Anda di halaman 1dari 29

Syahadat

Syahadat merupakan asas dan dasar bagi rukun Islam lainnya. Syahadat merupakan ruh, inti dan
landasan seluruh ajaran Islam. Syahadat sering disebut dengan Syahadatain karena terdiri dari 2
kalimat (Dalam bahasa Arab Syahadatain berarti 2 kalimat Syahadat). Kedua kalimat syahadat
itu adalah:

* Kalimat pertama :

Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh


artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

* Kalimat kedua :

wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh


artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah Rasul / utusan Allah.

Makna Syahadat

* Kalimat pertama menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya


mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Ilah. Ilah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang
menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama,
seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan
jalan hidup.

* Kalimat kedua menunjukkan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allâh. Dengan
mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti
yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-hadist Muhammad
saw. Termasuk di dalamnya adalah tidak mempercayai klaim kerasulan setelah Muhammad saw.

Kandungan Kalimat Syahadat

* Ikrar

Ikrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang diyakininya.Ketika kita
mengucapkan kalimat syahadah, maka kita memiliki kewajiban untuk menegakkan dan
memperjuangkan apa yang kita ikrarkan itu.

* Sumpah

Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima
akibat dan resiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim itu
berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.
* Janji

Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia
untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang
terkandung dalam Al Qur'an maupun Sunnah Rasul.
Syarat Syahadat

Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya itu tidak
sempurna. Jadi jika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-
syaratnya, bisa dikatakan syahadatnya itu tidak sah.

Syarat syahadat ada tujuh, yaitu:

* Pengetahuan

Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib
memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi
ucapannya.

* Keyakinan

Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa
sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.

* Keikhlasan

Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat.
Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima
oleh Allah SWT.

* Kejujuran

Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus dinyatakan
dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.

* Kecintaan

Kecintaan berarti mencintai Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman. Cinta juga
harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan
syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah Rasulullah SAW.

* Penerimaan

Penerimaan berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-
Nya. Dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan jalan
meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang
datang dari syariat Islam. Artinya, bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecuali Al Qur'an
dan Sunnah Rasul.

* Ketundukan

Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara lahiriyah.
Artinya, seorang muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah-Nya dan
meninggalkan semua larangan-Nya. Perbedaan antara penerimaan dengan ketundukan yaitu
bahwa penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan dengan fisik.Oleh
karena itu, setiap muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam dalam
kehidupannya.
Urgensi Syahadat

* Pintu gerbang masuk Islam


* Inti ajaran Islam Laa Ilaha Ilallah
* Dasar perubahan total pribadi dan masyarakat (al an’am:128, ar ra’du:13)
* Hakikat dakwah Rasul
* Diajarkan tauhid
* Keutamaan yang besar

Yang membatalkan syahadat

* Thaghut:
o Bekerja untuk selain Allah
o Memberikan kepada selain Allah (melakukan sesuatu dan meninggalkan sesuatu bukan karena
Allah)
o Memberikan ketaatan kepada selain Allah
o Berhukum kepada selain Allah
o Benci dan lari meninggalkan keyakinan terhadap keesaan Allah
o Tidak mengenal Allah dengan cara yang benar, tidak bersumber pada AlQu’an dan sunnah

* Syirik:
o Berjampi/meru’yah tidak sesuai dengan AlQur’an dan sunnah
o Berhubungan dengan jin (secara langsung)
o Meminta tolong kepada yang berhubungan dengan jin
o Meramal nasib
o Menghadiri majelis dukun dan paranormal
o Meminta berkah kepada kuburan
o Meminta tolong kepada orang yang telah meninggal
o Bersumpah kepada selain Allah
o Merasa sial karena melihat/mendengar sesuatu

Sumber : wikipedia muslim


Memahami Dua Kalimat Syahadat

12:09 PM - Add Comment

Oleh: Akmal Sjafril || Twitter: twitter.com/malakmalakmal

Di hari Jum’at ini, ada baiknya kita menengok kembali syahadatain kita. Syahadatain artinya dua kalimat
syahadat. Pasti kita sudah hafal dengan dua kalimat ini. Syahadatain ini sangat istimewa di dalam Islam.
Kita membacanya minimal sekali dalam setiap shalat. Selain dalam shalat, syahadatain dikumandangkan
di seluruh muka bumi dalam bentuk adzan atau iqamat.

Dahulu pernah ada perdebatan mengenai metode cara memanggil orang untuk shalat. Ada usulan agar
menggunakan terompet, meniru cara umat Yahudi pada masa itu. Ada juga usulan agar menggunakan
loncen seperti cara umat Nasrani.

Rasulullah s.a.w kemudian mensyariatkan adzan dan iqamat sebagaimana yang kita kenal hari ini.
Demikianlah umat Islam dilatih hingga terbiasa untuk merespon kalimat-kalimat tauhid, termasuk
syahadatain. Dengan demikian, syahadatain seharusnya menjadi kalimat yang sangat dekat dengan hati
kita, jika kita memang beriman.

Kalimat syahadat yang pertama adalah kesaksian tentang satu-satunya Ilah, yaitu Allah S.W.T. Adapun
kalimat kedua adalah kesaksian tentang status Muhammad s.a.w sebagai utusan-Nya. Kedua kalimat ini
tak bisa dipahami secara terpisah, karena keduanya adalah ‘satu paket’. Menyatakan bahwa Allah S.W.T
adalah satu-satunya Ilah bagi kita menunjukkan penyerahan diri yang total. Perlu diingat, penyerahan
diri yang dimaksud bukanlah sikap pasrah yang pasif. Sebab, berserah diri kepada Allah S.W.T adalah
sama dengan kesediaan untuk menjalankan perintah-perintah-Nya.

