Anda di halaman 1dari 6

"Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya,

Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka,
seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya.
Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya."
(HR Bukhari)

Keteladanan sifat-sifat utama yang harus kita teladani adalah Empat sifat rasul yang sangat
mulia, yang harus ditiru dalam berkemimpinan baik pada diri sendiri maupun kepada orang
lain:

1. Shiddiq (Berkata Benar) sifat pertama yang wajib kita ikuti adalah bicara benar
(tidak berbohong)
2. Fathonah (Cerdas) sifat rasul yang kedua, akalnya panjang sangat cerdas dan
sebagai pemimpin selalu berwibawa menyelesaikan masalah dengan tangkas dan
bijaksana.
3. Tablig (Menyampaikan Wahyu) sifat rasul yang ketiga Menyampaikan semua
wahyu yang diterimanya dari Allah SWT tanpa menambahi dan menguranginya, baik
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan semua disampaikan tidak ada
yang disembunyikan.
4. Amanah (Terpercaya) sifat amanah dalam menyampaikan semua perintah Allah
SWT dengan tidak dikurang dan tidak ditambah. Terpercaya dan selalu menunaikan
amanah yang dibebankan kepada Beliau, hal itu digambarkan sejak kecil ketika beliau
menggembala kambing. Sebelum maupun sesudah menjadi nabi, Rasulullah berperan
dalam berbagai profesi, mulai dari penggembala ternak, pedagang, kepala keluarga,
kepala pemerintahan, serta panglima perang. Semua dilaksanakan dengan sukses.

Meneladani perbuatan Rasulullah SAW

Perbuatan-perbuatan yang dilakukan Rasulullah dibagi menjadi dua macam. Ada yang
termasuk perbuatan-perbuatan Jibiliyah, yaitu perbuatan yang dilakukan manusia secara fitri,
dan ada pula perbuatan-perbuatan Qurbah (Ibadah kepada Allah).

Perbuatan-perbuatan jibiliyah, seperti berdiri, duduk, makan, minum dan lain sebagainya,
tidak ada perselisihan bahwa status perbuatan tersebut adalah mubah (boleh ditiru), baik bagi
Rasulullah SAW maupun bagi umatnya. Oleh kerana itu, perbuatan tersebut tidak termasuk
dalam kategori mandub (dianjurkan = sunnah).

Sedangkan perbuatan-perbuatan Tha'at, boleh jadi termasuk dalam hal-hal yang ditetapkan
khusus bagi Rasulullah, dimana tidak seorang pun diperkenankan mengikutinya (haram); atau
boleh jadi tidak termasuk dalam perbuatan yang diperuntukkan khusus bagi beliau. Apabila
perbuatan itu telah ditetapkan khusus bagi Rasulullah, seperti dibolehkannya beliau
melanjutkan puasa pada malam hari tanpa berbuka, atau dibolehkannya menikah dengan
lebih dari empat wanita, dan lain sebagainya dari kekhususan beliau; maka dalam hal ini kita
tidak diperkenankan mengikutinya. Sebab, perbuatan-perbuatan tersebut telah terbukti
diperuntukkan khusus bagi beliau berdasarkan Ijmak Sahabat. Oleh kerana itu tidak
dibolehkan meneladani beliau dalam perbuatan-perbuatan semacam ini.

Akan halnya dengan perbuatan beliau yang kita kenal sebagai penjelas bagi kita, tidak ada
perselisihan bahwa hal itu merupakan dalil. Dalam hal ini penjelasan tersebut boleh berupa
perkataan, seperti sabda beliau:



Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat




"Laksanakan manasik hajimu berdasarkan manasikku (apa yang telah aku kerjakan)"

Hadis ini menunjukkan bahwa perbuatan beliau merupakan penjelas, agar kita mengikutinya.
Penjelasan beliau bisa juga berupa qaraain al ahwal, yakni qarinah / indikasi yang
menerangkan bentuk perbuatan, seperti memotong pergelangan pencuri sebagai penjelas
firman Allah SWT:


"Maka potonglah tangan keduanya." (Surah Al-Maidah : 38)

Status penjelas yang terdapat dalam perbuatan Rasulullah, baik berupa ucapan maupun
indikasi yang menerangkan bentuk perbuatan, dapat mengikuti hukum apa yang telah
dijelaskan, apakah itu wajib, haram, mandub (sunat) atau mubah (harus) sesuai dengan arah
penunjukan dalil.

