifat yang berasal dari penyakit syahwat

 Fasiq (QS. 2:26 , 27 , 59:19 )

 Sombong (QS. 16:22 , 40:35 , 56 , 7:12 )

 Zalim (QS. 61:7 , 32:22 )

 Dusta (QS. 2:10 , 77:10-19 )

 Banyak Dosa (QS. 83:14 )

Akan dimurkai — diobati dengan mujahadah

2. Sifat yang berasal dari penyakit subhat

 Jahil (QS.39:65 )

 Ragu-ragu (QS. 22:55 )

 Menyimpang (QS. 5:13 )

 Lalai(QS. 7:179 )

Berakibat Sesat — diobati dengan Ilmu

Bagan:
Berikut ini beberapa hal yang menghalangi seseorang dari mengenal Allah, di antaranya :

1. Al Kubru (sombong)
Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami, ”Mengapakah tidak
diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat tuhan kita ?” Sesungguhnya mereka
menyombongkan diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan)
kezaliman. (Al Furqan, 25: 21).

2. Azh Zhulmu (zalim)


Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada Allah”,
maka orang itu Kami beri balasan dengan jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada
orang-orang zalim. (Al Anbiya, 21: 29).

3. Al Kadzibu (dusta)

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syrik).


Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak mnyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah
akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak
menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az Zumar,39: 3).

4. Al Fusuqu (fasik)
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, mengapa kalian menyakitiku padahal
kalian tahu bahwa aku adalah utusan Allah untuk kalian”. Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran),
Allah palingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. Ash Shaf, 61:
5).

5. Al Kufru (ingkar)
Wahai Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya,
yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka , “Kami telah beriman”, padahal hati
mereka belum beriman…(QS. Al Maidah, 5: 41).

6. Al Fasadu (fasad)
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan
sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kemudian jika mereka berpaling
(dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.
Ali Imran, 3: 62-63).

7. Al Ghaflah (lengah)
Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dai jin dan manusia, mereka
mempunyai hati tapi tak digunakan untuk memahami, mempunyai mata tapi tak digunakan untuk melihat,
dan mempunyai telinga tapi tak digunakan untuk mendengar. Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf, 7: 179).

8. Katsratul Ma’ashi (banyak berbuat durhaka)


Dan ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu karena
mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alibi yang benar. Demikian itu
karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al Baqarah, 2: 61).

9. Al Irtiyab (ragu-ragu)

Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu, dan mereka menduga-duga tentang yang
ghaib dari tempat yang jauh. Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini sebagaimana
yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. Sesungguhnya
mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam. (QS. Saba’, 34: 53-54).
5. Ciri-ciri dan fungsi diturunkanya Rasul
Fungsi rasul pada intinya adalah menyampaikan amanat dari Allah untuk menegakkan
kebenaran dan menjauhkan manusia dari kesesatan. Fungsi Rasul menurut Al Quran antara
lain
1. Menceritakan ayat-ayat Allah
2. Menjelaskan agama dengan terang atau menggunakan bahasa kaumnya
3. Membawa kebenaran, berita gembira, dan peringatan
4. Memberi peringatan yang jelas
5. Membawa berita gembira, memberi peringatan, dan sebagai saksi.
6. Membawa keterangan-keterangan yang nyata
7. Menyuruh untuk menyembah Allah dan bertakwa
8. Menganjurkan manusia beriman agar tidak mengkultuskan para rasul dan agar manusia
bersikap selalu mempelajari dan mengajarkan Al Quran
9. Membacakan ayat-ayatNya sebelum Allah memberikan azab bagi manusia yang
melakukan kezaliman
10. Memberi keputusan di antara manusia dengan adil dan tidak aniaya
11. Menyerukan pada tiap-tiap umat agar menyembah Allah dan menjauhi tagut dan lain-
lain.
6. Keistimewahan rasul

SILAYUNG

 HOME
 ABOUT ME
Empat Keistimewaan Rasulullah Saw.
5 Mar 2013

Tentang Muhammad Saw. silayung88 0 Comments

8bc3a69f02641936c1805bc730a1a14a_khat-muhammadSemua nabi dan


rasul yang diutus Allah Swt. memiliki beragam keistimewaan dan mukjizat. Nabiyullah Isa As.
misalnya, mampu menyembuhkan orang sakit, Nabiyullah Ibrahim As. dapat selamat dari kobaran
api, Nabiyullah Musa As. mampu membelah lautan, Nabiyullah Sulaiman As. dapat berbicara dengan
hewan. Demikian halnya dengan para nabi lainnya yang mendapatkan keistimewaan atas
perkenankan Allah Azza wa Jalla.

Begitu juga dengan Baginda Rasulullah Saw. yang menjadi nabi akhir jaman. Beliau mendapat
keistimewaan yang luar biasa dibanding para nabi pendahulunya. Selain Al-Quran yang menjadi
mukjizat terbesarnya, Nabi Muhammad Saw. memiliki banyak keistimewaan, seperti beliau diutus
untuk seluruh umat manusia. Hal ini tentu saja berbeda dengan para nabi dan rasul lainnya yang
hanya diutus untuk sekelompok umatnya saja.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya hanya akan menengahkan empat keistimewaan Nabi
Muhammad Saw. dari sekian banyak keistimewaan beliau. Adapun empat keistimewaan yang
dimaksud adalah:

1. Telah dikenal sejak dahulu


Salah satu keistimewaan Nabi Muhammad Saw. dibanding para nabi sebelumnya adalah nama
beliau sudah terkenal sejak lama. Sebelum beliau lahir, orang-orang sudah mengenal dan ramai
membicarakannya. Bahkan para nabi pun berikrar terhadap kedatangan Nabi Muhammad Saw. Ini
tercantum dalam QS. Ali Imran ayat 81:
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku
berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang
membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang
demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai
para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.

Berita kedatangan Nabi Muhammad Saw. diketahui orang-orang melalui kitab-kitab terdahulu. Hal ini
sesuai dengan firman Allah Swt:

(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka
berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik
bagi mereka dan yang mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung, (QS. Al-Araaf [7]: 157)

Dan (ingatlah) ketika ‘Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: “Ini adalah sihir yang nyata,” (QS. Ash-Shaaff [61]: 6)

Begitu juga, konon beliau telah termaktub dalam Veda, kitab umat Hindu. Adalah Prof. Waid Barkash,
seorang professor bahasa dari Alahabad University India dalam salah satu buku terakhirnya berjudul
Kalky Autar (Petunjuk Yang Maha Agung) memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan
kalangan intelektual Hindu.

Secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, ia mengajak para penganut Hindu untuk segera
memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah Saw., karena
menurutnya, sebenarnya Nabi Muhammad Saw. adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok
pembaharu spiritual yang di dalam Wedha dikenal sebagai Kalhy Autar.

2. Allah memanggil Rasulullah dengan panggilan istimewa


Dalam QS. Al-Insyirah ayat 4, Allah Swt. meninggikan nama Nabi Muhammad Saw. dibanding nabi-
nabi lainnya. Dari 25 nabi yang disebut dalam Al-Quran, beberapa nabi diseru namanya oleh Allah
Swt. Namun, ada perbedaan yang sangat menonjol saat nama para nabi diseru dengan panggilan
Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.