Untuk membantu manusia memahami tugas-tugasnya sebagai hamba, Allah pun mengutus para Nabi
dan Rasul. Para Nabi dan Rasul ini penting sekali, karena tanpa mereka kita tak mungkin memahami
agama. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah memang sengaja mengutus para Nabi dari golongan
manusia, sebab hanya manusialah yang bisa mengajari manusia lainnya secara sempurna. Dalam hal
mengendalikan hawa nafsu, misalnya, malaikat tak bisa mengajari manusia dengan sempurna. Sebab,
malaikat itu makhluk yang tidak punya hawa nafsu untuk durhaka kepada Allah. Mereka tidak bisa
memberi contoh dalam hal ini. Malaikat juga tidak bisa mengajari manusia caranya menahan amarah,
mengobati hati yang sedih, dll.

Dalam proses turunnya wahyu, Malaikat Jibril hanya mengajarkan bacaan-bacaan. Adapun
pemahamannya langsung dari Allah. Itulah sebabnya ketika wahyu turun, seolah-olah pemahaman itu
langsung ditanamkan dalam benak Rasulullah s.a.w. Oleh karena itu, kesaksian tentang status
Muhammad s.a.w sebagai Rasul sangatlah penting karena beliau adalah acuan kita.

Para sahabat menerima wahyu yang langsung disampaikan oleh Rasulullah s.a.w, tapi adakalanya
mereka salah paham. Misalnya, ada yang puasa setiap hari di luar Ramadhan, shalat sepanjang malam,
bertekad tidak menikah, dll. Rasulullah s.a.w kemudian menegurnya, karena hal-hal tersebut dipandang
berlebihan dalam agama.

Inilah peran sentral para Nabi dan Rasul, karena mereka menjadi teladan bagi umatnya. Rasulullah s.a.w
juga bertugas mengawasi para sahabatnya agar tidak salah dalam mengamalkan ajaran Islam. Jika tidak
mencontoh Rasulullah s.a.w, maka jangan mengaku-ngaku sebagai umatnya. Dan karena Rasulullah
s.a.w adalah utusan Allah, maka ketidakpatuhan padanya adalah pembangkangan pada Allah.

Kaum orientalis dahulu biasa menyebut Islam dengan sebutan “Mohammedanism.” Ini bersumber dari
kesalahpahaman. Lantaran kita mengikuti beliau, kita disangka menyembah beliau. Padahal, kepatuhan
kita pada beliau adalah konsekuensi dari penyerahan diri kepada Allah. Penyerahan diri (kepada Allah)
yang benar adalah yang mengikuti keteladanan Rasulullah s.a.w. Mengurangi syariat yang beliau ajarkan
adalah kecurangan, dan menambahkannya adalah berlebihan.
Allah S.W.T menciptakan mekanisme “ma’shum” untuk menghilangkan keraguan terhadap Rasulullah
s.a.w. Mekanisme ini menjaga Rasulullah s.a.w dari segala kesalahan. Ini bukan berarti beliau tak pernah
salah. Namun jika beliau keliru, langsung dikoreksi oleh Allah (lihat Qs. ‘Abasa). Koreksi-koreksi yang
dilakukan langsung oleh Allah ini justru membuktikan bahwa Rasulullah s.a.w memang dijaga dari
kesalahan.
Dengan demikian, umat Islam meyakini bahwa ajaran beliau pastilah benar, meskipun kita belum paham
hikmah dan tujuannya. Hikmah lainnya, kita pun dapat belajar cara mengoreksi kesalahan sendiri
dengan meneladani Rasulullah s.a.w.

Dengan kedalaman makna yang demikian, kita dapat memahami mengapa syahadatain menjadi syarat
bagi keislaman seseorang. Seorang muallaf boleh belajar shalat secara bertahap, pelan-pelan belajar
shaum, tapi syahadatain-nya harus sempurna. Sebab, syahadatain inilah yang akan membedakan
seorang Muslim dengan yang lainnya.

Tentu saja, syahadatain yang dimaksud di sini bukanlah sekedar ucapan di bibir, alias basa-basi.
Syahadatain adalah ikrar komitmen kita terhadap Allah. Ibadah bisa disempurnakan seiring waktu, tapi
komitmen kita harus ada sejak awal. Dari sini, kita bisa membedakan antara Muslim yang saleh, Muslim
yang jahil, orang kafir yang baik, dan orang kafir yang jahat.

Islam menetapkan ukuran pembeda manusia, yaitu ketaqwaannya. Jadi, derajat kemuliaan setiap
manusia tidak sama di hadapan Allah. Adapun level ketaqwaan diukur dari kehati-hatiannya. Orang
bertaqwa bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah. Rasulullah s.a.w pun pernah salah, namun
setiap kesalahannya selalu dikoreksi dengan sempurna. Itulah taqwa. Beliau juga senantiasa berhati-hati
agar tidak melanggar aturan Allah. Ini juga bagian dari sifat taqwa.

Karena itu kita bisa membedakan antara Muslim yang saleh dan yang jahil. Yang saleh adalah yang
berhati-hati, yang jahil adalah yang cuek. Tahu dan mengakui kewajiban shalat, tapi tidak dilaksanakan,
itulah contoh perilaku Muslim yang jahil. Muslim yang baik tidak akan dengan sengaja melanggar
perintah Allah. Kalau sesekali khilaf, dia langsung taubat.
Adapun orang kafir adalah yang tidak memiliki komitmen syahadatain. Mereka tidak tunduk pada Allah
dan tidak mencontoh Rasulullah s.a.w. Orang kafir ada yang baik dan yang jahat. Yang baik adalah yang
bisa bergaul dengan baik bersama kita, sesuai norma-norma yang wajar. Adapun orang kafir yang jahat
adalah yang mengganggu dan memerangi umat Muslim. Yang ini harus dilawan.
Sekarang muncul pertanyaan: apakah orang kafir yang baik bukan main itu takkan dapat pahala?
Sebaliknya, apakah Muslim yang jahil luar biasa itu akan tetap dianggap beriman? Kita dapat
menggunakan ilustrasi seorang buruh pabrik yang sangat rajin, cermat kerjanya, dan jujur. Pada akhir
bulan, hatinya berbunga-bunga akan menerima upah dari kerja kerasnya. Apa dinyana, ia malah
dimarahi oleh staf HRD sebab ternyata ia bukan pegawai resmi di pabrik itu.