Sedangkan perbuatan-perbuatan beliau yang tidak terdapat di dalamnya indikasi yang


menunjukkan bahwa hal itu merupakan penjelas, bukan penolakan dan bukan pula ketetapan.
Maka dalam hal ini perlu diperhatikan apakah di dalamnya terdapat maksud untuk
bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) atau tidak. Apabila di dalamnya terdapat
keinginan untuk bertaqarrub kepada Allah maka perbuatan itu termasuk mandub (sunat), di
mana seseorang akan mendapatkan pahala atas perbuatannya itu dan tidak mendapatkan
balasan jika meninggalkannya. Misalnya Shalat Duha.

Mari kita cermati kejadian berikut :


Ketika Nabi saw memberikan nasihat tentang cara mengawinkan pohon kurma supaya
berbuah, ini bisa dianggap bahwa beliau sudah memasukkan otoritas agama untuk urusan
duniawi yang di mana beliau tidak mendapatkan wahyu atau kewenangan untuk itu. Untuk
manusia setingkat Nabi apa pun perkataannya, sikapnya, dan bahkan diamnya pun bisa
dianggap sebagai hukum, aturan, dan ketentuan.

Tapi ternyata dalam masalah menanam kurma ini pendapat beliau keliru. Pohon kurma itu
malah menjadi mandul. Maka para petani kurma itu mengadu lagi kepada Nabi saw, meminta
pertanggungjawaban beliau. Dan beliau menyadari kesalahan advisnya waktu itu dan dengan
rendah hati berkata, Kalau itu berkaitan dengan urusan agama ikutilah aku, tapi kalau itu
berkaitan dengan urusan dunia kamu, maka Antum alamu bi umuri dunyaakum kamu
sekalian lebih mengetahui urusan duniamu.

Rasulullah SAW dalam hal ini mau mengajarkan kepada manusia saat itu bahwa Rasulullah
SAW bukanlah penentu untuk segala hal. Rasul bukanlah orang yang paling tahu untuk
segala hal. Bahkan untuk urusan dunia di jaman beliau pun beliau bukanlah orang yang
paling tahu. Jadi tidak mungkin jika kita menuntut Rasulullah untuk mengetahui segala
sesuatu hal tentang urusan dunia. Apalagi kalau mengurusi urusan kita di jaman modern
ini!
Tentu tidak mungkin kita harus mencari-cari semua aturan tetek-bengek dalam hadist beliau.
Itu namanya set-back. Lha wong di jamannya saja Rasulullah menyatakan bahwa ada hal-hal
yang tidak beliau pahami dan hendaknya tidak mengikuti pendapat beliau dalam urusan
duniamu tersebut.
Rukun Iman Pengertian Rukun Iman menurut Al-quran adalah membenarkan dg penuh
keyakinan bahwa Allah SWT mempunyaii kitab2 yg diturunkan kpd hamba2nya dg
kebenaran yg sangat nyata serta petunjuk yg jelas. Kemudian Rukun iman menurut Hadist
ialah iman yg merupakan pembenaran batin dan Nabi Muhammad Saw menyebutkan hal2
lain sebagai iman seperti Akhlak yg baik, bermurah hati, sabar, cinta rosul, cinta sahabat
rosul, mempunyai rasa malu dan lain sebagainya. Bisa disimpulan bahwa Rukun Iman
merupakan pilar yg sangat penting yg menjadi pedoman hidup bagi seorang Muslim /
Muslimah selain 5 Rukun Islam.
Nabi Muhammad Saw jg pernah bertanya kepada Malaikat Jibril tentang Rukun Iman dan
beliau (Jibril) menjawab : Iman itu adlah kamu beriman kpd Alloh Swt, Malaikat-
Malaikatnya, Kitab Kitabnya, Rosul Rosulnya, Hari akhir serta kamu beriman kpd Qodo
dan Qadar yg baik maupun yg buruk (HR. Muslim).
Adapun firman Allah SWT dlm Surat (QS. Ali-Imran : 190) yg berbunyi : Sesungguhnya
dlm penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda2 bagi
orang2 yg berakal..
1. Iman Kepada Alloh
2. Iman Kepada Malaikat
3. Iman Kepada Kitab Kitab
4. Iman Kepada Rosul
5. Iman Kepada Kiamat
6. Iman Kepada Qadha dan Qadhar

Penjelasan Tentang 6 Rukun Iman

1. Iman Kepada Allah SWT

Rukun Iman itu mempunyai 6 (enam) pilar dan yang pertama adalah imam / mempercayai
Allah SWT tuhan sang pencipta alam itu ada serta menyakini bahwa tiada tuhan selain Allah
karena orang yg beriman, percaya dan menyembah kpd Allah akan mendapatkan ketenangan
dan ketentraman jiwa yg muncul dari hati secara ikhlas. Seperti Firman Alloh SWT yang
berbunyi :

Adapun Orang2 yg beriman kepada Alloh dan berpedang teguh kepada agamanya (Islam)
niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dlm rahmat yg besar darinya (Surga) dan
limpahan karunianya dan menunjuki mereka kpd jalan yg lurus untuk sampai kepadanya
(QS. An-Nisa : 175).