Dalam sejumlah ayat Al-Quran, Allah Swt. memanggil para nabi dengan namanya saja. Berbeda
dengan nama Nabi Muhammad yang dipanggil selalu disertai dengan gelar kehormatannya antara
lain Ya Sin, Thaa Haa, Ya Nabi, Ya Rasul, dan lain sebagainya.

Bahkan, Allah Swt. melarang hamba-Nya menyebut Nabi Muhammad Saw. secara sembarangan. Hal
ini termaktub dalam firman-Nya: “Janganlah kalian memanggil Rasul (Muhammad) seperti kalian
memanggil sesama orang di antara kalian,” (QS.An-Nur [24]: 63).
3. Kehadiran Beliau sudah dipersiapkan
Biasanya, setiap manusia berkembang kedewasaannya mengikuti tiga hal, yakni lingkungan keluarga
(mendapat bimbingan kedua orangtua), lingkungan sekolah, dan lingkungan di luar itu. Berbeda
dengan Rasulullah Saw. yang tidak mengikuti tiga kebiasaan tadi.

Saat Rasulullah Saw. berusia 6 bulan di dalam kandungan, beliau sudah ditinggal sang ayah,
Abdullah bin Abdul Muthallib. Pada saat usia beliau empat tahun, sang ibu Aminah pun berpulang.
Dua peristiwa ini menegaskan bahwa Rasulullah Saw. memang tidak mendapat bimbingan dari
kedua orangtuanya. Lalu bagaimana beliau mendapat bimbingan dalam kehidupannya?

Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. bersabda: Addabani Rabbi fa ahsana tadibi (saya dididik oleh
Tuhanku dengan sebaik-baiknya didikan). Ternyata guru yang mendidik Rasulullah Saw. adalah Allah
Swt. Saat lingkungan suku Quraisy ditingkahi rusaknya moral, Rasulullah Saw. kerap uzlah di Gua
Hira. Di sinilah Rasulullah Saw. mendapatkan kematangan pemikiran dengan mendapatkan
bimbingan dari Allah Swt. melalui perantara Malaikat Jibril.

Keistimewaan beliau lainnya adalah saat kelahiran Nabi Muhammad Saw., di mana Aminah ditemani
Asiah dan Maryam. Keduanya merupakan sosok yang berkontribusi langsung dalam pendidikan
Nabiyullah Musa As. dan Nabiyullah Isa As. Kehadiran keduanya memberikan gambaran jika proses
kehadiran Rasulullah Saw. di dunia ini mendapat perhatian dari orang-orang yang berpengalaman
membimbing para nabi.

4. Diizinkan Memberi Syafaat


Berbeda dengan para nabi lainnya, kelak di Hari Perhitungan, Rasulullah Saw. akan diperkenankan
Allah Swt. untuk memberikan syafaat. Tentang hal ini, Rasulullah Saw. telah menegaskannyya
melalui Abu Hurairah ra.:

Dihidangkan untuk Rasulullah Saw. masakan daging, lalu dipilihkan untuk beliau daging paha bagian
depan, yang merupakan kesukaan beliau. Beliaupun menggigitnya lalu bersabda: Aku adalah
pemimpin manusia pada hari kiamat. Tahukah kalian, mengapa? Allah akan mengumpulkan seluruh
umat manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tempat, di mana seorang penyeru
akan mampu memperdengarkan (seruan) kepada mereka semuanya. Pandangan mata akan mampu
menembus mereka semuanya, sedangkan matahari dekat sekali. Maka kesedihan dan kesusahan
meliputi mereka, sampai mereka tidak mampu menanggung dan merasakannya.

Maka orang-orang berkata: Tidakkah kalian saksikan apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian
tahu siapa yang mampu memberikan syafaat kepada kalian di hadapan Rabb kalian? Sebagian
mereka lalu berkata kepada sebagian yang lain: Kalian harus datang kepada Adam As. Namun Adam
As. mengajukan alasan.

Kemudian mereka menemui Nuh As., namun dia juga mengajukan alasan. Kemudian mereka
menemui Ibrahim As., namun dia mengajukan alasan pula. Kemudian mereka menemui Musa As.,
ternyata dia juga mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui Isa As., namun dia juga
mengajukan alasannya.

Akhirnya mereka menemui Nabi Muhammad Saw. dan mengatakan: Wahai Muhammad, engkau
adalah utusan Allah dan penutup para nabi. allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun
yang akan datang. Maka berikanlah syafaat kepada kami di hadapan Rabbmu. Tidakkah engkau lihat
keadaan kami?

Maka akupun berangkat sampai di bawah Arsy, lalu aku tersungkur sujud kepada Rabb-ku.
Kemudian Allah membukakan untukku pujian-pujian dan sanjungan yang baik untuk-Nya, yang belum
Dia bukakan kepada seorangpun sebelumku. Kemudian dikatakan (kepadaku): Wahai Muhammad,
angkatlah kepalamu, dan mintalah, niscaya kamu akan diberi. Berilah syafaat niscara akan diterima
(syafaatmu). Maka akupun mengangkat kepalaku kemudian aku katakan: Umatku wahai Rabb-ku,
umatku wahai Rabb-ku.

Dalam hadits yang lain, dari Abu Hurairah ra beliau menuturkan bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: Setiap Nabi alaihissalam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah
menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafaat bagi ummatku, kelak di hari
kiamat. Maka, syafaat tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat
dalam keadaan tidak menyekutukan Allah taala dengan suatu apapun. (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk mendapatkan syafaat beliau, Rasulullah Saw. di antaranya memberikan bocoran:

Barangsiapa yang berdoa setelah mendengar adzan: Ya Allah, Rabb yang memiliki panggilan yang
sempurna dan shalat yang akan ditegakkan ini, karuniakanlah kepada Muhammad al-wasilah dan
keutamaan, serta bangkitkanlah baginya kedudukan yang terpuji yang Engkau telah janjikan
untuknya, niscaya dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat (dengan izin-Nya). (HR. Al-
Bukhari no. 579, Kitabul Adzan, Bab Ad-Dua inda an-nida, dari Jabir bin Abdillah)

Demikian empat keisitimewaan Rasulullah Saw. yang merupakan bagian sangat kecil dari
keistimewaan beliau yang sangat banyak. Semoga kita dapat meneladani akhlak beliau dan
mendapatkan syafaatnya di hari yang telah ditentukan. Wallahu Alam bish Shawab.
7. Sifat-sifat asasiyah Rasul

Pengertian Tentang Rasul


Sinopsis

Rasul adalah seorang lelaki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Definisi

rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang terbaik di antara manusia

lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia

dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah berikan kepadanya dan juga

Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan seharian. Untuk lebih jelasnya

bagaimana mengenal Rasul yang menjalankan peranan pembawa risalah dan sebagai model, maka kita perlu

mengenal apakah ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciri-ciri Rasul adalah mempunyai sifat-sifa yang asas, mempunyai

mukjizat, sebagai pembawa berita gembira, ada berita kenabian dan memiliki ciri kenabian, juga nampak hasil

perbuatannya.

Hasiyah

1. Ar Rasul

Sarahan

· Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia. Rasul adalah manusia

pilihan yang kehidupannya semenjak kecil termasuk ibu dan bapanya sudah dipersiapkan untuk menghasilkan

ciri-ciri kerasulannya yang terpilih dan mulia. Mengenal rasul mesti mengetahui apakah peranan dan fungsi rasul

yang dibawanya. Terdapat dua peranan rasul iaitu membawa risalah dan sebagai model.