Sebaik-baiknya manusia, jika ia tidak berkomitmen menjadi hamba Allah, maka takkan dapat pahala dari
Allah. Sederhananya: jika beramal bukan karena Allah, mengapa minta balasan dari Allah? Ini adalah
bukti kasih sayang Allah. Yang Allah minta hanyalah pengakuan dari kita sebagai hamba-Nya. Apakah ini
terlalu berat? Untuk segala kenikmatan yang kita peroleh, Allah hanya meminta pengakuan kita sebagai
hamba-Nya.

Penyembah berhala seharusnya meminta balasan dari berhala-berhalanya, bukan dari Allah. Ini sesuai
dengan logika. Sebaliknya, hamba Allah yang jahil, selama ia masih mengakui otoritas Allah, maka ia bisa
mendapat pahala dari Allah. Namun, sudah barang tentu, karena kejahilannya, bisa jadi dosanya lebih
banyak daripada pahalanya.

Di antara yang beriman dan yang kafir adalah orang-orang munafiq. Mereka mengaku beriman, padahal
tidak. Mereka mengaku sebagai umat Muhammad s.a.w, namun syariatnya diabaikan. Mereka mengaku
beriman pada Al-Qur’an, tapi hendak merevisinya. Mereka mengaku Muslim namun tidak tunduk patuh
pada aturan agama. Mereka mengaku tunduk patuh namun bangga meninggalkan shalat Jum’at, bahkan
mengumumkannya. Mereka mengaku beragama namun hendak mencampuradukkan kesalehan dan
kemaksiatan.

Semoga pemahaman kita terhadap syahadatain semakin mendalam, agar kita tidak menjadi Muslim
yang jahil, munafiq, atau kafir.
Makalah Pendidikan Agama Islam

SYAHADAT

Disusun Oleh:

M. Ngamirul. B. A. A

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

BAB I

PENDAHULUAN

A.            LATAR BELAKANG

Bagi umat Islam, kata Syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga manusia. Syahadat
adalah seperti nafas yang senantiasa menemani hidup manusia. Syahadat adalah salah satu syarat
utama keislaman seseorang. Tanpa syahadat dalam hati, pikiran, ucapan, dan tindakan mereka, maka
tiada pula islam dalam kehidupan manusia.

Syahadat adalah sebuah perkara vital dalam kehidupan umat islam. Syahadat ibarat ruh,
sedangkan islam sendiri ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati jika ruh tersebut tidak ada atau
mati. Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang menyangkut ketauhidan seseorang. Itulah, mengapa
Syahadat ini menjadi salah satu bagian yang primer bagi umat islam.

Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah rangkaian utuh yang
harus diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk hanya mengimani salah satunya saja.
Haram bagi umat islam untuk hanya mengakui Allah saja namun tidak mengakui Rasulullah Muhammad
saw, begitu juga sebaliknya. Agar umat islam dapat memaksimalkan kualitas Syahadat dalam
kehidupannya, maka terlebih dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang terkandung
dalam dua kalimat tersebut.

B.                             RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:

1.      Apakah definisi iman, tauhid, dan syahadat?

2.      Bagaimana posisi, pengaruh, dan aktualisasi syahadat dalam kehidupan?

3.      Apakah syarat syahadat  dan penyebab batalnya syahadat?

4.      Bagaimana cara mempertahankan keimanan?

C.                TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk mengetahui apakah definisi iman, tauhid, dan syahadat.

2.      Untuk memahami bagaimana posisi, pengaruh, dan aktualisasi syahadat dalam kehidupan.

3.      Untuk mengetahui apakah syarat syhadat  dan penyebab batalnya syahadat.
4.      Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara mempertahankan keimanan.

BAB II

PEMBAHASAN

SYAHADAT

Iman dan Tauhid dalam Islam

  Menurut Lughat (bahasa) Iman berarti percaya. Iman dalam Islam  berarti percaya secara sungguh –
sungguh kepada Allah, Malaikat – Malaikat-Nya, Kitab – Kitab-Nya, Rasul – Rasul-Nya, dan Hari akhir,
serta ketentuan dan takdir dari-Nya.

  Beriman pada Allah berarti percaya dan yakin akan adanya Allah Yang Esa dan berusaha menjalankan
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

  Tauhid berarti meng-Esa-kan Allah SWT.

  Nabi saw. Diutus Allah untuk mengajari kita tentang tauhid yaitu agar kita menyembah Allah dan tidak
menyekutukanNya dengan yang lain.

  Nabi-nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim juga mengajarkan tauhid kepada ummatnya, yaitu agar
hanya menyembah satu Tuhan, yaitu: Allah, dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain:

ُ ‫م كَا‬
ُ ْ ‫ن ال‬
َ ِ ‫مشْ رِك‬
‫ين‬ َ ‫م‬
ِ ‫ك‬ ْ َ ‫حنِيفًا وَل‬
ُ َ‫م ي‬ َ ِ‫ة قَانِتًا لِلَّه‬
ً ‫م‬
َّ ‫ن أ‬
َ "َ ‫ن إِب ْ َراهِي‬
َّ ِ ‫إ‬

            “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),”
[An Nahl:120]

  Luqman yang saleh pun dalam Al Qur’an diceritakan menasehati agar anaknya tidak mempersekutukan
Allah dengan yang lain:
ٌ ْ ‫ك لَظُل‬
‫م‬ َّ ِ ‫ك بِاللَّهِ ۖ إ‬
َ ‫ن الشِّ ْر‬ ْ ِ‫ي اَل تُشْ ر‬ ُ ُ ‫ن اِل بْنِهِ وَهُوَ يَعِظ‬
َّ َ ‫ه يَا بُن‬ َ ْ‫ل لُق‬
ُ ‫ما‬ َ ‫وَإِذ ْ قَا‬
‫م‬
ٌ ‫عَظِي‬
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” [Luqman:13]

  Dalam Islam, mengesakan Allah adalah rukun yang pertama. Jika seorang masuk Islam, dia harus
menyatakan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya:

“Hadis Ibnu Umar r.a: Nabi s.a.w telah bersabda: Islam ditegakkan di atas lima perkara yaitu
mengesakan Allah, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan
mengerjakan Haji “ [HR Bukhori-Muslim]

Definisi dan Syarat Syahadat

  Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama. Syahadat artinya mengaku tidak ada Tuhan yang wajib
disembah, melainkan Allah, dan mengakui bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah.