2. Iman Kepada Malaikat Malaikat Gusti Alloh

Adapun Rukun Iman yg kedua adalah meyakini adanya Malaikat Malaikate Gusti Alloh
dan meyakini bahwa Alloh memiliki Malaikat2 yg diciptakan dari cahaya dan serta mereka
(Para Malaikat) adlh hamba Alloh yg dimuliakan karena apapun yg Alloh perintahkan kpd
mereka maka mereka akan langsung melaksanakannya.

3. Iman Kepada Kitab Kitab Alloh


Yang mempunyai pengertian bahwa kita sebagai seorang Muslim harus meyakini bahwa
Alloh memiliki kitab kitab yg diturunkan kpd Nabi dan Rosul (Sebelum Al-quran) yg
benar benar merupakan kalam / Firmannya dan ia (Kitabnya) adlah cahaya dan petunjuk
serta apa yg terkandung didlmnya adlah suatu kebenaran. Adapun kitab kitab Gusti Alloh
yg disebutkan namanya oleh Alloh antara lain Kitab Taurat, Kitab Injil, Zabur dan Al
Quran, Kitab Al-Quran sendiri merupakan tolak ukur kebenaran dari kitab kitab
terdahulu.

4. Iman Kepada Para Rosul Rosul


Rukun Iman yg ke empat adalah menyakini adanya para Rosul Rosul atau Nabi utusan
Alloh yang diberi wahyu oleh Alloh dan ditugaskan untuk menyampaikan pesan atau wahyu
tersebut kpd hamba-hambanya yg intinya untuk memberikan jalan yg lurus yang dibenarkan
oleh Alloh SWT. Sedangkan untuk Rosul atau Nabi merupakan sosok seseorang yg sdh
ditinggikan derajatnya oleh Alloh dan Rosul atau Nabi yg diutus oleh Alloh berjumlah 25
orang.
5. Iman Kepada Hari Akhir / Kiamat
Rukun Iman yang kelima adlh menyakini bahwa hari akhir / kiamat itu ada dan bakal terjadi
di dunia ini karena kita mengetahui sendiri bahwa kehidupan ini tidaklah kekal dan suatu saat
pasti akan berakhir. Adapun kita sebagai umat muslim harus percaya bahwa urunan setelah
dunia ini hancur beserta dg semua isinya akan di bangkitkan kembali semua umat manusia
didlm kubur, lalu dikumpulkannya lagi di padang mahsyar, kemudian di hitungnya semua
alam perbuatan manusia di dunia (Hisab), lalu ditimbangkan semua amal perbuatannya
tersebut untuk mengetahui lebih banyak mana amal baik maupun amal buruknya, kemudian
sampai kpd pembalasan di masukanya di dlm surga atau di neraka.
6. Iman Kepada Adanya Qadha dan Qadar
Rukun Iman yang terakhir adalah mempercayi dg adanya Qadha dan Qadar, Qadha sendiri
mempunyai pengertian kehendak atau ketetapan hukum Alloh terhadap segala sesuatu..
Sedangkan Qadar adalh ukuran atau ketentuan Alloh SWT terhadap segala sesuatu.
Mungkin cukup sekian penjelasan dari kami terkaitt Pengertian Rukun Iman yg sudah kami
jelaskan seperti diatas dan semoga artikel ini dapat bermanfaaat dan berguna bagi anda semua
para pengunjung di blog Rukun Islam ini.

Pengertian Serta Perbedaan Nabi dan Rasul









Segala puji bagi Allah SWT pencipta langit dan bumi, pencipta cahaya dan kegelapan, yang
mengumpulkan para makhluk di hari perhitungan, hari kemenangan bagi orang yang berbuat
baik dan kesengsaraan bagi ahli maksiat. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah dengan benar selain Allah tiada sekutu baginya, dengan persaksian yang bisa
membawa kepada kebahagiaan di hari kiamat. Semoga shalawat dan salam selalu tercurhat
kepada Nabi Muhammad SAW pemimpin para nabi dan rasul, keluarga dan para sahabatnya
yang mulia.