· Rasul sebagai manusia biasa yang diberikan amanah untuk menyampaikan risalah kepada manusia.

Dalil

· 18:110, Rasul sebagai manusia biasa seperti mu

· 6:9, Rasul dalam bentuk Rajul bukan malaikat

· 33:40, Muhammad SAW sebagai Rasul Allah

2. Hamilu Risalah

Sarahan
· Rasul membawa risalah kepada manusia, banyak disampaikan di dalam ayat Al Qur'an. Tugas menyampaikan

wahyu dan risalah ini adalah tugas dan amanah wajib bagi setiap Rasul. Apa sahaja yang Rasul terima dari Allah

maka disampaikan wahyu tadi kepada manusia.

· Rasul dan orang yang menyampaikan risalah Islam tidak akan takut dengan segala bentuk ancaman kerana ia

yakin bahawa yang dibawa dan disampaikannya adalah milik Allah yang memiliki alam semesta dan seisinya.

Dengan demikian apabila kita menyampaikan pesan sang pencipta maka pencipta (Allah) akan melindungi dan

menolongnya.

Dalil

· 5:67, Rasul menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah

· 33:39, orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka tidak takut kepada sesiapapun kecuali hanya kepada

Allah sahaja.

3. Qudwatu fi tatbiqu risalah

Sarahan

· Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin seorang manusia dapat memahami langsung

apa-apa yang ada di dalam Al Qur'an kecuali apabila dapat petunjuk dan contoh dari Nabi. Muhammad dan para

rasul lainnya mempunyai peranan dalam menjembatani pesan-pesan dari Allah agar dapat diaplikasikan kepada

Manusia. Nabi Ibrahim AS sebagai contoh dalam mengelakkan diri dari menyembah sembahan berhala .

Walaupun demikian sebagai umat Muhammad yang wajib diikuti hanya kepada Nabi Muhammad sebagai

penutup para nabi dan yang sesuai dengan pendekatan bagi manusia sekarang.

Dalil

· 33:21, Muhammad (Rasul) sebagai qudwah yang baik

· 60:4, Ibrahim AS sebagai ikutan dalam melaksanakn Aqidah

4. Alamatu risalah

Sarahan

· Agar memahami peranan Rasul lebih mendalam maka kita perlu mengetahui apakah ciri-ciri Rasul sebenarnya.

Rasul yang membawa peranan dan amanah yang cukup berat dalam menjalankan tugasnya mempunyai

beberapa keistimewaan yang dijelaskan dalam ciri-ciri Rasul itu sendiri. sifat asa, mukjizat, basyirat, nubuwah

dan tsamarat.
5. Sifatul Asasiyah

Sarahan

· Sifat asas rasul adalah akhlak mulia yang terdiri dari sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Sifat asas dan utama

ini mesti dipunyai oleh setiap rasul dan orang yang beriman. Tanpa sifat ini maka seorang mukmin kurang

mengikuti Islam yang sebenarnya bahkan dapat menggugurkan keislamannya. Misalnya sifat dasar sidiq,

RasullulLah menekankan bahawa kejujuran sebagai akhlak yang utama, tanpa sidiq maka gugur keislamannya.

Dengan kejujuran yang dimiliki walaupun ia berbuat dosa seperti merogol atau mencuri, masih dapat dimaafkan

apabila ia masih mempunyai sifat sidiq. Dengan sifat asas ini maka manusia dijamin hidupnya didunia dan di

akhirat akan bahagia.Sifat asas juga bersifat universal ini sangat strategik bagi setiap mukmin dalam

menjalankan Islam dan memelihara dirinya dari segala cabaran.

Dalil

· 68:4, Rasul mempunyai akhlak yang mulia.

6. Mukjizat

Sarahan

· Banyak mukjizat yang dibawa oleh para Rasul. Setiap Rasul membawa mukjizat yang diberi Allah berbeza-

beza seperti nabi Ibrahim yang tidak terbakar, nabi Musa yang membelah lautan, nabi Sulaiman dapat bercakap

dengan segala makhluk, nabi Daud yang mempunyai kekuasaan dan lainnya. Nabi Muhammad sendiri banyak

mukjizat yang Allah SWT berikan misalnya membelah bulan ketika dicabar oleh orang kafir, Al Qur'an, makluman

awal terhadap segala peristiwa yang berlaku dan sebagainya.

· Dengan mukjizat ini maka manusia semakin yakin dengan apa yang diberikan oleh para Rasul kepada

manusia.

Dalil

· 54:1, Rasul membelah bulan

· 15:9, Al Qur'an yang dipelihara oleh Allah

7. Al Mubasyarat

Sarahan

· Ciri kerasulan adalah sudah dimaklumkan oleh manusia-manusia sebelumnya mengenai kedatangannya. Nabi
Muhammad SAW sudah dimaklumkan ketika zaman Nabi Isa AS, bahawa akan datang seorang Rasul yang

bernama Ahmad (terpuji).

Dalil

· 61:6, berita gembira yang memaklumkan kedatangan nabi Muhammad SAW

8. An Nubuwah

Sarahan

· Ciri-ciri rasul lainnya adalah adanya berita kenabian seperti membawa perintah dari Allah untuk manusia

keseluruhan seperti perintah haji (pada zaman Nabi Ibrahim) dan perintah - perintah Allah di dalam Al Qur'an

(pada zaman Nabi Muhammad)

Dalil

· 22:26-27, Nabi Ibrahim disuruh oleh Allah untuk memberitahukan kepada manusia agar berhaji.

· 6:19, Al Qur'an adalah wahyu kepada rasul dan sebagai berita kenabiannya.

· 25:30, Rasul mengajak ummatnya kepada Al Qur'an tetapi mereka meninggalkannya.

9. Attsamarat

Sarahan

· Ciri Rasul adalah ada hasil dari perbuatan dakwah dan harakahnya. Tidak ada hasil maka bererti tidak

melakukan. Dengan melakukan maka akan menghasilkan hasil walaupun sedikit. Nabi dan Rasul telah

membuktikan kepada kita bagaimana hasil dari usaha-usaha dakwah mereka. Nabi Muhammad SAW telah

membuktikan dengan usahanya maka didapati perubahan masyarakat dari jahiliyah kepada islamiyah, dari

kemusyrikan kepada keimanan dan perubahan-perubahan lainnya. Islam pun tersebar ke seluruh dunia dengan

meninggalkan banyak bukti-bukti sejarah yang sampai saat ini dapat dilihat dan dibuktikan.

· Kader Nabi iaitu para sahabat adalah bukti nyata yang menjadikan perubahan-perubahn di jazirah Arab dan

seluruh dunia.

Dalil

· 48:29, hasil tarbiyah dan dakwah Rasul adalah kader-kader yang tangguh.

Ringkasan Dalil
Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia (5:67, 33:39)

Teladan dalam melaksanakan risalah (33:21, 56, 60:4)

Tanda tanda kerasulan:

Sifat (68:4)

Mukjizat (54:1, 15:9)

Berita kedatangan (61:6)

Berita kenabiaan (25:30, 22:26-27)

Hasil hasil perbuatan (48:29)

Manusia membutuhkan seorang rasul


8. Nama lain dari Al-qur’an dan Karakteristik Al-qur’an

Nama-Nama Al-Qur’an

1) Al-Quran

Alqur’an artinya bacaan. Nama Al-qur’an Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Alisra’ ayat 9:

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’:9)

Artikel terkait : Nama-Nama Al-Qur'an Lengkap Arti Dan Dalilnya

 Cara Meningkatkan Dan Memperkuat Iman Kepada Allah SWTIman


merupakan bagian yang sangat ...