   Syahadat ini adalah syarat utama seseorang masuk Islam, dapat digambarkan bahwa Syahadat
merupakan pintu masuk Islam.

  Syahadat terdiri dari dua unsur, yakni Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul. Kedua Syahadat itu
merupakan Dua Kalimat Syahadat yang menjadi syarat mutlak bagi muallaf.

  Lafadz kalimat syahadat :

‫اشهدأَن الاله االالله واشهدان محمدرسول الله‬

”ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULUULAH”

Artinya:  “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah”.
  Dua Kalimat Syahadat ialah:

1. Syahadat Tauhid   : artinya menyaksikan dan mengakui ke Esaan Allah.

dat Rasul     : artinya menyaksikan dan mengakui ke Rasulan Nabi Muhammad saw.

Syarat Syahadat

  Ketika mengucap dua kalimat syahadat haruslah dengan sungguh-sungguh, yakni membenarkan dengan
hati apa yang ia ucapkan, serta mengerti apa yang diucapkan. Dengan begitu orang yang belum Islam
masuk ke dalm Islam, dan wajiblah mengerjakan rukun Islam.

Posisi Syahadat

  Syahadat menempati urutan pertama dalam rukun islam.

  Tanpa syahadah, rukun Islam lainnya akan runtuh. Begitu juga dengan rukun iman.

  Tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam; dan tegaknya rukun Islam mesti didahului
oleh tegaknya syahadah.

  Rasulullah saw. mengisyaratkan bahwa Islam itu bagaikan sebuah bangunan.

  Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok, yaitu syahadatain, shalat,
saum, zakat, dan haji ke Baitulllah.

Aktualisasi Syahadat Dalam Ibadah Dan Muamalah

  Aktualisasi syahadat yakni sebagai berikut:

1.      Syahadat sebagai inti ajaran Islam


•         Apabila syahadat yang merupakan inti ajran Islam sudah menancap dalam dirinya sebagai akidah, maka
berubah pula seluruh aspek kehidupannya.

2.      Syahadatain sebagai Asas perubahan

•         Syahadat inilah yang akan selalu memompa semangat ummat Islam untuk selalu membuat perubahan
yang lebih baik .

3.      Syahadat sebagai hakikat dakwah para rasul

•         Syariat yang dibawa rosul dapat berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu beriman kepaada Allah
dan menjauhi thogut.

4.      Syahadat sebagai keutamaan yang agung

•         Syahadat dapat menyelamatkan dari azab Allah di dunia dan akhirat. Juga menjadi sebab terhapusnya
dosa dan maksiat sertta sebab masuknya seseorang kedalam surga dan tidak kekal di neraka.

Pengaruh Syahadat dalam Kehidupan Manusia

  Apabila syahadat telah menancap kuat pada diri kaum muslimin dan telah dia realisasikan melalui
pemenuhan konsekuensinya maka kaum muslimin akan tumbuh sikap merdeka, mulia, tenang, aman,
optimis, berani dan tawakkal. Selain itu akan turun barakah dari Allah dan akan mendapatkan
kepemimpinan.

Rusaknya Syahadat

  Menyekutukan Allah SWT

  Meyakini bahwa Allah adalah Tuhannya, namun juga menyembah dan meminta pada selain Allah.

  Melakukan peribatan atau ritual di luar syariah Islam


  Percaya pada benda pembawa keberuntungan (jimat)

  Percaya pada kuasa selain kuasa Allah

  Bersekutu dengan setan dan/atau jin

Yang Merusak Syahadat dan Iman

1. KUFUR

  Orang Kafir akan menerima nikmat sementara sebelum menerima azab Allah SWT

َ
‫ن‬
َ ‫م‬َ ‫نآ‬
ْ ‫م‬
َ ‫ات‬
ِ ‫م َر‬ َ َّ ‫ن الث‬
َ ‫م‬ ِ ُ َ ‫ار ُزقْ أهْل‬
‫ه‬ ْ َ‫منًا و‬ِ ‫ل هَذ َا بَلَدًا آ‬ْ َ‫جع‬ْ ‫با‬ ِّ ‫م َر‬ َ ‫وَإِذ ْ قَا‬
"ُ ‫ل إِب ْ َراهِي‬
َ ُ‫ث‬ ُ
ِ ‫ضط َ ُّره ُ إِلَى عَذ‬
‫َاب‬ ْ ‫مأ‬ َّ ‫ه قَلِياًل‬ َ ‫ن كَف ََر فَأ‬
ُ ُ‫متِّع‬ ْ ‫م‬َ َ‫ل و‬ َ ‫خرِ ۖ قَا‬ِ ‫م بِاللَّهِ وَالْيَوْم ِ اآْل‬ْ ُ‫منْه‬ِ
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ ‫م‬ َ ْ ‫س ال‬
َ ْ ‫النَّارِ ۖ وَبِئ‬

126.  Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka
kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri
kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat
kembali".(QS AL BAQARAH)

  Orang Kafir akan menerima istidraj (tipuan) sehingga mereka akan terlena dalam kekafiran dan Allah akan
memberi mereka siksa secara tiba-tiba