Amma ba'du, ini adalah ringkasan dari Pengertian serta Perbedaan Nabi dan Rasul. Semoga
artikel ini bermanfaat untuk semua pembaca.
Perbedaan Nabi dan Rasul:
Bahwa jumlah Nabi ada 124 ribu nabi, sebagaimana hadits yang diriwayatkan At-Turmuzy
sebagai berikut:

Dari Abi Zar ( ra) bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika


ditanya tentang jumlah para nabi, "(Jumlah para nabi itu) adalah seratus dua puluh empat ribu
(124 ribu) nabi."
"Lalu berapa jumlah Rasul diantara mereka?"
Beliau menjawab: "Tga ratus dua belas (312)" (HR At-Turmuzy).

Dari sekian banyak nabi dan rasul, namu yang harus kita imani sebagaimana yang dijelaskan
di dalam Al-Qur'an yaitu hanya 25 Nabi atau Rasul, dan ini menjadi salah satu Rukun Iman
yang ke Empat dalam agama Islam yaitu Percaya kepada para nabi dan para rasul.

Pengertian Nabi Rasul.

Nabi: adalah seorang dengan jenis kelamin pria yang mendapatkan wahyu dari ALLAH
namun tidak wajib disebarkan kepada orang lain.

Rasul: adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah
dan memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan wahyu tersebut.

Perbedaan Para Nabi dan Rasul.

Dari definisi dan rasul diatas, maka dapat disimpulkan perbedaan antara nabi dan rasul yaitu:
Para Nabi boleh menyampaikan wahyu yang diterimanya tetapi tidak punya kewajiban atas
umat tertentu atau wilayah tertentu. Sementara, kata "rasul" berasal dari kata risala yang
berarti penyampaian. Karena itu, para rasul, setelah lebih dulu diangkat sebagai nabi,
bertugas menyampaikan wahyu dengan kewajiban atas suatu umat atau wilayah tertentu. Dari
semua rasul, Muhammad sebagai 'Nabi Penutup' yang mendapatkan gelar resmi di dalam Al-
Qur'an Rasulullah adalah satu-satunya yang kewajibannya meliputi umat dan wilayah
seluruh alam semesta 'Rahmatan lil Alamin'.

Sifat-sifat Para Nabi dan Rasul.

Nabi dan Rasul sebelum diangkat menjadi Nabi memiliki ciri-ciri kenabian/nubuwwah yang
disebut juga dengan irhash. Nabi Muhammad sejak kecil terkenal dengan
akhlak yang mulia dengan sebutan AL-Amin. Berikut adalah ciri atau sifat-sifat para nabi dan
para rasul.

1. Siddiq / siddiq / siddiq /siddiq Siddiq berarti benar dan perkataan dan perbuatan. jadi
mustahil jika seorang nabi dan rasul adalah seorang pembohong yang suka
berbohong.
2. Amanah / Amanah, Amanah artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Jadi mustahil
jika seorang nabi dan rasul adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.
3. Fathanah / Fathanah /Fathanah. Fathanah adalah cerdas, pandai atau pintar, jadi
mustahil jika seorang nabi dan rasul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti
apa-apa.
4. Tabligh / Tabligh /Tabligh. Tabligh adalah menyampaikan wahyu atau risalah dari
Allah kepada orang lain. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul
menyembunyikan dan merahasiakan wahyu / risalah Allah .

Nabi dan Rasul Dalam Al-Qur;an.

Al-Qur'an menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam. Nabi
sekaligus rasul terakhir ialah Muhammad yang ditugaskan untuk menyampaikan Islam dan
peraturan yang khusus kepada manusia di zamannya sehingga hari kiamat.
Isa yang lahir dari perawan Maryam binti Imran juga merupakan seorang nabi.

Selain ke-25 nabi sekaligus rasul, ada juga nabi lainnya seperti dalam kisah Khidir bersam
Musa yang tertulis dalam Surat Al-Kahf - Ayat 66-82. Terdapat juga kisah Uzayr dan
Syamuil, juga nabi-nabi yang tertulis di Hdits dan Al-Qur;an, seperti Yusya' bin Nun,
Zulqanain, Iys, da Syits.

Sedangkan orang suci yang masih menjadi perdebatan sebagai seorang Nabi atau hanya wali
adalah Luqman Al-Hakim dalam surah Luqman. Wallahu a`lam bishshowab.

Semoga Artikel ini dapat bermanfaat untuk semua. Kritik dan Saran itulah harapan yang
terbaik bagi kami agar kami dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang kami alami.

Anda mungkin juga menyukai