 Nampak Aurat Dengan Tidak Sengaja Dalam Shalat, Apakah Sah?Menutup


aurat merupakan salah satu ...
2) Al-Kitab
Alkitab artinya Buku. Nama Al Kitab Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al Baqarah ayat 2: “Inilah
Al Kitab yang tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah:
2)

3) Ad-Dzikru
Adzikru artinya pemberi peringatan. Nama Adzikru Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al-hijr ayat
9:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adzikru, dan sesungguhnya Kami benar-benar


memeliharanya.” (QS. Al Hijr: 9)

4) Al-Furqan
Alfurqan artinya pembeda antara yang hak dan yang batil. Nama Alfurqan Allah sebutkan dalam Al-
qur’an surah Al-furqan ayat 1:

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al Furqaan: 1)
5) At-Tanzil
Attanzil artinya yang diturunakan. Nama Attanzil Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Asysyuara’
ayat 192:

“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam” (QS. Asysyuara’:
192)

6) Al-Huda

Alhuda artinya petunjuk. Nama Alhuda Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al-jin ayat 13:

“ Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya.
Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak
(takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin:13)

7) Al-Mau'idhah

Almau’idhah artinya pelajaran atau nasihat. Nama Al-mauidhaha Allah sebutkan dalam Al-qur’an
surah yunus ayat 57:

“ Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. (QS. Yunus 57)

8) Al-Hukm

Al hukum artinya hukum atau peraturan. Nama Al hukum Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Ar-
ra’du ayat 37:

“ Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam
bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan
kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.” (QS.
Ar Ra'du:37)
9) Al-Hikmah

Alhikmah artinya kebijaksanaan. Nama Al hikmah Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al-isra’ ayat
39:

“ Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu, Dan janganlah kamu mengadakan
tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam
keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).” (QS. Al Isra':39)

10) Asy-Syifa'

Asy syifa’ artinya oabat atau penyembuh. namaAsysyifa’ Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah yunus
ayat 57:

“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Yunus :57)

11) Al-Bayan (penerang)

Albayan artinya penerang. Nama Al bayan Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Ali imran ayat 138:

“Al-Qur'an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran:138)

12) An-Nur

An nur artinya cahaya. Nama An nur Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Annisa’ ayat 174:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad
dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an)”.
(QS. An- Nisa':174)

13) Ar-Rahmah
Ar rahmah artinya karunia. Nama Arrahmah Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah An-Namlu ayat 77:

“Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. An Namlu:77)

14) Al-Kalam

Al kalam artinya ucapan atau firman. Nama Al kalam Allah sebutkan dalam Al-quran surah At
taubah ayat 6:

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang
aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At-Taubah:6)

15) Al-Busyra

Albusyra artinya kabar gembira. Nama Al busyra Allah sebutkan dalam Alqur’an surah An nahlu ayat
102:

“ Katakanlah Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahlu:102)

16) Al-Balagh

Al-balagh artinya penyampaian atau kabar. Nama Al balagh Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah
Ibrahim ayat 52:

“(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar
orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim:52)

17) Ar-Ruh
Ar ruh artinya Ruh. Nama Ar ruh Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Asy syura ayat 52:

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami, Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,
tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami
kehendaki di antara hamba-hamba Kami, Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy Syuura:52)

18) Al-Qaul

Al qaul artinya perkataan. Nama Al qaul Allah sebutkan dalam Alqur’an surah Al qashash ayat 51:

“Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar
mereka mendapat pelajaran.” (QS. Al Qashash:51)

19) Al-Basha'ir

Al bashair artinya pedoman. Nama Al bashair Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al jasiyah ayat 20:

“Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS.
Al Jasiyah:20).

Itulah nama-nama Al-qur’an yang Allah sebutkan didalam Al-qur’an. Nama-nama Al-qur’an tersebut
memberikan bukti kepada kita umat muslim, betapa agungnya kitab suci umat islam yaitu Al-qur’an .
barang siapa yang berpegang teguh kepada Al-qur’an maka orang tersebut tidak akan tersesat
selama-lamanya. Wallahu ‘Alam Bishshawab…

KARAKTERISTIK AL-QURAN

KARAKTERISTIK AL-QURAN
Diantara karakteristik al-Quran adalah :
1). Al-Quran adalah Kitab Ilahi Al-Quran berasal dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik
secara lafal maupun makna. Diwahyukan oleh Allah Subhanahu wa TA'ala kepada Rasul
dan Nabi-Nya; Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam melalui 'wahyu al-jaliy' wahyu yang
jelas. Yaitu dengan turunnya malaikat utusan Allah, Jibril a.s untuk menyampaikan wahyu
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang manusia, bukan melalui jalan wahyu
yang lain ; seperti ilham, pemberian inspirasi dalam jiwa, mimpi yang benar atau cara
lainnya.Sebagaimana dalam firman-Nya :

Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinciyang diturunkan dari sisi (Allah) yang maha bijaksana lagi maha tahu.

2) Al-Quran adalah Kitab Suci yang terpelihara.


Diantara karakteristik Al-Quran yang lainnya adalah ia merupakan kitab suci yang
terpelihara keasliannya. Dan Allah Subahanahu wa Ta'ala sendiri yang menajamin
pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu pada seorang pun. Tidak seperti yang
dilakukan pada kitab-kitab suci selainnya, yang hanya dipelihara oleh umat yang
menerimanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Subahanahun wa Ta'ala:

"...Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah..."

Adapun makna dipeliharanya al-Quran adalah Allah Subahanahu wa Ta'ala memeliharanya


dari pemalsuan dan perubahan terhadap teks-teksnya, seperti yang terjadi terhadap
Taurat, Injil, dan sebelumnya.

Al-Quran adalah kitab suci yang dimudahkan untuk dihapal dan diulang-ulang dan ia juga
mudah untuk diingat dan dipahami. "Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al Quran-
untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran"

Lafazh-lafazh Al-Quran, redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya megandung keindahan,


kenikmatan dan kemudahan sehingga mudah untuk dihapalkan, menyimpannya dalam
hati, dan menjadikan hatinya sebagai tempat Al-Quran.

Kita mendapati ribuan umat muslim yang menghapal Al-Quran dan mayoritas dari mereka
adalah anak-anak yangbaru saja menginjak usia balig. Dalam usia yang masih anak-anak
itu, mereka belum begitu paham akan nilai kitab suci tersebut, apakah ia suci atau tidak,
namun tetap saja Al-Quran dihapal oleh mereka.

Apabila kita perhatikan umat-umat beragama selain agama Islam, kita tidak akan
mendapatkan seorang pun yang hafal isinya, tidak setengahnya, atau seperempatnya, dari
kalangan orang-orang beriman denagn kitab suci tersebut, bahkan pararahib, pendeta,
tingkat yang tertinggi sekalipun. dimudahkan Pemahannya

Al-Quran adalah kitab yang memberi penjelasan dan mudan dipahami. Tidak seperti kitab
filsafat, yang cenderung untuk menggunakan simbol-simbol dan penjelasan yang sulit,
tidak pula seperti kitab sastra yang menggunakan perlambang-perlambang, yang
berlebihandalam menyembunyikan substansi, sehingga sulit dipahami akal.