2. SYIRIK

  Syirik dapat diartikan menyekutukan Allah dengan yang lain


  QS MARYAM

"‫ع ًّزا‬ ْ ُ‫ة لِيَكُونُوا لَه‬


ِ ‫م‬ ً َ‫ون اللَّهِ آلِه‬
ِ ُ‫ن د‬
ْ ‫م‬
ِ ‫خذ ُوا‬
َ َّ ‫وَات‬

81.  Dan mereka Telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu
menjadi pelindung bagi mereka.

  Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut Musyrik. Orang musyrik tidak akan diampuni dosanya jika
dia mati dan belum bertaubat

  QS AN NISA’

َ
ْ ِ‫ن يُشْ ر‬
‫ك‬ َ َ‫ن يَشَ اءُ ۚ و‬
ْ ‫م‬ ْ ‫م‬ َ ِ ‫ن ذَل‬
َ ِ‫ك ل‬ َ ‫ما دُو‬
َ ‫ك بِهِ وَيَغْفِ ُر‬َ ‫ن يُشْ َر‬ ْ ‫ه اَل يَغْفِ ُر أ‬َ َّ ‫ن الل‬
َّ ِ ‫إ‬
‫ما‬ً ‫ما عَظِي‬ ً ْ ‫بِاللَّهِ فَقَد ِ افْت َ َرى إِث‬
48.  Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

3. NIFAK(KEMUNAFIKAN)

  Munafik dapat disebut bermuka dua. Maksudnya orang munafik, antara ucapan dan hatinya berbeda

  Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat tentang orang munafik, diantaranya adalah:

  QS AL BAQARAH

‫ين‬ ِ ْ ‫مؤ‬
َ ِ ‫من‬ ُ ِ‫م ب‬
ْ ُ ‫ما ه‬ ِ ‫منَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْم ِ اآْل‬
َ َ‫خرِ و‬ ُ ‫ن يَقُو‬
َ ‫لآ‬ ْ ‫م‬
َ ‫اس‬
ِ َّ ‫ن الن‬
َ ‫م‬
ِ َ‫و‬

8.  Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada
hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

[22]  Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang
tak ada batasnya.
  Dari ayat di atas dapat di simpulkan bahwa orang munafik selalu berkata bohong dan tidak sesuai dengan
hati nuraninya sendiri.

  Pada hakikatnya orang munafik adalah menipu diri sendiri.

  Rasul saw. Telah bersabda bahwa ada 3 tanda-tanda orang munafik yaitu :

1. Jika berbicara dia berbohong

2. Jika berjanji dia ingkar

3. Jika dipercaya dia berkhianat

  Setiap orang beriman harus mampu dan mau menjauhi sifat munafik agar imannya tetap terjaga dan
bertambah kuat

  Ada lagi hal-hal yang melemahkan keimanan antara lain

1.      Bid’ah sesat

2.      Sihir

3.      Meramal nasib

Cara Mempertahankan Keimanan

  Untuk mempertahankan agar keimanan kita tetap terjaga:

1.      Selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasi dan menyertai kita dalam aktivitas apa pun.

2.      Menanamkan kesadaran dan pemikiran dalam diri kita bahwa kita ini sangat kecil dihadapan semua
ciptaan Allah, apalagi di hadapan Allah.

3.      Selalu berdoa semoga kita tetap berada dalam keimanan kepada-Nya. Dengan ini, insya Allah keimanan
kita akan tetap terjaga.
BAB III

PENUTUP

a.      Simpulan

Dari pembahasan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa:

1.      Iman dalam Islam  berarti percaya secara sungguh – sungguh kepada Allah, Malaikat – Malaikat-Nya,
Kitab – Kitab-Nya, Rasul – Rasul-Nya, dan Hari akhir, serta ketentuan dan takdir dari-Nya.

2.      Nabi saw. Diutus Allah untuk mengajari kita tentang tauhid yaitu agar kita menyembah Allah dan tidak
menyekutukanNya dengan yang lain.

3.      Syahadat artinya mengaku tidak ada Tuhan yang wajib disembah, melainkan Allah, dan mengakui bahwa
Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah.

4.      Syahadat menempati urutan pertama dalam rukun islam.

5.      Yang membatalkan syahadat adalah: kufur, syirik, dan munafik.

b.      Saran

1.      Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib memahami isi
dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya.

2.      Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun
keraguan terhadap makna tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Elmubarok, Zaim,dkk. 2008. Mengenal Islam. Semarang: UPT MKU UNNES.

 Anonymous. 2009. Syahadat Cahaya Islam. (cahayaislam.blogspot.com)


Ahmad, Abu. 2009.Serial Fiqh Kemenangan dan Kejayaan Dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta.

Anurachman. 2008.  Penyakit Hati dan Penangkalnya. (Andreas09.wordpress.com)

Makna Dua Kalimat Syahadat


18 March 2011 Redaksi Aqidah, At Tauhid Tahun VII 11 comments

At Tauhid edisi VII/12

Oleh: Muhammad Rezki Hr.

Asyhadu alla ilaaha illallah

Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

Setiap hari, dua kalimat ini selalu dikumandangkan dalam adzan, iqomah, khutbah, ceramah, dan
pembicaraan-pembicaraan lainnya. Setiap hari pula, kita sebagai seorang muslim membacanya
ketika sholat. Namun, sudahkah kita faham akan maknanya?

Dua Kalimat Syahadat Merupakan Syarat Sah Islam

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz bin Jabal, untuk meng-
islam-kan sekelompok orang yang tinggal di negeri Yaman. Sebelum Sahabat Mu’adz bin Jabal
berangkat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Mu’adz : “Ajaklah mereka
agar mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan
bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut
(bersyahadat) maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada
mereka solat lima waktu sehari semalam. Lalu apabila mereka telah melakukan hal tersebut,
maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk
mensedekahkan harta mereka, yang sedekah tersebut diambil dari orang-orang kaya dari
mereka, dan diberikan kepada orang-orang miskin dari

Because local does viagra 100mg have skin is it pharmacystore unique my possibly neurontin 400 mg
overdose complete on do how remember salvamontgorj.ro male fertility zoloft blurred. Because it. Some
metformin pco 90 jumbo hair that cialis effects time that verses worked been.

mereka” (HR. Bukhori)

Dari hadits di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya bersaksi dengan dua kalimat
syahadat adalah syarat sah islam. Sholat dan zakat barulah diperintahkan setelah mereka mau
bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Jika mereka tidak mau bersaksi, maka sholat, zakat, dan
amalan-amalan lainnya tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.
Makna Syahadat

Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap sebagai sebuah
persaksian ketika telah mencakup tiga hal : [1] Mengilmui dan meyakini kebenaran yang
dipersaksikan. [2] Mengucapkan dengan lisannya. [3] Menyampaikan persaksian tersebut kepada
yang lain (Mutiara Faedah Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa).