Allah Subahanahu wa Ta'ala menurunkan Al-Quran agar makna-maknanya dapat


ditangkap, hukum-hukumnya dapat dimengerti,rahasia-rahasianya dapat dipahami, serta
ayat-ayatnya dapat ditadabburi. Oleh karena itu Allah Subahanahu wa Ta'ala menurunkan
Al-Quran dengan jelas dan memberi penjelasan, tidak samar dan sulit dipahami.
Sebagaimana firman Allah Subahanahu wa Ta'ala:

"Dan sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah
orang yang mengambil pelajaran?"

3) Al-Quran adalah Kitab Suci yang Lengkap


AL-Quran adalah kitab agama yang menyeluruh, pokok agama dan ruh wujud Islam.
Darinya disimpulkan konsep akidah Islam, tata cara ibadah, tuntutan akhlak,juga pokok-
pokok legislasi dan hukum. Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu

4) Al-Quran adalah Kitab Suci Seluruh Zaman


Makna Al-Quran sebagai kitab keseluruhan zaman adalah ia merupakan kitab yang abadi,
bukan kitab bagi suatu masa tertentu , yang kemudian habis masa berlakunya.Maksudnya
hukum-hukum al-Quran, perintah dan larangannya, tidak berlaku secara temporer dengan
suatu kurun waktu tertentu, kemudian habis masanya.

5). Al-Quran adalah Kitab seluruh umat manusia.


Al-Quran bukanlah kitab yang hanya ditujukan pada suatu bangsa, sementara tidak
kepada bangsa yang lain, tidak juga untuk hanya bagi kalangan yang rasional, dan tidak
menyentuh mereka yang emosiaonal berdasarkan intuisi.Tidak juga hanya bagi
rohaniawan, sementara tidak menyentuh mereka yang materialis. Al-Quran adalah kitab
bagi seluruh golongan manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
yang artinya :

" Al-Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi alam semesta " (QS. At-Takwir : 27)

Demikian beberapa karakteristik al-Quran.


Sumber : Mabahits Fi Ulumil Qur'an " karya syaikh manna'ul Qaththan.
9. Sahabat nabi yang mendapat hidayah karena Al-qur’an

Utsman bin afan


10. Pengertian dan karakteristik islam

Ketiga
KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM [1]

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan membuat umat manusia sangat
membutuhkan agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Islam datang dari sisi Allah Subhanahu wa Taala dan sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa
yang menjadi mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ْال َخ ِبير اللَّطِ يف َوه َو َخلَقَ َم ْن يَ ْعلَم أ َ َل‬


“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha
Mengetahui.” [Al-Mulk: 14]

2. Islam menjelaskan awal kejadian manusia dan akhir kehidupannya, serta tujuan ia diciptakan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ث زَ ْو َج َها مِ ْن َها َو َخلَقَ َواحِ َدة نَّ ْفس ِ ِّمن َخلَقَكم الَّذِي َربَّكم اتَّقوا النَّاس أ َيُّ َها َيا‬
َّ َ‫ال مِ ْنه َما َوب‬
ً ‫ِيرا ِر َج‬ َ َّ ‫سا َءلونَ الَّذِي‬
َ ِ‫ّللا َواتَّقوا ۚ َون‬
ً ‫سا ًء َكث‬ َ َ ‫بِ ِه ت‬
‫ام‬ َ ْ َّ
َ ‫ّللا إِن ۚ َواْل ْر َح‬ َ َ
َ َّ َ‫عليْك ْم كان‬ َ ‫َرقِيبًا‬
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu
(Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang
dengan Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa’: 1]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

‫َارة ً ن ْخ ِرجك ْم َومِ ْن َها نعِيدك ْم َوفِي َها َخلَ ْقنَاك ْم مِ ْن َها‬
َ ‫أ ْخ َرى ت‬
“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu
dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.” [Thaahaa: 55]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

‫نس ْال ِج َّن َخلَ ْقت َو َما‬ ِ ْ ‫ون إِ َّل َو‬


َ ‫اْل‬ ِ ‫ِليَ ْعبد‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” [Adz-
Dzaariyaat: 56]

3. Islam adalah agama fitrah. Islam tidak akan pernah bertentangan dengan fitrah dan akal manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ِّين َوجْ َهكَ فَأ َ ِق ْم‬ ْ ‫ّللا ف‬


ِ ‫ِط َرتَ ۚ َحنِيفًا لِل ِد‬ ِ َّ ‫ط َر الَّتِي‬
َ َ‫اس ف‬
َ َّ‫علَ ْي َها الن‬ ِ ‫ّللاِ ِلخ َْل‬
َ ۚ ‫ق ت َ ْبدِي َل َل‬ َّ ۚ َ‫اس أ َ ْكث َ َر َولَك َِّن ْالقَيِِّم ال ِدِّين ذَلِك‬
ِ َّ‫يَ ْعلَمونَ َل الن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan
Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]

Islam memperhatikan akal dan mengajaknya ber-fikir, mencela kebodohan dan taqlid buta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫يَ ْعلَمونَ َل َوا َّلذِينَ يَ ْعلَمونَ الَّذِينَ يَ ْست َ ِوي ه َْل ق ْل‬
“Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” [Az-Zumar: 9]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

ِ ‫ت خ َْل‬
‫ق فِي ِإ َّن‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ض ال‬ ِ ‫ّللا َي ْذكرونَ ْاْل َ ْل َبا ِبالَّذِينَ ِ ِّْلولِي ََل َيات َوالنَّ َه‬
ْ ‫ار ال َّل ْي ِل َو‬
ِ ‫اخت ََِلفِ َو ْاْل َ ْر‬ َ َّ ‫علَى َوقعودًا ِق َيا ًما‬
َ ‫فِي َو َيتَفَ َّكرونَ جنو ِب ِه ْم َو‬
‫ق‬ ْ
ِ ‫ت خَل‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ض ال‬ َ ْ ْ
ِ ‫اب فَ ِقنَا س ْب َحانَكَ بَاطِ ًَل َهذَا َخلَقتَ َما َربَّنَا َواْل ْر‬ َ َ‫عذ‬َ ‫ار‬ ِ َّ‫الن‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari adzab Neraka.” [Ali ‘Imran: 190-191]

Juga firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫س ْم َع إِ َّن ۚ ع ِْلم بِ ِه لَكَ لَي‬


‫ْس َما ت َ ْقف َو َل‬ َ َ‫ع ْنه َكانَ أولَئِكَ ك ُّل َو ْالف َؤا َد َو ْالب‬
َّ ‫ص َر ال‬ ً ‫َمسْئ‬
َ ‫ول‬
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan
dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung-jawabannya.” [Al-Israa’: 36]

Islam meliputi ‘aqidah dan syari’at (keyakinan dan pedoman hidup). Islam telah sempurna dalam
‘aqidah, ajaran syari’atnya dan seluruh aspek kehidupan.

4. Islam adalah ilmu syar’i. Ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah, dan ilmu
mengangkat derajat orang-orang yang memilikinya ke derajat yang paling tinggi.

Firman Allah Azza wa Jalla:

َّ َ‫َد َر َجات ْالع ِْل َم أوتوا َوالَّذِينَ مِ نك ْم آ َمنوا الَّذِين‬


‫ّللا يَ ْرفَ ِع‬
“…Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat…” [Al-Mujadilah: 11]

5. Allah Azza wa Jalla menjamin kebahagiaan, kemuliaan, dan kemenangan bagi orang yang
berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya dalam kehidupan, baik bagi perorangan maupun
masyarakat.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ع َد‬
َ ‫ّللا َو‬ َّ َ‫عمِ لوا مِ نك ْم آ َمنوا الَّذِين‬ َ ‫ت َو‬ َّ ‫ض فِي لَيَ ْست َْخ ِلفَنَّه ْم ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ َ‫ضى الَّذِي دِينَهم لَه ْم َولَي َم ِ ِّكن ََّن قَ ْب ِل ِه ْم مِ ن الَّذِينَ ا ْست َْخل‬
ِ ‫ف َك َما ْاْل َ ْر‬ ْ ‫لَه ْم‬
َ َ ‫ارت‬
‫ش ْيئًا ِبي ي ْش ِركونَ َل َي ْعبدونَنِي ۚ أ َ ْمنًا خ َْوفِ ِه ْم َب ْع ِد ِ ِّمن َولَي َب ِ ِّدلَنَّهم‬ َ ۚ ‫ْالفَاسِقونَ هم فَأولَئِكَ ذَلِكَ َب ْع َد َكف ََر َو َمن‬
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antaramu dan mengerjakan amal-
amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap)
beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-
Nuur: 55]

6. Dalam agama Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika, karena syari’at dan dasar-
dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala peristiwa yang tidak terbatas.

7. Syari’at Islam adalah syari’at yang paling bijak dalam mengatur semua bangsa, paling tepat dalam
memberikan solusi dari setiap masalah, memperhatikan kemaslahatan dan sangat memperhatikan
hak-hak manusia.

8. Islam adalah agama yang fleksibel (cocok untuk semua tempat, zaman, bangsa dan berbagai
macam situasi). Bahkan dunia tidak akan menjadi baik melainkan dengan agama Islam. Oleh
karenanya, semakin modern zaman dan semakin majunya bangsa selalu muncul bukti baru yang
menunjukkan keabsahan Islam dan ketinggian nilainya.

9. Islam adalah agama cinta, kebersamaan, persahabatan dan kasih sayang sesama kaum mukminin.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫صلِحوا ِإ ْخ َوة ْالمؤْ مِ نونَ ِإنَّ َما‬


ْ َ ‫ّللا َواتَّقوا ۚ أَخ ََويْك ْم َبيْنَ فَأ‬
َ َّ ‫ت ْر َحمونَ لَ َعلَّك ْم‬
“Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu
(yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” [Al-Hujuraat: 10]

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫وتَعَاط ِف ِه ْم َوت ََراحمِ ِه ْم ت ََوا ِ ِّد ِه ْم فِي ْالمؤْ مِ نِينَ َمثَل‬،


َ ‫س ِد َمثَل‬ ْ ‫عضْو مِ ْنه ا ْشتَكَى إِذَا‬، ‫عى‬
َ ‫ال َج‬. َ ‫سائِر لَه ت َ َدا‬ َ ‫س َه ِر ْال َج‬
َ ‫س ِد‬ َّ ‫و ْالح َّمى بِال‬.
َ
“Perumpamaan kaum mukminin dalam (sikap) cinta men-cintai, sayang-menyayangi dan menaruh
rasa simpati, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota
tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan demam dan tidak bisa tidur.” [2]

Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

َّ َ ‫الرحْ ماَن يَ ْر َحمهم ا‬


َ‫لراحِ م ْون‬ َ َ‫وتَعَالَى تَب‬،
َّ َ‫ارك‬ ِ ‫س َماءِ فِي َم ْن يَ ْر َح ْمك ْم اْْل َ ْر‬
َ ‫ض فِي َم ْن ا ِْر َحم ْوا‬ َّ ‫ال‬.
“Orang-orang yang saling sayang-menyayangi akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Maha
Perkasa lagi Mahatinggi, maka sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya kalian disayangi
oleh Allah yang ada di langit.”[3]

10. Islam adalah agama kesungguhan, keseriusan dan amal.


Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ي ا َ ْلمؤْ مِ ن‬
ُّ ‫ض ِعيْفِ ْالمؤْ مِ ِن مِ نَ للاِ إِلَى َوأ َ َحبُّ َخيْر ْالقَ ِو‬
َّ ‫ال‬، ‫ َخيْر ك ِّل َوفِى‬، ‫ص‬ ْ ‫علَى اِح ِْر‬ َ َ‫أ‬
َ ‫ت َ ْع َج ْز َولَ بِاللِ َوا ْستَع ِْن يَ ْنفَعكَ َما‬، ‫صابَكَ َوإِ ْن‬
‫ش ْيء‬ َ ْ
َ َ‫ت َق ْل فََل‬: ‫و َكذَا َكذَا َكانَ فَعَلت أنِِّي لَ ْو‬، َ ‫ق ْل َولَك ِْن‬: ‫فَعَ َل شَا َء َو َما للا قَد ََّر‬، ‫ع َم َل ت َ ْفت َح لَ ْو فَإ ِ َّن‬
َ ‫ان‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada
keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut sesuatu yang bermanfaat bagimu
dan mohonlah per-tolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali
engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya
aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,’ tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditakdir-kan
Allah, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki,’ karena ucapan ‘seandainya’ akan membuka
(pintu) per-buatan syaitan.” [4]
11. Islam adalah agama yang sangat jauh dari kontradiksi.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫غي ِْر عِن ِد مِ ْن َكانَ َولَ ْو ۚ ْالق ْرآنَ َيت َ َدبَّرونَ أَفَ ََل‬ ِ َّ ‫اخت ََِلفًا فِي ِه لَ َو َجدوا‬
َ ‫ّللا‬ ْ ‫ِيرا‬
ً ‫َكث‬
“Maka apakah mereka tidak menghayati (mendalami) Al-Qur-an? Kalau kiranya (Al-Qur-an) itu bukan
dari sisi Allah, pastilah mereka menemukan pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An-Nisaa’: 82]

12. Islam itu sangat jelas dan sangat mudah, tidak sulit, dan Islam mudah difahami oleh setiap orang.

13. Islam mengajak kepada akhlak mulia dan amal shalih.


Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ض بِ ْالع ْرفِ َوأْم ْر ْالعَ ْف َو خ ِذ‬ َ َ‫ْال َجا ِهلِين‬


ْ ‫ع ِن َوأَع ِْر‬
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang
bodoh.” [Al-A’raaf: 199]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

‫ِي بِالَّتِي ا ْد َف ْع‬ َ ْ‫ع َد َاوة َوبَ ْينَه بَ ْينَكَ الَّذِي فَإِذَا أَح‬
َ ‫سن ه‬ َ ‫َحمِ يم َولِي َكأَنَّه‬
“…Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang antaramu dan antara
dia ada per-musuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat setia.” [Fushshilat: 34]

14. Islam memelihara kesehatan. Banyak sekali dalil dari Al-Qur-an dan As-Sunnah tentang
pemeliharaan kesehatan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫تس ِْرفوا َو َل َوا ْش َربوا َوكلوا‬


“…Dan makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” [Al-A’raaf: 31]

Para ulama mengatakan, “Sederhana dalam makan dan minum merupakan faktor utama
terpeliharanya kesehatan.”