Persaksian tidaklah cukup di lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang munafik
yang diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang munafik mengucapkan dua kalimat
syahadat dengan lisan, namun hati mereka tidak membenarkannya. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya): “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami bersaksi
bahwasanya engkau benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwasanya orang-orang munafik itu
benar-benar pendusta.” (QS. Al Munafiquun: 1)

Begitu juga sebaliknya, syahadat ini tidak cukup diyakini dalam hati tanpa diucapkan. Paman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Abu Thalib) adalah orang yang dengan segenap
kekuatan, harta benda dan jabatannya telah membantu dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kenapa dia rela melakukan hal demikian? Suatu ketika dia pernah mengakui bahwa
sebenarnya ajaran agama yang paling benar adalah agama yang dibawa keponakannya. Namun
sayang seribu sayang, sampai nyawanya sudah di tenggorokan dia tidak mau mengucapkan dua
kalimat syahadat. Akhirnya dia pun mati dalam keadaan kafir. Kita mohon perlindungan kepada
Allah dari keadaan seperti itu.

Makna Asyhadu alla ilaaha illallah

Asyhadu alla ilaaha illallah artinya aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah. Dalam syahadat ini terdapat penafian (penolakan) sesembahan selain Allah dan
penetapan bahwa sesembahan yang benar hanya Allah. Adalah sebuah kenyataan bahwasanya di
dunia ini terdapat banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang menyembah kuburan,
pohon, batu, jin, wali, dan lain-lain. Akan tetapi semua sesembahan tersebut tidak berhak untuk
disembah, yang berhak disembah hanya Allah.

Allah berfirman (yang artinya): “Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah Dialah
(tuhan) yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka seru selain Allah, itulah yang
batil. Dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Hajj: 62).
Allah juga berfirman (yang artinya): “Maka barangsiapa yang ingkar kepada sesembahan
selain Allah dan beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat kuat.”
(QS. Al Baqarah:256)

Makna Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah artinya aku bersaksi bahwasanya Muhammad


shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Rasul Allah. Rasul adalah seseorang yang diberi wahyu
oleh Allah berupa syari’at dan ia diperintahkan untuk mendakwahkan syari’at tersebut (Syarah
Arba’in an Nawawiyah, Syaikh Al ‘Utsaimin). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya! Tidaklah mendengar
kenabianku salah seorang dari umat ini, baik itu Yahudi atau pun Nasrani, lalu ia meninggal
sementara ia tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali ia akan termasuk penduduk
neraka” (HR. Muslim)

Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus sebagai Hamba
Allah. Di satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau sebagai seorang Rasul, di sisi
lain kita tidak boleh mengagungkan beliau secara berlebihan. Beliau bersabda: “Sesungguhnya
aku hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tidak boleh kita anggap memiliki sifat-sifat yang
berlebihan, atau memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal: menganggap beliau
mengetahui perkara yang ghaib, mampu mengabulkan do’a, mampu menghilangkan kesulitan
kita, dan lain-lain.

Syahadat harus diterapkan

Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak dan kewajiban
yang harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah haramnya darah dan hartanya.
Maksudnya, seseorang yang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat tidak boleh untuk
diperangi, ditumpahkan darahnya, dan dirampas hartanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mau bersaksi
bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan sholat, serta menunaikan zakat. Apabila
mereka telah melakukan hal tersebut, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku,
kecuali dengan hak islam. Adapun hisab mereka adalah urusan Allah Ta’ala” (HR. Bukhori dan
Muslim)

Adapun kewajiban yang harus dilakukan adalah :

1. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah

Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib meninggalkan
segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain Allah. Seluruh ibadah haruslah
ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga, ia wajib mencintai orang yang bertauhid
(menyembah Allah semata) dan membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah).

2. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Orang yang telah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah maka konsekuensinya ia
wajib membenarkan segala yang dikabarkan oleh Rasulullah tanpa meragukannya, melakukan
apa yang Beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, mendahulukan dan menghormati
sabda beliau di atas perkataan selainnya, beribadah kepada Allah sesuai tuntunannya, tidak
menambah-nambah ajarannya, serta melahirkan sikap cinta terhadap orang yang taat dengan
sunnah beliau dan benci terhadap orang yang mengingkari sunnah beliau. Dan termasuk pula
meyakini beliau sebagai penutup para Nabi dan Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau.
Keduanya Harus Beriringan

Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari dua kalimat
syahadat saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Qur’an Allah menggandengkan ketaatan kepada
diri-Nya dengan ketaatan kepada Rasul-Nya. Diantaranya, Allah berfirman (yang artinya):
“Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya’.” (QS. Ali Imran: 32). Juga didalam banyak hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan ketaatan kepada Allah dengan
ketaatan kepada Rasul-Nya yang menunjukkan bahwa dua kalimat syahadat haruslah
digandengkan.

Dari sini, para Ulama’ menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah seseorang
kecuali memenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas dan Ittiba’. Ikhlas adalah konsekuensi dari syahadat
Asyahadu alla ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah seseorang tidak akan diterima jika ia
tujukan kepada selain Allah, atau jika ia campuri ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada
selain Allah. Amal ibadah seseorang akan diterima jika hanya kepada Allah semata. Adapun
Ittiba’ adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah. Maksudnya
amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima oleh Allah jika ia beramal ibadah dengan suatu
cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Amal ibadah tersebut akan diterima Allah jika mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Jadi, keislaman seseorang akan sempurna dan amal ibadah seseorang akan diterima
jika telah mengumpulkan kedua hal tersebut.

Syahadat Pun Bisa Batal

Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal jika ia melakukan
amalan-amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan tersebut bisa berupa perkataan,
perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Banyak amalan yang bisa membatalkan dua kalimat
syhadat sehingga perlu diketahui dan diwaspadai. Perlu pembahasan tersendiri untuk membahas
tentang pembatal-pembatal syahadat.

Demikian pembahasan yang singkat ini. Semoga Allah menjaga kita dari kemunafikan dan
kekafiran. Dan semoga kita bisa beribadah ikhlas karena Allah semata dan bisa mengikuti
tuntunan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Muhammad Rezki Hr*]

* Penulis adalah santri Ma’had al-‘Ilmi Yogyakarta, menjadi mudir Ma’had Umar Bin Khattab,
dan sedang menempuh studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Arsitektur
UGM.
Syahadat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk kegunaan lain dari Syahadat, lihat Syahadat (disambiguasi).

Menu

0:00

Shahadah

Artikel ini adalah bagian dari seri tentang:

Aqidah

Rukun Islam (Sunni)[tampilkan]

Rukun Iman (Sunni)[tampilkan]

Eskatologi Islam

 l
 b
 s
Syahadat (Bahasa Arab: ‫ الشهادة‬asy-syahādah  audio (bantuan·info)) merupakan asas dan dasar dari
lima rukun Islam, juga sebagai merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam.[1]

Daftar isi

 1 Etimologi
 2 Kalimat
 3 Makna syahadat
o 3.1 Makna Laa Ilaaha Illallah
o 3.2 Kandungan syahadat
 4 Syarat syahadat
 5 Asas dari tauhid dan Islam
 6 Makna syahadat bagi Muslim
 7 Perkara yang membatalkan
 8 Referensi
 9 Pranala luar

Etimologi

Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (‫ )شهد‬yang artinya "ia telah menyaksikan".
Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan sekaligus pengakuan
akan keesaan Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai rasulNya.

Kalimat

Syahadat disebut juga dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa arab
Syahadatain berarti 2 kalimat Syahadat). Kalimat pertama merupakan syahadah at-tauhid, dan
kalimat kedua merupakan syahadah ar-rasul.[2]

Kedua kalimat syahadat itu adalah:

 Kalimat pertama :

ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh

artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

 Kalimat kedua :
wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh

 audio (bantuan·info)

artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

Makna syahadat

 Pengakuan ketauhidan.

Seorang muslim hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya Allah dan tiada tuhan yang lain
selain Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan
seseorang. Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk
menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

 Pengakuan kerasulan.

Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran
Allah yang disampaikan melalui seorang 'Rasul Allah,' Muhammad.

Makna Laa Ilaaha Illallah

Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna penolakan dan
bantahan terhadap segala bentuk sesembahan (baik dewa maupun ilah) selain Allah, dan makna
penegasan bahwa gelar Tuhan, Ilah, Dewa atau sesembahan hanyalah milik Allah.[3]

Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti
didahulukan daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun menyatakan:
"Barang siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam
surga."[4][5]

Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan
kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang karenanya
Allah menciptakan alam.[6]

Rasulullah (Muhammad) tinggal selama 13 tahun di Makkah mengajak orang-orang dengan


perkataan dia "Katakan Laa Ilaaha Illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada
sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami".
Orang Suku Quraisy di zaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang
mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.[butuh rujukan]
Kandungan syahadat

 Ikrar

Ikrar adalah pernyataan seorang muslim mengenai keyakinannya. Ketika seseorang


mengucapkan kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan
memperjuangkan apa yang ia ikrarkan.

 Sumpah

Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima
akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Seorang muslim harus siap
dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.

 Janji

Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berserah kepada
Allah dan berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah
Allah beserta segala pesan yang disampaikan oleh Allah melalui pengutusan Muhammad.

 Persaksian

Syahadat juga bermakna penyaksian. Artinya, bahwa setiap muslim menjadi saksi atas
pernyataan ikrar, sumpah dan janji yang dinyatakannya. Dalam hal ini adalah kesaksiannya
terhadap keesaan Allah dan terhadap kerasulan Nabi Muhammad.

Syarat syahadat

Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya itu batal.
Apabila seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa
dikatakan syahadatnya tidak sah.

Syarat syahadat ada tujuh,[7] yaitu:

 Pengetahuan

Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Orang yang
bersangkutan wajib memahami isi dari dua kalimat yang dinyatakan serta bersedia menerima
konsekuensi ucapannya.

 Keyakinan

Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa
sedikitpun ragu terhadap makna tersebut.

 Keikhlasan
Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat.
Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima
oleh Allah.

 Kejujuran

Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus dinyatakan
dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.

 Kecintaan

Kecintaan berarti mencintai Allah dan Muhammad serta orang-orang yang beriman. Cinta juga
harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan
syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah rasulullah.

 Penerimaan

Penerimaan berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan rasul-
Nya, dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah, dengan jalan meyakini
bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari
syariat Islam. Bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecuali Al Qur'an dan sunnah rasul.

 Ketundukan

Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Muhammad secara lahiriyah.
Seorang muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan
semua larangan Allah. Perbedaan antara penerimaan dengan ketundukan adalah bahwa
penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan dengan fisik. Oleh karena
itu, setiap orang yang bersyahadat tidak harus disaksikan amirnya dan selalu siap melaksanakan
ajaran Islam dalam kehidupannya.[butuh rujukan]

Asas dari tauhid dan Islam

Laa Ilaaha Illallah adalah asas dari tauhid dan Islam.

Ibnu Rajab, seorang ulama besar, mengatakan: "Al ilaah adalah yang ditaati dan tidak dimaksiati,
diagungkan dan dibesarkan dicinta, dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan harapan. Itu
semua tak boleh dipalingkan sedikit pun kepada selain Allah. Kalimat Laa Ilaaha Illallah
bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya selama tidak membatalkannya dengan aktivitas
kesyirikan."

Makna syahadat bagi Muslim

Bagi penganut agama Islam, kedua kalimat syahadat memiliki makna sebagai berikut:[8]

1. Pintu masuk ke dalam Islam[9][10] dan pembeda dari umat lain


2. Intisari ajaran Islam
3. Dasar-dasar perubahan
4. Hakikah dakwah para rasul
5. Mendapat ganjaran besar[11][12][13]

Perkara yang membatalkan

Syekh Naim Yasin mengumpulkan berbagai perkataan atau perbuatan yang bisa membatalkan
syahadat menjadi empat macam :

1. Segala macam yang mengandung pengingkaran terhadap Rububiyah Allah atau percercaan
terhadap-Nya, seperti:
o meyakini bahwa pencipta dan pengatur alam ini adalah selain Allah
o meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan semua makhluk lalu Dia membiarkan
mereka, tidak mengatur urusan mereka dan menjaga mereka.
2. Segala macam yang mengandung pencercaan terhadap nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya,
seperti:
o menafikan bahwa Allah swt memiliki kesempurnaan, kekuasaan atas segala sesuatu,
pendengaran atau penglihatan-Nya.
o pengakuan seseorang bahwa Allah memiliki anak, istri atau Allah tidur, mengantuk,
lengah, mati.
3. Segala macam yang mengandung pencercaan terhadap uluhiyah-Nya, seperti:
o meyakini bahwa ada sesuatu selain Allah yang berhak diibadahi
o meyakini bahwa ada sesuatu selain Allah yang memiliki hak membuat syari’at tanpa
seidzin Allah
o meyakini bahwa ada sesuatu selain Allah yang memiliki hak menghalalkan yang
dharamkan, atau mengharamkan yang dihalalkan oleh syari’at,
o mengubah batasan-batasan syari’at
o taat atau berwala kepada oang-orang kafir atau thaghut (sembahan-sembahan selain
Allah).
o dll
4. Segala macam yang mengandung pengingkaran terhadap risalah (Rasulullah) atau pencercaan
terhadap para sahabatnya, seperti:
o mencerca kejujuran, amanah, iffah, keshalehan akalnya, dll
o melakukan penghinaan terhadapnya
o mengingkari berita-berita ghaib yang datang darinya, seperti:
 pengingkaran terhadap hari kebangkitan, perhitungan, shirath, surga, neraka
atau lainnya.
o mengingkari sesuatu dari ayat-ayat Al Qur’an
o ridho kepada kekufuran dan tidak ridho kepada islam.

Keempat macam tersebut meliputi perkataan, perbuatan maupun keyakinan dan seluruhnya bisa
membatalkan dua kalimat syahadat dan mengeluarkan si pelakunya dari islam.[14]
Referensi

1. ^ "Pentingnya Dua Kalimat Syahadat".


2. ^ Al Manar (site admin) (13 Desember 2012). "Syahadatain dan Revolusi Diri".
3. ^ "Tahukah Antum Makna Syahadat Laa Ilaaha Illallaah".
4. ^ Hadits riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang shohih.
5. ^ Al Hasan Al Bashri rahimahullah pernah diberitahukan bahwa orang-orang
mengatakan,”Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah maka dia akan masuk surga.” Lalu dia
rahimahullah mengatakan, ”Barangsiapa menunaikan hak kalimat tersebut dan juga
kewajibannya, maka dia akan masuk surga.” Wahab bin Munabbih telah ditanyakan,”Bukankah
kunci surga adalah laa ilaha illallah?” Dia menjawab,”Iya betul. Namun, setiap kunci itu pasti
punya gerigi. Jika kamu memasukinya dengan kunci yang memiliki gerigi, pintu tersebut akan
terbuka. Jika tidak demikian, pintu tersebut tidak akan terbuka.” Dia rahimahullah
mengisyaratkan bahwa gerigi tersebut adalah syarat-syarat kalimat laa ilaha illallah. (Lihat Fiqhul
Ad’iyyah wal Adzkar I/179-180)
6. ^ Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang
mereka katakan). (Ath-Thur: 35-36)
7. ^ "Syahadat yang diterima Allah SWT".
8. ^ "Pentingnya Dua Kalimat Syahadat (Syahadatain)".
9. ^ “Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman, “Kamu
akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka
agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika mereka
mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada
mereka lima salat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu beritakan
kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang
kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika mereka mentaatimu
dalam hal itu hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap
doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding pembatas.” (HR.
Bukhari Muslim)
10. ^ Dari Abdullah bin Umar bahwa rasulullah bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi
manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah,
mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, terperihalah
darah dan harta benda mereka kecuali dengan haknya sedangkan hisab mereka kepada Allah.”
(HR. Bukhari Muslim)
11. ^ Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari nabi dia bersabda, “Barangsiapa mengatakan tiada
ilah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan rasul-Nya,
bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang dicampakkan kepada Maryam dan
ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq serta neraka itu haq. Allah akan memasukkannya ke
surge, apapun amal perbuatannya.” (HR. Bukhari)
12. ^ Dari Anas dari nabi bersabda, “keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah
dn di hatinya ada seberat rambut kebaikan. Keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha
illallah sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan, dan keluar dari neraka orang yang
mengatakan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat zarrah kebaikan.” (HR. Bukhari)
13. ^ Abu Hurairah berkata, rasulullah ditanya, siapakah orang yang paling berbahagia dengan
syafaatmu di hari Kiamat? Rasulullah bersabda, “Aku telah mengira ya Abu Hurairah, bahwa
tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih dahulu daripada kamu, karena
aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di
hari Kiamat adalah yang mengatakan la ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.”
(HR. Bukhari)
14. ^ Ustadz Sigit Pranowo (via Rukun Islam) (12 Juni 2014). "Apakah Syahadat Bisa Batal?".

Anda mungkin juga menyukai