Di antara isyarat pemeliharaan kesehatan, Islam mengharamkan makanan yang berbahaya bila
dikonsumsi oleh manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ َ‫ير َولَحْ َم َوالد ََّم ْال َم ْيتَة‬


‫علَيْكم َح َّر َم إِنَّ َما‬ ِ ِ‫ّللاِ ِلغَي ِْر بِ ِه أ ِه َّل َو َما ْالخ‬
ِ ‫نز‬ َّ
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah…” [Al-Ba-qarah: 173]

Allah berfirman tentang khamr (minuman keras):

‫صاب َو ْال َم ْيسِر ْال َخ ْمر ِإنَّ َما آ َمنوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬
َ ‫ع َم ِل ِ ِّم ْن ِرجْ س َو ْاْل َ ْز َلم َو ْاْلَن‬
َ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫ت ْفلِحونَ لَ َعلَّك ْم فَاجْ تَنِبوه ال‬
َ ‫ش ْي‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) agar kamu mendapat keberuntungan.” [Al-Maa-
idah: 90]

Khamr diharamkan karena di antara bahayanya adalah merusak akal, melemahkan jantung, merusak
hati dan ber-bagai penyakit lainnya.
Allah Azza wa Jalla berfirman tentang madu yang berkhasiat menyembuhkan penyakit:

ِ ‫اس ِشفَاء فِي ِه أ َ ْل َوانه ُّم ْختَلِف ش ََراب بطونِ َها مِ ن يَ ْخرج ۚ ذل ًَل َربِِّكِ سب َل فَاسْلكِي الث َّ َم َرا‬
‫ت ك ِِّل مِ ن كلِي ث َّم‬ ِ َّ‫ِلِّقَ ْوم ََليَةً ذَلِكَ فِي إِ َّن ۚ ِلِّلن‬
َ‫يَتَفَ َّكرون‬
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.” [An-
Nahl: 69]

15. Islam seiring dengan penemuan ilmiah. Oleh karena itu tidak mungkin penemuan ilmiah yang
benar ber-tentangan dengan nash-nash syari’at Islam yang jelas.

Demikianlah karakteristik Islam yang mengokohkan agama ini serta menunjukkan kemuliaannya.

[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]. Dinukil dan diringkas dari ath-Thariiq ilal Islaam oleh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, cet. I,
Darul Wathan, th. 1412 H dan kitab-kitab lainnya.
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 6011), Muslim (no. 2586 (66)) dan Ahmad (IV/270) dari Nu’man bin Basyir z,
lafazh ini milik Muslim.
[3]. HR. Abu Dawud (no. 4941), at-Tirmidzi (no. 1924), Ahmad (II/160), al-Hakim (IV/159) dan adz-
Dzahabi menshahihkan serta menyepakati hadits ini. Lihat dalam Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah
(no. 925).
[4]. HR. Muslim (no. 2664 (34)) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu

Pengertian Agama Islam. Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan dan disyariatkan Allah
subhanahu wa ta’ala serta satu-satunya agama yang diakui dan diterima-Nya. Allah subhanahu wa
ta’ala tidak akan menerima agama selainnya, dari siapapun, dimanapun dan sampai kapanpun juga.

“Sesungguhnya Agama ( yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam “(QS.Ali-Imran :19)

Islam berarti penyerahan diri kepada Allah dengan beriman dan bertauhid kepadaNya serta
mengikuti syariatNya yang dibawa oleh para rosulNya.

Syaykh Muhammad al-Tamīmiy menambahkan asas makna Islam ini menjadi 3 hal, yang
diistilahkannya dengan tawhīd, ta`at dan barā`ah dari syirik, dimana dia berkata:

( ‫ع ِة لَه اْ ِل ْن ِقيَاد َو بِالتَّ ِّۚ ْۚ ْوحِ ْي ِد للِ اْ ِل ْستِ ْسَلَم ه َو ا َ ِْل ْسَلَم‬ َّ ِ‫ش ِْركِ مِنَ ْالبَ َرا َءة َو ب‬
َ ‫الطا‬ ِّ ‫) ال‬

“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk dan patuh kepada–Nya
dengan keta`atan serta membebaskan diri (bara`ah) dari syirik”
11. Dienullah dan ghairu dinullah
Dinullah (Agama Allah) adalah Islam

“Dinullah” artinya Agama Allah, yaitu agama yang datang dari Allah dan satu-satunya agama yang di
ridhoi oleh Allah. Istilah Dinullah terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nashr ayat 2 : ‫يدخلون الناس ورايت‬
‫ افواجا للا دين فى‬Artinya “ Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong”
engenal istilah dinullah dan ghairu dinullah. Dinullah ialah agama yang diturunkan langsung oleh
Allah melalui rasul-Nya. Sedangkan ghairu dinullah ialah agama yang direkayasa sendiri oleh
manusia. Di dalam dinullah kita falimiar dengan 3 agama samawi. Yaitu agama Yahudi, Nasrani, dan
Islam. Semuanya berakar pada satu ‘ayah’, yaitu nabi Ibrahim. Sehingga dalam kajian filsafat, nabi
Ibrahim sering disebut sebagai bapak monoteisme.
Agama yahudi dibawa oleh nabi Musa, dengan Taurat sebagai kitab sucinya. Agama Nasrani dibawa
oleh nabi Isa, dengan Injil sebagai kitab sucinya. Terakhir agama Islam dibawa oleh nabi Muhammad,
dan Alquran sebagai kitab sucinya. Ketiganya merupakan dinullah, atau agama samawi. Jika nabi Isa
dan nabi Musa diutus hanya untuk kaumnya. Maka nabi Muhammad diturunkan untuk seluruh umat
manusia. Rahmatan lil Alamin. Melintasi skala ruang dan waktu, bahkan sesudah nabi Muhammad
wafat sekalipun. Inilah yang membedakan pengikut manusia dan pengikut nabi. Jika nabi wafat, maka
pengikutnya akan terus bertambah. Sedangkan manusia wafat, maka pengikutnya akan hilang.
Ghairu dinullah saat ini sudah banyak sekali bertebaran di muka bumi. Dan motifnya pun bermacam-
macam. Ada agama yang merupakan turunan dari agama samawi, ada agama yang merupakan
perpecahan dari agama samawi, dan adapula agama yang murni hasil dari rekayasa manusia.
Walaupun pada pengimpelementasiannya, banyak dari ajaran ghairu dinullah yang mengambil
hikmah dari ajaran samawi. Sehingga saat ini, ada 5 ghairu dinullah yang terbesar, yang tersebar di
muka bumi; ada agama Hindu yang memiliki pemeluk hingga 800 juta jiwa, ada agama Budha yang
memiliki pemeluk sebanyak 600 juta jiwa, ada Kong Hu Chu yang memiliki pemeluk sebanyak 150
juta jiwa, ada Sikhisme yang memiliki pemeluk sebanyak 25 juta jiwa, hingga Zoroaster yang memiliki
pemeluk hingga 4 juta jiwa.
Memang masih menjadi perdebatan akan kemurnian yahudi dan nasrani saat ini, jika dibandingkan
dengan ajaran aslinya. Sehingga di dalam internal agama Yahudi dan Nasrani pun, terdapat banyak
keragaman. Begitu pula dengan keragaman dalam Islam. Dan keragaman/perbedaan tersebut
terkadang mencapai tataran ‘aqidah’ para pemeluknya. Sehingga dalam kajian teologi pun,
mempelajari agama samawi merupakan kajian yang sangat rumit dan kompleks. Menurut data
statistik, pemeluk nasrani saat ini mencapai angka 2,1 miliar jiwa. Pemeluk agama Yahudi mencapai
15 juta jiwa. Dan agama Islam menduduki peringkat 2, dengan jumlah pemeluk 1,9 miliar jiwa.
12. Fenomena kemunduran umat islam

Sejarah telah mencatat, selama tujuh abad lebih Islam menjadi “The Greatest World’s
Civilization” (peradaban terbesar di dunia). Sejak zaman Rasulullah Saw. sampai dinasti
Abbasiyah (1258) umat Islam tampil sebagai pemimpin dunia. Tujuh abad kejayaan Islam
telah berlalu dan tujuh abad kemunduran telah berlangsung. Kini umur dunia memasuki
abad 21. Akan tetapi muslim belum mampu mengembalikan kejayaannya seperti yang
tertulis dengan tinta emas sejarah kegemilangan dahulu.

Seharusnya umat Islam belajar dari sejarah kejayaan dan kemunduran Islam. Agar
mampu menyiasati dan mengatasi kemunduran yang merupakan problematika umat
dewasa ini. Namun ironisnya, hari ini kita semakin jauh dengan nilai-nilai keislaman.
Seorang pembaharu Islam dari Mesir mengatakan " Islam mahjubun lilmuslim" ( Islam
tertutupi dengan umat Islam sendiri).

Secara umum, kemunduran yang dialami umat Islam disebabkan oleh semakin jauhnya
umat dari nilai-nilai Al-Quran-Hadis yang tidak berperan lagi sebagai khairu ummah.
Penegak amar ma’ruf nahi munkar. Sikap dan prilaku umat tidak mencerminkan nilai-nilai
Islam. Muslim membaca Al-Quran tetapi tidak mentadaburinya, atau membaca dan
mentadaburinya tetapi tidak mengamalkannya.

Muhammad Abduh pernah berkata "Wajadtu islam fi baris falam ajid al-muslim, wa
wajadtu al-muslim fi misr falam ajid al-islam". (saya menemukan Islam di Paris tetapi
tidak terdapat muslim, dan saya mendapatkan muslim di Mesir tetapi tidak menemukan
Islam). Ini adalah kritikan bagi umat Islam.

Aplikasi terhadap ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan merupakan kunci kejayaan
Islam. Namun Sebaliknya, sikap acuh, malas, pesimis dan hilangnya ruh-ruh keislaman
adalah kunci keterbelakangan umat. Muslim sejati adalah muslim yang berani
nenunjukkan jati dirinya sebagai muslim.
Jika ingin mengetahui tentang Islam , maka perhatikan prilakunya. Hal ini telah
dibuktikan oleh baginda Rasulullah Saw.. Ketika seseorang bertanya pada Aisyah r.a.
tentang bagaimana akhlak Rasulullah, Aisyah menjawab akhlaknya adalah Al-Quran.
Beliaulah uswah al-hasanah bagi umat manusia.

Dewasa ini, kemunduran Islam dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: internal dan eksternal.
Faktor internal berupa kelemahan dalam tubuh muslim sendiri, seperti: umat Islam yang
tidak konsisten dengan agamanya serta pengkhianatan terhadap agama, dengan
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Islam mengalami krisis para
ulama, ilmuwan dan cendikiawan muslim yang berjuang demi Islam dan istiqamah di
jalanNya.

Banyak konflik dan kasus yang terjadi, diantaranya: penyalahgunaan jabatan,


penyelewengan dana dan korupsi merajalela, sedangkan penegak hukum tidak berperan
sebagaimana mestinya. Masih ada komunitas muslim dalam kemiskinan, sehingga tak
heran kita dapati muslim yang rela menjual aqidahnya hanya untuk sekardus mie instan.
Sebesar apapun problematika umat, bisa diselesaikan jika ukhuwah islamiyah terjalin kuat
dan umat Islam berada dalam satu barisan untuk mewujudkan cita-cita demi meraih
kejayaan. Namun, realita yang kita saksikan hari ini justru sebaliknya.
Rasulullah telah mensinyalir bahwa hampir tiba masanya dimana bangsa-bangsa lain akan
menyerbu umat Islam, seperti makanan di atas meja hidangan. Lalu sahabat merasa
heran lantas bertanya kepada Rasulullah: “ apakah jumlah kami waktu itu sedikit
sehingga kami diserbu seperti makanan yang dihidangkan?”, kemudian nabi Saw.
menjawab: “tidak, bahkan jumlah kamu ketika itu lebih banyak, tetapi tidak memiliki
kualitas dan terpecah belah satu sama lain”.

Prediksi Rasulullah di atas terjadi pada abad millennium ini, sebagai contoh: umat Islam
tidak memiliki keberanian untuk melawan Israel, organisasi konferensi Islam (OKI) yang
bertujuan menggalang persatuan umat Islam dunia hanya berani mengecam dan
mengutuk setiap tindak kekerasan militer yang dilakukan tentara Israel, Afganistan
dihujani bom, Irak dirudal dan sekarang Palestina, tetapi OKI diam seribu bahasa.

Andai para Pemimpin Arab bersatu dan mengambil sikap, dapat dipastikan Israel terhapus
dari peta timur tengah. Sayangnya, Dunia Islam saat ini telah terserang penyakit ganas
yang menggerogoti ruh- ruh Islam dalam jiwa muslim. Penyakit itu adalah “wahn” yaitu
cinta dunia dan takut mati.

Adapun faktor eksternal, diantaranya; serangan dari luar. Adapun Perperangan di era
modern ini tidak lagi terfokus pada perang fisik semata, melainkan perang pemikiran yang
disebut ghazw al-fikr. Para musuh Islam cukup sadar akan kekuatan umat Islam. Perang
Arab-Israel pada tahun 1948,1956,1973 dan 1982 adalah bukti konkrit kemampuan
Negara Arab melawan zionis Israel.

Westernisasi, kristenisasi sekularisme, liberalisme, orientalisme dan feminisme


merupakan bentuk perang pemikiran yang digencarkan oleh para anti islam. Mereka
menggunakan metode ini karena dianggap paling ampuh mencuci otak para muslimin.
Bagi mereka menjadikan umat Islam jauh dari nilai-nilai keislaman adalah kesuksesan
besar, karena dengan demikian tanpa disadari umat Islam akan menghancurkan agama
mereka dengan tangan sendiri.

Demikianlah sekilas potret dunia islam saat ini. Berbagai problematika yang dihadapi
mengakibatkan kemunduran kita, namun hal ini tidak boleh menjadikan muslimin
berputus asa, melainkan menumbuhkan semangat untuk bangkit dari keterpurukan dan
menjadi muslim yang kuat.

Islam akan kembali kepada kejayaannya dengan perjuangan, doa, pengorbanan,


kegigihan, optimis dan kesabaran dari umat Islam seluruh dunia. Allah telah berfirman "
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan mereka sendiri". (QS Ar- ra’d:11)

Tulisan sederhana ini bukanlah sebuah pengetahuan baru bagi para pembaca budiman,
namun penulis hanya ingin membangkitkan kembali sense of belonging (rasa memiliki)
terhadap Islam dan menjadi muslim yang peduli.

Mengembalikan keagungan islam dan mengukir senyum di wajah dunia Islam adalah
kewajiban dan tanggungjawab kita sebagai muslim. Maka patutlah kita bertanya pada diri
masing-masing, kontribusi apa yang telah kita berikan untuk Islam? Wallahu a’lam
bishawab (dari berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai